Anda di halaman 1dari 6

11.

Tafsir ayat-ayat alquran tentang kelemahan dalam diri manusia


1. QS. Al-Rum: ayat 54.

‫ُهَّللا اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َض ْع ٍف ُثَّم َجَعَل ِم ْن َبْع ِد َض ْع ٍف ُقَّو ًة ُثَّم َجَعَل ِم ْن َبْع ِد ُقَّوٍة‬

‫اْلَقِد ير اْلَعِليُم َو ُهَو ۚ َيَشاُء َم ا َيْخ ُلُق‬

Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah
yang Maha mengetahui lagi Maha Kuas,”(QS.Al-Rum:54)

Tafsir Penjelasan ayat diatas :


Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya
dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana
ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan
kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Pernahkah kita berpikir, mengapa meski memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia
memiliki tubuh yang sangat rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari luar dan dalam?
Mengapa begitu mudah terserang mikroba atau bakteri, yang begitu kecil bahkan tidak
tertangkap oleh mata telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan waktu tertentu setiap harinya
untuk menjaga dirinya bersih? Mengapa ia membutuhkan perawatan tubuh setiap hari? Dan
mengapa ia bertambah usia sepanjang waktu.
Manusia bukan makhluk super, walaupun manusia makhluk yang diciptakan sebagai
makhluk yang paling sempurna, tetapi manusia adalah makhluk yang paling lemah diantara
makhluk-makhluk lainnya. Dengan makhluk yang tidak bernyawa seperti angin,air,tanah dan api
pun manusia tidak bisa melawannya. Angin jika telah menjadi angin puting beliung akan
mengancam jiwa manusia. Air jika menjadi air bah dan tsunami akan melenyapkan peradaban
manusia. Tanah jika bergunjang dan longsor akan mengubur manusia. dan api jika telah berkobar
membara akan menghanguskan manusia. Tak ada yang patut disombongkan pada diri manusia.
La haula wala quwata illah Billah. Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah.

2. QS. Al-Nisa’:28-29.

‫﴾ ) ُيِريُد الّٰل ـُه َأن ُيَخ ِّفَف َعنُك ْم ۚ َو ُخ ِلَق اِإْل نٰس ُن َضِع يًفا‬٢٨

‫ۚ ٰٓيَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم ٰو َلُك م َبْيَنُك م ِباْلٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتٰج َر ًة َعن َتَر اٍض ِّم نُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم‬

٢٩ ) ‫﴾ِإَّن الّٰل ـَه َك اَن ِبُك ْم َرِح يًم‬

Artinya:
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.

14. Tafsir ayat-ayat Alquran tentang Ilmu Pengetahuan


Allah menciptakan manusia disertai akal yang ada padanya tidak lain agar
manusia berpikir terhadap berbagai kejadian atau fenomena yang terjadi di bumi
ini sehingga dapat mengenal berbagai macam tanda kebesaran Tuhannya. Allah
melengkapi manusia dengan bakat dan pemahaman yang baik melalui akal
tersebut yang memungkinkan manusia mengetahui kenyataan-kenyataan besar
di alam raya ini. Fitrah manusia mukmin mengarah ke alam raya untuk
mengungkap rahasia dan tujuan penciptaannya serta berakhir dengan memahami
posisi dirinya di alam raya ini dan menentukan bagaimana ia harus berbuat dan
bersikap di dalamnya. Alquran sebagai kitabullah berisi berbagai tuntunan
agama, pesan hidup, kisah-kisah umat terdahulu, dan sebagainya yang semuanya
berfungsi sebagai pedoman hidup dan pelajaran berharga bagi kita. Sudah
sepatutnya kita umat Islam mempelajari Alquran, bukan sebatas membaca,
namun memahami isi demi isi dari setiap ayatnya agar pesan Tuhan dapat
tersampaikan.

1. Surah Al-Nahl [16]: 781.

Ayat dan Terjemahan Surah Al-Nahl [16]: 78

‫۝‬٧ ‫َو ُهّٰللا َاْخ َرَج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّوَج َعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَد َۙة َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaantidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

2. Surah Al-Zumar [39]: 91.

Ayat dan Terjemahan Surah Az-Zumar [39]: 9

‫َّم ْن ُهَو َقاِنٌت ٰا َنۤا َء اَّلْيِل َس اِج ًدا َّو َقۤا ِٕىًم ا َّيْح َذ ُر اٰاْل ِخ َر َة َو َيْر ُجْو ا َر ْح َم َة َر ِّبٖۗه ُقْل َهْل َيْسَتِوى اَّلِذ ْيَن‬

‫۝‬٩ ‫َيْع َلُم ْو َن َو اَّلِذ ْيَن اَل َيْع َلُم ْو َۗن ِاَّنَم ا َيَتَذَّك ُر ُاوُل اواَاْلْلَباِࣖبِࣖب‬

Artinya:
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud danberdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkanrahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang
yangmengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.

15. Pendidikan Rohani


Menurut Ali Abdul Halim Mahmud Pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) seharusnya memuat
berbagai aspek pengembangan manusia. Pertama, pendidikan rohani (tarbiyah ruhiyyah). Kedua,
pendidikan akhlak (tarbiyah kholuqiyyah). Ketiga, pendidian intelektual (tarbiyyah aqliyyah). Keempat,
pendidian fisik(tarbiyah jasadiyyah). Kelima, pendidikan agama (tarbiyah diiniyyah). Keenam, pendidikan
sosial (tarbiyyah ijtimaa’iyyah). Ketujuh, pendidikan politik (tarbiyahsiyaasiyyah). Kedelapan, pendidikan
jihad (tarbiyah jihadiyyah). Kesembilan, pendidikan estika dan keindahan (tarbiyah jamaliyyah).

Pendidikan ruhani (tarbiyah ruhaniyah) merupakan aspek mendasar dalam pendidikan Islam. Hal itu
karena segala bentuk pendidikan Islam itu mengarah pada pembentukan akhlak mulia. Akhlak mulia
tidak bisa dicapai kalau ruh sebagai penggerak jasad tidak dididik. Akan tetapi malah sebaliknya,
pendidikan ruhani kurang mendapatkan perhatian dari kalangan cendikiawan Islam. Hal ini bisa dilihat
dari jarangnya studi-studi dan kajian tentang pendidikah ruhani. Sedikitnya kajian tentang pendidikan
ruhani menjadikan penting karena masih minimnya penelitian tentang pendidikan ruhani.

Ada beberapa tokoh yang telah menyinggung pendidikan ruhani seperi al-Ghazali akan tetapi belum
sampai pada pembentukan konsep tentang pendidikan ruhani dan masih abstrak. Ali Abdul Halim
Mahmud mengungkapkan, al-Ghazali mendefinisikan ruh berupa eksistensi yang lembut yang
sumbernya adalah lubang didalam organ hati, yang bergerak didalam tubuh dan seluruh bagian-
bagiannya dengan perantaraan urat dan saraf tubuh. Pergerakan eksistensi ini di dalam tubuh, limpahan
cahaya kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran, dan penciuman berasal darinya. Untuk
menjelaskan secara detail pendidikan rohani, akan dipaparkan beberapa konsep dasar ajaran Islam yaitu
Akhlak, Akidah dan Syari’ah. Ibn Qoyyim dalam fawaid nya mengatakan bahwa perbuatan anggota
badan dapat menjadi bukti keimanan seseorang selain nilai spiritualitas batinnya. Sebab, menurutnya
iman memiliki dua bentuk, yaitu zahir dan batin. Pertama, dapat berupa ungkapan lisan maupun
perbuatan anggota badan, sedangkan kedua, adalah kepercayaan hati, ketundukan dan kecintaan.
Namun demikian, hal yang zahir ini tidak akan mempunyai manfaat manakala batinnya kosong dari
keimanan, meskipun tindakan dan pengorbanan tersebut besar serta berat.

1. Defenisi Roh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan dapat diartikan sebagai proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Pada hakekatnya pendidikan
adalah usaha orang tua atau generasi tua untuk mempersiapkan anak atau generasi muda agar
mampu hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan
sebaikbaiknya. Orang tua atau generasi tua memiliki kepentingan untuk mewariskan nilai, norma
hidup dan kehidupan generasi penerus.
Disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.6Tegasnya, pendidikan adalah upaya dan bantuan generasi tua untuk mengembangkan
segala aspek dan potensi yang ada pada peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Selanjutya perlu difahami maksud ruh. Ruh adalah sebab kehidupan, ia juga nama bagi nafsu karena
nafsu adalah bagian dari ruh juga. Karena nafsu juga sumber kehidupan anggota badan dan fa`al
tubuh. Adapun dari segi istilah ruh dapat didefenisikan :
a. Ruh adalah sumber kehidupan di badan. Karena syarat kehidupan badan ini adalah meratanya
ruh padanya seperti meresapnya air mawar pada mawar.
b. Ruh adalah udara yang keluar masuk di rongga badan manusia, ia menurut kaum tabib kuno
adalah jisim yang seperti uap yang mencul dari jantung yang menyebar melalui urat-urat dan
saraf ke seluruh bagian tubuh. Menurut Decart dan pengikutnya. Ruh adalah bagian darah yang
halus yang mengalir dari jantung ke otak kemudian dari otak menyebar melalui berbagai urat
syaraf ke seluruh badan. Dari sini dapat dipahami bahwa ruh adalah jisim yang halus yang
memiliki berat dan demensi dan ia tidak menetap.
c. Ruh manusia adalah esensi halus manusia yang mengetahui dan yang memahami, yang
mengontrol ruh hewani, turun dari alam kesatuan dimana akal tidak mampu untuk mengetahui
hakikatnya ruh ini, bisa jadi ia mengalami pembaharaun dan kadang ruh menjadi tabiat di
badan.
d. Ruh sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu al-barakat alBaghdadi, ia tersohor menentang
keras faham Aristitoteles dan aliaran skolastik. Defenisi ruh manusia menurutnya memiliki ciri
khas sendiri ia mengungkapkan bahwa nafsu adalah kekuatan yang menempati badan yang
beraksi padanya dan dengannya terwujud berbagai perbuatan dan gerak yang beraneka macam
dalam berbagai waktu dan tujuan didasari oleh perasaaan dan pengetahuan yang istimewa
yang dengannya terwujud kesempuranan manusia dan dengannya pula manusia terpelihara.

Imam al-Ghazali dan para ahli hakikat, ulama-ulama kalam serta kebanyakan kaum sufi dan kaum
filosof menyatakan ruh adalah esensi yang murni bukan jisim dan tidak memiliki sifat jisim, terkait
dengan badan dengan kaitan yang fungsinya mengatur dan menggerakkan, bukan kaitan yang sifatnya
hubungan bagian dengan kesatuan, bukan juga kaitan antara tempat dan yang menempati, ia benar
kekal setelah rusaknya badan serta mengetahui hal-hal yang global dan terinci.

13. Tafsrir Aayat-ayat Al-Quran tentang tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak

Alquran merupakan sebuah mu’jizat yang sangat agung, di dalamnya memuat segala tata cara atau
aturan hidup, yang dijadikan pedoman manusia untuk meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Diantara
tata cara dan aturan hidup yang terdapat di dalam Alquran salah satunya ialah mendidik anak usia dini.
Di dalam A-Qur’an Surat An-Nisa ayat 9, dijelaskan tentang bagaimana aturan tanggung orang tua dalam
mendidik anak usia dini .

‫َو ْلَيْخ َش اَّلِذ يَن َلْو َتَر ُك وا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّر َّيًة ِض َع اًفا َخاُفوا َع َلْيِهْم َفْلَيَّتُقوا َهَّللا َو ْلَيُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًدا‬

Artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seadainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar (Al-Maraghi, 1993, p. 347).

Dalam tafsir Al-Maraghi di jelaskan sebagai berikut:

‫اَل َيَز اُل اْلَكاَل ُم َم َع اَاْلْو َص َياِءَو اَاْلْو ِلَياُء اَّلَذ ْيَن َيُقْو ُم ْو َن َع َلى اْلَيَتامى َو اْلَقْو ُل الَّس ِد ْيُد ِم ْنُهْم َاْن ُّيَك ِّلُم ْو ُهْم‬

‫َك َم اُيَك ِّلُم ْو َن َاْو اَل َد ُهْم ِباَاْلَد ِب اْلَحَس ِن واَّتْر ِح ْيِب َو َيْدُع ْو ُهْم ِبَقْو ِلِهْم َيا ٍبَنَّي َو َياَو َلِد ْي َو َنْح ُو َذ ِلَك‬

Artinya :
Alquran Surat An-Nisa ayat 9 ini adalah masih berkisar tentang para wali (orang tua) dan orang-
orang yang diwasiati, yaitu mereka yang dititipi anakanak yatim. Juga tentang perintah terhadap
mereka agar mereka memperlakukan anak yatim dengan baik, berbicara kepada mereka
sebagaimana berbicara kepada anak-anaknya, yaitu dengan halus, baik dan sopan, lalu
memanggil mereka dengan sebutan anakku, sayangku dan sebagainya.
(Al-Maraghi, 1993, p. 110).

Ayat di atas juga turun sebagai peringatan kepada orang-orang, yang berkenaan dengan pembagian
harta warisan agar tidak menelantarkan anakanak yatim yang dapat berakibat kepada kemiskinan dan
ketidakberdayaan. Bagi orang-orang yang beriman hendaklah bertakwa kepada Allah, dan hendaknya
takut apabila meninggalkan keturunan yang lemah dan tak memiliki apa-apa, sehingga mereka tidak bisa
memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan terlunta-lunta.

Ahmad Mustafa Al-Maraghi (1993, p. 344) menjelaskan bahwa, orangorang yang hidup pada zaman
jahiliyah tidak memperkenakan kaum wanita dan anak-anak kecil, untuk memperoleh harta warisan.
Kemudian mereka mengatakan dalam semboyannya, “Tidak boleh mewarisi kecuali yang bisa menusuk
dengan tombak dan memperoleh ganimah (maksudnya sudah dewasa). Allah, memerintahkan agar
memperlakukan dengan baik anak-anak yatim, karena mereka sangat perasa tidak boleh tersinggung
oleh perkataan yang bernada menghina, terlebih lagi jika ibu bapaknya (yang telah tiada) disebutkan
secara jelek. Kenyataanya banyak sekali anak yatim yang terbentur dengan perlakuan jelek dalam hal
perkaataan.

Dari pemaparan di atas Allah memberi petunjuk kepada orang tua dan orang-orang yang diwasiati
(dititipi) anak-anak yatim, agar memiliki kekhawatiran apabila di kemudian hari mereka menelantarkan
anak dan tidak berdaya, sebagaimana ia khawatir apabila hal itu terjadi kepada anak kandung mereka
sendiri. Ketidakberdayaan itu bukan hanya menyangkut soal ekonomi semata, tetapi kepada seluruh
aspek kehidupan anak. Banyak juga anak yang memiliki kedua orang tua, tetapi mereka tidak
mendapatkan kesejehteraan dari kedua orang tuanya, sehingga anak mengalami penderitaan yang sama
seperti anak yatim. Oleh karena itu setiap orang tua bertanggung jawab terhadap mendidik anak, dan
perkembangan masa depan anak, jangan sampai termaginalisasi karena tidak memiliki pengetahuan,
kemampuan keterampilan, kesempatan, dan semua hal yang diperlakukan untuk kemajuan, berkembang
secara sehat, dan bermartabat serta diridhai Allah.

Tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak usia dini menurut surat An-Nisa ayat 9 adalah sebagi
berikut: Pertama, orang tua agar merasa khawatir jika anaknya dalam keadaan lemah, sehingga orang
tua harus berusaha mewujudkan generasi yang berkualitas dengan memperhatikan pendidikan jasmani
dan rohaninya.

Anda mungkin juga menyukai