Anda di halaman 1dari 6

AKAL DAN WAHYU DALAM PERSPEKTIF TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK CIPTAAN TUHAN

 Manusia adalah salah satu makhluk (ciptaan) Tuhan yang ada di alam (semesta) ini. Manusia
adalah makhluk dua dimensi. Di satu pihak dia terbuat dari tanah yang menjadikannya
makhluk fisik, dan di pihak lain dia juga makhluk spiritual karena, menurut Al-Qur’an [QS
Al-Hijr (15): 29, dan Shâd (38): 72], telah ditiupkan ke dalamnya ruh dari Tuhan. Dengan
demikian, manusia menduduki posisi yang unik antara alam dan Tuhan, yang memungkinkan
dirinya berkomunikasi dengan keduanya (Kartanegara, 2002: 137).
 Dengan posisinya yang unik itu, manusia diciptakan Tuhan bukan tanpa tujuan. tujuan
penciptaan manusia oleh Tuhan. Untuk memenuhi tujuan penciptaan itu adakah Tuhan
memperlengkapi manusia dengan sarana-sarana yang memungkinkan dia mewujudkan tujuan
penciptaannya.

B. PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

 Proses Penciptaan Manusia. Alloh dalam surah al-mu’minun ayat 12 - 14 telah di tegaskan
tentang proses penciptaan manusia secara lengkap, alloh berfirman:

‫) ثم خلقنااالنطفة علقة فخلقناالعلقة مضغة فخلقنا المضغة‬13(‫ثم جعلناه نطفة في قرارمكين‬  )12(‫ولقد خلقنا االنسان من سللة من طين‬
) 14 – 12 : ‫( المؤمنون‬  )14( ‫فتبارك هللا احسن الخالقين‬  ‫عظاما فكسوناالعظام لحما ثم انشأناه خلقا اخر‬
“Dan sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian
kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air
mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging, kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci
Allah, pencipta yang paling baik” (QS. Al Mu’minun: 12 – 14).

Penjelasan ayat:
Allah swt menciptakan manusia dari saripati tanah. artinya Allah swt. menciptakan manusia berasal
dari seorang laki-laki dan perempuan, keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan
dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati makanan yang fimakan oleh kedua
orang tua kita mejadi sperma dan sel telur. Hasil pembuahan menjadi segumpal darah dan yang
selanjutnya menjadi segumpal daging hingga tulang belulang yang dibungkus daging. sesudah itu,
Allah menciptakan anggota-anggota badan dan menyusun menjadi makhluk yang berbentuk seorang
bayi manusia. Air mani yang berasal dari saripati tanah, juga mengandung makna bahwa manusia
pada akhirnnya akan kembali pada tempatnya semula, yaitu tanah. Tanah yang dimaksud adalah
liang lahat. Artinya manusia berasal dari tanah, dan akan kembali tinggal meyatu dengan tanah
(Rizal Muhammad F, 2013).
 Kemudian dari ayat diatas, di pertegas lagi oleh alloh dalam firmanya pada Qur’an surah al-
Hajj ayat 5 yang berbunyi:
ْ ُّ‫ب ثُ َّم ِمن ن‬
ۚ ‫طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة ثُ َّم ِمن ُّمضْ َغ ٍة ُّمخَ لَّقَ ٍة َو َغي ِْر ُمخَ لَّقَ ٍة لِّنُبَيِّنَ لَ ُك ْم‬ ٍ ‫ث فَإِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن تُ َرا‬ ِ ‫ب ِّمنَ ْٱلبَ ْع‬ ٍ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن ُكنتُ ْم فِى َر ْي‬
‫َونُقِرُّ فِى ٱأْل َرْ َح ِام َما نَ َشٓا ُء إِلَ ٰ ٓى أَ َج ٍل ُّم َس ّمًى ثُ َّم نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغ ٓو ۟ا أَ ُش َّد ُك ْم ۖ َو ِمن ُكم َّمن يُت ََوفَّ ٰى َو ِمن ُكم َّمن يُ َر ُّد إِلَ ٰ ٓى أَرْ َذ ِل ْٱل ُع ُم ِر لِ َك ْياَل‬
‫يج‬
ٍ ‫ج بَ ِه‬ ْ ‫ت َوأَ ۢنبَت‬
ٍ ۭ ْ‫َت ِمن ُكلِّ زَ و‬ ْ َ‫ت َو َرب‬ ْ ‫ض هَا ِم َدةً فَإ ِ َذٓا أَن َز ْلنَا َعلَ ْيهَا ْٱل َمٓا َء ٱ ْهتَ َّز‬َ ْ‫ا ۚ َوتَ َرى ٱأْل َر‬ŸŠًٔ‫يَ ْعلَ َم ِم ۢن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم َش ْئـ‬
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan , maka sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian  kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan  di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah” (al-Hajj Ayat: 5).

Penjelasan ayat:  
apabila manusia bimbang akan hari kembali dan bangkitnya ruh bersama jasad, padahal
sesungguhnya asal penciptaan manusia ialah dari tanah (tanah itulah yang menjadi bahan penciptaan
Adam a.s), kemudian Dia menjadikan keturunan Adam dari saripati air yang sangat hina, setelah
nutfah berada dalam rahim seorang wanita, tinggallah nutfah itu dalam kondisi demikian selama
empat puluh hari berikut segala perkembangannya. Kemudian, nutfah berubah menjadi segumpal
darah merah dengan izin Allah. Kondisi itu berlangsung selama empat puluh hari. Kemudian darah
ini berubah dan menjadi segumpal daging yang tidak berbentuk dan berpola. Kemudian Allah mulai
membentuk dan merancangnya, lalu dibuatlah bentuk kepala, dua tangan, dada, perut, dua paha, dua
kaki dan anggota tubuh lainnya. Kadang-kadang wanita mengalami keguguran sebelum gumpalan
daging itu berbentuk dan berpola. Dan kadang-kadang mengalami keguguran setelah gumpalan
daging itu berbentuk dan berpola. Kadang-kadang janin itu menetap didalam rahim dan tidak gugur.
Janin yang gugur itu ada yang berbentuk makhluk ada pula yang tidak berbentuk. Apabila segumpal
daging itu sudah melampaui empat puluh hari, maka Allah mengutus seorang malaikat kepadanya
dan meniupkan ruh kedalamnya dan menyempurnakannya sesuai dengan yang dikehendaki Allah,
baik berbentuk tampan maupun jelek, laki-laki maupun perempuan dan Allah juga menetapkan rizki,
ajal, bahagia atau celakanya.

C. MANUSIA SEBAGAI PUNCAK (TUJUAN AKHIR) PENCIPTAAN ALAM

 Manusia sebagai Puncak (Tujuan Akhir) Penciptaan Alam Tumbuhnya sebatang pohon
mempunyai tujuan utama yaitu menghasilkan buah, demikian Rumi berpendapat.
Argumentasinya berpijak pada realitas pohon pisang yang akan terus tumbuh sampai
menghasilkan buah, dan setelah itu baru mati.
 Demikian pula dengan alam, sebagai ‘buah’nya adalah manusia, manusia adalah puncak atau
tujuan akhir penciptaan alam. Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh isi
alam adalah untuk manusia, ibarat seluruh akar, batang dan daun pisang dipersiapkan untuk
buahnya.
 Apabila mau direnungkan, bukankah apa saja yang ditemukan di dunia ini adalah untuk
manusia? Tentang ini sebuah hadis qudsi menyatakan: “Lau laka wa lan laka, mâ khalaqtu al-
`âlama kullahâ” (“Kalau bukan karenamu, tidak akan Kuciptakan alam semesta ini
seluruhnya.”) Al-Qur’an sendiri menyebutkan: “Dialah (Tuhan) yang menjadikan segala apa
yang ada di bumi untukmu.” [QS Al-Baqarah (2): 29].
 Sedangkan dalam konteks puncak penciptaan alam, manusia secara biologis adalah makhluk
yang paling lengkap dan paling canggih, dalam pengertian mengandung semua unsur yang
ada dalam kosmos, mulai unsur-unsur mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, hingga unsur-
unsur khas manusia itu sendiri yang merupakan daya-dayanya yang istimewa.
 Manusia sering disebut juga sebagai mikrokosmos (dunia kecil) yang terkandung di dalam
dirinya semua unsur yang ada dalam kosmos. Mengandung unsur mineral dimaksudkan
bahwa manusia memiliki daya atomik. Mengandung unsur tumbuh-tumbuhan berarti bahwa
manusia memiliki daya-daya nabati, yaitu makan (nutrition, alghâdziyah), tumbuh (growth,
al-munmiyah), dan berkembang biak (reproduction, al-muwallidah). Mengandung unsur-
unsur hewan berarti bahwa manusia memiliki daya-daya hewani,
 Unsur khas manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain adalah akal
 Secara fungsional, akal terbagi dalam dua daya: kemampuan kognitif atau teoritis (al-
quwwah al-`âlimah) yang dengannya manusia dapat mengetahui sesuatu, bahkan lebih jauh
dapat meraih dan menyusun ilmu pengetahuan, dan kemampuan manajerial atau praktis (al-
quwwah al- `âmilah) yang dengannya manusia mampu mengelola dan mengendalikan
dorongan-dorongan jiwanya yang biasa Islam dan Ipteks disebut nafsu karena itu ada yang
menyebutnya moral (Ibn Sina dalam Nasution, 1973: 31; Thusi, 1964: 51-52; dan
Kartanegara, 2002: 50).
 Manusia dapat meraih dan menyusun ilmu pengetahuan karena melalui kemampuan kognitif
atau teoritisnya akalnya dapat mengabstraksikan makna, baik dari data-data indrawi yang
disalurkan melalui alat-alat indera maupun dari konsep-konsep mental yang abstrak yang
diungkapkan lawan bicaranya, baik secara lisan maupun tulisan.
 Cara akal mengabstraksikan makna dari data-data inderawi adalah dengan mengelompokkan
data-data inderawi yang masuk dalam kategori-kategori tertentu, sehingga menghasilkan
konsep-konsep yang universal. Adapun kemampuan akal mengabstraksikan makna dari
konsep-konsep mental yang abstrak merupakan kemampuan khusus yang hanya dimiliki
manusia, tidak oleh hewan mana pun.
 Manusia sebagai puncak atau tujuan akhir penciptaan alam dengan daya-daya yang
dimilikinya sebagaimana dijelaskan di atas disempurnakan Tuhan dengan dikaruniai sesuatu
yang bersifat ruhani, yang menjadikan manusia bukan hanya makhluk fisik, melainkan juga
makhluk spiritual. Itulah qalb (hati, intuisi). Seperti akal, hati (intuisi) juga berpotensi untuk
menangkap objek-objek inmaterial walau dengan cara yang berbeda. Di samping itu, hati
(intuisi) berpotensi untuk berkomunikasi dengan entitas-entitas ruhani, serta menerima ilham
dan wahyu (Kartanegara, 2002: 138, 140).
 Wahyu merupakan sabda atau firman Tuhan yang disampaikan kepada manusia yang menjadi
pilihan-Nya (yang telah mencapai tingkat kesempurnaan, disebut al-insân al-kâmil, yaitu
Nabi atau Rasul) untuk terus disampaikan kepada manusia lainnya sebagai pegangan dan
panduan hidup.

D. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

 Apakah manusia diciptakan tanpa tujuan? Tujuan Penciptaan Manusia Dengan daya-daya
yang dimilikinya sebagai puncak penciptaan alam, ternyata manusia, sebagaimana
diinformasikan Al-Qur’an, diciptakan dengan tujuan untuk menjadi khalîfah (wakil) Tuhan di
muka bumi [QS Al-Baqarah (2): 31].
 Untuk melaksanakan fungsi khalifahnya ini, manusia telah diberi anugerah oleh
tuhan  dengan dua buah hadiah yang sangat istimewa, yaitu ilmu pengetahuan (‘Ilm) dan
kebebasan memilih (Ikhtiyar) (Kartanegara, 2002: 138). Dan untuk menerima kedua hadiah
itu, manusia telah dilengkapi di dalam drinya sarana atau piranti, berupa akal dan fasilitas
laindi luar dirinya, berupa wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia yang telah
mencapai tingkat kesempunaan (al-insan al-kamil) yang dalam bentuk kongkretnya diwakili
oleh nabi Muhammad s.a.w (Santoso dkk, 2013: 24 - 25).
 Maka jalaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik jika manusia
dapat menjalankan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal selain
naluri yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali membuat manusia
memiliki agenda sendiri ketika melakukan penciptaan, bahkan tak jarang bertentangan
dengan misi penciptaan dirinya.
 Dengan kata lain, dibekali sarana internal, yaitu akal, dan anugerah fasilitas wahyu, manusia
itu potensial memiliki pengetahuan dan kebebasan memilih dalam kerangka menjalankan
peran khalifah membangun kebudayaan/ peradaban sebagai tujuan penciptaannya.
 Tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Manusialah bukan makhluk lain
yang diharapkan Tuhan untuk menjadi instrumen melaksanakan kehendak-kehendakNya di
bumi. Bentuk lebih konkrit dari pelaksanaan kehendak Tuhan di bumi secara literal adalah
memakmurkannya [QS Hûd (11): 61] dan secara kontekstual adalah—meminjam ungkapan
Asy`arie (1992: 51)—membangun kebudayaan, peradaban. Untuk melaksanakan fungsi
khalîfah ini,
 Tujuan penciptaan manusia laiinya adalah untuk beribadah kepada Tuhan dialamatkan juga
kepada makhluk selain manusia, seperti jin dalam QS Al-Dzâriyât (51): 56 atau bahkan
seluruh isi bumi dan langit dalam QS Al-Hasyr (59); 24].
 Manusia mematuhi setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk
beribadah mematuhi setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya. Seperti firman
Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56.

 ‫ﻨﺲ ﺇِﻵَ ﻟِڍـ َ ْﻌﺐۥدۥو ِن‬


َ ‫ﻹ‬ ُ ‫ومـَﺎ َﺨلَ ْق‬                              
ْ ِ ‫ـتﺍُ ْل ِج َّن َوٱ‬ َ
“Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainka untuk menyembah kepada-Ku.”

 Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang pencipta, Allah SWT.
Pengertian penghambaan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam sholat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertical maupun horizontal (Febrina, 2011).
 Islam merupakan sistem hidup yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Apa yang kita lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT akan
menempatkan kita, surge atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama
yang dimotori oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan kebudayaan,
kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa manusia muslim dalam mengabdi
kepada Allah untuk kehidupan umat manusia (Febrina, 2011).

REFERENSI : ORANG GABUT

MOTTO : “AKU HANYA AKAN MELAKUKAN SESUATU YANG AKU SUKAI,


APABILA ADA HAL YANG MEREPOTKAN AKAN AKU SELESAIKAN SECEPAT
MUNGKIN” ~DIPTA~

Anda mungkin juga menyukai