Anda di halaman 1dari 9

Nama : Vannisya Rifina Putri

NIM : 18521032

1. Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut
cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam.
Thahârah terbagi menjadi dua, yakni bersuci dari najis dan bersuci dari hadats. Bersuci
dari najis dilakukan dengan berbagai cara tergantung dengan tingkatan najis: berat
(mughalladhah), sedang (mutawassithah), atau ringan (mukhaffafah). Sementara bersuci
dari hadats dilakukan dengan wudhu (untuk hadats kecil) dan mandi (untuk hadats besar)
atau tayamum bila dalam kondisi terpaksa.
Hikmah Thaharah diantaranya sebagai berikut:
a. Pertama, bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia. Manusia
memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan menghindari sesuatu yang kotor
dan jorok. Karena Islam adalah agama fitrah maka ia pun memerintahkan hal-hal yang
selaras dengan fitrah manusia.
b. Kedua, menjaga kemulian dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai kehidupan
bermasyarakat yang aman dan nyaman. Islam tidak menginginkan umatnya tersingkir
atau dijauhi dari pergaulan lantaran persoalan kerbersihan. Seriusnya Islam soal perintah
bersuci ini menunjukkan komitmennya yang tinggi akan kemuliaan para pemeluknya.
c. Ketiga, menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting yang
memelihara seseorang dari terserang penyakit. Ragam penyakit yang tersebar umumnya
disebabkan oleh lingkungan yang kotor. Karena itu tidak salah pepatah mengungkapkan,
"kebersihan adalah pangkal kesehatan". Anjuran untuk membersihkan badan, membasih
wajah, kedua tangan, hidung, dan kedua kaki, berkali-kali saban hari relevan dengan
kondisi dan aktivitas manusia. Sebab, anggota-anggota tubuh itu termasuk yang paling
sering terpapar kotoran.
d. Keempat, menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah: tidak hanya
bersih tapi juga suci. Dalam shalat, doa, dan munajatnya, seorang hamba memang
seyogianya suci secara lahir dan batin, bersih jasmani dan rohani, karena Allah yuhhibbut
tawwâbîna yayuhibbul mutathahhirîna (mencintai orang-orang yang bertobat dan
menyucikan diri).

2. Media untuk bersuci ada empat, yaitu:


1. Air, jika suci dan mensucikan (air mutlak)
Air mutlak adalah air yang tidak disebut dengan perantara yang mengikat namanya.
Jadi bila perantara tersebut mengikat namanya maka tidak memenuhi kriteria ini,
seperti air Coca Cola, Sprite, air kembang tujuh rupa dan sebagainya yang dipindah
ke tempat manapun namanya tetap air Coca Cola, Sprite, air kembang tujuh rupa.
2. Tanah, jika suci, mensucikan, murni (tidak bercampur), dan berdebu
3. Penyamak, jika kesat dan mampu menghilangkan sisa-sisa darahdan lendir dari kulit
bangkai.

Ad-Dabigh yaitu alat yang digunakan untuk menyamak kulit bangkainya hewan-
hewan tertentu yang bisa disamak dan hewan itu dihukumi hewan yang suci semasa
hidupnya. Jadi meskipun bangkai dihukumi najis kita bisa mengambil kemanfaatan
dengan mengambil kulitnya untuk disamak agar suci dan bisa digunakan. Ad-Dabigh
harus berupa benda-benda yang berasa pedas-asam (sepet: jawa) seperti berbagai
jenis dedaunan, bahkan dari benda yang najis sekalipun seperti kotoran burung dara
yang memiliki rasa pedas-asam ini. Harus berasa demikian dikarenakan mampu
mengangkat kotoran-kotoran dan mengangkat penyebab-penyebab pembusukan pada
kulit.

4. Batu untuk istinja’, jika mampu menghilangkan kotoran, padat, suci, dan bukan benda
terhormat (semisal, nukan makanan, bukan kertas bertuliskan ayat-ayat Al-Quran)

3. Syarat Sah Sholat


Menjalankan ibadah sholat juga harus dilakukan dengan ilmu. Artinya, anda harus tahu tentang
syarat wajib sholat. Setiap muslim yang memenuhi syarat sahnya sholat wajib menjalankan
ibadah sholat. Syarat wajib sholat diantaranya:

 Orang tersebut harus beragama islam.


 Berakal sehat
 Dewasa atau sudah baligh
 Telah mengetahui tentang hukum sholat serta tata cara sholat dengan baik.
 Bersih ataupun suci dari hadats dan najis.
 Sadar.

syarat syah sholat untuk dipahami setiap muslim yang menjalankan kewajiban sholat:

 Sudah masuk waktu sholat.


 Harus menghadap arah kiblat
 Suci dari hadas baik hadas kecil maupun besar
 Harus menutup aurat
 Mengetahui tentang cara melaksanakan ibadah sholat tersebut.

Rukun salat

1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Selanjutnya membaca takbiratul ikram.
4. Setiap raka’at membaca surat al fatihah.
5. Ruku’ secara tuma’ninah.
6. I’tidal secara tuma’ninah.
7. Sujud secara tuma’ninah.
8. Duduk atara dua sujud secara tumaninah
9. Kemudian duduk tasyahud akhir
10. Dan membaca sholawat Nabi.
11. Membaca salam.
12. Tertib.

4. Hikmah dari sholat sunnah sebagai berikut:

1. Mendatangkan Keberkahan di Rumah


Mengerjakan shalat sunnah di rumah akan mendatangkan keberkahan. Berbeda dengan shalat
fardhu, shalat sunnah lebih utama dikerjakan di rumah masing masing kecuali shalat shalat
sunnah yang memang disyaratkan untuk
dikerjakan secara berjamaah di masjid.

Dirwayatkan dan zad bin Ra, Rasululah Saw


bersabda

"Wahai sekalian manusia, kerjakanlah shalat(sunnah) di rumah sekalian, sebab shalat yang
paling utama adalah shalat seseorang yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat fardu."
(HR.al-Bukhari)
yang dikenakan di rumahnya, kecuali shalat fardhu. (HR. al-
Bukhari)

2. Mendatangkan Kecintaan dari Allah swt

Allah swt akan mencintai mereka yang mengerjakan amalan- amalan sunnah (nawafil),
termasuk shalat-shalat sunnah.
ingin a."(HR al-Bukhar)

3. Meninggikan Derajat Seorang Mukmin

Shalat adalah amalan yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Rasulullah saw
bersabda,
"Istiqamahlah kamu semua, janganlah kamu menghitung-hitungnya, dan ketahuilah bahwa
sebaik-baik amal-amalmu adalah shalat."
(HR. Ibnu Majah)

Amalan shalat sunnah juga merupakan ibadah yang dapat meninggikan derajat seseorang serta
menghapus dosa-dosanya yang lalu.

4. Menutupi Kekurangan Shalat Fardhu

Sungguh sulit bagi kita untuk mengerjakan ibadah teramat


fardhu secara sempurna. Adalah hal yanglumrah terjadi apabila kita mengerjakan shalat fardhu,
maka akan banyak ditemukan kekurangan di sana sini, seperti tidak khusyuk, bacaan ayat-ayat
Al Quran yang kurang dan kesalahan kesalahan yang lainnya
tepat Dari snilah maka shalat shalat sunnah berfungsi untuk menutupi segala kekurangan yang
mungkin terjadi ketika mengerjakan shalat fardhu ini.

5. Shalat Sunnah sebagai Sarana Doa dan Permohonan

Sesungguhnya manusia dengan upaya dan kekuatannya adalah lemah dan hanya dengan
kekuatan Allah-lah ia menjadi kuat. Setiap manusia membutuhkan pertolongan Allah swt agar
sukses dalam melaksanakan tugas-tugasnya di bumi ini. Dan tekun melaksanakan ibadah fardhu
dan sunnah sehari-han adalah cara untuk mendapatkan pertolongan Allah.

6. Shalat Sunnah Menyebabkan Ketenangan

Amalan ibadah sehari-hari merupakan penyebab ketenangan hati dan kedamaian jiwa. Allah swt
berfirman.
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah,
hati merasa tenang."(QS. ar-Ra'd: 28)

5. Urutan tata cara menyalatkan mayit :

1. Melakukan takbiratul ihram (takbir pertama).


2. Tanpa perlu membaca istiftah langsung berta’aawudz ( ‫الر ِجي ِْم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫)أَع ْ ُّْو ذ ُ بِاهللِ ِمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬
dan membaca basmalah.
3. Diikuti dengan bacaan Al-Fatihah.
4. Melakukan takbir kedua dan diikuti dengan ucapan shalawat kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam semisal shalawat yang dibaca pada tasyahud akhir
dalam shalat fardhu.
5. Melakukan takbir ketiga dan mendoakan si mayit dengan doa-doa yang terdapat
dalam hadits-hadits yang shahih.(*)
6. Selepas berdoa kemudian melakukan takbir terakhir (takbir keempat), berhenti
sejenak, lalu salam ke arah kanan dengan satu kali salam.

(*) Di antara bentuk doa-doa tersebut adalah:

ِ ‫ َونَ ِقّْ ِه ِمنَ الذُّنُو‬،ِ‫اء َوالث َّ ْلجِ َو ْالبَ َرد‬


‫ب‬ ِ ‫ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ ْال َم‬،ُ‫س ْع َمدْ َخلَه‬ ّْ ِ ‫ َو َو‬،ُ ‫ َوأ َ ْك ِر ْم نُ ُزلَه‬،ُ ‫ع ْنه‬َ ‫ْف‬ ُ ‫عافِ ِه َواع‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو‬
َ ‫ار َح ْمه ُ َو‬
ُْ‫ َوأ َ ِعذه‬،َ‫ َوأَد ِْخ ْلهُ ْال َجنَّة‬،‫ َوزَ ْو ًجا َخي ًْرا ِم ْن زَ ْو ِج ِه‬،‫ار ِه‬ ِ َ‫ارا َخي ًْرا ِم ْن د‬ ْ َ
ً َ ‫ َوأ ْبدِله ُ د‬،‫ض ِمنَ الدَّن َِس‬ َ ْ َّ
ُ َ‫طايَا َك َما يُنَقَّى الث ْوبُ اْل ْبي‬ َ ‫وال َخ‬ْ
‫ ونَ ّْ ِو ْر لَهُ فِي ِه‬،ِ‫س ْح لَهُ فِي قَب ِْره‬ َ ‫ َوا ْف‬,‫ب النَّار‬ ِ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن َعذَا‬
ِ ‫عذَا‬ َ ‫ِم ْن‬

“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berilah
kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es, dan
embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari
kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik
dari isterinya. Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dari azab kubur dan azab neraka.
Lapangkanlah baginya dalam kuburnya dan terangilah dia di dalamnya.” (HR. Muslim)

Jika yang dishalatkan itu mayit perempuan, orang yang shalat mengucapkan,

‫اللّْ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَ َها‬

Yaitu dengan mengubah semua dhamir-nya menjadi dhamir muannats (kata ganti jenis
perempuan).

Adapun bila yang dishalatkan itu anak kecil, doa yang dibaca yaitu,

ً ‫اللّْ ُه َّم ا ْجعَ ْلهُ ِل َوا ِلد َ ْي ِه فَ َر‬


َ ‫طا َوأ َ ْج ًرا و‬
‫ش ِفيعًا ُم َجابًا‬

“Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan, pahala, dan sebagai syafaat yang mustajab untuk
kedua orang tuanya.” (HR. Al-Bukhari)

َ ‫ َوا ْج َع ْلهُ فِي َكفَالَ ِة ِإب َْراه‬، َ‫ف ْال ُمؤْ ِمنِين‬
َ َ‫ َوقِ ِه بِ َرحْ َمتِكَ َعذ‬،‫ِيم‬
‫اب‬ ِ َ‫سل‬
َ ِ‫صا ِلح‬ َ ‫ َوأ َ ْع ِظ ْم بِ ِه أ ُ ُج‬،‫ازينَ ُه َما‬
َ ِ‫ َوأ َ ْل ِح ْقهُ ب‬،‫ورهُ َما‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم ث َ ِقّْ ْل ِب ِه َم َو‬
‫ْال َج ِح ِيم‬

“Ya Allah, perberatlah karenanya timbangan kebaikan kedua orang tuanya, perbanyaklah
pahala kedua orang tuanya, dan kumpulkanlah dia bersama orang-orang shalih terdahulu
dari kalangan orang yang beriman, masukkanlah dia dalam pengasuhan Ibrahim, dan dengan
rahmat-Mu, peliharalah dia dari siksa neraka Jahim.”

6. Hikmah Puasa adalah:


a) Melatih disiplin waktu
b) Keseimbangan dalam hidup
c) Mempererat tali silaturahmi
d) Lebih perduli terhadap sesame
e) Tahu bahwa ibadah memiliki tujuan
f) Tiap kegiatan mlia adalah Ibadah
g) Berhati hati dalam lisan dan sikap
h) Berlatih untuk menabahkan hati
i) Belajar hidup sederhana
j) Melatih rasa bersyukur

7. Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam, tidak dibolehkan bagi seorang
muslim yang baligh, berakal, yang kena tanggung jawab syari’at meninggalkan puasa
Ramadhan tanpa udzur (alasan yang dibenarkan), seperti bepergian, sakit dan lain
sebagainya. Dan barang siapa yang meninggalkannya -meskipun hanya satu hari- tanpa
udzur, maka dia telah melakukan salah satu dosa besar dan dirinya terancam oleh
kemurkaan Allah dan siksa-Nya, dia wajib bertaubat dengan penuh kejujuran dan taubat
nasuha, dia juga wajib mengganti puasa yang ditinggalkannya, menurut pendapat para
ulama, bahkan sebagian dari mereka menyatakan sebagai hasil dari ijma’.
Adapun orang yang dengan sengaja berbuka (tidak melaksanakan puasa) pada bulan
Ramadhan, dan dianggap termasuk yang dibolehkan, maka dia telah kafir, dan harus
diminta bertaubat, jika dia mau maka akan selamat, namun jika tidak maka
konsekuensinya akan dibunuh. Dan barang siapa yang dengan terang-terangan tidak
berpuasa, maka seorang imam akan menta’zirnya (hukuman sesuai dengan kebijakan
hakim), dia pun diberi sanksi yang dianggap mampu mencegahnya agar tidak bisa
kembali lagi melakukannya atau yang serupa dengannya.
Secara global, di antara pendapat para ulama adalah:
Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:
“Jika seseorang tidak melaksanakan puasa Ramadhan karena menganggapnya halal,
padahal dia tahu akan keharaman meninggalkan puasa, maka wajib dinunuh. Dan jika dia
seorang yang fasik maka dia diberi sanksi karena tidak berpuasa tersebut sesuai dengan
kebijakan seorang imam (pemimpin). Namun jika memang dia belum tahu, maka perlu
diajari”. (Al Fatawa Al Kubro: 2/473)
Ibnu Hajar Al Haitsami –ramihahullah- berkata:
“Dosa besar yang ke 140 dan 141 adalah meninggalkan puasa satu hari dari bulan
Ramadhan, atau merusak puasanya dengan jima’ atau lainnya, tanpa ada udzur seperti
karena sakit, bepergian atau semacamnya”. (Az Zawajir: 1/323)
Ulama Lajnah Daimah lil Ifta’ berkata:
“Seorang mukallaf jika merusak puasanya di bulan Ramadhan maka termasuk dosa besar,
jika tanpa udzur yang syar’I”. (Fatawa Lajnah Daimah: 10/357)
Syeikh Ibnu Baaz berkata:
“Barang siapa yang meninggalkan puasa satu hari pada bulan Ramadhan tanpa udzur
yang syar’i, maka dia telah melakukan kemungkaran yang besar, dan barang siapa yang
bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya. Maka dia wajib bertaubat kepada Allah
dengan penuh kejujuran dan menyesali masa lalunya, dan bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi, dan banyak mengucapkan istigfar, dan segera mengqadha’ hari yang
ditinggalkannya”.
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- pernah ditanya tentang orang yang membatalkan
puasa pada siang hari di bulan Ramadhan tanpa ada udzur ?
Beliau menjawab:
“Membatalkan puasa di bulan Ramadhan pada siang hari tanpa ada alasan yang
dibenarkan termasuk dosa besar, dengan demikian maka orang tersebut dianggap fasik,
dan diwajibkan baginya untuk bertaubat kepada Allah dan mengganti sejumlah hari yang
ditinggalkannya”. (Majmu’ Fatawa dan Rasa’il Ibnu Utsaimin: 19/89)
Imam An Nasa’i telah meriwayatkan dalam Al Kubro (3273) dari Abu Umamah berkata:
“Saya telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
، ‫طلَقَا بِي فَإِذَا قَ ْو ٌم ُمعَلَّقُونَ بِعَ َراقِيبِ ِه ْم‬ َ ‫ساقَ ْال َحد‬
َ ‫ ) ث ُ َّم ا ْن‬:َ‫ َوفِي ِه قَال‬،‫ِيث‬ َ ‫ي ( َو‬ َ ِ‫) بَ ْينَا أَنَا نَائِ ٌم إِذْ أَت َانِي َر ُج ََل ِن فَأ َ َخذَا ب‬
َّ َ‫ض ْبع‬
َ ‫ َهؤ ََُل ِء الَّذِينَ يُ ْف ِط ُرونَ قَ ْب َل ت َِحلَّ ِة‬:َ‫ َم ْن َهؤ ََُل ِء؟ قَال‬: ُ‫ قُ ْلت‬،‫شقَّقَةٌ أ َ ْشدَاقُ ُه ْم تَسِي ُل أ َ ْشدَاقُ ُه ْم دَ ًما‬
‫ص ْو ِم ِه ْم‬ َ ‫ ) ُم‬.
“Pada saat kami tidur, ada dua orang laki-laki yang menghampiriku seraya membopong
saya”, lalu beliau melanjutkan ucapannya yang di antaranya: “Kemudian mereka berdua
membawaku, kemudian terlihat ada suatu kaum yang sedang digantung di tunggangan
mereka, pipi bagian bawahnya robek dan mengalirkan darah, saya berkata: “Siapa
mereka ?”, dia berkata: “Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum puasanya
sempurna”. (Dishahihkan oleh Albani Ash Shahihah: 3951 kemudian dia berkata
setelahnya:
ُ ‫َّللاُ َوأَ ْش َهدُ أَ ان ُم َح امدًا َر‬
‫سو ُل ا‬
8. ِ‫َّللا‬ ‫أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِ اال ا‬
Artinya:Asyhadu an La Ilaha Illa Allah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
saw adalah rasul utusan Allah.

9. Al Kafirun

1. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang
2/ 4 atau 5 harakat.
2. Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf kaf. Dibaca secara jelas.
3. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf kaf berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak
bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
4. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya
dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.
5. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang
2/ 4 atau 5 harakat.
6. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya
tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
7. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya
dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.
8. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang
2/ 4 atau 5 harakat.
9. Ikhfa karena huruf nun sukun bertemu huruf ta. Cara membacanya samar dengan dengung dan
ditahan selama 3 harakat.
10. Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu dengan huruf 'ain. Cara membacanya
dengan jelas.
11. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf dal berharakat dhamah bertemu wau sukun dan
setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2
harakat.
12. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang
2/ 4 atau 5 harakat.
13. Qalqalah kubra karena huruf qalqalah dal diwaqaf. Cara membacanya dipantulkan lebih
tebal.
14. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang
2/ 4 atau 5 harakat.
15. Tanda sifrul mustathil yaitu tanda bulatan kecil lonjong di atas huruf alif. Cara membaca
huruf nun dengan panjang bila diwaqaf atau dibaca pendek bila washal atau terus.
16. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf 'ain berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya
tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
17. Idgham bighunnah karena huruf dal berharakat dhamah tanwin bertemu huruf mim. Dibaca
masuk dengan dengung dan ditahan sampai 3 harakat.
18. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya
tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
19. Idgham mutajanisain karena huruf dal sukun bertemu dengan huruf ta'. Cara membacanya
dengan memasukkan huruf pertama ke huruf kedua.
20. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang
2/ 4 atau 5 harakat.
21. Ikhfa karena huruf nun sukun bertemu huruf ta. Cara membacanya samar dengan dengung
dan ditahan selama 3 harakat.
22. Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu dengan huruf 'ain. Cara membacanya
dengan jelas.
23. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf 'ain berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya
tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
24. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf dal berharakat dhamah bertemu wau sukun dan
setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2
harakat.
25. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang
2/ 4 atau 5 harakat.
26. Qalqalah kubra karena huruf qalqalah dal diwaqaf. Cara membacanya dipantulkan lebih
tebal.
27. Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu dengan huruf dal. Cara membacanya
dengan jelas.
28. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf dal berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan
setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2
harakat.
29. Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu dengan huruf wau. Cara membacanya
dengan jelas.
30. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya
dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.

Anda mungkin juga menyukai