Anda di halaman 1dari 18

1

HANDOUT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun: Dr. Hj. Nurjannah, M.Si.

HAJAT MANUSIA TERHADAP AGAMA

A. Struktur manusia: badan, jiwa, ruh


Bahan asal, pengembangan, karakter sehat dan sakit masing-masing unsur manusia
(badan, jiwa, ruh) adalah berbeda.
1. Badan:
Terbentuk dari tanah; berkembang dengan unsur-unsur makanan yang bersumber dari
tanah (karbohidrat, protein, vitamin-vitamin, mineral dll.). Bila terpenuhi gizi dengan
jumlah yang cukup  akan sehat jasmani. Bila kurang  akan sakit jasmani.
Contoh: sakit badan avitaminosis, paru-paru, hipertensi dll.

28. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk,

29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

2. Ruh:
Terbentuk dari unsur ke-Tuhan-an; berkembang dengan unsur-unsur spiritual ke-
Tuhan-an. Bila terpenuhi  akan sehat ruhani yakni memiliki sifat-sifat Tuhan yang
terangkum dalam Asmaul Husna. Bila kurang  akan sakit ruhani.
Contoh sehat ruhani: tauhid, taat ibadah, dermawan, besifat adil dll.
Contoh sakit ruhani: munafik, sombong, iri dengki dll.
3. Jiwa:
Merupakan wilayah antara badan dan ruh, tidak nampak tetapi fenomenanya bisa
dirasakan, misalnya kasih sayang, perhatian, penghargaan dll. Sehat dan sakitnya jiwa
ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya makanan-makanan jiwa tersebut.
Contoh sakit jiwa: kecemasan, phobia, depresi dll.

B. Dunia: Lahan Ujian bagi manusia


 Al-Quran Surat al-Mulk ayat 2: Allah menciptakan kematian dan kehidupan
adalah untuk menguji manusia siapa yang baik amal perbuatannya.

‫م َأ ُّي ُكمۡ َأ ۡح َسنُ َع َماٗل ۚ َوهُ َو ۡٱل َع ِزي ُز ۡٱل َغفُو ُر‬Sۡ‫ق ۡٱل َم ۡوتَ َو ۡٱل َحيَ ٰوةَ لِيَ ۡبلُ َو ُك‬
َ َ‫ٱلَّ ِذي َخل‬
2

2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

 QS al-Baqoroh ayat 155: contoh ujian berupa rasa takut, kelaparan, kekurangan
harta, kekurangan jiwa, kekurangan buah-buahan dll.

َّ ٰ ‫ت َوبَ ِّش ِر ٱل‬


َ‫صبِ ِرين‬ ِ ۗ ‫س َوٱلثَّ َم ٰ َر‬
ِ ُ‫ص ِّمنَ ٱَأۡلمۡ ٰ َو ِل َوٱَأۡلنف‬ ۡ
ٖ ‫ َونَق‬S‫ُوع‬
ۡ ِ ‫ بِ َش ۡي ٖء ِّمنَ ۡٱلخ َۡو‬S‫َولَن َۡبلُ َونَّ ُكم‬
ِ ‫ف َوٱلج‬
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.

 Di badan manusia ada nafsu dan di luar manusia ada syetan


 Manusia dibekali potensi untuk mengelola ujian sebagai kreativitas dengan akal,
tetapi pada umumnya manusia tetap keluh kesah dan merasa tidak mampu
sehingga secara naluri manusia memerlukan bantuan dari Zat Yang Maha Besar
(di luar dirinya)

C. Manusia: Kholifah Tuhan


 QS al-Baqoroh 30-31: manusia diangkat sebagai khalifah/wakil Tuhan di bumi
ٓ
ُ ِ‫ف‬S‫ا َويَ ۡس‬Sَ‫ ُد فِيه‬S‫ا َمن ي ُۡف ِس‬Sَ‫ ُل فِيه‬S‫الُ ٓو ْا َأت َۡج َع‬Sَ‫ة ق‬Sۖٗ َ‫ض خَ لِيف‬
ُ‫ ِّد َمٓا َء َون َۡحن‬S‫ك ٱل‬ ِ ‫ل فِي ٱَأۡل ۡر‬ٞ ‫ك لِ ۡل َم ٰلَِئ َك ِة ِإنِّي َجا ِع‬ َ َ‫َوِإ ۡذ ق‬
َ ُّ‫ال َرب‬
ٓ
َ َ‫ضهُمۡ َعلَى ۡٱل َم ٰلَِئ َك ِة فَق‬
‫ال‬SS َ ۖ َ‫نُ َسبِّ ُح بِ َحمۡ ِدكَ َونُقَدِّسُ ل‬
َ ‫ك قَا َل ِإنِّ ٓي َأ ۡعلَ ُم َما اَل ت َۡعلَ ُمونَ َوعَلَّ َم َءا َد َم ٱَأۡل ۡس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر‬
َ‫ص ِدقِين‬َ ٰ ۡ‫َأ ۢن‍بُِٔونِي بَِأ ۡس َمٓا ِء ٰهَُٓؤٓاَل ِء ِإن ُكنتُم‬
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

 Khalifah: pemimpin, pengelola, juru damai, pemakmur kehidupan dst yang intinya
kepanjangan tangan dari Tuhan untuk mengejawantahkan sifat-sifat Tuhan yang
terangkum dalam 99 Asmaul Husna dalam bentuk perbuatan nyata.
 Untuk melaksanakan fungsi kekhalifahan tersebut  manusia memerlukan
petunjuk yang dibuat oleh Sang Maha Pencipta sendiri yakni Aturan Islam yang
dituangkan dalam al-Qur’an.

Kesimpulan: manusia memerlukan agama sebagai petunjuk melaksanakan hidup dan


kehidupan dalam kedudukannya sebagai hamba sekaligus khalifah sehingga memperoleh
keselamatan, kebahagiaan, keharmonisan dst di dunia hingga kembali ke haribaan Tuhan.
3

PENGERTIAN AGAMA/RELIGION/DIEN

1. Satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu Yang
Mutlak di luar manusia.
2. Satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Yang Mutlak.
3. Satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan
sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut.

Jenis Agama (ada 2):

1. Agama Samawi/Agama Langit/Agama Wahyu/Agama Profetis/Revealed


Religion/Dien as-Samawi: yaitu agama yang diwahyukan Allah kepada manusia
melalui para Nabi/Rasul-Nya.
1) Dapat dipastikan kelahirannya, yakni pada saat disampaikan malaikat Jibril
kepada Nabi
2) Disampaikan kepada manusia melalui Utusan/Rasul Allah
3) Mempunyai Kitab Suci yang isinya dari Tuhan
4) Kebenarannya mutlak
5) Sistem hubungan manusia dengan Tuhan, ditentukan Tuhan tertuang dalam wahyu
6) Konsep ketuhanannya monotheisme (mempercayai satu Tuhan) yang murni
7) Dasar-dasar ajaran bersifat mutlak berlaku bagi seluruh manusia
8) Sistem nilai ditentukan oleh Tuhan
9) Hal-hal yang disebutkan dalam Kitab Suci dapat dibuktikan kebenarannya oleh
sains modern
10) Pembentukan manusia sempurna, ditentukan oleh Tuhan sehingga cocok untuk
semua makhluk

2. Agama Budaya/Agama Filsafat/Agama Bumi/Agama Ra’yu/Natural Religion/Non-


releaved Religion/Din al-Ardli: yaitu agama ciptaan manusia sendiri.
1) Tidak dapat dipastikan kelahirannya, karena mengalami proses pertumbuhan
kebudayaan atau pemikiran manusia
2) Tidak mengenal utusan/Rasul
3) Tidak memiliki Kitab Suci, tetapi sekedar pemikiran manusia
4) Kebenarannya relatif
5) Sistem hubungan manusia dengan Tuhan berasal dari akal berdasarkan
kepercayaan
6) Berkembang dari dinamisme kepada monotheisme (tidak murni)
7) Dasar-dasar ajaran bersifat relatif, cocok untuk masyarakat tertentu tetapi tidak
cocok untuk lainnya
8) Sistem nilai ditentukan oleh manusia sesuai pengalaman penganutnya
9) Hal-hal yang disebutkan dalam ajaran sering dibuktikan kekeliruannya oleh sins
modern
4

10) Pembentukan manusia didasarkan pengalaman masyarakat penganutnya yang


belum tentu diakui masyarakat lain

Pengertian Agama Islam:

 Wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan
kepada segenap umat manusia, sepanjang masa dan seluruh persada,
 Suatu sistem keyakinan dan tata kaidah Ilahi yang mengatur segala kehidupan dan
penghidupan manusia dalam pelbagai hubungan, baik hubungan manusia dengan
manusia maupun dengan alam lainnya (nabati, hewani dll),
 Bertujuan: keridlaan Allah SWT, kebahagiaan di dunia dan akhirat, rahmat bagi
segenap alam,
 Pada garis besarnya meliputi: Aqidah, Syariah yang meliputi ibadah dalam arti khos
dan muamalat dalam arti luas, dan Akhlak,
 Bersumberkan Kitab Suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah SWT untuk umat manusia di
atas planet bumi ini, yang bentuknya terakhir berupa Kitab al-Qur’an, sebagai
penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya, sejak manusia digelarkan ke atas
persada bumi ini, yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah.

SUMBER NORMA DAN HUKUM ISLAM

Sumber pokok: Kitab al-Qur’an dan as-Sunnah

Sumber tambahan: Ijtihad

Al-Qur’an

 Al-Quran: kitab suci yang memuat firman-firman Allah ada dalam dada Rasul Allah
sedikit demi sedikit keluar melalui mulut Nabi Muhammad bin Abdullah selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah. Tujuannya untuk
mejadi pedoman bagi umat manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupannya
untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
 Kitab Al-Quran terbagi ke dalam 30 juz (bagian), 114 surat (bab), 6236 ayat, 74.499
kata, 325.345 huruf/suku kata; diawali dengan surat al-Fatihah (Pembukaan) dan
diakhiri dengan surat an-Nas (Manusia).
 Al-Quran tidak disusun secara kronologis. Lima ayat pertama diturunkan di mulut
nabi Muhammad sewaktu berkhalwat di gua Hira’ pada malam 17 Ramadhan tahun
pertama sebelum hijrah (malam Nuzulul Quran disuarakan) ketika Nabi berusia 40-41
tahun, yakni surat al-‘Alaq (96) ayat 1-5. Ayat terakhir diturunkan di padang Arafah
ketika Nabi berusia 63 tahun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10 H, yakni surat al-
Maidah (5): ayat 3.
 Ayat-ayat yang turun di Mekah disebut ayat-ayat Makkiyah, dan ayat-ayat yang turun
di Madinah disebut ayat-ayat Madaniyah.
5

 A-Quran memuat: (1) petunjuk mengenai aqidah, berintikan keimanan kepada Allah
yang Esa, hari akhir dan pembalasan, (2) petunjuk mengenai syariah, jalan yang harus
diikuti manusia dalam berhubungan dengan Allah dan sesama manusia, (3) petunjuk
tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk, (4) kisah-kisah umat manusia di
zaman lampau misalnya umat Nabi Luth yang akhirnya dihukum dengan menurunkan
hujan batu karena melakukan homoseks (QS asy-Syu’ara: 160-175), (5) berita-berita
tentang zaman yang akan datang, misalnya kiamat, (6) benih dan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan, misalnya tentang proses kejadian manusia, (7) hukum yang berlaku bagi
alam semesta yang disebut sunnatullah.
 Nama-nama lain al-Qur’an:
1. Al-Furqon: pembeda yang benar dan yang salah
2. Al-Haqq: kebenaran Ilahi yang mutlak sempurna
3. Al-Hikmah: hikmah atau kebijaksanaan
4. Asy-Syifa: penyembuh ruhani
5. Adz-Dzikru: pengingat

As-Sunnah:

 Pengertian: segala perkataan, perbuatan, dan sikap Rasulullah saw yang dicatat dan
direkam di dalam al-Hadits.
 Fungsi as-Sunnah: penafsir al-Qur’an, menguraikan ayat-ayat yang bersifat umum,
menjelaskan ayat-ayat yang implisit, menyatakan hal yang belum dimuat al-Qur’an.
 Matan dan Riwayat Hadits. Matan: isi dan redaksi hadis yang disampaikan oleh
para sahabat Nabi kepada rawi-rawi (para periwayat) hadis. Rawi: periwayat hadis;
orang yang menyampaikan materi hadis sejak Nabi hingga para penghimpun hadis.
 Terdapat beberapa kumpulan hadis. Yang utama adalah kumpulah hadis Bukhari &
Muslim; kemudian al-kutubus-sittah (enam kitab hadis) kumpulan dari Bukhari,
Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, at Tarmizi, dan an-Nasa’i.
 Hadis Qudsi: bukan bagian al-Quran, tapi Allah berbicara langsung kepada Nabi
kemudian nabi menyampaiakan dengan redaksional Nabi sendiri. Jumlahnya sedikit
tetapi berperan penting, berisi petunjuk tentang kehidupan spiritual Islam, dan banyak
dijadikan pedoman kaum sufi dalam ajaran tasawuf.

Al-Ijtihad: usaha sungguh-sungguh para ulama yang memenuhi syarat untuk merumuskan
hukum agama yang tidak terdapat dalam Kitab al-Qur’an dan as-Sunnah.

Bila kolektif  disebut Ijma’.

Qiyas: ijtihad dengan cara analog terhadap persoalan yang jelas hukumnya untuk memberi
hukum terhadap hal yang belum jelas.

KERANGKA DASAR AGAMA DAN AJARAN ISLAM

Berdasarkan hadis Nabi dari Sayyidina Umar Ibn al-Khattab, ulama membuat sistematika
garis besar agama Islam menjadi (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan.
6

1. Iman adalah Arkanul Iman (Rukun Iman yang enam) yakni  Iman kepada Allah,
Malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari Akhir, Qodar
baik dan Qodar buruk.
2. Islam adalah Arkanul Islam (Rukun Islam yang lima) yakni bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah (Syahadat),
mendirikan Shalat, membayar Zakat, puasa ramadhan, dan haji ke baitullah bagi yang
mampu.
3. Ihsan yakni beribadah kepada Allah seakan-akan melihat kepada Allah, meskipun
kita tidak bisa melihat Allah tetapi yakin bahwa Allah melihat kita.
 Ihsan merupakan puncak kesempurnaan Islam dan Iman
 Jika orang telah mencapai kesempurnaan ke-Islam-an dan ke-Iman-annya,
akan mencapai suatu keadaan dimana di dalam melakukan ibadah kepada
Allah seakan-akan melihat Allah dan merasa sangat yakin dilihat Allah.
 Perasaan merasa melihat dan dilihat oleh Allah  menyebabkan ibadah yang
dilakukan dapat berlangsung baik dan khusyu’, konsentrasi pada satu titik
yakni Allah, pikiran, perasaan, hati tertuju hanya kepada Allah  dalam
kehidupan sehari-hari selalu merasa dikontrol oleh Allah Yang Maha Melihat
 tingkah lakunya senatiasa baik.

Berdasarkan kerangka hadis tersbut dan muatan-muatan ajaran Islam dalam al-Quran, para
ulama membuat sistematika garis besar agama Islam terdiri atas tiga bagian besar yakni (1)
Aqidah, (2) Syariah, dan (3) Akhlak (Sikap & Perilaku).

‘Aqidah Islam

 Secara etimologis berarti ikatan, sangkutan; secara terminologis berarti credo, creed,
keyakinan hidup, iman dalam arti khos, yakni pengikraran yang bertolak dari hati.
 Ilmu yang mempelajari aqidah disebut Ilmu ‘Aqoid, Ilmu Ma’rifat, Ilmu Ushuluddin,
Ilmu Kalam, Ilmu Haqiqat.
 Objek materi pembahasan aqidah terutama adalah Arkanul Iman (Rukun Iman yang
enam) yaitu: Iman kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-
Nya, kepada Rasul-rasul Allah, kepada Hari Akhir, dan kepada Qadha dan Qodar.
 Aqidah Islam adalah merupaka akar dan pokok agama Islam.
 Mempelajari aqidah hukumnya fardlu ‘ain bagi setiap muslim.
 Wilayah yang menata urusan iman dan batiniyah manusia, yang tidak kelihatan
oleh mata tetapi dampaknya nyata pada perilaku.

Syari’ah Islam

 Syari’ah secara etimologis berarti jalan dan secara terminologis diartikan sebagai satu
sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan
manusia dengan sesama manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya.
7

 Qaidah Syariah Islam yang mengatur hubungan langsung manusia dengan Tuhan
disebut Qaidah Ubudiyah atau Ibadah dalam arti khos.
 Qaidah Syariah Islam yang mengatur hubungan manusia dengan selain Tuhan yakni
dengan sesama manusia dan dengan alam lainnya disebut Qa’idah Mu’amalah dalam
arti luas.
 Disiplin ilmu yang secara khusus membahas masalah Syariah ialah Fiqih.
 Ibadah dalam arti khos: hubungan langsung antara hamba dengan Tuhannya yang
cara, acara, tatacara dan upacaranya telah diatur secara terperinci dalam al-Quran dan
Sunnah Rasul.
 Pembahasan Rubu Ibadah meliputi (1) Thaharah, (2) Shalat, (3) Zakat, (4) Shaum, (5)
Haji, dan hal-hal lain yang secara langsung berhubungan dengan kelimanya.
 Ibadah dalam arti luas: segala amal perbuatan yang titik tolaknya ikhlas, tujuannya
ridha Allah, garis amalnya adalah amal shaleh.
 Mu’amalah dalam arti luas: hukum yang terdiri atas hukum publik dan hukum
perdata yang meliputi (1) al-Qonunul Khos: hukum perdata yang meliputi (a) hukum
niaga, (b) munakahah (hukum nikah), (c) waratsah (hukum waris) dll., (2) al-Qonunul
Am yakni hukum publik yang meliputi (a) jinayah (hukum pidana), (b) khilafah
(hukum kenegaraan), (c) jihad (hukum perang dan damai) dll.

Akhlaq (Sikap & Perilaku) Islam

 Pada garis besarnya Akhlak Islam terbagi atas (1) Akhlak manusia terhadap Khaliq,
(2) Akhlak manusia terhadap sesama makhluk.
 Akhlah manusia terhadap makhluk dapat dibagi dua (1) akhlak manusia terhadap
sesama manusia, dan (2) akhlak terhadap alam lainnya.
 Akhlak manusia terhadap sesama manusia dapat dirinci (1) akhlak manusia terhadap
diri sendiri, (2) terhadap tetangga, dan (3) terhadap masyarakat luas.
 Akhlak manusia terhadap alam lainnya dapat dirinci (1) akhlak manusia terhadap
flora, (2) fauna, dan (3) alam lainnya.

Hubungan antara Aqidah, Syariah dan Akhlak

 Aqidah: adalah ushuluddin, akar atau pokok agama


 Syariah: menempati posisi furu’/cabang.
 Jika agama diibaratkan bangunan, maka Aqidah adalah sebagai fondasinya yang
tertanam di dalam tanah, sedang Syariah ialah gedung-gedung dan semua benda-
benda yang didirikan di atas fondasi tersebut. Aqidah sebagai fondasi agama, harus
ada lebih dulu sebelum adanya Syariah; keimanan harus dimiliki lebih dulu
mendasari Syariah.
 Aqidah adalah fondasi yang kemudian di atasnya dibangun Syariah, dan Syariah
adalah hasil yang dilahirkan oleh Aqidah. Maka tidaklah terdapat Syariah dalam
Islam melainkan karena adanya Aqidah, sebagaimana Syariah itu tidak akan
berkembang melainkan dibawah naungan Aqidah. Syariah tanpa Aqidah bagaikan
gedung tanpa fondasi.
8

 Ibadah, Muamalah dalam arti luas dan Akhlak: hakikatnya bertitik tolak dari
aqidah, merupakan manifestasi dan konsekuensi dari aqidah.
 Ibadah, Muamalah, Akhlak: berhubungan secara korelatif, tidak bisa dipisahkan.

IMAN/PERCAYA KEPADA ALLAH

Menurut bahasa iman berarti “membenarkan dengan hati” (at-tashdiqu bil-qalbi). Menurut
syara’, iman adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan mengerjakan
dengan anggota badan (al-qoulu bil-lisan, wat-tashdiqu bil qalbi, wal-‘amalu bil-arkan).

Bukti-bukti Adanya Allah

1. Dalil Fisika
Dalil ini dikenalkan oleh Abdul Huseli Al-Allaf. Dia memulai dalil ini dengan teori
atom.
 Bahwa alam ini baik yang berupa zat padat, zat cair atau gas, semuanya dapat
dibagi ke dalam bagian yang terkecil yang disebut molekul, di mana molekul-
molekul tersebut saling tarik menarik, dan karena kekuatan tarik-menarik itulah
terjadi benda-benda itu. Tiap-tiap molekul itu terjadi dari atom-atom yang tertentu
valensinya, beratnya dan perjiwaannya satu sama lain. Tiap-tiap atom ini berputar-
putar di sekitar atom-atom yang lain. Dari perputaran atom ini timbul daya tarik-
menarik antara molekul-molekul. Kalo atom tidak berputar-putar, tidak ada daya
tarik-menarik, maka tidak akan ada satupun benda di alam ini.
 Timbul pertanyaan:”Siapakah yang memutar dan menggerakkan atom-atom yang
sebanyak ini?” Jawabannya tidak ada yang lain kecuali Tuhan
 Dalil fisika yang lain: bahwa di alam ini ada susunan dan peraturan yang bagus.
Dengan sangat teratur bumi mengitari matahari dalam waktu 365 hari 5 jam 49
menit 12 detik, sedang bulan mengitari bumi dalam waktu 29 hari 12 jam 44
menit 3 detik. Begitu juga planet-planet dan bintang-bintang lainnya, semua
berjalan teratur di angkasa, tidak tabrakan. Apakah semua terjadi dengan
sendirinya? Tidak! Semua ada yang mengendalikan yakni Tuhan.

2. Dalil Akhlak
Dalil akhlak berasal dari Immanuel Kant (1724-1804).
Kant berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam hati
sanubari dan pembawaan sejak lahir. Yakni orang merasa bahwa ia mempunyai
kewajiban untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan-
perbuatan baik. Hal tersebut bukan tergantung akibat-akibat yang timbul dari perbuatan
itu. Ia harus berbuat baik semata-mata karena perintah yang datang dari dalam
sanubarinya untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan jahat, meskipun tidak selalu
perbuatan baik mendapat balasan baik dan perbuatan jahat mendapat balasan jahat bahkan
kadang sebaliknya. Suasana kehidupan dunia yang timpang banyak terjadi ketidakadilan,
menimbulkan perasaan pasti ada kehidupan yang kedua setelah kehidupan pertama yakni
9

kehidupan akhirat yang kekal yang disitulah akan diadili semua perbuatan manusia
dengan seadil-adilnya. Dari mana datangnya rasa moral tersebut? Itulah dari Sang Maha
Bermoral yakni Tuhan.

3. Dalil Kesaksian
Guna membuktikan benar tidaknya sesuatu persoalan, diperlukan kesaksian. Seorang
hakim akan menjatuhkan vonis kepada terdakwa berdasarkan kesaksian para saksi
terutama karena hakim tidak mungkin melihat kejadian sebenarnya yang sudah berlalu.
Begitu juga misalnya untuk meyakini kebenaran adanya kota Makkah, orang tidak perlu
datang melihat dengan mata kepala ke kota Makkah, tetapi orang bisa percaya bahwa kota
Makkah benar-benar ada berdasarkan kesaksian dari orang-orang yang pernah berkunjung
ke Makkah.
Bahwa Tuhan itu ada juga bisa dibuktikan dengan cara kesaksian dari orang-orang yang
dapat membuktikan bahwa Tuhan itu ada, melihat, mendengar, maha hebat dst., dan tidak
harus setiap orang bersusah payah harus bertemu sendiri dengan Tuhan. Para saksi bahwa
Tuhan itu ada adalah sejumlah para Nabi dan Rasul.

4. Dalil Inayah
Dalil ini dikemukakan oleh Ibnu Rusyd seorang filosof Islam (1126-1198).
Inayah artinya perhatian, perindahan Tuhan. Dalil ini menyatakan bahwa alam dan segala
isinya sesuai betul dengan kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lain. Misalnya siang
dan malam, matahari dan bulan, pergantian musim, hewan tumbuh-tumbuhan dan hujan.
Semua sesuai betul dengan kehidupan manusia seolah-olah semua memang dijadikan
untuk kepentingan manusia. Persesuaian ini tentu saja tidak terjadi secara kebetulan tetapi
terjadi karena penciptaan yang rapi berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan. Hal ini
menunjukkan perhatian/pemeliharaan dari Sang Pencipta yaitu Tuhan.
Ada perhatian dan kebijaksanaan Tuhan yang nampak jelas pada diri manusia terutama
ketika masih bayi. Mula-mula manusia dikeluarkan dari perut ibu tidak mengetahui apa-
apa, kemudian akal manusia berangsur maju sedikit demi sedikit sesuai perkembangan
jasmaninya. Andaikata sejak lahir manusia sudah pintar tentulah manusia akan merasa
gelisah berhubung kekuatan badannya belum dapat memenuhi kehendak akalnya. Jadi
kelahiran manusia dalam keadaan bodoh akal sesuai dengan keadaan fisik bayi yang
belum banyak berfungsi. Hal ini membuktikan adanya kepedulian dan kebijaksanaan
Tuhan.

5. Dalil Ikhtiro’
Ikhtiro’ artinya penciptaan, digunakan untuk membuktikan adanya Tuhan dari segi
penciptaan alam. Dalil ini menggunakan dua dasar.
Pertama; bahwa keadaan segala yang berwujud ini adalah mukhtaro’ (diciptakan), sesuai
dengan al-Qur’an surat al-Hajj ayat 73:
Kedua; bahwa keadaan tiap-tiap ciptaan mempunyai mukhtari’nya (penciptanya).
10

Dalil ikhtiro’ menetapkan bahwa alam ini baru ada setelah diadakan. Tiap-tiap yang baru
tentu ada yang mengadakan, tidak mungkin ada dengan sendirinya, dan yang mengadakan
segalanya ini dialah Tuhan yang Wajibul Wujub (wajib adanya).

Kemaha Esa-an Allah

Allah adalah Maha Esa atau bersifat Wahdaniyah, yang mana kemaha-Esa-an Allah ini
meliputi:
a. Maha Esa dalam Dzat-Nya (al-Wahdatu fidz-Dzat). Artinya dzat Allah adalah
satu, tunggal, tidak terdiri dari tubuh dan anggota. Jika Tuhan bertubuh dan
beranggota berarti Tuhan memerlukan tempat dan ruang, dan berarti pula Tuhan
terbatas dan bersifat kebendaan, dan tergantung dari bagian-bagian dan anggota-
anggota tersebut. Jadi wujud Tuhan akan ditentukan oleh keadaan atau oleh hal-hal
lain. Ini artinya menjadi hilanglah arti kemutlakan dan sifat-sifat ke-Tuhan-an Tuhan.
Hal ini mustahil bagi Tuhan, dan karenanya pastilah dzat Tuhan itu tunggal, tidak
terdiri dari tubuh dan anggota.
b. Maha Esa dalam Sifat-Nya (al-wahdatu fish-shifat). Tidak ada sesuatu yang
menyamai Tuhan dalam sifat-sifatnya. Karena wujud Tuhan adalah wujud yang
tertinggi, yang tak ada satu pun wujud yang menyamai Tuhan. Oleh karena wujud
Tuhan adalah wujud yang tertinggi sehingga tak ada satu pun wujud lain yang
menyamai, maka sifat-sifat Tuhan pun adalah sifat yang tertinggi pula, tidak ada yang
menyamai sifat Tuhan.
Allah memiliki sifat kepribadian jumlahnya 99 disebut dengan Asmaul Husna
(julukan/sifat yang Agung). Keagungan Allah dalam kepribadian ini tidak ada yang
menyamai, artinya keagungan Allah dalam sifat-sifat seperti Sang Maha Bijaksana,
Sang Maha Pemaaf, Maha Adil, Maha Penyabar dst, itu bersifat mutlak, tidak sama
dengan makhluk. Di samping itu Allah juga memiliki sifat-sifat essensial yang
disebut sifat wajib dan sifat mustahil yang jumlahnya 20. Sifat wajib artinya sifat
yang harus ada pada Allah, dan sifat mustahil merupakan kebalikannya yakni sifat
yang tidak mungkin dimiliki Allah, yaitu (1) Wujud=ada >< tidak ada, (2)
qidam=azali, tidak ada permulaan >< dengan didahului sesuatu, (3) baqo’=kekal
abadi >< rusak, (4) mukholafatul lil hawaditsi=berbeda dengan apapun >< memiliki
kesamaan dengan makhluk, (5) qiyamuhu binnafsihi=berdiri sendiri >< memerlukan
bantuan yang lain, (6) Wahdaniyah=Maha Esa >< sama dengan yang lain, (7)
Qudrat=Maha kuasa >< tidak memiliki kekuasaan, lemah (8) Iradah=Berkehendak ><
ditentukan yang lain, (9) Ilmu=Maha Mengetahui/berilmu >< pengetahuannya
terbatas, (10) Hayyat=Hidup >< mati, (11) Sama’=Maha Mendengar ><
pendengarannya terbatas/tuli, (12) Bashar=Maha Melihat >< penglihatannya
terbatas/buta, (13) Kalam=Maha berkata-kata >< diam, bisu, (14) Qodiron=Berkuasa
>< lemah, tidak berdaya (15) Berkehendak >< terpaksa, dikendalikan, (16) Berilmu
>< bodoh, (17) Hidup >< mati, (18) Mendengar >< tuli, (19) Melihat >< buta, (20)
Berkata/berfirman >< bisu).
c. Maha Esa dalam wujud dan dalam perbuatan-Nya (al-Wahdatu fil-Wujud wal-
Af’al). Tuhan itu menyendiri dalam kemutlakan wujud dan dalam berbuat. Tak ada
11

wujud lain di samping Allah yang berkedudukan sebagai Yang Mutlak Maha
Pencipta.
d. Maha Esa dalam wujud-Nya. Wujud Allah sama sekali berbeda dengan wujud alam
semesta, termasuk manusia. Wujud Allah tidak dapat disamakan dan diserupakan
dengan apapun juga. Allah adalah wajibul wujud, eksistensinya wajib. Hanya Allah
yang abadi, selain Allah pasti binasa.
e. Allah Maha Esa dalam menerima ibadah. Hanya Allah saja yang berhak disembah
dan menerima ibadah. Hanya Allah satu-satunya yang patut disembah dan dimitai
petolongan.
f. Allah Maha Esa dalam menerima hajat dan hasrat manusia. Apabila manusia
hendak menyampaikan keinginan, maksud, permohonan dan yang serupa, langsung
disampaikan kepada Allah. Dalam berdoa manusia diperkenankan menyebut asma-
asma orang yang dekat dengan Allah, terutama nama Rasulullah, hal ini dimaksudkan
sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada orang yang dekat kepada Allah sehingga
kita akan dekat kepada Allah dan supaya doa kita diamini oleh orang-orang yang
dekat kepada Allah. Harus diyakini bahwa yang dituju adalah Allah dan yang bisa
mengabulkan hanya Allah. Jadi sama sekali bukan dimaksudkan meminta kepada
Nabi, Rasul, Wali atau lainnya.
g. Allah Maha Esa dalam memberi hukum. Allah adalah satu-satunya pemberi hukum
tertinggi. Allah yang menciptakan hukum bagi alam semesta, misalnya hukum
archimedes, hukum boyle dst. Allah juga yang membuat hukum bagaimana manusia
berinteraksi sosial dst. Semua hukum Allah terkait dengan perilaku hidup manusia
inilah yang disebut syariat.

Kemaha Esa-an Allah dijelaskan dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4.

‫ص َم ُد لَمۡ يَلِ ۡد َولَمۡ يُولَ ۡد َولَمۡ يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا َأ َح ۢ ُد‬
َّ ‫قُ ۡل هُ َو ٱهَّلل ُ َأ َح ٌد ٱهَّلل ُ ٱل‬
1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

Bukti Allah Maha Esa  Dalil Tolak Belakang atau Dalil At-Tamanu’

Dalil ini menyatakan bahwa sekiranya ada beberapa Tuhan (katakanlah misalnya ada 2
Tuhan), maka pastilah akan terjadi konfrontasi/permusuhan antara mereka. Dalam
konfrontasi ini masing-masing Tuhan berusaha untuk dapat mengalahkan Tuhan lain yang
menjadi saingannya.

Permusuhan terjadi, oleh karena masing-masing dari 2 Tuhan tadi mempunyai kehendak yang
saling berlawanan. Misalnya Tuhan yang satu berkehendak mewujudkan alam, sedang Tuhan
yang lain tidak. Maka hal ini akan menimbulkan 3 kemungkinan.

a. Mungkin kehendak 2 Tuhan itu kedua-duanya dapat terlaksana. Jadi akan terwujud
dan tidak terwujud dalam satu waktu.
12

b. Mungkin kehendak 2 Tuhan itu tidak terlaksana semua. Jadi alam ini tidak terwujud
dan terwujud terjadi dalam satu waktu yang sama.
c. Mungkin kehendak 2 Tuhan yang saling berlawanan itu hanya bisa terlaksana salah
satu saja, sedang kehendak yang lain tidak. Tuhan yang dapat terlaksana kehendaknya
itulah Tuhan yang sebenarnya, sedang yang lain tidak berhak disebut Tuhan.

Kemungkinan pertama dan kedua jelas mustahil sebab kenyataannya alam ini telah terwujud.
Maka satu-satunya kemungkinan yang benar ialah kemungkinan ketiga, yaitu Tuhan itu
hanya satu atau Esa. Pandangan ini sesuai dengan QS al-Anbiya’ ayat 22:
ۡ ۚ
َ‫صفُون‬ ِ ‫لَ ۡو َكانَ فِي ِه َمٓا َءالِهَةٌ ِإاَّل ٱهَّلل ُ لَفَ َس َدتَا فَس ُۡب ٰ َحنَ ٱهَّلل ِ َربِّ ٱل َع ۡر‬
ِ َ‫ش َع َّما ي‬
22. Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak
binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Selain itu juga bersumber pada QS al-Isra’ (17) ayat 42, al-Mukminun (23) ayat 91 dan ar-
Ra’du (13) ayat 16.
ۡ ۡ ‫ة َك َما يَقُولُونَ ِإ ٗذا‬ٞ َ‫قُل لَّ ۡو َكانَ َم َع ٓۥهُ َءالِه‬
ِ ‫ٱَّلبتَغ َۡو ْا ِإلَ ٰى ِذي ٱل َع ۡر‬
‫ش َسبِياٗل‬
42. Katakanlah: "Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan,
niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy".

ِ ‫ ۡب ٰ َحنَ ٱهَّلل‬S‫ض ُس‬


ٖ ۚ ‫هُمۡ َعلَ ٰى بَ ۡع‬S‫ض‬ َ Sَ‫ا خَ ل‬SS‫ ۢ ِه بِ َم‬Sَ‫لُّ ِإ ٰل‬SS‫َب ُك‬
ُ ‫ق َولَ َعاَل بَ ۡع‬ َ ‫َما ٱتَّ َخ َذ ٱهَّلل ُ ِمن َولَ ٖد َو َما َكانَ َم َع ۥهُ ِم ۡن ِإ ٰلَ ۚ ٍه ِإ ٗذا لَّ َذه‬
َ‫صفُون‬ ِ َ‫َع َّما ي‬
91. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya,
kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya,
dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka sifatkan itu,

‫ض ٗ ّر ۚا قُ ۡل ه َۡل‬
َ ‫ ِّمن دُونِ ِٓۦه َأ ۡولِيَٓا َء اَل يَمۡ لِ ُكونَ َأِلنفُ ِس ِهمۡ ن َۡفعٗ ا َواَل‬S‫ض قُ ِل ٱهَّلل ۚ ُ قُ ۡل َأفَٱتَّخ َۡذتُم‬ ِ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬ ِ ‫قُ ۡل َمن رَّبُّ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ُ S‫بَهَ ۡٱلخَ ۡل‬S‫وا كَخَ ۡلقِ ِهۦ فَت ٰ ََش‬S
‫ق‬ ْ Sُ‫ ُر َأمۡ َج َعل‬Sۗ ‫ت َوٱلنُّو‬
ْ Sُ‫ َر َكٓا َء خَ لَق‬S‫وا هَّلِل ِ ُش‬S ُّ S‫ت َِوي‬S‫ل ت َۡس‬Sۡ Sَ‫ر َأمۡ ه‬Sُ ‫ي‬S‫ص‬
ُ ‫ٱلظلُ ٰ َم‬ ِ َ‫يَ ۡست َِوي ٱَأۡل ۡع َم ٰى َو ۡٱلب‬
‫ق ُك ِّل َش ۡي ٖء َوهُ َو ۡٱل ٰ َو ِح ُد ۡٱلقَ ٰهَّ ُر‬ُ ِ‫َعلَ ۡي ِهمۡۚ قُ ِل ٱهَّلل ُ ٰخَ ل‬
16. Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah
kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai
kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama
orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah
mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya
sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta
segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

Kemaha-Esa-an Allah suatu prinsip

Ajaran tentang kemaha Esa-an Tuhan atau Tauhid dalam Islam merupakan pintu gerbang
Islam pertama yang harus dilalui oleh siapa saja yag menyatakan diri masuk Islam,
disebutkan dalam rukun Islam pertama yakni membaca dua kalimat syahadat:
13

Asyhadu allaa ilaaha illallah; wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah (saya


bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah).

Ajaran tauhid dalam Islam merupakan suatu prinsip yang menjadi jiwa atau ruh agama Islam
yang tidak bisa ditawar berlaku sepanjan masa. Oleh karena tauhid merupakan prinsip, maka
tindakan pelanggaran prinsip tauhid yakni berbuat syirik, dikutuk oleh Islam. Kutukan Islam
bagi yang menyalahi prinsip ke-Esa-an Allah berupa:

1. Menetapkan dosa karena mempersekutukan Tuhan sebagai dosa paling besar dan
tidak dapat diampuni; berdasarkan firman Tuhan QS an-Nisa’ (4) ayat 116.

‫ض ٰلَاَۢل بَ ِعيدًا‬ َ ‫ك بِِۦه َويَ ۡغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذلِكَ لِ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َو َمن ي ُۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ِ فَقَ ۡد‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡغفِ ُر َأن ي ُۡش َر‬
116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

2. Menetapkan segala amal orang yang mempersekutukan Tuhan sebagai amal yang
percuma karena tidak diterima oleh Tuhan; berdasarkan QS al-An’am (6) ayat 88.

Sْ ‫ٰ َذلِكَ هُدَى ٱهَّلل ِ يَ ۡه ِدي بِِۦه َمن يَ َشٓا ُء ِم ۡن ِعبَا ِد ۚ ِهۦ َولَ ۡو َأ ۡش َر ُك‬
ْ ُ‫وا لَ َحبِطَ ع َۡنهُم َّما َكان‬
َ‫وا يَ ۡع َملُون‬
88. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah,
niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.

3. Menganggap orang yang mempersekutukan Tuhan (misanya menuhankan Isa bin


Maryam atau lainnya) sebagai orang kafir dan haram masuk surga; berdasarkan QS
al-Maidah (5) ayat 72.

‫ ِإنَّ ۥهُ َمن‬Sۖۡ‫ُوا ٱهَّلل َ َربِّي َو َربَّ ُكم‬


ْ ‫د‬Sُ‫ٱعب‬ َ ‫ ٰ َٓر ِء‬S‫ي ُح ٰيَبَنِ ٓي ِإ ۡس‬S‫لَقَ ۡد َكفَ َر ٱلَّ ِذينَ قَالُ ٓو ْا ِإ َّن ٱهَّلل َ ه َُو ۡٱل َم ِسي ُح ۡٱبنُ َم ۡريَ ۖ َم َوقَا َل ۡٱل َم ِس‬
ۡ ‫يل‬
ٰ
‫ار‬
ٖ ‫نص‬ َ ‫ي ُۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ِ فَقَ ۡد َح َّر َم ٱهَّلل ُ َعلَ ۡي ِه ۡٱل َجنَّةَ َو َم ۡأ َو ٰىهُ ٱلنَّا ۖ ُر َو َما لِلظَّلِ ِمينَ ِم ۡن َأ‬
72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih
putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim
itu seorang penolongpun.

4. Menamakan orang-orang yang mempersekutukan Tuhan sebagai orang-orang yang


kotor dan najis, dan tidak boleh dekat-dekat dengan Masjidil Haram di Mekah
sesudah tahun 9 H; berdasarkan QS at-Taubah (9) ayat 28.
14

‫ة‬Sٗ Sَ‫ َذ ۚا َوِإ ۡن ِخ ۡفتُمۡ ع َۡيل‬Sَ‫ا ِم ِهمۡ ٰه‬SS‫ َد َع‬S‫ َرا َم بَ ۡع‬S‫ ِج َد ۡٱل َح‬S‫وا ۡٱل َم ۡس‬S
ْ Sُ‫س فَاَل يَ ۡق َرب‬ ٞ ‫ ِر ُكونَ نَ َج‬S‫ا ۡٱل ُم ۡش‬SS‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإنَّ َم‬
ۡ َ‫ف ي ُۡغنِي ُك ُم ٱهَّلل ُ ِمن ف‬
‫يم‬ٞ ‫ضلِ ِٓۦه ِإن َشٓا ۚ َء ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َح ِك‬ Sَ ‫فَ َس ۡو‬
28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi
miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Ajaran Tauhid ini tidak saja diajarkan oleh Nabi Muhammad tetapi juga diajarkan oleh semua
Nabi yang pernah diutus Allah. Pada dasarnya karena prinsip tauhid inilah semua Nabi diutus
Tuhan kepada manusia. Jadi agama yang dibawa Nabi Adam hingga Nabi Muhammad
terdapat persamaan prinsip yakni agama Tauhid. Maka semua agama yang dibawa para Nabi
sebenarnya merupakan satu kesatuan yang disebut Agama Islam sebagaimana disebutkan QS
al-Anbiya’ (21) ayat 25.

‫ُون‬ ۡ َ‫ي ِإلَ ۡي ِه َأنَّ ۥهُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإٓاَّل َأن َ۠ا ف‬Sٓ ‫ُول ِإاَّل نُو ِح‬
ِ ‫ٱعبُد‬ ٍ ‫َو َمٓا َأ ۡر َس ۡلنَا ِمن قَ ۡبلِكَ ِمن َّرس‬
25. Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku".

AKHLAK (SIKAP & PERILAKU) THD ALLAH

1. Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa pun dengan mempergunakan firman-Nya
dalam al-Qur’an (dalam kita ada ayat2 Qur’an yang tidak tertulis tp bisa dirasakan,
DENGAN MENDENGARKAN SUARA HATI NURANI) sebagai pedoman hidup
dan kehidupan;
2. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya;
3. Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridloan Allah;
4. Mensyukuri nikmat dan karunia Allah;
5. Menerima dengan ikhlas semua qodlo dan qodar Allah setelah berikhtiar maksimal
(doa dulu sbg kesadaran spiritual, lalu diikuti dengan ikhtiar atas dasar kesadaran);
6. Memohon ampunan kepada Allah;
7. Bertaubat hanya kepada Allah serta Rasul-Nya dengan taubatan-nasuha (taubat yang
sebanar-benarnya);
8. Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.

Akhlak terhadap Rasulullah:

1. Mencintai rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya;


2. Menjadikan rasulullah sebagai idola, suri tauladan dalam hidup dan kehidupannya;
3. Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa yang dilarangnya;

Akhlak terhadap Orang Tua:


15

1. Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya;


2. Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang;
3. Berkomunikasi kepada keduanya dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah
lembut;
4. Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya;
5. Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka, termasuk ketika mereka sudah
wafat;

Akhlak terhadap Diri Sendiri:

1. Memelihara kesucian diri;


2. Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak
Islam);
3. Jujur dalam perkataan dan perbuatan;
4. Ikhlas;
5. Sabar;
6. Rendah hati;
7. Malu melakukan perbuatan jahat;
8. Menjauhi dengki;
9. Menjauhi dendam;
10. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain;
11. Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.

Akhlak terhadap Keluarga & Karib Kerabat:

1. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga;
2. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak;
3. Berbakti kepada ibu-bapak;
4. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang;
5. Memelihara hubungan silaturrahim dan melanjutkan silaturrahim yang dibina orang
tua yang telah wafat.

Akhlak terhadap Tetangga:

1. Saling mengunjungi;
2. Saling bantu di waktu senang lebih-lebih tatkala susah;
3. Saling beri memberi;
4. Saling hormat menghormati;
5. Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

Akhlak terhadap masyarakat:

1. Memuliakan tamu;
2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan;
3. Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa;
16

4. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah
diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat;
5. Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya;
6. Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama;
7. Mentaati putusan yang telah diambil;
8. Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan
seseorang atau masyarakat kepada kita;
9. Menepati janji.

Akhlak terhadap Makhluk selain manusia:

1. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup;


2. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang
sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya;
3. Sayang pada semua makhluk.

TAQWA

Perintah taqwa tertuang dalam beberapa ayat, antara lain: Q.S al-Hujurat (49) ayat 13 dan al-
Baqarah (2) ayat 177.
ۚ ٓ
َ S‫عُوبٗ ا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬S ‫ى َو َج َع ۡل ٰنَ ُكمۡ ُش‬Sٰ َ‫ر َوُأنث‬S
َ ‫ َد ٱهَّلل ِ َأ ۡتقَ ٰى ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل‬S ‫ َر َم ُكمۡ ِعن‬S‫ ْا ِإ َّن َأ ۡك‬S‫ارفُ ٓو‬S ٰۡ
ٖ S‫ا ٱلنَّاسُ ِإنَّا خَ لَقنَ ُكم ِّمن َذ َك‬SSَ‫ٰيََأيُّه‬
ٞ ِ‫َعلِي ٌم َخب‬
‫ير‬
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

ٓ
‫ ِة‬S‫ر َو ۡٱل َم ٰلَِئ َك‬S ۡ ۡ ٰ ِ ‫ ر‬S‫ق و ۡٱلم ۡغ‬
ِ S‫و ِم ٱأۡل ٓ ِخ‬Sۡ Sَ‫ َّر َم ۡن َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َوٱلي‬Sِ‫ب َولَ ِك َّن ٱلب‬
ۡ
ِ َ َ Sِ ‫ ِر‬S‫ َل ٱل َم ۡش‬Sَ‫م قِب‬Sۡ‫وا ُوجُوهَ ُك‬ ْ ُّ‫س ۡٱلبِ َّر َأن تُ َول‬
َ ‫۞لَّ ۡي‬
ِ ‫ا‬SSَ‫يل َوٱلسَّٓاِئلِينَ َوفِي ٱلرِّ ق‬
‫ب‬ ِ ِ‫ال َعلَ ٰى ُحبِِّۦه َذ ِوي ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم ٰ َس ِكينَ َو ۡٱبنَ ٱل َّسب‬ َ ‫ب َوٱلنَّبِ‍يِّۧنَ َو َءاتَى ۡٱل َم‬ ِ َ‫َو ۡٱل ِك ٰت‬
‫س‬ ۡ ۡ
ِ ۗ ‫أ‬SSَ‫ء َو ِحينَ ٱلب‬Sِ ‫رَّٓا‬S‫ٱلض‬ َّ ‫ٓا ِء َو‬S‫بِ ِرينَ فِي ۡٱلبَ ۡأ َس‬S‫ٱلص‬ َّ ٰ ‫ُوا َو‬ْ ۖ ‫د‬Sَ‫ ِد ِهمۡ ِإ َذا ٰ َعه‬S‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَى ٱل َّز َك ٰوةَ َو ۡٱل ُموفُونَ بِ َع ۡه‬ َّ ‫َوَأقَا َم ٱل‬
ٓ ْ ۖ ُ‫ص َدق‬ ٓ
Sَ ‫وا َوُأوْ ٰلَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ۡٱل ُمتَّقُون‬ َ َ‫ك ٱلَّ ِذين‬ َ ‫ُأوْ ٰلَِئ‬
177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa.

Ketaqwaan manusia dengan Allah, dapat diwujudkan dalam bentuk, antara lain:

1. Beriman kepada Allah menurut cara yang dijelaskan dalam al-Quran;


2. Beribadah kepada Allah yakni melaksanakan Rukun Islam;
17

3. Mensyukuri nikmat-Nya dengan cara memanfaatkan sesuai aturan Allah;


4. Sabar, tidak putus asa dan tawakkal dalam menerima cobaan Allah;
5. Memohon ampun dan bertaubat atas segala dosa dan perbuatan tercela.

Hubungan manusia dengan hati nuraninya, antara lain senantiasa berlaku: (1) sabar, (2)
pemaaf, (3) adil, (4) ikhlas, (5) berani, (6) memegang amanah, (7) mawas diri, dan (8)
mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak dan budi pekerti yang baik.

Hubungan manusia dengan sesama manusia, antara lain dengan: (1) tolong menolong, (2)
suka memaafkan kesalahan orang lain, (3) menepati janji, (4) lapang dada, dan (5)
menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI MENURUT ALQUR’AN

Al-Qur’an Surat Ar-Rahman (55) 1-4:

َ‫ق ٱِإۡل ن ٰ َسنَ عَلَّ َمهُ ۡٱلبَيَان‬


َ َ‫ٱلر َّۡح ٰ َمنُ عَلَّ َم ۡٱلقُ ۡر َءانَ خَ ل‬
“Yang Maha Kasih; mengajarkan Al-Qur’an. Menciptakan insan. Mengajarkannya Al-Bayan”

Asy-Syaukani dalam tafsir Fath al-Qodir mengartikan al-Bayan sebagai kemampuan


berkomunikasi.

Bagaimana seharusnya orang-orang berkomunikasi?

Berdasarkan kata al-qoul, dapat disimpulkan bahwa ada 6 prinsip komunikasi:

1. Qoulan Baligha (QS. An-Nisa’/4:63): Perkataan yang membekas dalam jiwa


“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

2. Qoulan Layyina (QS. Thaha/20:44): Perkataan yang lemah lembut


“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
3. Qoulan Ma’rufa (QS. An-Nisa’/4:5): Perkataan yang baik
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya,
harta (mereka yang ada dalam kekuasaanya) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
kepada mereka kata-kata yang baik”.
4. Qulan Maysura (QS. Al-Isra’/17:28): Perkataan yang pantas
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”.
18

5. Qoulan Karima (QS. Al-Isro’/17:23): Perkataan yang mulia


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia,
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai berimur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia”.
6. Qoulan Sadiida (QS. An-Nisa’/9): Perkataan yang benar
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
7. Qoulan Salama (QS.Al-Furqon: 63): Perkataan yang memberikan kedamaian
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”.

Anda mungkin juga menyukai