Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

Nama : AGUNG MAULANA

NIM : 051381313

Prodi : S1 MANAJEMEN

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

(Jawaban 1)

Ibadah mahdlah adalah ibadah yang dilakukan dengan cara yang telah ditetapkan dan dijelaskan
secara rinci dalam Al-Quran dan Hadis. Ibadah ini memiliki aturan dan tata cara ibadah yang sangat spesifik
dan tidak memungkinkan variasi atau improvisasi. Prinsip dasar ibadah mahdlah adalah "melakukan
sesuatu sesuai dengan petunjuk dan contoh yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW." Contoh dari
ibadah mahdlah adalah :

a) Shalat: Shalat adalah ibadah yang diatur secara ketat dalam hal waktu, gerakan, dan bacaan.
b) Puasa: Puasa pada bulan Ramadan memiliki tata cara yang jelas dalam hal waktu berpuasa, apa
yang diperbolehkan dan dilarang selama puasa.
c) Haji: Ibadah haji memiliki aturan yang ketat dalam hal waktu, tempat, dan ritus yang harus diikuti.

Ibadah ghairu mahdlah adalah ibadah yang tidak memiliki tata cara yang sangat rinci dalam Al-Quran
dan Hadis, tetapi tetap sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Ibadah ini memberikan lebih banyak ruang
untuk variasi dan adaptasi dalam pelaksanaannya. Prinsip dasar ibadah ghairu mahdlah adalah
"melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam tanpa aturan yang sangat ketat." Contoh dari
ibadah ghairu mahdlah adalah :

a) Dzikir: Dzikir adalah ibadah yang melibatkan mengingat Allah dengan menyebut nama-Nya, dan
ada berbagai bentuk dzikir yang dapat dilakukan tanpa aturan waktu atau jumlah tertentu.
b) Membaca Al-Quran: Membaca Al-Quran di luar shalat adalah ibadah yang dapat dilakukan dengan
berbagai niat dan tanpa tata cara yang ketat.
c) Sadaqah (amal kebajikan): Memberikan sedekah atau amal kebajikan kepada yang membutuhkan
adalah ibadah ghairu mahdlah, yang tidak memiliki batasan tertentu dalam hal jumlah atau waktu.

(Jawaban 2)

Dalam Al-Qur'an, proses penciptaan manusia dijelaskan dalam beberapa ayat, salah satunya adalah
Surah Al-Mu'minun (Surah ke-23), ayat 12-14:

‫ي‬ ِّ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ
‫قد خلقنا ِاْلنسان ِمن سَللة من ِط ن‬
‫ي‬ ََ َ ُ ُ ََْ َ ُ
‫ثم جعلناه نطفة ِ ِف قر نار م ِك ن‬
َ ُ ّ َ َ َ َ َ َ َ َ ً ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ ً َ َ َ ْ َ َ َ َ ً َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُّ َ َ َ ُ
‫اَلل أح َس ُن‬ ‫ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مضغة فخلقنا المضغة ِعظاما فكسونا ال ِعظام لحما ثم أنشأنــه خلقا ءاخر فتبارك‬
‫ي‬َ ‫ْال َخــالق‬
ِِ
Artinya:

"Kami telah menciptakan manusia dari saripati (tanah). Kemudian Kami jadikan dia (sperma) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian Kami ciptakan sperma itu menjadi segumpal darah. Lalu segumpal darah
itu Kami ciptakan menjadi sepotong daging. Kemudian daging itu Kami ciptakan menjadi tulang belulang.
Kemudian tulang belulang itu Kami balut dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik."

Tahapan penciptaan manusia dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Diciptakan dari Tanah (Saripati): Ayat pertama menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
"saripati" atau "tanah," yang menggambarkan sumber penciptaan manusia yang berasal dari
unsur-unsur alamiah.
2. Sperma dalam Rahim yang Kokoh: Setelah penciptaan dari tanah, sperma manusia kemudian
dijadikan dalam "tempat yang kokoh," yang dapat diidentifikasi sebagai rahim. Ini
mencerminkan tahap awal perkembangan manusia sebagai embrio dalam rahim ibu.
3. Segumpal Darah, Daging, dan Tulang: Selanjutnya, sperma itu berkembang menjadi "segumpal
darah," kemudian menjadi "sepotong daging," dan selanjutnya menjadi "tulang belulang." Ini
mencerminkan perkembangan janin dari tahap awal hingga membentuk struktur tubuh yang
lebih kompleks.
4. Balutan Daging pada Tulang: Daging kemudian melapisi tulang belulang, menunjukkan
perkembangan lebih lanjut dan pembentukan bentuk manusia yang semakin sempurna.
5. Penciptaan sebagai Manusia : Akhirnya, manusia mencapai tahap penciptaan yang
menjadikannya "makhluk yang (berbentuk) lain," yang menandakan manusia sebagai makhluk
hidup yang sempurna dan unik, dengan fitrah (karakteristik alamiah) yang berbeda dari makhluk
lainnya.

Dalam ayat ini, Allah menekankan keajaiban penciptaan manusia dan mengajak manusia untuk
merenungkan proses penciptaan ini sebagai tanda kebesaran-Nya.

(Jawaban 3)
Al-Qur'an menggunakan beberapa istilah untuk menyebut manusia, dan setiap istilah ini memiliki
makna dan konotasi khusus. Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan dalam Al-Qur'an untuk
merujuk kepada manusia beserta penjelasannya:

1. Al-Insan : Istilah ini merujuk kepada manusia sebagai makhluk berakal, memiliki kecerdasan, dan
potensi moral. Al-Insan juga sering digunakan untuk menggambarkan sifat dan karakteristik
manusia sebagai makhluk yang mudah lupa, lemah, dan cenderung melakukan dosa.
2. Al-Bashar : Istilah ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk berbentuk daging dan darah. Ini
mengingatkan pada sifat fisik manusia yang rapuh dan rentan, sementara jiwa dan
intelektualitasnya menjadikannya istimewa.
3. Al-Adam : Al-Adam merujuk kepada manusia sebagai keturunan Nabi Adam (peace be upon him),
manusia pertama dalam pandangan Islam. Ini merujuk kepada manusia sebagai keturunan Adam
dan Hawa.
4. An-Nas : Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada seluruh umat manusia atau manusia
secara umum. Ini mencakup semua orang, tanpa memandang suku, agama, atau ras.
5. An-Naas : Mirip dengan An-Nas, An-Naas juga digunakan untuk merujuk kepada manusia secara
umum, tetapi dalam beberapa konteks, ini dapat mengacu kepada manusia sebagai individu yang
membutuhkan perlindungan dan pertolongan Allah.
6. Al-‘Ibādah : Manusia juga sering disebut sebagai hamba Allah (‘Ibādah), yang mengingatkan pada
peran utama mereka untuk beribadah kepada Allah dan memenuhi tujuan spiritual dalam hidup.
7. Al-Khalifah : Manusia digambarkan sebagai khalifah di bumi, yang berarti manusia dianggap
sebagai pemimpin atau wakil Allah di dunia ini. Mereka diberi tanggung jawab untuk menjaga dan
mengelola alam semesta ini dengan baik.

(Jawaban 4)

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, manusia diberi peran sebagai khalifah di bumi. Ini adalah
tanggung jawab besar yang mengharuskan manusia untuk menjalankan peran tersebut dengan baik dan
sesuai dengan ajaran Islam. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan manusia untuk
merealisasikan peran sebagai khalifah :

1. Bertaqwa kepada Allah : Langkah pertama adalah memperkuat hubungan dengan Allah. Ini
mencakup beribadah, berdoa, dan menjalani hidup dengan kesadaran akan keberadaan Allah.
Ketakwaan adalah dasar moral dalam menjalankan peran sebagai khalifah.
2. Mendukung Keadilan dan Kemanusiaan : Membela hak orang yang lemah dan tertindas adalah
bagian penting dari peran sebagai khalifah. Ini mencakup membantu orang miskin, anak-anak
yatim, dan mereka yang membutuhkan bantuan.
3. Menjalani Hidup Sesuai Ajaran Agama : Mengikuti ajaran agama yang benar adalah inti dari peran
sebagai khalifah. Ini mencakup mematuhi hukum agama, etika, dan nilai-nilai moral dalam setiap
aspek kehidupan sehari-hari.
4. Berkontribusi pada Kesejahteraan Sosial : Khalifah harus berkontribusi pada kesejahteraan
masyarakat dan berusaha untuk mengatasi ketidaksetaraan, kemiskinan, dan masalah sosial
lainnya. Memberikan sumbangan, bekerja untuk keadilan sosial, dan membantu yang
membutuhkan adalah bagian dari peran sebagai khalifah.
5. Mengelola Sumber Daya dengan Bijak : Sebagai khalifah, manusia harus mengelola sumber daya
alam, seperti air, tanah, hutan, dan energi, dengan bijak. Ini mencakup praktik-praktik
berkelanjutan dalam pertanian, penggunaan energi, pengelolaan limbah, dan upaya perlindungan
lingkungan.
6. Bekerja Menuju Kepemimpinan yang Adil : Khalifah harus bekerja menuju kepemimpinan yang
adil dalam masyarakat dan mengambil tindakan yang mempromosikan kesejahteraan dan
keselamatan umum.
7. Berperan Aktif dalam Pembangunan Masyarakat : Merealisasikan peran sebagai khalifah juga
berarti berperan aktif dalam pembangunan masyarakat, ekonomi, pendidikan, dan sosial.
Membantu membangun masyarakat yang sejahtera dan beradab adalah bagian dari tanggung
jawab sebagai khalifah.
8. Memajukan Ilmu Pengetahuan dan Kebijakan : Khalifah harus berusaha untuk memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta mengembangkan kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Mereka harus mencari ilmu dan berkontribusi pada pembangunan positif masyarakat.

(Jawaban 5)

Islam memiliki prinsip-prinsip yang kuat untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera.
Prinsip-prinsip ini mencakup nilai-nilai moral, etika, sosial, dan ekonomi yang dimaksudkan untuk
menciptakan masyarakat yang adil, beradab, dan sejahtera. Beberapa prinsip utama untuk mencapai
tujuan ini adalah :

1. Keadilan : Keadilan adalah prinsip utama dalam Islam. Masyarakat yang beradab dan sejahtera
harus didasarkan pada keadilan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hukum, ekonomi,
dan sosial. Semua individu harus diperlakukan dengan adil tanpa memandang suku, agama, atau
ras.
2. Kesejahteraan Sosial : Islam mendorong kesejahteraan sosial dan ekonomi. Prinsip istiqamah,
atau kestabilan, mengacu pada pemeliharaan kesejahteraan masyarakat dan kestabilan ekonomi.
Islam juga mendorong pemberian sedekah dan zakat untuk membantu yang membutuhkan.
3. Kemurahan Hati : Kemurahan hati dan perasaan empati adalah nilai penting dalam Islam.
Masyarakat yang beradab dan sejahtera harus mempromosikan kemurahan hati dan peduli
terhadap yang lemah, yatim piatu, dan mereka yang membutuhkan bantuan.
4. Ketertiban dan Keamanan : Menjaga ketertiban dan keamanan adalah hal yang sangat penting.
Islam mengutamakan perdamaian dan keamanan dalam masyarakat, serta melarang segala
bentuk tindakan kekerasan atau anarki.
5. Pendidikan : Pendidikan dianggap sebagai cara untuk meningkatkan peradaban dan kualitas
masyarakat. Islam mendorong pengetahuan, pembelajaran, dan perkembangan intelektual.
6. Keluarga yang Kuat : Islam mendorong pembentukan keluarga yang kuat dan etis sebagai fondasi
masyarakat yang beradab. Ini melibatkan penghormatan terhadap pernikahan, peran keluarga,
dan pendidikan moral anak-anak.
7. Kepemimpinan yang Adil : Kepemimpinan dalam masyarakat harus didasarkan pada keadilan,
amanah, dan akuntabilitas. Para pemimpin harus memegang prinsip keadilan dalam pengambilan
keputusan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
8. Toleransi dan Keanekaragaman : Islam mendorong toleransi dan penghargaan terhadap
perbedaan, termasuk perbedaan agama dan budaya. Hal ini penting dalam menciptakan
masyarakat yang harmonis dan beradab.
9. Etika dan Moral : Etika dan moral yang baik adalah inti dari masyarakat yang beradab. Islam
mengajarkan pentingnya berperilaku baik, jujur, dan bermartabat.
10. Kepedulian Lingkungan : Masyarakat yang beradab juga harus menjaga alam semesta. Islam
mengajarkan tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan larangan pemborosan sumber daya
alam.
Prinsip-prinsip ini adalah inti ajaran Islam yang memandu umatnya dalam menciptakan masyarakat
yang beradab dan sejahtera. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, masyarakat dapat membangun
fondasi yang kokoh untuk perdamaian, kemakmuran, dan perkembangan yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai