Disusun Oleh:
PUSPA RATRI QURROTA (22732011041)
HILDA NUR FARIDA (22732011045)
NASILATUL AINI (22732011003)
SHAFINA (22732011030)
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Term-term tentang jiwa dalam Al-Quran (nafs, qalb, ruh)”. Tidak
lupa juga kami segenap penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dan juga memberikan beberapa
sumbangan referensi untuk bahan informasi dalam membuat tugas makalah
ini. Serta kami haturkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Rofiqoh, M. Pd yang
mana telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk mengangkat dan
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tema yang telah ditetapkan.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Nafs
A.1 Pengertian
Al-Qur’an menyebut nafs dengan berbagai kata
jadiannya dan pengulangannya sebanyak 303 kali. Nafs
yang mengandung kata jiwa di sebut dalam al-Qur’an
sebagai ruh, fithrah, qalb, fu`ad, aql dan bashirah, yang
kesemuanya ini lalu menjadi sub sistem dan komponen
tersendiri dari nafs. Interaksi dari semua sub sistem ini
lalu diikat dengan perasaan dan pikiran sehingga nafs
menjadi satu kesatuan yang menjadi penggerak tingkah
laku.
A.2 Dalil Tentang Nafs
Secara umum, nafs dalam konteks pembicaraan tentang
manusia menunjuk pada sisi dalam manusia yang berpotensi baik
dan buruk. Karena potensi inilah, hendaknya ia mendapat
perhatian yang besar dalam perkembangannya. Al-Qur’an
menyebut nafs dengan berbagai kata jadiannya dan
pengulangannya sebanyak 303 kali. Nafs yang mengandung kata
jiwa di sebut dalam al-Qur’an sebagai ruh, fithrah, qalb, fu`ad,
aql dan bashirah, yang kesemuanya ini lalu menjadi sub sistem
dan komponen tersendiri dari nafs. Interaksi dari semua sub
sistem ini lalu diikat dengan perasaan dan pikiran sehingga nafs
menjadi satu kesatuan yang menjadi penggerak tingkah laku.
Dalam al-quran terdapat dalil yang berbunyi :
ۖ
س َّو َما َس ّٰو َىها فَاَهْلََم َها فُ ُج ْو َر َها َوَت ْق ٰو َىه ۖا
ٍ َو َن ْف
1. Totalitas manusia
ِِ ٰ ِ ِ ِ ِ
َ َّه ْم ُسُبلَنَاۗ َوا َّن اللّهَ لَ َم َع الْ ُم ْحسننْي َ ࣖ َوالَّذيْ َن َج
ُ اه ُد ْوا فْينَا لََن ْهد َين
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-
jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabuut:69)
Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Allah mengkaitkan
hidayah dengan jihad, mengingat manusia yang paling sempurna
hidayahnya adalah yang besar jihadnya”. Diantara metode-
metode mendidik jiwa adalah sebagai berikut:
1. Takut kepada Allah serta menahan jiwa dari maksiat
Seperti pada firman Allah : “Dan adapun orang-
orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka
Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)”. (QS.
An Naazi’aat:40-41)
2. Membentuk jiwa yang sabar
Seperti pada firman Allah : “Dan Bersabarlah
kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua
matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami
lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS. Al Kahfi:28)
Diriwayatkan Imam Muslim dari Sa’ad bin Abi
Waqqash. Ia berkata, “Kami enam orang bersama
Nabi Kemudian datang orang- orang musyrik dan
berkata kepada Nabi , “Usirlah mereka sehingga tidak
menghinakan kami (karena mereka dari kalangan
budak, sedangkan orang-orang kafir dari kalangan
pembesar)! Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Dan,
saat itu ada aku, Ibnu Mas’ud, seorang suku Hudzail
dan Bilal, serta dua orang yang aku lupa namanya.
Maka masuklah pada jiwa Rasulullah apa yang
dikehendaki Allah terjadi, dan bergejolaklah jiwanya.
Lalu Allah menurunkan ayat yang artinya: “Dan
janganlah kamu mengusir orang- orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka
menghendaki keridhaanNya. kamu tidak memikul
tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan
mereka dan merekapun tidak memikul tanggung
jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang
menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka,
(sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).
(QS. Al An’aam:52)
Dan inilah jiwa yang paling mulia, yaitu
jiwa Nabi dengan kesabaran bersama orang- orang
yang beriman. Dan diantara makna sabar adalah
menahan diri. Dalam hal ini, jiwa beliau saw yang
mulia mulai berbicara kepadanya, agar cenderung
kepada usulan para pembesar Quraisy, yakni
mengusir para sahabatnya ra yang terdiri dari orang-
orang fakir dari majelis mereka. Ketika Nabi saw
berbicara kepada mereka, datanglah arahan ilahi
untuk menahan jiwanya, dari kecenderungan
memperhatikan pembesar-pembesar quraisy sebagai
obyek dakwahnya, dan menetapkan jiwa Nabi saw
bersama sahabat-sahabatnya dari kalangan fakir
miskin. Menjadikan jiwa sabar adalah termasuk
metode utama pendidikan jiwa. Karena dengan
melawan dan mengekang jiwa dari yang disukai hawa
nafsu dan buang-buang waktu adalah obat yang
ampuh untuk meningkatkan derajat jiwanya dari
tingkatan jiwa “lawaamah” (yang menyesal), sampai
pada tingkatan jiwa “muthmainnah” (yang tenang).
3. Mengendalikan nafsu
Seperti sabda Nabi SAW : “Surga ditutupi
(dihijab) dengan hal-hal yang dibenci, dan neraka
ditutupi dengan syahwat-syahwat.” (HR. Bukhori)
Dalam hadits tersebut, surga seolah-olah
menjadi tertutup dengan hijab, dan hijab ini bukan
dari kulit atau sutera atau jenis-jenis kain penutup
lainnya, tetapi ia terhijab dari hal-hal yang dibenci.
Oleh karenanya, itu bukan satu penutup tetapi banyak.
Dan hijab yang beragam dengan corak-corak yang
beragam, serta warna- warni yang berbeda, karena
pada setiap musibah ada warna tersendiri, pada setiap
ujian ada corak tersendiri. Maka, tidak mungkin
seorang mukmin sampai ke surga, kecuali dengan
menyingkap hijab-hijab ini seluruhnya. Nabi
bersabda: “Surga dibentengi dengan hal-hal yang
dibenci dan neraka dibentengi dengan syahwat-
syahwat.” (HR. Muslim)
Dalam hadits tersebut, surga dikelilingi dengan
benteng-benteng bukan dari semen- semen kokoh,
bukan juga dari tanah yang kuat, juga bukan dari besi
atau salah satu jenis tembaga, tetapi ia dari hal-hal
yang dibenci. Sebagian di antaranya tinggi dan
sebagian yang lain rendah, sebagian tebal dan
sebagian lainnya tipis. Dan untuk sampai ke surga
harus melewati yang rendah dengan meloncat dan
meruntuhkan yang tinggi dengan seluruh alat
pengahancur yang dimiliki seorang mukmin.
4. Menjaga diri dari sifat kikir
Seperti pada firman Allah : “Dan siapa yang
dipelihara dari kekikirannya, maka itulah orang-orang
yang beruntung” (Al-Hasyr : 9)
Imam al-Qurthubi berkata, “Kikir dan
bakhil (Asy-syukh dan al-bukhl) adalah sama.
Beberapa ahli linguistik mengatakan bahwa kikir
(Asy-syukh) lebih keras daripada bakhil (al-bukhl).
Namun yang benar, “Kikir adalah bakhil dengan
sangat tamak. Dan yang dimaksud dalam ayat
tersebut adalah kikir dengan zakat yang bukan wajib,
seperti silaturahmi, menghormati tamu, dan yang
sejenis dengan itu…” Dan kikir termasuk sifat jiwa
utama, yaitu jiwa yang menahan pemiliknya dari
segala yang mendekatkan kepada Allah swt dan yang
mengantarkannya ke surga. Sesungguhnya Allah
ta’ala tidak mungkin memberi taufik kepada jiwa ini
untuk bisa mendidik jiwanya dengan tanpa takwa
kepada-Nya dan mengembalikan urusannya kepada-
Nya.
Diantara metode mendidik jiwa yang telah
dijabarkan diatas, dapat kita ketahui bahwa
pentingnya peran jiwa dalam diri manusia tidak kalah
penting dengan perlunya kita untuk tahu tentang
metode mendidik jiwa yang baik, baik menurut Al-
quran maupun hadist.
B. Qalb
B. 1 Pengertian
Qalb ( hati ) merupakan suatu anugerah yang Allah berikan
kepada tiap-tiap manusia. Dimana dalam hal ini qalb dapat
diartikan sebagai hati / jantung, dengan demikian qalb dapat
dimaknai dalam dua aspek yakni qalb jasmani dan qalb rohani.
Imam Ghazali menegaskan qalb jasmani merupakan daging
sanubari yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di
dalam dada sebelah kiri. Qalb jasmani tidak hanya dimiliki
manusia, tetapi dimiliki oleh semua makhluk bernyawa seperti
binatang. Kendatippun jantung bersifat fisik, namun berkaitan
erat dengan kondisi psikologisnya. Apabila kondisi psikologis
seseorang normal maka ia berdenyut atau berdetak secara teratur,
namun apabila kondisi psikologisnya terlalu senang atau
terlaluresah maka frekuensi denyutnya lebih cepat atau bahkan
lebih lambat dari batas kenormalannya. Sedangkan qalb rohani
ialah sesuatu yang bersifat halus, rabbani dan rohani yang
berhubungan dengan qalb jasmani yang merupakan esensi
manusia.
Qalb rohani merupakan aspek terdalam dalam jiwa
manusia yang senantiasa sebagai pemandu, pengontrol, dan
mengenali semua tingkah laku manusia serta menilai benar
salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap
dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri. Sekalipun qalb
ini cenderung menunjukkan hal yang benar dan hal yang salah,
tetapi tidak jarang mengalami keragu-raguan dan sengketa batin
sehingga seakan-akan sulit menentukan yang benar dan yang
salah. Tempat untuk memahami dan mengendalikan diri itu ada
dalam qalb. Qalb-lah yang menunjukkan watak dan jati diri yang
sebenarnya. Qalb-lah yang membuat manusia mampu berprestasi,
bila qalb bening dan jernih, maka keseluruhan diri manusia akan
menampakkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan. Yang
suatu saat akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang
dilakukan oleh indera manusia sejak berada di dunia. Dan hal ini
juga di singgung dalam Q.S Al Isra : 36
ۤ ِ
َ صَر َوالْ ُفَؤ َاد ُك ُّل اُوٰل ِٕى
َُك َكا َن َعْنه َّ ك بِهٖ ِع ْل ٌم ۗا َّن
َ َالس ْم َع َوالْب َ َس ل
َ ف َما لَْي
ُ اَل َت ْق
سـُْٔولًا
ْ َم
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.
Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan
diminta pertanggungjawabannya”.
Kata qalb yang diindonesikan menjadi kalbu, diambil dari
akar kata yang bermakna membalik, karena seringkali ia berbolak-
balik, suatu saat senang dan di saat yang lain susah,suatu waktu
setuju dan di waktu yang lain menolak. Disisi lain kalbu dimaknai
sebagai sesuatu yang pakai manusia untuk memahami dan
mengetahui hakikat sesuatu. Karena itu, kalbu merupakan sumber
pengertian dan menjadi instrumen pengetahuan.
ب يَّ ْع ِقلُ ْو َن هِبَ ٓا اَْو اٰذَا ٌن يَّ ْس َمعُ ْو َن هِبَاۚ فَاِن ََّها اَل َت ْع َمى
ٌ ض َفتَ ُك ْو َن هَلُ ْم ُقلُ ْو ِ اََفلَ ْم يَ ِسْي ُر ْوا ىِف ااْل َْر
ُّ ب الَّيِت ْ ىِف ِ
الص ُد ْو ِر ُ ص ُار َوٰلك ْن َت ْع َمى الْ ُقلُ ْو َ ْااْل َب
B. 3 Peran Qalb
Dibawah ini beberapa peran qalb menurut Quraish adalah
sebagai berikut :
1. Untuk berpikir
Menurut al-Qur‟an, organ utama berfikir adalah hati,
sedangkan aktifitas berfikir hanyalah untuk menifestasi dari
fungsi kerja hati tersebut, hati adalah organ yang mampu
memahami makna ayat-ayat Allah, sehingga apabila organ
tersebut terkunci, tertutup dan tidak dapat berfungsi maka
manusia tidak akan mampu memahami ayat-ayat yang ada
sebagaimana firman Allah:
C. Ruh
C. 1 Pengertian
Dalam al-Quran, kata al-ruh digunakan sebanyak 22 kali.
Penggunaan kata ini diungkapkan dalam berbagai bentuk, seperti
ruh, ruha, ruhan, ruhihi, dan ruhii. Seperti yang terdapat pada ayat
al-quran dibawah :
ح قُ ِل الرُّ وْ ُح ِم ْن اَ ْم ِر َرب ِّْي َو َمٓا اُوْ تِ ْيتُ ْم ِّمنَ ْال ِع ْل ِم اِاَّل قَلِ ْياًل َ ََويَ ْسـَٔلُوْ ن
ِ ۗ ْك َع ِن الرُّو
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Manusia diciptakan oleh Allah dengan memiliki tiga
komponen yang seharusnya kita tahu tentang cara
mengendalikannya yakni Qalb, Ruh, dan Nafs. Dalam al-quran
sendiri sudah banyak sekali penjelasan terkait hal tersebut bahkan
tiga komponen tersebut juga terdapat di beberapa hadist.
3. 2 Saran
Dengan demikian, kami telah menyusun makalah ini yang
membahas term-term tentang jiwa dalam al-quran (Nafs, Qalb,
Ruh). Kami berharap makalah ini dapat diterima dan dipelajari
dengan baik oleh pembaca. Kelompok kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/nizhamiyah/article/view/772
https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v4i2.223
https://repo.iainbatusangkar.ac.id/xmlui/bitstream/handle/
123456789/12000/1563508715687_winda%20perpus.pdf?sequence=-
1&isAllowed=y
http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/akademika/article/view/133
https://www.researchgate.net/publication/
324622954_KONSEP_PENDIDIKAN_JIWA_NAFS_MENURUT_AL_QUR'AN
_DAN_HADITS