Anda di halaman 1dari 9

TEORI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

DOSEN PENGAMPU :

Rike Tias Permanisari, M.A

DISUSUN OLEH :

Muhamad Roykhan /22025589


Utsman Ali /22025578

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDY ADVERTISING

2022/2023
PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya, sehingga saya sebagai penulis karya tulis ini bisa membuat karya
tulis ini dengan maksimal. Sholawat serta salam marilah kita hanturkan kepada nabi
besar kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang ini Terima kasih untuk sumber sumber yang
menjadikan referensi sehingga jadinya karya tulis ini, dan semua sumber yang
menudukung memberikan akses internet, tempat, dan fasilitas yang nyaman sehingga
mudah untuk berfikir. Manusia memang memiliki hidup keberagaman,seperti halnya
keragaman itu sendiri dibuat oleh pencipta budaya, kebudayaan memiliki konteks dan
tujuan tertentu baik secara langsung ataupun tidak langsung, dalam budaya ini dapat
menimbulkan resiko yang fatal karena ke berbedaan pendapat antar pihak lain yang
menjadikan sebagai konflik suatu masalah tertentu dan ketidaknyamanan atau
kesalahpahaman oleh budaya lain. Oleh sebab itu, upaya dalam memecahkan suatu
masalah yang berkaitan tentang kebudayaan yaitu tahu atau sebaiknya memahami
tentang budaya tersebut, komunikasi lintas atau budaya menjadi peran penting dalam
strategi penyesuaian dalam berbahasa. Kebutuhan dalam mencari ilmu pengetahuan
komunikasi lintas budaya menjadikan kita lebih luas dalam berfikir dan bergaul

Adapun tujuan dalam pembahasan teori komunikasi antar budaya tersebut, yaitu
memahami perbedaan budaya yang melalui cara berkomunikasi, menciptakan cara
komunikasi yang sehat antar manusia menurut budayanya masing masing,
membenahkan kesulitan dalam berkomunikasi, membantu memecahkan suatu masalah
komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya, menerapkan keterampilan verbal
dan nonverbal secara efektif dalam berkomunikasi antar budaya.

Menurut samovar dan porter (Littlejohn dan Foss, 2005) bahwa komunikasi antar
budaya terjadi saat komunikan dan komunikator yang berlatar belakangnya berbeda
kebudayaannya.
TEORI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (intercultural communication)

Ragam kebudayaan yang tersebar di seluruh dunia membuat interaksi sosial seseorang
menjadi terpengaruh dalam proses komunikasi antar manusia,kata budaya tentunya tidak bisa
lepas dengan komunikasi,perbedaan-perbedaan pendapat atau pandangan mengenai budaya
yang berbeda dapat menimbulkan dampak yang berresiko bagi kehidupan sosial manusia,
setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman
atau timbul kesalahpahaman antar budaya yang berlatar belakang berbeda. Teori Komunikasi
Antar Budaya berperan penting untuk dapat diketahui dan dipelajari demi terjalinnya komunikasi
baik dan lancar antar individu atau kelompok dalam budaya yang banyak ragam multi-
culturaslismenya berbeda latarbelakang budaya. Banyak pendapat yang dikemukakan para ahli
sosiologi Dalam kaitan ini, komunikasi kebudayaan berperan penting dan strategis dalam
mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul disebabkan oleh perbedaan budaya yang
kemudian dapat diterapkan kedalam kehidupan bermasyarakat sebagai manusia yang tak lepas
dari kata sosial dan interaksi dengan lainnya baik secara verbal atau non-verbal.

Menurut Charley H. Dood (dalam Asante, 1989), mengartikan bahwa komunikasi antar
budaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,
antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang
mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. Dapat kita simpulkan bahwa dengan hadirnya
teori tersebut menjadi tebukanya kita untuk menerima ragam budaya yang berbeda untuk lebih
terjadi interaksi yang lancar dan menyatukan antar golongan atau kebudayaan yang berbeda.
Pendapat tersebut menjadi dasar mengapa perlunya mengetahui aspek-aspek komunikasi
kebudayaan untuk saling memahaimi dan menjadikan terciptanya interaksi meskipun beda
latarbelakang tanpa menimbulkan problem.

Latar kebudayaan yang berbeda antar manusia yang menjadi hambatan interaksi
seseorang menjadi terbatas dan lambat, Tak heran banyak penelitian oleh para ahli demi
terpecahkannyaa masalah Komunikasi tersebut, diantaranya juga di kemukakan oleh Liliweri
(2002), ada beberapa alasan mengapa perlunya komunikasi antar budaya, antara lain: a)
memperluas relasi dan jaringan; b) meningkatkan kesadaran diri sendiri; c) kedaerahan/rasial;
d) menciptakan kedamaian dan mencegah konflik; e) perubahan populasi; f) ekonomi; g)
menghadapi teknologi komunikasi; dan h) menghadapi globalisasi. Setelah munculnya teori
tersebut bisa jadi bahan manusia dapat memperbaiki komunikasi interaksi antar lintas budaya ,
sama halnya ketika manusia melibatkan konflik beda kebudayaan yang menjadikannya
Hambatan komunikasi (communication barrier).

Menurut Gudykunst (1983) Hambatan-hambatan Komunikasi antar budaya dibagi


menjadi 2 yaitu dibawah air (below waterline) yang memuat faktor-faktor yang membentuk
perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau
diperhatikan, Jenis-jenis hambatan semacam itu antara lain persepsi , norma, stereotip, filosofi
bisnis , aturan, jaringan , nilai , dan grup cabang ,sedangkan yang berada diatas air (above
waterline) adalah Hambatan komunikasi lebih mudah dikenali karena hambatan-hambatan ini
banyak yang berbentuk fisik, yaitu : Fisik, Budaya, Persepsi, Motivasi, Pengalaman , Emosi ,
Bahasa, Nonverbal, dan Kompetisi. Dalam teori komunikasi ini di bahas cara-cara agar
hambatan tersubut dapat diketahui dan menghindarinya dalam kehidupan sosial untuk
terciptanya komunikasi yang harmonis dan sosialis tanpa memandang latar belakang
kebudayaa lain, dengan perbedaan seharusnya bukan jadi hambatan namun dengan
perbedaan dapat terciptanya keberagaman sebagai kelebihan.

Beberapa teori-teori yang dikembangkan oleh para Ahli untuk melandasi komunikasi antar
budaya diantaranya :

1. Teori Kecemasan/Ketidakpastian (Anxiety Uncertainty Management Theory)

Hasil teori yang dikembangkan oleh William B Gudykunts (1983) dimana pembahasan dasarnya
adalah kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada
situasi antar kelompok. Gudykunst juga menambahkan bahwa kecemasan dan ketidakpastian
adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok yang
menyebabkan menjadi fatal,namun daripada itu cara yang dapat dilakukan untuk
meminimalisirkan kecemasan/ketidakpastian dapat dimulai dari diri sendiri dengan
Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing atau yang berlatar budaya
berbeda akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan sehingga dapat
menciptakan suatu interaksi yang searah dan sepemahaman. Cara tersebut juga dapat
diterapkan pada kelompok untuk mengoptimalkan peran komunikasi sebagai sarana
menghubungkan terjadinya interaksi yang menyatukan.
2. Teori Negosiasi Muka (Face Negotiation Theory)

Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey (dalam Gudykunst, 1983), ini berguna untuk
menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya dalam merespon konflik keterbelakangan budaya.
Dengan kata lain maksud teori ini adalah Muka atau rupa mengacu pada gambar diri seseorang
di hadapan orang lain sebagai Hal yang melibatkan rasa hormat,status,kehormatan,koneksi,
kesetiaan dan nilai-nilai lain yang serupa dan cara agar dapat mencari citra pandang di
masyaraka dan lebih segani (face work) untuk mendapat kepuasan diri juga menutupi dan
menjaga rasa malu (face loss) atau rasa yang memunculkan sikap kecemasan/ketidakpastian
demi menjaga citra diri di masyrakat. Stella Ting-Toomey dan Leeva Chung (2005) juga
mengemukakan bahwa  facework adalah mengenai strategi verbal dan nonverbal yang kita
gunakan untuk memelihara, mempertahankan, atau meningkatkan citra diri sosial kita dan
menyerang atau mempertahankan (atau menyelamatkan) citra sosial orang lain.

3. Speech Codes Theory

Teori ini dikembangkan oleh Gerry Philipsen (dalam Gudykunst, 1983). Pada teori ini
menjelaskan kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan dengan melalui bahasa yang
digunakan agar terciptanya komunikasi walaupun beda latar belakang kebudayaan juga
menghindari problem kesalah pahaman dan sejenisnya. Cara tersebut digunakan untuk
mengondisikan diri disaat berada di luar daerah atau wilayah asing agar tetap ada acara untuk
menghubungkan pemahaman satu dengan lainnya baik verbl ataupun non-verbal. Misalnya
seorang turis yang datang ke wilayah asing maka secara otomatis ia akan menyesuaikan diri
untuk dapat berinteraksi dengan warga sekitar atau yang ada di wilayah tersebut, baik secara
Bahasa yang disampaikan atau Bahasa tubuh yang digerakkan untuk menjelaskan apa yang ia
maksud Ketika berhadapan dengan orang yang beda latarbelakang kenudayaan khasnya
tersendiri.

4. Teori Analisis Kebudayaan Implisit

Hasil penelitian yang dikembangkan oleh Frake (1968) dan Halliday (1978) Mengenai
Kebudayaan Implisit atau juga diartikan sebagai kebudayaan imaterial, yaitu kebudayaan yang
bentuknya tidak terlihat sebagai suatu benda namun dia tersirat dalam nilai dan norma budaya
dlingkungan masyarakat, misalnya bahasa. Kebudayaan implistit mengungkapkan skema
kognitif-nya. Skema kongnitif sendiri maksudnya adalah perkembangan atau perubahan skema
pikiran, gagasan, pandangan dan pengalaman manusia tentang dunia sebagaimana yang telah
dilalui. Manusia memakai Bahasa sebagai alat yang dapat menyatukan suatu komunikasi di
institusi masyarakat agar terjadi interaksi yang sepadan atau sama-sama berkaitan baik antar
pribadi ataupun kelompok. Dalam bahasa itu simbol-simbol verbal dengan suatu aturan tertentu
digolongkan menjadi “kode-kode sosio-linguistik” atau ilmu yang mempelajari hubungan antara
Bahasa dan masyarakat yang akan timbul sebab keberagaman Bahasa didunia. Ini artinya,
kode linguistik menjadi bagian dari kebudayaan, sehingga logislah jika kode-kode itu juga
dipengaruhi oleh kebudayaan yang pada akhirnya menjelma menjadi bahasa verbal.
CATATAN KRITIS

Pada dasarnya, setiap komunikasi berdasarkan pada kebudayaan, bahkan ada yang
beranggapan bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi. Sudah
jelas keduanya tidak dapat dipisahkan. Komunikasi antar budaya merupakan
pertukaran antar komunikator dan komunikan yang berbeda dengan latar belakang
budaya individu. Pentingnya mempelajari komunikasi antar budaya agar kita sebagai
manusia makhluk sosial mampu mengetahui kebudayaan luar, memperbanyak relasi
dan mengembangkan ilmu komunikasi dunia luar. Bahkan Menurut Gudykunst (1983)
dalam proses berkomunikasi bukan hanya dengan mulut, tetalpi juga bisa berdasarkan
penampilan, pakaian budaya, makanan dan kebiasaan, nilai dan norma, hubungan
hubungan, kepercayaan dan sikap, perilaku rasional, irrasional, dan nonrasional,
budaya, dan keunikan budaya. Namun ada saja kehambatan kehambatan dalam
proses komunikasi antar budaya, Menurut Gudyskunst terdapat 9 jenis hambatan,
hambatan hambatan semacam ini lebih mudah dipahami karena berbentuk fisik yaitu
fisik, cultural, perspeksi, motivasi, pengalaman, emosi, Bahasa dan nonverbal. Namun
semua itu memiliki makna untuk kita mengatahui interaksi antar budaya, yaitu untuk
konsep diri dan diri, motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing, reaksi terhadap
orang asing, kategori sosial dari orang asing, proses situasional dan koneksi dengan
orang asing
PENERAPAN

Dari pembahasan diatas dapat di ketahui bahwa dengan kebudayaan


seseorang dapat menjadikan sebuah komunikasi sosial dengan budaya
lintas lain tanpa menjadikan konflik beda latar belakang kebudayaannya,
namun teori komunikasi antar budaya tersebut akan lebih efektif apabila
diterapkan dalam konteks interaksi interpersonal dimana dengan cara
tersebut akan lebih diterima dan mudah di konsultasikan kepada lainnya
baik kelompok ataupun personal secara praktisi.

Contoh kasus komunikasi antar budaya yang bisa kita ketahui


misalnya dengan masuknya budaya jepang atau korea yang merambat ke
Indonesia melalui media massa yang secara tidak sadar mempengaruhi
budaya asli di Indonesia atau memberikan pengaruh sosial dan
kebudayaan baik secara langsung atau melalui media, misalnya
kebudayaan jepang yang berhasil menciptakan pop-culture untuk Sebagian
remaja sebagai pecinta kebudayaan jepang atau wibu, maka otomatis
mereka akan melakukan kebudayaan jepang yang mereka sukai, bukan
hanya individualisme saja namun juga kelompok contohnya komunitas
pecinta wibu yang juga mengadakan event tersebut di Indonesia bahkan
sampai di liput oleh media Indonesia salah satunya di anggat oleh media
massa @kompas dimana dalam artikelnya menjelaskan sebuah event
cosplayer anime yang di buat oleh komunitas pecinta anime diIndonesia.
Hal tersebut telah menunjukan latar belakang kebudayaan lintas budaya
berbeda namun dapat mempengaruhi lainnya melalui interaksi yang
menjalar di sosial baik sikap, perilaku, ataupun penampilan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Zaenal Mukarom, Juni 2020. Teori Teori Komunikasi. Sumber : iPusnas Teori-teori Komunikasi

NissaNisii, Juni 2016. Teori Negosiasi Muka . https://nisanisii.wordpress.com/2016/06/03/teori-


negosiasi-muka-face-negotiation

Anda mungkin juga menyukai