Anda di halaman 1dari 5

1.

Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan
Allah baik tata cara dan perincian-perinciannya (sifat, waktu, tempat dan lainnya).
Dengan prinsip : Harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al-Qur’an maupun
Hadis. Tata caranya harus berpola kepada apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini ukurannya
bukan logika. Azaznya kepatuhan dan ketaatan (ta’abbudi).
Contoh-contoh ibadah mahdhah antara lain : Masalah-masalah ushul, seperti
syahadat, sholat lima waktu, zakat, puasa, haji dan lain sebagainya.
Ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah yang tata cara
dan perincian-perinciannya tidak ditetapkan dengan jelas. Dengan prinsip :
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang, selama Allah dan
Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh dilakukan. Tata laksananya tidak
perlu berpola kepada contoh Rasulullah sehingga perkara baru (bid’ah) dalam ibadah
ghairu mahdhah diperbolehkan. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau
untung-ruginya, manfaat atau mudharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.
Sehingga jika menurut logika sehat, itu buruk, merugikan dan mudharat, maka tidak
boleh dilaksanakan. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat maka boleh dilakukan.
Dalam ibadah ghairu mahdhah.
Contoh-contoh ibadah ghairu mahdhah antara lain : Masalah-masalah furu’,
seperti shalat subuh dengan qunut atau tidak, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain
sebagainya.

2. Q.S. Al Mu’minun (23) : 12 - 14

ۡ ۡ ‫ان ِم ۡن ُس ٰل َل ٍة ِّم ۡن ِط‬ َ َ ۡ ۡ ََۡ َ ۡ َََ


ۚ ٢١‫ي‬ ‫ن‬ ‫ولقد خلقنا ِاۡلنس‬

٢١‫ي‬ ۡ ۡ ‫ف َق َرار َّم ِك‬ۡ ۡ ‫ُث َّم َج َع ۡل ٰن ُه ُن ۡط َف ًة‬


‫ن‬ ‫ن‬ ِ
َ ٰ ۡ َ َ َ ٰ َ َ ۡ ۡ َ ۡ َ َ َ ً َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ً َ َ َ َ َ ۡ ُّ َ ۡ َ َ ُ
‫ث َّم خلقنا النطفة علقة فخلقنا ال َعلقة ُمضغة فخلقنا ال ُمضغة ِعظ ًما فك َس ۡونا ال ِعظ َم ل ۡح ًما‬
َۡ ۡ ‫س ۡال ٰخلق‬
٢١ ؕ ‫ي‬ ُ ٰ ََ ‫ُث َّم َا ۡن َش ۡا ٰن ُه َخ ۡل ًقا ٰا َخ َر ؕ َف ََ ٰٰ َرر‬
َ ‫اّل َا ۡح‬
ِِ
Artinya : 12. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk
yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.

Tafsir Q.S. Al Mu’minun ayat 12 – 14 :

12) setelah Allah menyebutkan tentang penciptaan manusia, Dia menyebutkan tentang
tempat tinggalnya dan menyebutkan berbagai nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada
mereka dari berbagai sisi.
13) sebagai atap bagi bumi dan untuk maslahat kamu. Masing masing lapisan di atas
yang lain dan telah dihias dengan bintang matahari dan bulan serta menyimpankan di
dalamnya berbagai maslahat bagi makhluk.
14) yang dibawah langit itu maksudnya, kami tidak lalai terhadap makhluk kami dan
tidak membiarkannya, kami tidak lengah terhadap langit, oleh karna itu kami tahan
langit agar agar tidak tidak menimpa bumi, dan kami tidak lengah terhadap makhluk
sekecil biji sawipun baik di dasar lautan maupun di tengah padang sahara, kecuali kami
berikan rezekinya. Dalam Al Quran Allah SWT. Sering menggabung antar penciptaan
dan ilmu-Nya, yakni Dia Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Hal itu, karena
penciptaan makhluk terdapat dalil yang kuat terhadap pengetahuan dan kebijaksanaan
Allah.

Tahapan penciptaan manusia menurut Al Quran.


Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang
berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Nabi
Adam a.s. diciptakan dari tanah yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah meniupkan ruh kepadanya. Kedua, disebut dengan tahapan biologi.
Didalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani
(nuthfah) yang tersimpan dalam Tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut
kemudian dijadikan segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.
3. Basyar, Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan
sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang
berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda
dengan kulit makhluk lain yang tertutupi bulu. Dengan demikian istilah basyar
merupakan gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu,
berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Insan/An-Naas, Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti jinak, lawan dari
binatang liar; harmonis dan tampak. Namun dari sudut pandang Alquran, barangkali
lebih tepat diambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).Insan adalah
makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju menuju ke kesempurnaan.
Karakter “menjadi” ini membedakan manusia dengan fenomena lain di alam. Hewan
tidak dapat mengubah kondisinya, sedangkan manusia bisa terus berupaya
menyempurnakan dirinya serta berevolusi dengan akal dan ilmu. Di tataran ini, manusia
sudah mulai memiliki perbedaan daripada hewan. Sedangkan An-Naas adalah bentuk
jamak dari insan. Alquran menyebut manusia sebagai naas dalam statusnya sebagai
makhluk sosial yang bergaul dan bermasyarakat serta dalam berbagai contoh
perilakunya terhadap Tuhan.
Bani Adam, Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai
keturunan Nabi Adam AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal, untuk
apa dia hidup, dan kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam
menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera).
Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk
penjasadan sifat-sifat Tuhan.

4. 1. Pemahaman Agama
Langkah pertama dalam menjadi khalifah adalah memahami prinsip-prinsip agama
Islam. Ini mencakup memahami ajaran agama, etika, dan hukum-hukumnya.
Pemahaman yang mendalam tentang Islam adalah dasar untuk tindakan yang sesuai
dengan prinsip khalifah.
2. Ketaatan Terhadap Tuhan
Sebagai khalifah, manusia harus hidup dalam ketaatan terhadap Allah.Ini melibatkan
menjalankan ibadah sehari-hari, seperti shalat, puasa, dan sedekah, serta menjalani
kehidupan sesuai dengan nilai-nilai moral Islam.
3. Akhlak Mulia
Seorang khalifah harus menjaga akhlak yang mulia. Ini mencakup berperilaku baik, jujur,
adil, dan menjaga integritas dalam segala aspek kehidupan.
4. Pengembangan Diri
Manusia harus berusaha untuk terus mengembangkan diri dalam segala aspek
kehidupan. Ini termasuk pendidikan, keterampilan, dan kemampuan yang
memungkinkan mereka untuk memberikan kontribusi yang lebih baik dalam
peran khalifah mereka.
5. Keadilan
Salah satu prinsip kunci khalifah adalah keadilan. Manusia harus memastikan bahwa
mereka berperilaku adil dalam semua hubungan dan tindakan mereka. Ini mencakup
perlakuan yang adil terhadap semua individu, tanpa memandang suku, agama, atau ras.
6. Kepemimpinan yang Baik
Sebagai khalifah, manusia diharapkan untuk menjadi pemimpin yang baik dalam
masyarakat. Hal ini termasuk memberikan contoh yang baik, memimpin dengan
keadilan, dan mempromosikan kebaikan dalam masyarakat.
7. Pemberdayaan Masyarakat
Manusia sebagai khalifah harus berusaha untuk memajukan masyarakat. Ini bisa
dilakukan melalui pendidikan, pembangunan ekonomi, dan program sosial yang
membantu mereka yang membutuhkan.
8. Penghormatan Terhadap Hukum
Menghormati hukum negara adalah penting. Manusia sebagai khalifah harus berusaha
untuk menjalani kehidupan yang patuh terhadap hukum negara asalkan hukum tersebut
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

5. Keadilan Sosial: Prinsip ini menekankan pentingnya menghilangkan


ketidaksetaraan sosial dan ekonomi. Keadilan sosial melibatkan distribusi yang
adil dari sumber daya, peluang, dan manfaat dalam masyarakat. Ini mencakup
perlindungan hak asasi manusia, hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, serta
akses yang sama terhadap peluang.
Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan kebijakan adalah prinsip penting untuk membangun
masyarakat yang beradab dan sejahtera. Partisipasi aktif masyarakat membantu
memastikan bahwa kebijakan dan program yang diterapkan memenuhi
kebutuhan dan aspirasi mereka.
Pendidikan dan Pengetahuan: Investasi dalam pendidikan dan peningkatan
pengetahuan merupakan prinsip penting untuk mencapai masyarakat yang
beradab dan sejahtera. Dengan meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas,
individu dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pendidikan dan Pengetahuan: Investasi dalam pendidikan dan peningkatan
pengetahuan merupakan prinsip penting untuk mencapai masyarakat yang
beradab dan sejahtera. Dengan meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas,
individu dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pendidikan dan Pengetahuan: Investasi dalam pendidikan dan peningkatan
pengetahuan merupakan prinsip penting untuk mencapai masyarakat yang
beradab dan sejahtera. Dengan meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas,
individu dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Etika dan Moral: Etika dan moral adalah prinsip yang mendasari perilaku dalam
masyarakat yang beradab. Ini mencakup etika dalam bisnis, hubungan
antarindividu, dan tanggung jawab sosial.

Anda mungkin juga menyukai