Anda di halaman 1dari 63

MANUSIA

DAN
AGAMA
SIAPA
MANUSIA ?
SIAPA MANUSIA
 Bertanya tentang manusia, pada
hakikatnya bertanya tentang diri
kita sendiri
 Sejak dulu sudah dibahas, siapa
manusia, tapi tidak ada jawaban
yang tuntas dan memuaskan
 Pemberian pengertian selalu terkait
dengan latar belakang pembicara
CHARLES DARWIN
TEORI DARWIN
Semua makhluk hidup berasal
dari nenek moyang yang sama
dan berhubungan antara satu
sama lainnya.
TEORI EVOLUSI MANUSIA
 Teori evolusi manusia berfokus pada anggapan
bahwa manusia berkembang atau berevolusi di
bumi dari primata.
 Hewan primata berkaitan dengan manusia dari
genetiknya.
 DNA antara manusia dan primata mencapai
kemiripan hingga 97%.
 Manusia dan primata memiliki nenek moyang
yang sama.
MUNGKINKAH AKAN BEGINI ?
MAKHLUK EKONOMI
HOMO HOMINI LUPUS
MAKHLUK SOSIAL
MAKHLUK PERASA
MAKHLUK BERPIKIR
SIAPA MANUSIA ?
TERGANTUNG SIAPA
YANG MEMBERIKAN
DEFINISI
MANUSIA MENURUT ISLAM
 Makhluk ciptaan Allah
 Memiliki potensi untuk
beriman (kepada Allah)
 Dikaruniai akal, perasaan, dan
kehendak
 Bertanggung jawab atas
segala perbuatannya
 Memiliki akhlak dan moral
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
MENURUT AL-QUR’AN

 Sulalah min tin (saripati tanah)


 Nuthfah (air mani)
 ‘Alaqah (segumpal darah)
 Mudzghah (segumpal daging)
 ‘Adhm (tulang)
 Lahm (daging)
 Ditiupkan ruh
 Lahir manusia
‫‪QS. AL-MU’MINUN:12-14‬‬

‫س َٰلَلٍَ ِ نمن ِِنن‬ ‫س َن ِمن ُ‬ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ْ ِ‬


‫ٱْلن َٰ َ‬
‫طفًٍَ فِى قَ َرار َّم ِكنن‬ ‫ث ُ َّم َجعَ ْل َٰنَهُ نُ ْ‬
‫ضغًٍَ فَ َخلَ ْقنَا‬ ‫علَقًٍَ فَ َخلَ ْقنَا ْٱلعَلَقٍََ ُم ْ‬ ‫طفٍََ َ‬ ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا ٱلنُّ ْ‬
‫شأ ْ َٰنَهُ‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ُ‬
‫ِ َ ْ ً َّ َ‬ ‫ث‬ ‫ا‬‫م‬‫ح‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫م‬‫ظ‬‫َ‬ ‫َٰ‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ٱل‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫َْ‬‫س‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫ا‬‫م‬ ‫َ‬
‫ظ‬ ‫َٰ‬
‫ضغٍََ ِع ً‬ ‫ْٱل ُم ْ‬
‫س ُن ْٱل َٰ َخ ِل ِق َ‬
‫نن‬ ‫ٱَّللُ أ َ ْْح َ‬
‫ار َك َّ‬ ‫خ َْلقًا َءاخ ََر ۚ فَتَبَ َ‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.”
MANUSIA DALAM AL-
QUR’AN
 Dalam Al-Qur`an manusia disebut
dalam tiga istilah:
1. Basyar (makhluk biologis)
2. Al-Insan (khalifah pemikul amanah)
3. Al-Nas (makhluk sosial)
BASYAR

“Katakanlah (Muhammad):
“Sesungguhnya aku ini manusia biasa
seperti kamu. Hanya saja
diwahyukan kepadaku bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang maha Esa.”
(QS. Al-Kahfi:110)
 Iistilah basyar mengacu kepada manusia
dari aspek biologisnya (mempunyai bentuk
tubuh, kebutuhan seks, makan, dan
minum, serta mengalami penuaan dan
mati).
 Kata basyar ditujukan kepada seluruh
manusia tanpa terkecuali, termasuk para
nabi dan rasul juga memiliki dimensi basyar
dalam dirinya.
 Basyar adalah manusia dengan
karakternya yang sangat dasar.
 Sikap emosionalnya lebih dominan
daripada spiritual dan intelektualnya.
AL-INSAN

 “Sungguh, Kami telah menciptakan


manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya” (QS. At-Tin:4).
 “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka
mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan
dia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat
kebaikan (harta) dia jadi kikir” (QS. Al-
Ma’arij: 19-21).
 Al-insan merujuk pada kemampuannya
dalam menguasai ilmu pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan
melakukan hal lainnya.
 Insan adalah makhluk yang menjadi, yang
selalu berproses, bergerak dinamis menuju
arah kesempurnaan.
 Keberadaannya membawa manfaat bagi
orang lain.
 Al-insan menunjukkan totalitas manusia
sebagai makhluk jasmani dan rohani.
 Mengandung dua dimensi; dimensi tubuh
(dengan berbagai unsurnya) dan dimensi
spiritual (yang ditiupkan ruh-Nya).
 manusia sebagai makhluk yang memiliki
potensi lengkap, sehingga layak
menyandang amanah sebagai khalifah di
muka bumi ini.
 Makhluk tidak sempurna (tergesa-gesa,
lemah, kikir, resah dan gelisah, dan lain
sebagainya).
NAS

 “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).
 cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain atau dalam
masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu
pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak dapat
hidup tanpa keberadaan manusia lainnya
 Istilah ini digunakan bagi basyar yang mengoptimalkan
intelektualnya. Mereka bersosialisasi, berkarya,
membangun peradaban, kebudayaan, keilmuan, dan
selalu berpikir memperbaiki tatanan dan nilai nilai
kehidupan.
• Dari aspek asalnya, manusia terdiri dari
dua unsur : materi (tanah) dan imateri
(ruh).
• Keduanya memiliki kebutuhan yang
harus dipenuhi.
• Bahagia dicapai bila ada keseimbangan
di antara pemenuhan jasmani dan
ruhani.
 Manusia diciptakan
sempurna sebagai makhluk
fisik dan spiritual, makhluk
individual dan sosial, dan
makhluk intelektual dan
emosional.
 Kesemuanya harus
mendapat pemenuhan yang
seimbang → bahagia.
 Ketika satu saja terabaikan,
akan menyebabkan
penderitaan.
 Manusia makhluk dua dimensi : dimensi
kerendahan (kehinaan) dan dimensi
ketuhanan (kemuliaan)

 Tugas manusia : sebagai hamba Allah


dan sebagai khalifah
MANUSIA SEBAGAI HAMBA

 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan


manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-
Dzariyat:56).
 “Padahal mereka hanya diperintah
menyembah Allah dengan ikhlas
menaati-Nya semata-mata karena
(menjalankan) agama” (QS. Al-
Bayyinah:5)
 Hakikat penghambaan adalah
ketundukan dan ketaatan total
kepada Allah dan menerima semua
yang dikehendaki-Nya.
 Hamba Allah yang baik senantiasa
ingat bahwa ibadah secara baik dan
konsisten adalah tujuan penciptaan
dirinya.
HAKIKAT HAMBA
 Seorang hamba tidak pernah
menganggap apa yang ada
dalam genggamannya sebagai
miliknya
 Segala perbuatannya hanya
berkisar pada pelaksanaan
perintah dan menjauhi
larangan “tuan”nya
 Tidak memastikan sesuatu
kecuali mengaitkannya
dengan izin “tuan”nya
MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu


berfirman kepada para malaikat,
"Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.“
(QS. Al-Baqarah:30)
 Selain peran sebagai hamba yang bersifat
vertikal, manusia juga mempunyai peran
horizontal, yaitu sebagai khalifah Allah di
muka bumi.
 Tugas khalifah adalah menjadi wakil Allah
untuk mengelola dan memakmurkan bumi
untuk kesejahteraan manusia.
 Manusia harus merawat dan melestarikan
segala fasilitas dari Allah sebagai bentuk
syukur sekaligus pelaksanaan peran
kekhalifahan.
 Tugas kekhalifahan harus dilaksanakan
dalam kerangka tugas penghambaan.
 Dua peran tersebut secara tidak terpisah
menandakan bahwa Islam menganjurkan
umatnya untuk menjadi shalih secara
individual, sekaligus shalih secara sosial.
 Seluruh rangkaian ibadah yang dilakukan
manusia berujung pada kebaikan dan
kesejahteraan tatanan hidup umat
manusia.
ANTARA
MANUSIA
DAN
BINATANG
SAMAKAH MANUSIA
DENGAN BINATANG
PERSAMAAN MANUSIA
DAN BINATANG
• Dari sudut biologis instingtif :
1. Punya naluri makan dan minum (butuh materi
untuk mempertahankan hidup)
2. Punya naluri mempertahankan diri
(menghindar dan bertahan dari setiap yang
membahayakan)
3. Punya naluri berkembang biak (regenerasi dan
mengembangkan keturunan)
YANG MEMBEDAKAN
• Kemampuan dalam mengembangkan
naluri tersebut (pada binatang tidak
pernah berubah, sebaliknya manusia
selalu mengembangkan cara pemenuhan
naluri tersebut)
• Perbedaan fundamental : manusia punya
akal dan punya pengendali yaitu norma,
moral, dan etika
• Norma, moral, dan etika yang bersifat
absolut ditemukan dalam agama
KARAKTERISTIK MANUSIA
• Manusia makhluk berpikir (hayawan
natiq) → mencari kebenaran
• Bertanya → berpikir → mencari jawaban
→ menemukan kebenaran
• Tiga cara manusia menemukan
kebenaran: ilmu pengetahuan, filsafat,
dan agama
MASALAH MANUSIA

• Masalah segera (immediate problem)


: masalah keseharian, berbeda bentuk dan
cara penanganan pada setiap manusia
• Masalah asasi (ultimate problem) :
muncul dari penghayatan dan perenungan
yang mendalam tentang hidup (siapa aku,
dari mana aku, di mana aku saat ini, akan
ke mana aku)
• Masalah asasi menanyakan tentang
manusia, alam, dan Tuhan
PERKEMBANGAN CARA
BERPIKIR MANUSIA
Teori August Comte (positivisme) : perkembangan
cara berpikir manusia melalui tiga tingkatan
secara evolutif:
1. Tingkatan Teologi
● Selalu berpikir tentang kekuatan
hebat/gaib di luar manusia
● Belum berpikir tentang sebab
akibat
● Selalu hidup dalam ketakutan
PERKEMBANGAN CARA
BERPIKIR MANUSIA
2. Tingkatan Metafisik
● Berpikir tentang menanggulangi bahaya
dengan cara metafisik
● Mengadakan sesajian kepada dewa untuk
mempengaruhi kekuatan gaib
3. Tingkatan Positif
● Memahami hukum alam (sebab akibat)
● Telah menguasai ilmu pengetahuan
● Berusaha memanfaatkan alam untuk
kepentingannya
◼ Menurut aliran positivisme, pada
tingkat positif, manusia mampu
menyelesaikan permasalahannya
sendiri tanpa campur tangan Tuhan.
◼ Jadi manusia tidak perlu agama.
KETIKA MANUSIA
BERPENDAPAT BAHWA SEMUA
PERMASALAHAN HIDUPNYA
DAPAT DIATASI SENDIRI,
MASIH PERLUKAH
AGAMA DALAM
KEHIDUPAN ?
 Ternyata pada tingkat
positif, manusia masih
berlaku irasional

 Kebutuhan manusia kepada


Tuhan/agama terjadi dalam
semua tingkatan
URGENSI AGAMA
 Antroposentrisme dan budaya
materi menyebabkan krisis dan
malapetaka
 Kemajuan material menyebabkan
terjadinya kekosongan batin dan
perasaan meaning-less (hidup tanpa
makna)
 Ingin pedoman hidup yang sejati
agar selamat dunia dan akhirat
 Modernisasi telah
melahirkan multikrisis,
yakni krisis makna
hidup, kehampaan
spiritual, dan
tersingkirnya agama dari
kehidupan manusia.
 Pada zaman modern,
obsesi keduniaan lebih
dominan mewarnai
ketimbang nilai spiritual.
 Kemajuan sains dan
teknologi tidak
diimbangi dengan
kontemplasi batin dan
pendalaman spiritual.
 Akibatnya jiwa menjadi
kering, hampa dan
membutuhkan siraman
ruhani yang dapat
menyejukkannya.
MANUSIA
BUTUH
PETUNJUK
TUHAN
HIDAYAH (PETUNJUK) TUHAN
1. Hidayah naluri
2. Hidayah indera
• naluri dan indera juga
diberikan kepada hewan
3. Hidayah akal
4. Hidayah agama
• akal dan agama
hanya untuk
manusia.
• Melalui hidayah
agama, manusia
mengetahui siapa
dirinya, dari mana
ia, di mana ia
sekarang, dan
akan kemana ia
menuju.
 Masyarakat yang hanya
mengakui keabsahan
ilmiah dan kehilangan
penglihatan mata hati,
akan sulit mengembalikan
kesadaran ketuhanannya.
 Penyebab utamanya:
mengandalkan kekuatan
rasio (nalar) dan
bergelimang dengan
kemewahan materi.
MANUSIA PERLU AGAMA
 Kehidupan modern membuat banyak
orang terjebak pada materialisme dan
hedonisme.
 Segala sesuatu diukur dengan materi.
 Pemenuhan kebutuhan dianggap cukup
jika jasmani telah mendapatkan apa
yang diinginkannya.
 Akhirnya membuat manusia
teralienasi dalam
kehidupannya.
 Perlu adanya upaya
membangun spiritualitas.
 Membangun spiritualisme
adalah usaha melakukan
refreshing mental atau ruhani
berupa keyakinan, iman,
ideologi, etika, dan pedoman
atau tuntunan → agama.

Anda mungkin juga menyukai