Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan Alam dan lingkungan
sekitar
1. Wujud, artinya ada. Sifat mustahilnya 'Adam, artinya tidak ada.
Tidak mudah untuk membuktikan bahwa ALLAH itu ada, kecuali bagi orang-orang
yang beriman.
Memang kita tidak dapat melihat wujud ALLAH secara langsung, tetapi dengan
menggunakan akal, kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya. Alam semesta ini. Darimana
alam semesta ini berasal? Pastilah ada yang menciptakannya. Siapakah Dia yang
Maha Agung itu?
Dialah ALLAH SWT (Maha Suci dan Maha Tinggi). Dialah yang mengadakan segala
sesuatu dan Dia pulalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk diri
kita.
Sesungguhnya Rabb kamu ialah ALLAH yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak
ALLAH. Maha suci ALLAH, Rabb semesta alam. (QS. Al-A'rf: 54)
2. Qidam, artinya dahulu atau awal. Sifat mustahilnya Huds, artinya baru.
Maksudnya, adanya ALLAH adalah yang paling awal sebelum adanya alam semesta
ini. Adanya ALLAH berbeda dengan adanya alam semesta beserta isinya. Perbedaan
tsb terdapat pada kejadian dan prosesnya.
Kita ambil contoh: Adanya hujan didahului oleh terjadinya penguapan air laut.
Terjadinya pemuaian logam didahului oleh adanya panas.
Berbeda dengan alam semesta ini, adanya ALLAH tidak didahului oleh sebab-sebab
tertentu, karena ALLAH zat yang paling awal. ALLAH adalah pencipta alam semesta,
tidak mungkin hasil ciptaan lebih dulu ada dari Sang Penciptanya.
Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadd: 3)
3. Baqa', artinya kekal. Sifat mustahilnya Fana, artinya rusak.
Semua makhluk yang ada di alam semesta ini, baik itu manusia, binatang, tumbuhan,
planet, bintang, bulan, dll, suatu saat akan mengalami kerusakan dan akhirnya
mengalami kehancuran. Manusia, betapa pun gagah perkasa dirinya, suatu saat pasti
mati.
Apapun wujudnya, seluruh ciptaan ALLAH di dunia ini akan mengalami kerusakan.
Hanya ALLAH SWT, Sang Pencipta, yang tidak akan rusak dan hancur, karena
ALLAH bersifat kekal.

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar-Rahmn: 26-27)
Sungguh, betapa hina dan lemahnya kita di hadapan ALLAH, betapa tidak patutnya
kita berbangga diri dengan kehebatan kita, karena segala kehebatan itu hanyalah
sementara. Kelak semua akan berakhir, yang tersisa hanyalah amalan kita. Oleh sebab
itu perbanyaklah amal selagi kita masih diberi kelapangan waktu di dunia ini. Dan
bertaubatlah dengan kesalahan-kesalahan kita selagi kematian belum menghampiri
kita.
4. Mukhalafatuhu lil hawadits, artinya berbeda dengan ciptaannya. Sifat mustahilnya
Mumatsalatuhu lil hawadits, artinya serupa dengan ciptaannya.
Sifat ini menjelaskan bahwa ALLAH berbeda dengan hasil ciptaan-Nya.
Coba kita gunakan analogi, pelukis dengan lukisannya, pembuat patung dengan
patung karyanya, apakah ada kesamaan antara pencipta dengan hasil ciptaannya?
tentu tidak bukan? Bahkan robot yang paling canggih dan mirip dengan manusia
sekalipun tidak akan sama dengan manusia penciptanya.
Begitulah ALLAH, Sang Pencipta, sudah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya.
... Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syra: 11)
Dengan memahami sifat ALLAH ini, semoga kita tidak akan terjebak pada perbuatan
takhyul dan syirik, yaitu menyembah selain ALLAH atau menyekutukan ALLAH.
Tak ada suatu pun selain ALLAH yang pantas disembah. Menyembah selain ALLAH
adalah perbuatan yang hina dan merendahkan martabat manusia sendiri.
5. Qiyamuhu binafsihi, artinya berdiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain.
Sifat mustahilnya Ihtiyaju lighairihi, artinya berdiri dengan bantuan yang lain.
Keberadaan makhluk ALLAH, tidak lepas dari bantuan yang lain. Manusia lahir
karena ada kedua orangtuanya, tumbuh dan berkembang karena dipelihara dan
dirawat oleh orangtuanya. Bahkan setelah besar pun, manusia tetap tidak bisa hidup
tanpa bantuan orang lain.
ALLAH, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. (QS. Ali-Imran: 2)
Sadarlah kita, bahwa ternyata kita ini makhluk yang sangat lemah, karena tidak
mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Semoga kita pun menyadari pentingnya
berbuat kebajikan dengan sesama. Karena itu sungguh tepat jika ALLAH
memerintahkan kita untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa.
... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertaqwalah kamu kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH amat berat siksaNya. (QS. Al-Midah: 2)

6. Wahdaniyyah, artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya Ta'addud, artinya berbilang
atau lebih dari satu.
Keesaan ALLAH itu mutlak. Artinya keesaan ALLAH meliputi zat, sifat, maupun
perbuatan-Nya.
Meyakini keesaan ALLAH, merupakan hal yang sangat prinsipil, sehingga seseorang
dianggap muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan ALLAH. Ini
bisa kita lihat bahwa untuk menjadi seorang muslim, seseorang harus bersaksi
terhadap keesaan ALLAH, yaitu dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi
Aku bersaksi tiada Tuhan selain ALLAH. Meyakini keesaan ALLAH juga merupakan
inti ajaran para nabi, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Mustahil ALLAH lebih dari satu. Apabila itu terjadi, tentulah tidak akan tercipta alam
semesta yang teratur ini. Keteraturan alam semesta telah membuktikan pada kita
bahwa ALLAH itu Tunggal.
Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain ALLAH, tentulah
keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci ALLAH yang mempunyai
Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiy: 22)
Dengan menghayati sifat wahdaniyyah ini, kita akan terhindar dari berbagai paham
ketuhanan. Ada 2 macam paham ketuhanan, yaitu monoteisme dan politeisme.
Monoteisme menyatakan bahwa Tuhan adalah satu, sedang politeisme menyatakan
bahwa tuhan lebih dari satu. Agama-agama yang memiliki kepercayaan banyak dewa
dan dewi yang mengatur alam semesta ini, adalah salah satu contoh paham politeisme.
Islam adalah agama yang mengakui paham monoteisme secara mutlak. Tuhan dalam
Islam hanyalah ALLAH, Pencipta dan Pengatur Alam Raya beserta isinya.
7. Qudrah, artinya berkuasa. Sifat mustahilnya 'Ajzun, artinya lemah.
Kekuasaan ALLAH adalah kekuasaan yang sempurna, karena kekuasaan ALLAH
tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang mempunyai kelemahan dan
keterbatasan. Bagi ALLAH, jika ALLAH telah berkehendak melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, maka tidak ada suatu pun yang dapat menghalangi-Nya.
... Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 20)
Sungguh tidak patut kita sebagai manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang
kita miliki, karena sebesar apa pun kekuasaan kita, kekuasaan ALLAH pasti lebih
besar, dan yang Terbesar. Jika ALLAH berkehendak, Dia dapat menghilangkan
kekuasaan kita dalam sekejap, dan kita tak akan berdaya untuk mempertahankannya.
8. Iradah, artinya berkehendak. Sifat mustahilnya Karahah, artinya terpaksa.
ALLAH memiliki sifat selalu berkehendak. Kehendak ALLAH sesuai kemauan
ALLAH sendiri, tak ada rasa terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain. Kehendak
ALLAH juga tidak dipengaruhi oleh pihak lain. Kehendak ALLAH tidak terbatas,
karena Ia dapat melakukan apa saja tanpa ada kuasa lain yang dapat mencegah-Nya.

Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah terbatas pada


kemampuannya sendiri.

Manusia boleh berkehendak, namun ALLAH jualah yang menentukan


hasilnya.
Maksud hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga.

Di atas langit masih ada langit.

Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan,


sedang ALLAH memiliki segala kehendak yang tidak terbatas. Meskipun demikian,
ALLAH memberi kebebasan pada manusia untuk berusaha dan berkehendak, namun
semua terpulang pada kehendak ALLAH dan kita harus berserah diri menerima
apapun hasilnya.
9. Ilmu, artinya mengetahui. Sifat mustahilnya Jahlun, artinya bodoh.
Segala yang ada di alam raya ini, baik yang besar maupun yang kecil, yang terlihat
maupun yang tersembunyi, tidak ada yang luput dari pengetahuan ALLAH. ALLAH
Maha Luas ilmunya, begitu luasnya ilmu ALLAH sehingga jika seluruh air di lautan
ini dijadikan tinta dan seluruh pohon dijadikan alat tulisnya, tak akan mampu
menuliskan ilmu ALLAH.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia
ini. Kita takjub akan indahnya karya dan canggihnya teknologi yang diciptakan
manusia.
Sadarkah kita, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah sebagian kecil saja yang
diberikan ALLAH pada otak kita?
Sungguh, ilmu ALLAH jauh melampaui semua itu, begitu tingginya ilmu ALLAH
sehingga terkadang kita tak mampu untuk mengikuti dan memahaminya.
Katakanlah (kepada mereka): Apakah kamu akan memberitahukan kepada
ALLAH tentang agamamu (keyakinanmu), padahal ALLAH mengetahui apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan ALLAH Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS. Al-Hujurt: 16)
Semoga dengan memahami sifat ilmu ini, kita sebagai hamba akan terdorong untuk
terus menimba ilmu, selagi kita hidup, karena kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu
yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita diketahui.
Semakin banyak ilmu kita, mudah-mudahan juga menambah rasa kagum dan syukur
kita kepada ALLAH. Betapa hebatnya Ia, betapa tinggi ilmu-Nya, dan betapa
kepandaian kita ini belum apa-apa dibandingkan dengan kepandaian ALLAH.
10. Hayat, artinya hidup. Sifat mustahilnya Mautun, artinya mati.
Hidupnya ALLAH berbeda dengan hidupnya manusia. Perbedaan itu antara lain dapat
kita lihat bahwa ALLAH hidup tanpa ada yang menghidupkan. Manusia dan makhluk
7

hidup lain hidup karena dihidupkan oleh ALLAH SWT.


ALLAH hidup tidak bergantung dengan yang lain, sedang manusia hidupnya sangat
bergantung dengan yang lain.
ALLAH hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian, bahkan mengantuk pun
tidak. Manusia suatu saat pasti akan mengalami mati.
ALLAH tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak
tidur... Al-Baqarah: 255
ALLAH Maha Hidup, tidak mengantuk, tidak tidur, apalagi mati. Dan selama itu pula
ALLAH selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab
itu hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan, karena gerak-gerik kita
selalu diawasi dan dicatat oleh ALLAH, tak ada yang terlewatkan. Kelak di akhirat
seluruh amalan tsb harus kita pertanggungjawabkan.
11. Sam'un, artinya mendengar. Sifat mustahilnya Samamum, artinya tuli.
ALLAH Maha Mendengar. Pendengaran ALLAH tidak terbatas dan tidak terhalang
oleh jarak, ruang, dan waktu. Selemah apa pun suara, ALLAH mendengarnya.
Berbeda dengan manusia, pendengarannya sangat terbatas. Meski saat ini teknologi
manusia sudah maju, untuk mendengar suara jarak jauh sudah bisa diatasi dengan
media elektronik, namun jangkauannya tetap masih terbatas. Suara bisikan, suara
yang terhalang oleh benda-benda tertentu, tetap tidak bisa kita dengarkan.
Pendengaran manusia juga mengalami penurunan seiring dengan semakin tuanya kita.
Tapi pendengaran ALLAH tidak demikian. ALLAH bisa mendengar suara yang
sehalus apapun tanpa memerlukan alat bantu apapun. Pendengaran ALLAH tidak
akan melemah sampai kapanpun.
...Dan ALLAH-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. AlMidah: 76)
Dengan menyadari sifat sam'un ALLAH ini, semestinyalah kita senantiasa bertingkah
laku, bersikap, berbicara, dan berpikir dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan
ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena ALLAH selalu mendengar segala
perkataan manusia, baik yang terucap maupun hanya sekedar bisikan di dalam hati.
12. Basar, artinya melihat. Sifat mustahilnya 'Ama, artinya buta.
Mustahil ALLAH buta, karena ALLAH Maha sempurna, termasuk sempurna
penglihatan-Nya. Penglihatan ALLAH bersifat mutlak, tidak terhalang oleh apa pun.
ALLAH melihat segala sesuatu, baik yang besar dan kecil, yang nampak dan
tersembunyi. Penglihatan ALLAH bersifat terus-menerus, ALLAH tidak pernah lalai
walau sedetik pun dari melihat segala perbuatan kita.
Sesungguhnya ALLAH mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hujurt: 18)

Dengan memahami sifat basar ALLAH ini, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam
berbuat. Kita sadar bahwa kita tidak bisa membohongi atau menyembunyikan
kebohongan apa pun di hadapan ALLAH. Kepada manusia kita bisa berbohong, tapi
tidak terhadap ALLAH, karena ALLAH melihat segala perbuatan kita.
Kelak di kemudian hari akan ditampakkan segala perbuatan dan kebohongan yang
kita sembunyikan. Oleh sebab itu berbuat baiklah selalu, supaya kita tidak perlu
merasa takut dan cemas jika suatu saat seluruh perbuatan kita akan disaksikan dan
dimintakan pertanggujawabannya.
13. Kalam, artinya berkata atau berfirman. Sifat mustahilnya Bukmum, artinya bisu.
Bukti ALLAH bersifat kalam dapat kita lihat dari kitab-kitab-Nya yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul-Nya.
Al-Quran yang sering kita baca dan kita lafadzkan setiap hari, adalah firman ALLAH
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
...Dan ALLAH telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An-Nis:
164)
Adanya firman ALLAH menjadi bukti bagi kita bahwa ALLAH memperhatikan kita
sebagai hamba-Nya. Dengan perantara nabi dan rasul, ALLAH membimbing manusia
untuk melakukan amal saleh sesuai yang diajarkan dalam kitab ALLAH.
Dari firman ALLAH juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat
terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang haq dan
meninggalkan yang bathil.

Anda mungkin juga menyukai