Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

POTENSI LAHIRIYAH MANUSIA, POTENSI INDRAWI DAN POTENSI


AKAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada


Mata Kuliah Dasar- dasar Pendidikan Islam AUD

Disusun Oleh Kelompok :

1. Fatma
2. Nyi Dinda Sahpitri
3. Syntia

Dosen Pembimbing :
SoibatulAslamiah Nasution,S.Pd.I,M.Pd

PROGRAM SUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
STAI-YAPTIP PASAMAN BARAT
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah


tuhan semesta alam yang menciptakan dunia ini dengan segala isinya dan
menjadikan manusia mempunyai akal untuk dapat berfikir melebihi makhluk-
makhluk lain ciptaannya. Rasa syukur kami haturkan karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan dan kekasih kita
Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam. Yang telah membimbing kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman Islam yang terang benderang seperti sekarang ini.
Dan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
Pembimbing yaitu Ibu SoibatulAslamiah Nasution,S.Pd.I,M.Pd dan rekan-rekan
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Dasar- dasar Pendidikan Islam Aud” yang berjudul
“Potensi Lahiriyah Manusia, Potensi Indrawi Dan Potensi Akal”. Namun kami
sangat sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan baik
yang kami sengaja maupun tidak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca terutama bagi diri kami sendiri.
Akhir kata,
Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Ujung Gading, 14 November 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Potensi Lahiriyah Manusia (An- Nahl:78) ............................................. 2
B. Potensi Indrawi ....................................................................................... 5
C. Potensi Akal............................................................................................ 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................... 8

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap anak yang lahir mempunyai fitrah ilahiah. Fitrah ilahiah yang
dimiliki anak layaknya fondasi dalam sebuah bangunan, yakni berupa ruh yang
cenderung mengenal Allah sebagai Sang Penciptanya, tunduk kepada-Nya dan
berperilaku baik. Sebagaimana pada anak, mereka pada hakikatnya cenderung
pada kebaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka berperangai
buruk. Pengaruh lingkungan sangat menentukan, terutama orang tua yang
mempengaruhi agama anak tersebut dengan menjadikannya seorang Yahudi,
Nasrani atau Majusi. Fitrah memiliki implikasi terhadap pendidikan anak karena
dengan mengetahui fitrah anak, orang tua maupun pendidik dapat menentukan
proses pendidikan yang tepat untuk pembentukan karakter anak, baik dari
penentuan tujuan, metode pembelajaran maupun lingkungan pembelajaran yang
efektif terhadap anak. Jadi, fitrah anak menjadi penentu program pendidikan
yang efektif untuk diberikan kepada anak. Ketika telah menemukan program
pendidikan yang tepat untuk anak, maka akan memudahkan orangtua maupun
pendidik untuk melestarikan dan mengembangkan fitrah anak yang telah ada
dalam dirinya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Tentang Potensi Lahiriyah Manusia (An- Nahl:78)!
2. Jelaskan Tentang Potensi Indrawi!
3. Jelaskan Tentang Potensi Akal!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Potensi Lahiriyah Manusia (An- Nahl:78).
2. Untuk Mengetahui Potensi Indrawi.
3. Untuk Mengetahui Potensi Akal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi Lahiriyah Manusia (An- Nahl:78)


َ‫ار َواأل ْفئِدَة َ لَ َعله ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬
َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َواأل ْب‬ َ َ‫ون أ ُ هم َهاتِ ُك ْم ال ت َ ْعلَ ُمون‬
‫ش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال ه‬ ِ ‫ط‬ُ ُ‫َّللاُ أ َ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬
‫َو ه‬

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur."
Maksud ayat ini adalah, Allah mengajari kalian apa yang sebelumnya tidak
kalian ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu kalian tanpa
memahami dan mengetahi sesuatu apa pun. Allah mengkaruniakan kepada
kalian akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Allah membuka mata kalian untuk melihat apa yang tidak kalian lihat
sebelumnya, dan memberi kalian telinga untuk mendengar suara- suara sehingga
sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi kalian mata
utuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan
membedakan. َ ‫ َواأل ْف ِئدَة‬maksudnya adalah hati yang kalian gunakan untuk
mengenal segala sesuatu, merekamnya dan memikirkannya sehingga kalian
memahaminya.1
Lafadz َ‫تَ ْش ُك ُرون‬ ‫لَعَله ُك ْم‬ ‘’agar kamu bersyukur’’, maksudnya
adalah kami berbuat demikian pada kalian, maka bersyukurlah kalian kepada
Allah atas hal-hal yang dikaruniakan-Nya kepada kalian, bukan bersyukur
kepada tuhan-tuhan dan tandingannya. Janganlah kalian menjadikan sekutu-
sekutu bagi Allah dalam bersyukur, karena Allah tidak memiliki sekutu dalam
melimpahkan nikmat-nikmatnya kepada kalian.
Ayat ini menurut Tafsir Al Maraghi mengandung penjelasan bahwa
setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu
dapat mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah
memberikan kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini :

1
Slamet Wiyono, Manajemen Potensi Diri, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 37-38.

2
1. Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu,terutama dengan akal itu kamu
dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang lurus dan
yang sesat, antara yang benar dan yang salah.
2. Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan
pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu.
3. Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan
penglihatan itu kamu dapat saling mengenal diantara kamu.
4. Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk
mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat
pula memilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang
jelek.
Semua yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain
kecuali supaya kamu bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah
tersebut diatas semata-mata untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu
:2
1. ‫َي ْبتَغُ ْونَ فَض ًًْل ِم ْن َر ِِّب ِه ْم‬ : mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang
tersebar di seluruh belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat
manusia.
2. ‫َو ِرض َْوانًا‬ : dan meraih keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah
hidupmu menjadi semakin bermartabat.
Begitulah selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai
tugas hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi. Allah
menjadikan ayat ini sebagai contoh paparan sederhana dari proses aawal
kehidupan manusia yang mampu diketahuinya. Manusia memang mengetahui
tahatpan-tahapan pertumbuhan janin, tetapi hal itu adalah ghoib sejauh manusia
belum mengetahui detil perkembangnya. Ayat ini juga membuktikan suatu kuasa
Allah dalam hal menghidupkan dan mematikan makhluk. Tidak ada sesuatu
yang sulit bagi Allah untuk melakukan hal semacam itu.

2
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 49.
Pendahuluan urutan kata pendengaran atas penglihatan sungguh tepat
karena berdasarkan ilmu kedokteran modern, indra pendengaran memang
berfungsi lebih dulu daripada indra penglihatan. Adapun fungsi hati (dalam hal
ini akal dan mata hati) yang membedakan baik dan buruk berfungsi jauh sesudah
kedua indra tersebut.
Ayat tersebut juga berisi alat-alat pokok guna meraih pengetahuan. pada
objek pengetahuan yang bersifat material, manusia dapat menggunakan mata
dan telinga. Adapun untuk objek yang bersifat ilmu pengetahuan yang sifatnya
immaterial, manusia dapat menggunakan akal dan hainya.
Manusia dilahirkan tanpa pengetahuan sedikitpun. Pengetahuan dimaksud
adalah yang bersifat kasbiy, yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui
upaya manusiawinya. Meski demikian, manusia tetap membawa fitrah kesucian
yang melekat pada dirinya sejak lahir, yakni fitrah yang menjadikannya
‘mengetahui’ bahwa Allah Maha Esa.
Allah SWT dengan kekuasaan-Nya mengeluarkan bayi manusia melalui
proses kelahiran oleh ibu yang mengandungnya kurang lebih sembilan
bulan. Bayi manusia lahir dengan lemah dan dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan diberi pendidikan
hingga menjadi kuat dan cerdas.
Potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia tidak akan berarti apa-
apa jika potensi tersebut tidak digali dan digunakan benar. Maka dari itu ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia, yaitu keluarga dan
lingkungan.
Pertama, Faktor keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga
terutama orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
anaknya. Dalam pendidikan islam terdapat istilah Al-ummu madrasatul ula.
Istilah ini memang tepat sekali digunakan dalam ilmu pendidikan, karena anak
terlebih dahulu mengenal orang tuanya sebelum dia mengenal dunia luar
sekitarnya.
Orangtua hendaknya sudah mulai mengajari dan menggali potensi
anaknya sejak kecil dan memasukkan nilai nilai religius dalam keseharian
keluarganya. Kedua, Faktor Lingkungan. Lingkungan di sekitar tempat tinggal
anak juga mempengaruhi perkembangan fisik dan psikis anak. Hal ini
dikarenakan anak mempunyai kecendrungan untuk meniru apa yang dilihatnya.
Disinilah letak peranan orang tua agar selalu memperhatikan kagiatan anaknya
dan memperingatkanrnya ketika dia melakukan kesalahan.

B. Potensi Indrawi
Potensi inderawi erat kaitannya dengan peluang ,manusia untuk mengenal
sesuatu di luar dirinya. Melalui alat indera yang dimilikinya,manusia dapat
mengenal suara, cahaya, warna, rasa, bau dan aroma maupun bentuk sesuatu.3
Jadi indera berfungsi sebagaimedia yang menghubungkan manusia dengan
dunia di luar dirinya. Potensi inderawi yang umum dikenal terdiri atas indera
penglihat, pencium, peraba, pendengar dan perasa. Namun di luar itu masih ada
sejumlah alat indera dalam tubuh manusia yang difungsikan melalui
pemanfaatan alat indera yang sudah siap pakai seperti mata, telinga, hidung,
lidah, kulit, otak maupun fungsi syaraf.
Hidayat al-Hassiyat (potensi inderawi). Dorongan ini merupakan
dorongan primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan
hidup manusia. Diantara dorongan tersebut adalah berupa insting untuk
memelihara diri, seperti makan, minum, penyesuaian tubuh terhadap lingkungan
dan sebagainya. Kemudian dorongan untuk mempertahankan diri. Bentuk
dorongan ini dapat berupa nafsu amarah, menghindar dari gangguan yang
mengancam dirinya, baik oleh sesama makhluk maupun oleh lingkungan alam.
Selanjutnya ialah dorongan untuk mengembangkan jenis. Dorongan ini berupa
naluri seksual. Manusia pada tahap pencapaian Kematangan fisik (dewasa)
menjadi tertarik terhadap lawan jenisnya.
Hidayat al-Hassiyat (potensi inderawi). Potensi inderawi erat kaitannya
dengan peluang manusia untuk mengenal sesuatu di luar dirinya. Melalui alat
indera yang dimilikinya, manusia dapat mengenal suara, cahaya, warna, rasa,

3
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 141.
bau dan aroma maupun bentuk sesuatu. Jadi indera berfungsi sebagai media yang
menghubungkan manusia dengan dunia di luar dirinya.
Potensi inderawi yang umum dikenal terdiri atas indera penglihat,
pencium, peraba, pendengar dan perasa. Namun di luar itu masih ada sejumlah
alat indera dalam tubuh manusia seperti antara lain indera kesetimbangan dan
taktil. Potensi tersebut difungsikan melalui pemanfaatan alat indera yang sudah
siap pakai seperti mata, telinga, hidung, lidah, kulit dan otak maupun fungsi
syaraf.4
Hidayat al-Aqliyyat (potensi akal). Potensi akal merupakan potensi yang
hanya dianugerahkan Allah kepada manusia. Adanya potensi ini menyebabkan
manusia dapat meningkatkan dirinya melebihi makhluk- makhluk lain ciptaan
Allah. Potensi akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahami
simbol-simbol, hal-hal abstrak, menganalisa, membandingkan maupun
membuat kesimpulan dan akhirnya memilih maupun memisahkan antara yang
benar dari yang salah. Kemampuan akal mendorong manusia berkreasi dan
berinovasi dalam menciptakan kebudayaan serta peradaban. Manusia dengan
kemampuan akalnya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
mengubah serta merekayasa lingkungannya, menuju situasi kehidupan yang
lebih baik, aman dan nyaman.

C. Potensi Akal
Berbeda dengan dua potensi di atas, potensi akal ini hanya dimiliki oleh
manusia. Adanya potensi ini menyebabkan manusia dapat meningkatkan dirinya
melebihi makhluk-makhluk lain ciptaan Allah. Potensi akal memberi
kemampuan kepada manusia untuk memahami simbol-simbol, hal-hal yang
abstrak, menganalisa, membandingkan maupun membuat kesimpulan dan
akhirnya memilih maupun memisahkan antara yang benar dari yang salah.
Kemampuan akal mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam
menciptakan kebudayaan serta peradaban. Manusia dengan kemampuan akalnya

4
Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 51.
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengubah serta
merekayasa lingkungannya menuju situasi kehidupan yang lebih baik, aman dan
nyaman.5
Potensi ini hanya dianugerahkan oleh Allah untuk manusia. Dengan
potensi ini menjadikan manusia dapat meningkatkan dirinya melebihi dengan
makhluk-makhluk ciaptaan Allah lainnya. Potensi akal memberi pengaruh
tehadap kemampuan manusia seperti untuk memahami hal-hal abstrak, simbol-
simbol, menganalisa maupun menarik kesimpulan sehingga mampu memilih
atau memisahkan antara yang benar dengan yang salah. Kemampuan akal selain
mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi juga mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, merekayasa lingkungan, menuju kehidupan
yang lebih baik serta aman dan nyaman.

5
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik; Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis
dalam Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 41.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang perlu
mendapatkan perhatian serius. Sejak lahir, anak memiliki berbagai potensi
yang dikaruniakan Tuhan.
Potensi tersebut perlu dirangsang dan difasilitasi agar dapat
berkembang dengan optimal. Banyak ahli menyatakan bahwa masa anak
usia dini merupakan masa peka dan amat penting bagi perkembangan
anak. Stimulasi terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua maupun
orang lain disekitar lingkungan anak akan membekas kuat dan tahan lama.
Kesalahan sedikit dalam memberikan stimulasi akan berdampak negatif
jangka panjang yang sulit diperbaiki.

B. Saran
Dengan demikian makalah ini Kami buat. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangan terutama dalam segi penulisan. Untuk itu,
Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
lebih baik lagi dalam penulisan makalah yang selanjutnya

8
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik; Konsep, Teori, dan Aplikasi
Praktis dalam Dunia Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011
Islamuddin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2014
Slamet Wiyono, Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Grasindo, 2004

Anda mungkin juga menyukai