Kelompok : 05
Nim : 2101026187
FIQH JANAIZ
Pengurusan jenazah
1. Hak dan Kewajiban umat islam
2. Fardhu kifayah
3. Mengikuti tuntunan rasulullah SAW
4. Dilakukan segera mungkin
5. Niat karena Allah sederhana atau apa adanya.
Pengertian Istilah.
1. Mayit : orang yang meninggal mati berpisah nyawa dengan jasadnya
2. Maut : Proses berpisahnya nyawa dengan jasad
3. Sakaratul maut : Gelisah di ambang kematian
4. Loyo : Hampir mati/ tidak berdaya
5. Laya/layu : sudah mati
6. Layat : Menghadiri mayat atau melayat
Memandikan jenazah.
1. Hukumnya fardhu kifayah
2. Segera dilakukan
3. Di tempat tertutup
4. Menggunakan air secukupnya
5. mengikuti tuntunan rasullulah yaitu hitungan ganjil dan tuntas
Cara memandikan.
1. Mayat di telanjangi lalu ditutup kain luruhan
2. Niat ikhlas karena Allah, membaca basmalah disertai dengan rasa kasih saying.
3. Bersihkan semua kotoran
4. Jika ada luka ditutup
5. Siram dengan air bersih sebanyak 3 kali dari kepala sampai kaki, mulai bagian kanan tengah
lalu bagian kiri sampai merata.
6. Setelah diyakini bersih, siram tubuh mayit dengan air bersih dari kepala sampai kaki dengan
hitungan ganjil
7. Siram dengan air kapur
8. Kapur barus untuk mengawetkan jenazah
Mengkafankan mayit.
1. Kain kafan harus kuat, bersih dan rapat
2. Disunnahkan berwarna putih
3. Jenazah yang sudah ihram dikafankan dengan kain ihramnya, kepala tidak ditutup dan tidak
diberi wewangian
4. Dalam keadaan darurat: kain kafam yang di wajibkan selapis, jika tidak cukup di utamakan
bagian kepala
5. Pertemukan pinggiran kain lapisan
6. Pertama ditarik keatas lalu di gulungkan kekiri
7. Ikat kuat dengan simpul hidup
8. Posisi simpul di bagian kiri mayit
9. Taburi minyak wangi secukupnya
10. Tutup dengan kain luruhan
103. Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Pengertian zakat.
- Menurut Bahasa: Bersih, bertambah, dan terpuji
- Menurut istilah : Mengeluarkan Sebagian harta benda sebagai sedekah wajib, sesuai
perintah Allah swt kepada orang-orang yang memenuhi syarat dan sesuai dengan
ketentuan islam
Macam-macam zakat.
1. Zakat fitrah
Sejumlah harta yang wajib ditunaikan oleh setiap mukallaf dan setiap yang yang ditanggung
olehnya dengan syarat-syarat tertentu.
2. Zakat mal.
Zakat kekeyaan yang harus dikeluarkan dalam jangka 1 tahun sekali yang sudah memenuhi
nishab mencakup hal perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak dan lainnya.
Hukum Thaharah
Dalil thaharah tertulis dalam Quran surat Al Baqarah ayat 222. Allah SWT berfirman menyukai
orang-orang yang bertaubat dan bersuci
Selain itu, dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW, " Allah tidak menerima sholat yang
tidak disertai dengan bersuci."
macam-macam air
1. Air mutlak yakni air yang suci lagi menyucikan dan tidak makruh untuk bersuci. Air mutlak
ini bisa untuk menghilangkan hadas dan najis.
2. Air musyammas yakni air yang kena sinar matahari sampai panas. Air ini suci menyucikan,
tapi makruh untuk dipakai bersuci.
3. Air musta'mal yakni, air yang telah dipakai untuk bersuci. Air ini suci tapi tidak menyucikan,
tidak boleh dipakai untuk bersuci. Tetapi kalau belum berubah rasa dan baunya masih tetap suci.
4. Air najis yakni air yang sedikit atau banyak yang terkena najis sehingga berubah rasa atau
baunya. Kalau air itu sedikit, menjadi najis sebab bercampur dengan najis baik keadaan berubah
atau tidak. Tetapi kalau air itu banyak menjadi najis sebab bercampur dengan barang najis
sampai berubah rasa atau baunya.
Macam-macam Najis
Secara fiqih, terdapat 3 macam-macam najis yang telah diurutkan berdasarkan
tingkatannya, yaitu ringan, sedang, dan berat.
Ini merupakan najis yang ringan. Yang termasuk najis mukhaffafah adalah air kencing
bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum mengonsumsi makanan apapun
kecuali air susu ibunya.
• Kotoran manusia
• Darah haid
• Madzi, yaitu cairan bening yang keluar dari kemaluan yang tidak disertai tekanan
syahwat yang sangat kuat
• Air wadi, yakni air putih, keruh dan kental yang keluar setelah buang air kecil.
• Nanah bercampur darah.
• Darah yang keluar dalam jumlah banyak.
• Arak (minuman keras).
• Kotoran hewan yang haram dimakan.
• Bangkai hewan, kecuali manusia, ikan, dan belalang.
• Muntah
1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah najis yang kotor lagi basah. Seperti air
seni, madzi, dan kotoran manusia.
2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak kotor. Contohnya
cacing.
5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda hasil ghashab. Istinja hukumnya haram
dan tidak sah jika beristinja dengan benda yang dimuliakan seperti buah-buahan.
6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika beristinja dengan air zam-zam.
Secara umum, tata cara beristinja ada tiga. Pertama, menggunakan air dan batu. Cara ini
merupakan cara yang paling utama. Batu dapat menghilangkan bentuk fisik najis. Sementara itu,
air yang digunakan harus suci dan menyucikan. Air tersebut dapat menghilangkan bekas najis.
Kedua, menggunakan air saja. Ketiga, menggunakan batu saja. Adapun, batu yang diperbolehkan
untuk beristinja haruslah suci, bukan najis atau terkena najis, merupakan benda padat, kesat, dan
bukan benda yang dihormati.
Adab Buang Hajat
Dalam Islam, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan saat buang hajat. Antara lain sebagai
berikut:
1. Istibra, yaitu mengeluarkan kotoran yang tersisa di dalam makhraj, baik itu air kencing
maupun kotoran, sampai dirasa tidak ada lagi kotoran yang tersisa.
2. Diharamkan buang hajat di atas kuburan. Alasan mengenai pendapat ini karena kuburan
adalah tempat di mana orang bisa mengambil nasihat dan pelajaran. Maka, termasuk adab sangat
buruk jika seseorang justru membuka aurat di atas kuburan dan mengotorinya.
3. Tidak boleh membuang hajat pada air yang tergenang. Diriwayatkan dari Jabir, Rasulullah
SAW melarang kencing pada air yang tergenang (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan yang lainnya).
4. Dilarang buang hajat di tempat-tempat sumber air, tempat lalu lalang manusia, dan tempat
bernaung mereka. Pendapat ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
5. Dilarang buang hajat dengan menghadap atau membelakangi kiblat.
6. Dimakruhkan bagi orang yang membuang hajat untuk melawan arah angin. Sebab,
dikhawatirkan adanya percikan air kencing yang membuatnya terkena najis.
7. Dimakruhkan bagi orang yang sedang buang hajat untuk berbicara. Namun, apabila memang
ada kebutuhan maka diperbolehkan untuk berbicara, seperti meminta gayung untuk
membersihkan najis.
8. Dimakruhkan menghadap matahari dan bulan secara langsung. Sebab, keduanya merupakan
tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan nikmat-Nya bermanfaat bagi seluruh alam semesta.
9. Dianjurkan untuk istinja dengan tangan kiri. Sebab, tangan kanan digunakan untuk makan dan
sebagainya.
10. Kaki kiri masuk, kaki kanan keluar.
11. Baca doa masuk wc.
Berwudhu.
1. Niat Wudhu
َِّ َن ََويْتَُ ْال ُوض ُْو ََء ل َِّر ْف َِّع ْال َحد
ْ َث اْال
صغ ََِّر فَ ْرضًاَِّللَِّ تَعَالَى
3. Berkumur
Berkumur sebanyak 3 kali.
6. Membasuh Tangan
Basuh kedua belah tangan hingga siku, dahulukan anggota tubuh bagian kanan.
7. Mengusap Kepala
Mengusap sebagian kepala sebanyak 3 kali.
8. Mengusap Telinga
Mengusap kedua telinga.
9. Membasuh kaki
Membasuh kedua kaki hingga di atas mata kaki, dan dilakukan sebanyak 3 kali, dimulai dari
kanan terlebih dahulu.
Bertayamum.
Adapun penjelasan tata caranya, dalam kitab 'Bidayatul Hidayah' karya Imam Al-Ghazali adalah
sebagai berikut:
a. Siapkan tanah berdebu atau debu yang bersih. Ulama memperbolehkan menggunakan debu
yang berada di tembok, kaca, atau tempat lain yang dirasa bersih.
b. Disunnahkan menghadap kiblat, lalu letakkan kedua telapak tangan pada debu, dengan posisi
jari-jari kedua telapak tangan dirapatkan.
c. Dalam keadaan tangan masih diletakan di tembok atau debu, lalu ucapkan basmallah dan niat
seperti berikut:
"Nawaytu tayammuma li istibaakhati sholati lillahi ta'ala" Artinya: Aku berniat tayamum agar
diperbolehkan sholat karena Allah.
Niat di atas apabila ingin mengerjakan sholat. Lain jika ingin melakukan ibadah lain, seperti
membaca Al-Qur'an atau lainnya. Maka niatnya diganti sesuai dengan tujuan bersuci.
d. Kemudian, usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah. Berbeda dengan wudhu, dalam
tayamum tidak diharuskan untuk mengusapkan debu pada bagian-bagian yang ada di bawah
rambut atau bulu wajah, baik yang tipis maupun yang tebal. Yang dianjurkan adalah, berusaha
meratakan debu pada seluruh bagian wajah. Dan itu cukup dengan satu kali menyentuh debu,
sebab pada dasarnya lebar wajah tidak melebihi lebar dua telapak tangan. Sehingga "meratakan
debu" di wajah, cukup mengandalkan dugaan yang kuat (ghalibuzhan).
e. Selanjutnya bagian tangan, sementara lepaskan cincin bila ada di jari, dan letakkan kembali
telapak tangan pada debu, kali ini jari tangan direnggangkan. Lalu tengadahkan kedua telapak
tangan, dengan posisi telapak tangan kanan di atas tangan kiri. Rapatkan jari-jari tangan, dan
usahakan ujung jari kanan tidak keluar dari telunjuk jari kiri, atau telunjuk kanan bertemu
dengan telunjuk kiri.
f. Telapak tangan kiri mengusap lengan kanan hingga ke siku. Kemudian, tangan kanan diputar
untuk diusapkan juga sisi lengan kanan yang lain, dan telapak tangan mengusap dari siku hingga
dipertemukan kembali jempol kiri mengusap jempol kanan. Lakukan hal yang sama pada tangan
kiri seperti tadi.
g. Terakhir, pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usapkan di antara jari-jarinya.
h. Setelah tayamum, dianjurkan juga oleh sebagian ulama untuk membaca doa bersuci, seperti
halnya doa berikut ini.
ََ َواجْ عَ ْلنِّي مِّ ن، َ اَللَّ ُه ََّم اجْ عَ ْلنِّي مِّ نََ الت َّ َّوابِّيْن،ُس ْولُه ُ ع ْبدَُهُ َو َر
ََ ن ُم َح َّمدًا ََّ َ ََو أ َ ْش َه َدُ أ،ُال ش َِّريْكََ لَه
َ َ ُ َو ْحدََه،ُال للا َ َّ ال ِّإلَهََ ِّإ َْ َ أ َ ْش َه َدُ أ
ََ ن
ََ أ َ ْست َ ْغف ُِّركََ َوأَت ُ ْوبَُ إِّلَ ْيَك، َال أ َ ْنت
َ َّ ِّال إِّلَهََ إ َْ َ أ َ ْش َه َدُ أ، َس ْب َحانَكََ اَللَّ ُه ََّم َوبِّ َح ْمدِّك
ََ ن ُ ََصالِّحِّ يْنَّ ن ِّعبَادِّكََ ال َْ ِّط ِّه ِّريْنََ َوا ْجعَ ْلنِّي م َ َ ْال ُمت
Mandi Wajib.
Nifas adalah keluarnya darah dari rahim wanita karena melahirkan atau setelah melahirkan.
Darah nifas akan keluar kurang lebih selama 40 hari. Selama masa nifas, seorang wanita dilarang
untuk sholat dan puasa.
لل تَ َعالَى
َِّ ََِّاس
َ ِّ ث النِّف ََ ن ََويْتَُ ْالغُ ْس
َِّ َل ل َِّر ْف َِّع َحد
5. Berwudhu
Lakukan tata cara wudhu seperti biasa dilakukan sebelum melakukan sholat.
6. Membasahi Kepala
Basahi atau siram kepala dengan air sebanyak 3 kali hingga ke pangkal rambut.
7. Memisah-misah Rambut
Memisah-misah rambut dengan cara menyela-nyela rambut menggunakan jari-jari tangan.
Memisah-misah rambut wajib untuk dilakukan laki-laki dan sunah (mandub) bagi wanita. Hal ini
dikarenakan terdapat dalam riwayat Ummu Salamah yang bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW, "Aku bertanya, wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini perempuan yang sangat kuat
jalinan rambut kepalanya, apakah aku boleh mengurainya ketika mandi junub? Maka Rasulullah
menjawab, Jangan, sebetulnya cukup bagimu mengguyurkan air pada kepalamu 3 kali guyuran."