Anda di halaman 1dari 25

Materi Sanlat Bulan Ramadhan 1444H

Nama : Tiara Natasya Putri


Kelas : 8A
SMPN 28 KOTA BEKASI
MATERI SANLAT TENTANG SHALAT
Sholat lima waktu merupakan salah satu kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap orang
islam dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun. Sholat juga merupakan tiang
agama, barang siapa mengerjakannya berarti ia telah menegakkan agamanya. Dan barang
siapa meninggalkanya berarti ia telah merobohkan agamanya.

Sholat yang kita kerjakan haruslah sesuai dengan sholat yang telah dituntunkan atau
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu supaya sholat kita dapat lebih baik dan
sempurna maka bacalah dan perhatikan ketentuan-ketentuan sholat sebagaimana diuraikan
dalam materi berikut ini:

1. Pengertian Sholat Wajib

Shalat secara bahasa berarti doa. Sedangkan menurut istilah syara’ sholat adalah ibadah yang
terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam. Sholat wajib juga disebut juga dengan sholat fardlu atau shalat
maktubah yang berarti sholat yang harus dikerjakan orang Islam yang telah memenuhi syarat.
Yang dimaksud sholat wajib di sini adalah shalat lima waktu yaitu sholat zuhur, asar, maghrib,
isya’ dan subuh. Sholat dalam Islam menempati kedudukan sangat penting, karena shalat
merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggung jawabannya kelak
di hari kiamat.

2. Rukun Sholat
a. Niat
b. Berdiri jika mampu
c. Takbiratul Ikhram
d. Membaca surat al-fatihah
e. Ruku` dan tuma`ninah
f. I`tidal dan tuma`ninah
g. Sujud dan tuma`ninah
h. Duduk diantara dua sujud dan tuma`ninah
i. Duduk tasyahud akhir
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca shalawat kepada Nabi
l. Membaca salam pertama
m. Tertib
Rukun sholat tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Rukun qauli, yaitu rukun yang berupa ucapan (contoh : Takbiratul ikhram, membaca
surat al-fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca salam)
b. Rukun fi`li, yaitu rukun yang berupa gerakan (contoh : sujud, ruku`, I`tidal dll).

3. Syarat Syah Sholat


a. Suci badan dari hadats besar dan kecil
b. Allah tidak menerima sholat seseorang diantara kamu yang berhadats sehingga dia
berwudhu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
d. Menutup aurat. Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedang aurat
perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali kedua telapak tangan dan wajah.
e. Telah masuk waktu sholat
f. Menghadap kiblat
Seperti dijelaskan dalam surah al-Baqarah ayat 144.
Artinya : “maka palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. al-Baqarah : 144)

4. Syarat Wajib Sholat


a. Islam
b. Baligh. Batasan baligh dalam Islam adalah :
• Bagi laki-laki telah keluar sperma atau mimpi basah
• Bagi perempuan telah keluar darah haid
c. Berakal, tidak gila atau mabuk.
d. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan.
e. Telah sampai dakwah kepadanya
f. Terjaga, tidak sedang tidur.

5. Yang Membatalkan Sholat


a. Berbicara dengan sengaja
b. Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut)
c. Berhadats
d. Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja
e. Terbuka auratnya
f. Merubah niat
g. Membelakangi kiblat, kecuali sedang diatas kendaraan.
h. Makan dan minum
i. Tertawa
j. Murtad
6. Sunnah Sholat

Sunah sholat merupakan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam sholat selain rukun
shalat. Sunah-sunah sholat dibagi menjadi dua, yaitu :
• Sunah Ab`ad
Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan harus diganti
dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah :
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud
3. Membaca shalat nabi ketika tasyahud

• Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan tidak perlu
diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah :
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap.
3. Memandang ke tempat sujud
4. Membaca do`a iftitah
5. Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah.
6. Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah.
7. Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-Fatihah.
8. Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum)
9. Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama sholat maghrib, isya dan subuh.
10. Membaca takbir ibntiqal setiap ganti gerakan kecuali ketika berdiri dari ruku`.
11. Membaca ketika i`tidal.
7. Hikmah Shalat
a. Mendidik disiplin dan menghargai waktu..
b. Menjadikan hati tenang karena shalat merupakan hubungan antara seorang hamba
dengan Tuhannya. seorang muslim bisa mendapatkan lezatnya bermunajat dengan
tuhannya ketika shalat, sebab jiwanya menjadi tenang, hatinya tentram, dadanya lapang,
keperluannya terpenuhi, dan dengannya seseorang bisa tenang dari kebimbangan dan
problematika duniawi
c. Menyadarkan manusia tentang hakekat dirinya yang merupakan hamba Allah SWT yang
harus senantiasa menyembahnya.
d. Menanamkan nilai tidak ada yang memberi kenikmatan dan pertolongan selain Allah
SWT.
e. Sholat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar (jelek)
f. Seperti dalam surah yang artinya : “Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar”
g. Sholat dapat menjauhkan diri dari sifat sombong.
MATERI SANLAT TENTANG ZAKAT
Salah satu kewajiban umat muslim adalah membayar Zakat. Zakat adalah ibadah yang
tercantum di dalam rukun islam. Bagi setiap muslim yang memiliki finansial yang stabil, atau
mampu, wajib baginya untuk membayar zakat kepada orang yang membutuhkan.
Zakat adalah ibadah yang memiliki tujuan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.
Dalam Al-Quran, Zakat disebutkan beberapa kali. Lalu apa itu yang dimaksud zakat? Apa saja
jenis-jenis zakat dan rukun-rukunnya? Apa hikmah dari membayar zakat?. Untuk memahami
lebih lanjut mengenai zakat, simak tulisan di bawah ini.

A. Pengertian Zakat
• Zakat adalah sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5% dari
hartanya untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini, di sebagian besar
negara yang bermayoritas umat Islam, memberikan zakat bersifat sukarela, namun
ada juga beberapa negara yang zakat nya diurus juga oleh pemerintah. Di negara
seperti Inggris misalnya, orang-orang Islam di sana membayarkan zakat dengan
memberikannya langsung ke badan amal.
• Berdasarkan pengertian zakat, maka zakat diartikan sebagai suatu konsepsi ajaran
Islam yang mendorong orang muslim untuk mengasihi sesama, mewujudkan keadilan
sosial serta berbagai dan mendayakan masyarakat, selanjutnya untuk mengentaskan
kemiskinan. Pelajari lebih jauh mengenai zakat dalam buku Keutamaan Zakat, Infak,
Sedekah.
B. Pengertian Zakat Menurut Bahasa dan Istilah
Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan. Zakat adalah bentuk sedekah
kepada umat islam. Zakat diperlakukan dalam islam sebagai kewajiban atau seperti pajak.
Di dalam rukun Islam, berzakat ada di urutan ketiga, setelah sholat. Meskipun zakat
diwajibkan bagi umat islam, tidak semua orang bisa berzakat. Ada beberapa syarat untuk
berzakat, misalnya memiliki harta yang cukup atau tidak kekurangan.
Dalam pandangan Islam, memberikan hartanya kepada orang lain yang membutuhkan
bisa mensucikan jiwa mereka dan juga sebagai pengingat bahwa harta itu bukanlah milik
mereka, namun milik Allah SWT yang dititipkan kepada mereka. Umat Islam percaya
bahwa semakin banyak memberi maka Allah SWT akan memberikan nya berkali-kali lipat
di akhirat.

C. Hukum Zakat
Di dalam Al-Quran, amalan tentang zakat disebutkan beberapa kali. Seperti dalam surat
Al-Araf ayat 156, orang-orang yang akan diberi kebahagiaan di akhirat adalah orang yang
menunaikan zakat, ayat tersebut berbunyi,
َ َ‫ش ْي ْء ف‬
‫سا َ ْكتُبُ َهْا‬ َ ‫سعَتْْ ُك َّْل‬ ْْ ِ‫ن اَش َۤا ُْء َو َرحْ َمت‬
ِ ‫ي َو‬ ْْ ِ‫عذَاب‬
ُْ ‫ي ا ُ ِصي‬
ْْ ‫ْب بِهْ َم‬ ٰ ْ ‫سنَةْ َّوفِى‬
َ ‫اْلخِ َر ِْة اِنَّا هُ ْدنَاْ اِلَيْكَْ قَا َْل‬ َ ‫ي ٰه ِذ ِْه الدُّ ْنيَا َح‬
ْْ ِ‫ُب لَنَا ف‬
ْْ ‫َوا ْكت‬

َْ‫الز ٰكوةَْ َوالَّ ِذيْنَْ هُ ْْم ِب ٰا ٰي ِتنَا يُؤْ مِ نُ ْون‬


َّ َْ‫ِللَّ ِذيْنَْ َيتَّقُ ْونَْ َويُؤْ ت ُْون‬

“Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali
(bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpa kan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang
yang beriman kepada ayat-ayat Kami.”

Selain ayat di atas, perintah untuk mengamalkan zakat juga dicantumkan dalam Al-Quran
surat Maryam ayat 31, ayat tersebut berbunyi

َّ ‫ص ٰلو ِْة َو‬


‫الز ٰكو ِْة َما دُ ْمتُْ َحيًّا‬ َّ ‫ي ِبال‬ ٰ ‫ي ُم ٰب َركا اَي َْنْ َما ُك ْنتُْ َوا َ ْو‬
ْْ ِ‫صن‬ ْْ ِ‫ْ َّو َج َعلَن‬
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup.”

Perintah zakat juga tercantum dalam surat Al-Anbiya ayat 73 yang berbunyi

َّ ْ‫ص ٰلو ِْة َواِ ْيت َ ۤا َء‬


ْ‫الز ٰكو ِة‬ ِْ ‫َو َجعَ ْل ٰن ُه ْْم ا َ ِٕى َّمْةْ يَّ ْهد ُْو َنْ بِا َ ْم ِرنَا َوا َ ْو َح ْينَاْ اِلَي ِْه ْمْ فِ ْع َْل ا ْل َخي ْٰر‬
َّ ‫ت َواِقَا َْم ال‬

ْ‫َوكَانُ ْوا لَنَا ٰع ِب ِدي َْن‬

“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan,
melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka
menyembah.”

D. Jenis-Jenis Zakat
Bagi umat Islam, ada dua jenis zakat yang harus ditunaikan yaitu zakat fitrah dan zakat
mal.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang harus dibayarkan bagi seorang muslim yang
sudah mampu untuk menunaikannya dan berkecukupan. Zakat fitrah adalah zakat
yang wajib ditunaikan satu kali dalam setahun. Waktu membayar zakat fitrah
umumnya dilakukan pada bulan ramadhan, biasanya menunaikan zakat fitrah
dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri. Selain itu, yang membedakan zakat fitrah
dengan zakat yang lainnya adalah, zakat fitrah diharuskan untuk ditunaikan sebelum
melaksanakan sholat Idul Fitri.
Zakat fitrah memiliki arti yaitu mensucikan harta. Hal ini karena di setiap harta
seseorang adalah sebagiannya milik dari orang lain, terlebih lagi orang yang
membutuhkan. Selain itu, harta yang ada pada manusia bukanlah milik mereka semua,
namun itu adalah titipan dari Allah SWT seperti yang dijelaskan pada Buku Pintar
Puasa Ramadhan, Zakat Fitrah, Idul Fitri, Idul Adha.
Besar zakat yang harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah sebesar satu sha,
atau 2.5 kg beras, kurma, sagu, gandum. Besarnya zakat bisa disesuaikan dengan
konsumsi per orang dalam sehari pada waktu yang berlaku, karena hal ini bisa berubah
akibat inflasi di negara tersebut. Ketentuan ini berdasarkan pada hadits shahih di atas.
Sesuai dengan pengertian zakat fitrah, maka walaupun umat Islam diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat, namun tidak semua umat Islam wajib dan bisa menunaikan
amalan ini. Orang yang memiliki tanggung jawab atas orang lain, harus membayarkan
zakat orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Misalnya, seorang ayah atau
ibu yang wajib membayarkan zakat fitrah untuk anak-anaknya.
Zakat fitrah juga bisa dibayar dengan bentuk uang yang setara dengan 1 sha’
gandum, kurma atau beras dan bahan pokok lainnya. Nominal dari uang tersebut yang
ingin dizakatkan harus disesuaikan dengan harga bahan sembako yang berlaku di
daerah tersebut. Di Indonesia sendiri, membayar zakat fitrah bisa melalui Lembaga
Amil Zakat yang terpercaya. Zakat fitrah boleh dibayar dari awal bulan ramadhan
sampai sebelum waktu sholat Idul Fitri atau di hari-hari akhir bulan suci ramadhan.
2. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat harta. Sesuatu dapat disebut dengan harta apabila
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dapat dimiliki, disimpan atau dikuasai, dapat
diambil manfaatnya sesuai dengan harta tersebut. Contoh dari harta misalnya rumah,
mobil, tanah, hewan ternak, emas dan perak.

Berikut adalah syarat kekayaan yang wajib dizakatkan:


1. Harta tersebut merupakan harta yang sepenuhnya adalah miliknya. Harta milik
sepenuhnya tentunya juga harus memiliki nilai dan manfaat secara utuh. Harta
yang bisa dizakatkan haruslah didapatkan sesuai dengan syariat islam. Harta tidak
bisa dizakatkan apabila didapati dengan cara yang tidak sesuai syariat Islam
seperti mencuri dan lain-lain.
2. Harta yang dimiliki bisa berkembang atau bertambah.
3. Harta yang dimiliki sudah mencapai jumlah tertentu yang sesuai dengan
ketentuan zakat atau sudah sesuai dengan nisabnya.
4. Harta tersebut merupakan kelebihan setelah memenuhi kebutuhan pokok.
Seseorang tentunya memiliki jumlah minimal dan berbeda-beda untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari termasuk juga untuk anggota
keluarganya. Apabila kebutuhan pokok orang tersebut dan keluarganya tidak
terpenuhi maka harta yang dimiliki tidak wajib untuk dizakatkan.
5. Harta yang dimiliki oleh seseorang, jika sudah dimiliki selama satu tahun, maka
wajib untuk dizakatkan.
Menghitung zakat mal harus disesuaikan dengan harga emas yang berlaku pada
sata itu, karena harga emas selalu berubah-ubah setiap tahunnya.

E. Syarat Zakat
Seperti yang sudah dijelaskan berdasarkan pengertian zakat, maka untuk melakukan
zakat harus mengikuti beberapa syarat. Berikut adalah syarat wajib untuk menunaikan
zakat:
1. Islam
2. Merdeka
3. Mukallaf atau akil baligh atau sudah dewasa
4. Tidak punya hutang
5. Memiliki harta yang cukup
6. Harta milik sendiri

F. Rukun-Rukun Zakat
Rukun zakat adalah hal-hal yang harus dilakukan ketika ingin berzakat. Berikut adalah
rukun-rukun zakat.
1. Niat
Ketika menunaikan zakat, hendaknya membaca niat untuk berzakat. Hal ini untuk
mengingatkan kita bahwa kita berzakat semata-mata hanya untuk Allah SWT.
a. Pemberi zakat
Pemberi zakat, atau biasa disebut muzakki adalah orang yang berkewajiban
untuk membayar zakat. Seperti yang sudah disebutkan di atas, syarat-syarat
untuk orang pemberi zakat adalah Islam, merdeka, dewasa, tidak memiliki
hutang dan memiliki harta yang cukup.
Zakat hadir dalam Islam bukan hanya untuk mengatur sistem ekonomi,
individu, msyarakat, dan negara. Namun juga menjadi penyambung kasih
sayang antara si kaya dan si miskin seperti halnya yang dibahas pada buku
Kekuatan Zakat yang mengupas segala hal tentang zakat termasuk dalil-dalil,
cara perhitungan zakat, waktu pembayaran, dan masih banyak lagi.
b. Penerima zakat
Penerima zakat biasa disebut dengan mustahik. Mustahik ini adalah orang-
orang yang berhak menerima zakat. Di dalam Al-Quran surat At-taubah ayat
60, disebutkan delapan kategori atau golongan orang-orang yang memenuhi
syarat untuk mendapatkan manfaat dari zakat.
ِ ‫الرقَا‬
ْ‫ب‬ ِ ‫علَ ْي َها َوا ْل ُم َؤلَّفَ ِْة قُلُ ْوبُ ُه ْْم َوفِى‬ ِْ ‫صد َٰقتُْ ِل ْلفُقَ َر ۤا ِْء َوا ْل َم ٰس ِكي‬
ِ ‫ْن َوا ْل َع‬
َ ْ‫ام ِلي َْن‬ َّ ‫اِنَّ َما ال‬

ْ‫ع ِليْمْ َح ِكيْم‬


َ ُ‫اّلل‬
ْٰ ‫اّللْ َو‬
ِٰ ‫ن‬ َ ‫س ِب ْي ِْل فَْ ِر ْي‬
َْ ‫ضةْ ِم‬ َّ ‫ْن ال‬
ِْ ‫اّلل َواب‬
ِْٰ ‫س ِب ْي ِْل‬
َ ‫ي‬ َْ ‫َوا ْلغَ ِار ِمي‬
ْْ ‫ْن َو ِف‬

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba
sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah
Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
Orang yang hidup tanpa mata pencahariaan, orang yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan pokoknya, orang yang mengumpulkan zakat, orang yang
baru saja masuk islam, orang yang bebas dari perbudakan melalui akad, orang
yang memiliki hutang yang sangat besar, orang yang berperang di jalan Allah
SWT, orang yang dalam perjalanan atau pengelana yang terlantar, adalah
orang-orang yang wajib menerima zakat atau mustahik.

2. Harta yang dizakatkan


Berikut adalah harta-harta yang yang wajib dizakatkan dalam zakat mal:
a. Emas dan Perak adalah logam mulia. Islam menggangap logam mulia seperti
emas dan perak sebagai harta yang dapat berkembang. Cek, deposito, saham
atau surat berharga lainnya termasuk dalam kategori emas dan perak yang bisa
dizakatkan. Rumah, tanah, kendaraan, juga termasuk kategori emas dan perak
yang bisa dizakatkan.
b. Binatang Ternak yang wajib untuk dizakatkan adalah hewan-hewan ternak
yang besar seperti sapi, kambing, kerbau, unta, ayam.
c. Hasil Pertanian yang wajib dizakatkan adalah hasil tumbuh-tumbuhan yang
memiliki nilai ekonomis. Hasil pertanian yang bisa dizakatkan adalah adalah
umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan lain-lain.
d. Harta Perniagaan adalah semua yang digunakan dalam jual-beli. Contoh dari
harta perniagaan adalah alat-alat, perhiasan, pakaian. Perniagaan atau
perdagangan yang dilakukan bisa melalui perorangan atau perusahaan besar.
e. kekayaan Laut dan hasil pertambangan adalah benda-benda yang berasal dari
dalam perut bumi dan bisa juga dizakatkan karena memiliki nilai ekonomis.
Hasil-hasil dari perut bumi itu meliputi minyak bumi, tembaga, timah,
batubara. Kekayaan laut yang bisa dizakatkan yaitu mutiara, dan ambar.
f. Rikaz adalah harta yang sudah terpendam lama sejak zaman dahulu. Salah satu
contoh rikaz atau harta terpendam adalah harta karun. Harta rikaz yang
ditemukan tentunya tidak boleh ada pemiliknya maka baru boleh dizakatkan.

Untuk zakat fitrah bisa berupa uang, beras, kurma atau gandum dengan berat 2.5 kg.
Baca juga : Zakat Fitrah dan Zakat Mal: Pengertian, Perhitungan dan Cara Membayar
G. Hikmah Zakat
Berikut adalah beberapa hikmah dalam menunaikan zakat. Selain untuk menggugurkan
kewajiban, membayar zakat memberikan hikmah atau manfaat untuk di dunia dan
akhirat. Untuk lebih mengenal zakat, infaq, dan shadaqah yang kiranya perlu ditanamkan
sejak dini guna menumbuhkan kesadaran berzakat, berinfaq, dan bershadaqah.
1. Dosa akan terampuni
Orang-orang yang membayarkan zakatnya tidak hanya mendapatkan pahala, namun
dosa-dosanya yang dahulu juga terampuni. Hal ini tertulis dalam hadits nabi yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi, yang berbunyi,

ُْ ‫ئ ا ْل َخ ِطيئ َْةَ َك َما يُ ْط ِف‬


َ َّ‫ئ ا ْل َما ُءْ الن‬
ْ‫ار‬ ُْ ‫صدَقَ ْةُ ت ُ ْط ِف‬
َّ ‫َوال‬
”Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api.”

2. Mendapatkan Ridha Allah


Orang yang menunaikan zakat akan mendapat pahala dan juga ridha Allah SWT. Hal
ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Ar-Rum yang 39, yang berbunyi,

ْ‫اّلل َو َماْ ٰات َ ْيت ُ ْْم ِم ْنْ َز ٰكوة‬ َْ َ‫اس ف‬


ِْٰ َ‫ل يَ ْربُ ْوا ِع ْن ْد‬ ْ ِ َّ‫َو َمآ آت َ ْيت ُ ْْم ِم ْنْ ِربا ِليَ ْربُ َواْ فِ ْيْ ا َ ْم َوا ِلْ الن‬
ٰۤ َ
ْ ‫ولىِٕكَْ ُه ُْم ا ْل ُم‬
ْ‫ض ِعفُ ْو َن‬ ُ ‫اّلل فا‬
ِْٰ َْ‫ن َوجْ ه‬
َْ ‫ت ُ ِر ْيد ُْو‬

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,
maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).”

3. Akan mendapat petunjuk dari Allah SWT


Sebagai umat yang selalu membutuhkan Tuhannya, tentunya kita membutuhkan
petunjuk dan pertolongannya. Bagi orang-orang yang menunaikan zakat Allah SWT
akan memberikan petunjuk dan rahmat Nya. Hal ini tertera dalam Al-Quran surat
Lukman ayat 4-5, yang berbunyi,

ٰ ْ ِ‫الز ٰكو ْةَ َو ُه ْمْ ب‬


ْ‫اْل ِخ َر ِْة ُه ْْم يُ ْوقِنُ ْو َن‬ َّ ‫ن‬َْ ‫ص ٰلو ْةَ َويُ ْؤت ُ ْو‬ َْ ‫الَّ ِذي‬
َْ ‫ْن يُ ِق ْي ُم ْو‬
َّ ‫ن ال‬
ٰۤ ۤ
ْ‫ولىِٕكَْ ُه ُْم ا ْل ُم ْف ِل ُح ْو َن‬ ْْ ‫اُو ٰلىِٕكَْ ع َٰلى ُهدى ِم‬
ُ ‫ن َّربِ ِه ْْم َوا‬
“(yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat, menunaikan zakat dan mereka
meyakini adanya akhirat.”

“Merekalah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”

4. Bukan orang yang celaka di dunia dan akhirat


Di dalam Al-Quran surat Al-Fusilat ayat 6-7 dijelaskan bahwa orang-orang yang
tidak menunaikan zakat dan ingkar kepada Allah akan celaka hidupnya. Ayat tersebut
berbunyi,

َْ‫َو َويْلْ ِل ْل ُمش ِْر ِك ْين‬ ُْ‫ست َ ْغف ُِر ْوه‬ ْ ‫يْ اَنَّ َماْ ا ِٰل ُه ُك ْمْ ا ِٰل ْه َّواحِ دْ َفا‬
ْ ‫ست َ ِق ْي ُْم ْوا اِلَ ْي ِهْ َوا‬ َّ َ‫قُ ْْل اِنَّ َماْ اَنَاْ بَشَرْ ِمثْلُ ُك ْْم يُ ْو ٰحىْ اِل‬
ٰ ْ ِ‫الز ٰكو ْةَ َوهُ ْْم ب‬
َْ‫اْلخِ َر ِْة هُ ْْم ٰكف ُِر ْون‬ َّ َْ‫الَّ ِذيْنَْ َْْل يُ ْؤت ُْون‬

“Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu
tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan
celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya).”
“(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap
kehidupan akhirat.”
Jika umat yang taat kepada Allah, dan menunaikan zakat tentunya bukan termasuk
orang yang celaka seperti yang disebutkan di dalam ayat Al-Quran di atas.

5. Menyempurnakan iman seseorang


Bagi umat islam yang menunaikan zakat, keimanannya akan sempurna. Hal ini
disebutkan dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang
berbunyi,

ِ ‫ب ِلنَ ْف‬
ْ‫س ِه‬ َّ ‫ن أ َ َحدُ ُك ْْم َحتَّى يُ ِح‬
ُّْ ‫بْ أل َ ِخي ِْه َما يُ ِح‬ ُْ ‫ْل يُ ْؤ ِم‬
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”
Orang yang berzakat tentunya tidak hanya mencintai dirinya sendiri, namun dia juga
peduli dengan saudaranya atau orang lain. Dengan mencintai orang lain seperti
mencintai dirinya sendiri, keimanannya akan sempurna.
H. Cara Menghitung Zakat
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa zakat dibagi menjadi dua jenis, maka
cara menghitung zakat juga dibagi menjadi dua, yaitu cara menghitung zakat fitrah dan
zakat mal.
1. Cara Menghitung Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang harus dibayarkan ketika bulan Ramadhan tiba.
Adapun waktu untuk membayar zakat fitrah ini sebelum idul fitri tiba. Untuk
membayar zakat fitrah ini dapat dilakukan dengan membayar beras. Jika dalam
hitungan liter, maka beras yang harus dibayarkan untuk zakat 3,5 liter. Sedangkan bila
beras yang dizakatkan menggunakan kilogram, maka beras yang dizakatkan adalah 2,5
kilogram.
Zakat fitrah bisa juga dibayarkan menggunakan uang. Jika seseorang ingin membayar
zakat fitrah dengan uang, maka harus disesuaikan dengan harga beras yang ada di
daerah sekitarnya.
2. Cara Menghitung Zakat Mal
Untuk membayar zakat mal ini hitungannya berbeda dengan membayar zakat
fitrah. Selain itu, seseorang diwajibkan membayar zakat mal apabila pendapatan atau
penghasilannya sudah mencapai nisab. Nisab zakat adalah batasan kekayaan untuk
seseorang harus membayar zakat mal atau tidak. Adapun nisab zakat, seperti nisab
zakat perak sebesar 200 dirham atau sekitar 595 gram, nisab zakat emas sebesar 20
dinar atau sebesar 85 gram, nisab zakat perdagangan sebesar 20 dinar atau setara 85
gram emas, nisab zakat pertanian atay seperti 653 kilogram beras, dan lain-lain.

MATERI SANLAT TENTANG PUASA


Pengertian puasa menurut syariat Islam adalah suatu amalan ibadah yang dilakukan
dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum, perbuatan buruk maupun
dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari yang
disertai dengan niat karena Allah SWT, dengan syarat dan rukun tertentu.
Puasa dalam Islam juga sering disebut shaum yang merupakan salah satu ibadah yang telah
dicontohkan oleh Rosululloh SAW.

A. PUASA WAJIB
Pengertian puasa selain menjaga hawa nafsu, juga wajib dilakukan oleh umat Islam yaitu
puasa Ramadhan. Hal ini sudah dijelaskan dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183
yaitu:

َ ُ‫ن قَ ْب ِل ُك ْمْ لَعَلَّ ُك ْْم تَتَّق‬


ْ‫ون‬ َْ ‫علَى الَّذ‬
ْْ ‫ِين ِم‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُْم‬
َْ ِ‫الصيَا ُمْ َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ‫ب‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
َْ ِ‫ِينْ آ َمنُوا ُكت‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Puasa wajib untuk muslim adalah puasa Ramadhan dan Puasa karena nazar.
1. Syarat Wajib Puasa Ramadhan
Berikut ini adalah syarat wajib untuk menjalankan puasa Ramadhan yang baik dan benar.
a. Mempunyai keyakinan Islam atau beragama Islam
b. Telah melalui masa baligh atau telah mencapai umur dewasa
c. Mempunyai akal
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Bukan seorang musafir atau sedang melakukan perjalanan jauh
f. Suci dari haid dan nifas
g. Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan

Syarat wajib puasa Ramadhan di atas harus dipenuhi untuk menjalankan puasa
Ramadhan. Baligh atau telah mencapai umur dewasa memang menjadi salah satu
syaratnya, namun untuk anak-anak juga harus di ajari sejak dini untuk mulai berpuasa
meskipun hanya setengah hari dan lebih utama untuk mengajari amalan-amalan dalam
puasa Ramadhan.

2. Rukun dan Sunnah Puasa Ramadhan


Setelah syarat wajib puasa Ramadhan telah terpenuhi, kamu harus melaksanakan rukun
puasa sebagai berikut:
a. Niat
Niat dan doa di bulan Ramadhan merupakan tahapan penting dalam menjalankan
ibadah puasa Ramadhan. Niat dilakukan sebelum menjalankan ibadah puasa
Ramadhan. Niat doa puasa Ramadhan diucapkan sebelum fajar tiba. Beberapa hadist
menjelaskan juga bahwa niat bisa diucapkan malam harinya sebelum sahur atau
setelah sholat tarawih.
b. Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lain yang
membatalkan puasa

3. Hal yang Sunnah Ketika Berpuasa


Selain pengertian puasa Ramadhan, syarat, hingga rukunnya, kamu juga harus mengetahui
sunnah-sunnah puasa Ramadhan agar amalan ibadahmu semakin besar. Berikut beberapa
sunnah puasa Ramadhan.
a. Sahur
b. Segera berbuka saat waktu buka puasa
c. Membaca doa buka puasa
d. Berbuka dengan yang manis-manis
e. Memberi makan pada orang yang berbuka
f. Memperbanyak ibadah dan berderma, dan masih banyak lagi

4. Hal yang Makruh Saat Berpuasa


Makruh adalah hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan.
a. Berbekam
b. Mengulum sesuatu di dalam mulut
c. Merasakan makanan dengan lidah, contohnya saat memasak dan mencicipnya
d. Memakai wangi-wangian
e. Bersiwak atau menggosok gigi saat terkena terik matahari
f. Berkumur di luar kumur wudhu

5. Hal-hal yang Memperbolehkan untuk Tidak Berpuasa atau Membatalkan Puasa


Puasa terutama puasa Ramadhan memang wajib hukumnya, namun ada beberapa hal
yang memperbolehkan kita untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasa. Akan tetapi
diwajibkan untuk mengeluarkan fidyah atau mengganti puasa tersebut di lain hari.
a. Dalam perjalanan jauh
b. Orang tua berusia lanjut
c. Dalam keadaan sakit
d. Wanita menyusui dan hamil
B. PUASA SUNNAH
Puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain itu
pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang
terdepan (as saabiqun al muqorrobun). Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan
mudah mendapatkan cinta Allah Swt. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,

ْ‫ َوبَص ََرهُْ الَّذِى يُب ِْص ُر‬، ‫س َم ُْع ِب ِْه‬ َ ُْ‫ فَ ِإذَا أَحْ بَ ْبت ُ ْهُ ُك ْنت‬، ُ‫ى ِبالنَّ َوافِ ِْل َحتَّى أ ُ ِحبَّ ْه‬
ْ َ‫س ْمعَ ْهُ الَّذِى ي‬ ُْ ‫ع ْبدِى يَتَقَْ َّر‬
َّْ َ‫ب ِإل‬ َ ‫َو َما يَ َزا ُْل‬

ُ‫ستَعَاذَنِى أل ُ ِعيذَنَّ ْه‬ ِْ ِ‫ َولَئ‬، ُ‫سأَلَنِى ألُع ِْطيَنَّ ْه‬


ْ ‫نا‬ ِ ‫ش ِبهَا َو ِرجْ لَ ْهُ الَّتِى يَ ْم‬
ْْ ‫ َو ِإ‬، ‫شى ِبهَا‬
َ ‫ن‬ ُ ‫ َويَدَهُْ الَّتِى يَ ْب‬، ‫ِب ِْه‬
ُْ ‫ط‬

“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga


Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk
pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia
gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti Aku akan melindunginya”.

1. Macam-macam Puasa Sunnah


Macam macam puasa Sunnah diantaranya adalah:
a. Puasa Enam hari pada Bulan Syawal
b. Puasa Arafah
c. Puasa Senin – Kamis
d. Puasa Asyura
e. Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak)
f. Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)(Yaumul Bidh), tanggal
13, 14, dan 15
g. Puasa pada sebagian bulan Sya’ban
h. Puasa bulan Haram; yaitu bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

2. Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah


a. Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama
tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar. Dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
َ‫ فَقُ ْلنَاْ ْْل‬.» ْ‫ ذَاتَْ يَ ْومْ فَقَا َلْ « َه ْْل ِع ْندَ ُك ْْم ش َْىء‬-‫صلىْ هللا عليهْ وسلم‬- ‫ى‬ َّْ َ‫عل‬
ُّْ ‫ى النَّ ِب‬ َ ‫دَ َخ َْل‬.

ْ‫ فَقَا َل‬.ْ‫ِى لَنَا َحيْس‬


َْ ‫اّلل أ ُ ْهد‬ ُ ‫ ث ُ َّْم أَتَانَا يَ ْوماْ آ َخ َْر فَقُ ْلنَا يَا َر‬.» ْ‫صائِم‬
َِّْ ‫سو َْل‬ َ ‫قَا َْل « فَ ِإنِى ِإذا‬

» ‫ فَأ َ َك َْل‬.» ‫صائِما‬ ْ َ ‫أ َ ِرينِي ِْه فَلَقَ ْْد أ‬.


َ ُْ‫صبَحْ ت‬

“Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah
kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau
begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami
berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang
terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari,
sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” . An Nawawi memberi judul
dalam Shahih Muslim, “Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang
hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya
membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur. ”

3. Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah.


Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang
ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah
pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya.
Akan tetapi mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi’i bersepakat bahwa
disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.
a. Ijin suami.
Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya
kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

ْ‫صو ُْم ا ْل َم ْرأ َ ْةُ َوبَ ْعلُ َهاْ شَا ِهدْ ِإ ْْلَّ ِب ِإ ْذنِ ِه‬
ُ َ ‫ْْلَ ت‬

“Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan


seizinnya.”.

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut


adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan yang
dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram, sebagaimana
ditegaskan oleh para ulama Syafi’iyah. Sebab pengharaman tersebut karena
suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya.
b. Pahala dan Keutamaan Puasa Wajib dan Puasa Sunnah
Puasa merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
yang mana Allah menjanjikan keutamaan dan manfaat yang besar bagi yang
mengamalkannya,
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:

ِ ‫ َو‬.‫ فَ ِإنَّ ْهُ ِلي َوأَنَا أَجْ ِزي ِب ِْه‬.‫الصيَا َْم‬


ْ‫الصيَا ُم‬ ِ ‫ْن آدَ َْم لَ ْهُ إْل‬ ِْ ‫ع َم ِْل اب‬ ْ ‫قَا َْل‬
َ ‫ ُك ُّْل‬:ْ‫هللاُ ع ََّْز َو َجل‬
ْْ ‫ َف ِإ‬.‫ب َوْل يَجْ َه ْْل‬
ُْ‫ن شَات َ َمه‬ ْْ ‫ص َخ‬
ْ ‫ث َوْل َي‬ ْْ ُ‫ص ْو ِْم أ َ َح ِد ُك ْْم َفل َي ْرف‬ َْ ‫ َف ِإذَا ك‬.ْ‫ُجنَّة‬
َ ‫َان َي ْو ُْم‬
ْ‫ف فَ ِم‬ ُ ‫صائِمْ – َم َّرتَي ِْنْ – َوالَّذِي نَ ْف‬
ُْ ‫ لَ َخلُ ْو‬.‫سْ ُم َح َّمدْ بِيَ ِد ِْه‬ َ ‫ إِنِي‬:‫ فَ ْليَْقُ ْْل‬،ُ‫أ َ َحدْ أ َ ْْو قَاتَلَه‬
ِْ َ ‫صائِ ِْم فَ ْر َحت‬
‫ان يَ ْف َر ُح ُْه َما‬ َّ ‫ َو ِلل‬.‫سك‬
ْ ‫الم‬
ِ ‫ْح‬ ِْ ‫ن ِري‬ ُْ َ‫صائِ ِْم أ َ ْطي‬
ِْ َ‫ب ِع ْن ْد‬
ْْ ‫هللا يَ ْو َْم ال ِقيَا َم ِْة ِم‬ َّ ‫ال‬:
ْ‫ص ْو ِم ِه‬ َْ ‫ي َْر َّب ْهُ فَ ِر‬
َ ‫ح ِب‬ َْ ‫ َو ِإذَا لَ ِق‬.‫ح ِب ِف ْط ِر ِْه‬ َ ‫ِإذَا أ َ ْف‬
َْ ‫ط َْر فَ ِر‬

“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya
kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya,
puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka
janganlah ia berkata-kata keji, dan janganlah berteriak-teriak, dan janganlah
berperilaku dengan perilakunya orang-orang jahil, apabila seseorang mencelanya
atau menzaliminya maka hendaknya ia mengatakan: Sesungguhnya saya sedang
berpuasa (dua kali), demi Yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau
mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari wangi
kesturi, dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang ia berbahagia
dengan keduanya, yakni ketika ia berbuka ia berbahagia dengan buka puasanya dan
ketika berjumpa dengan Rabbnya ia berbahagia dengan puasanya.” (HR Bukhari,
Muslim dan yang lainnya).

c. Penyimpangan Dalam Berpuasa


Penyimpangan yang bisa terjadi dalam berpuasa diantaranya:

1. Berpuasa tidak dalam rangka beribadah kepada Allah.


Semisal seseorang yang berpuasa karena hendak mendapatkan bantuan dari
jin/syaitan berupa sihir atau yang lainnya, atau bernadzar puasa kepada selain
Allah, maka perbuatan ini termasuk kesyirikan yang besar karena
memalingkan ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.
Adapun seseorang yang berpuasa semata-mata karena alasan kesehatan,
walaupun hal ini boleh-boleh saja akan tetapi ia keluar dari pengertian puasa
yang syar’i sehingga tidaklah ia termasuk orang yang mendapatkan keutamaan
puasa sebagaimana yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Menyelisihi tata cara Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, diantaranya:
Mengkhususkan tata cara tertentu yang tidak dituntunkan oleh Nabi saw.,
semisal puasa mutih (menyengaja menghindari makan daging atau yang
lainnya), puasa sehari semalam tanpa tidur atau tanpa berbicara dengan
menganggap hal ini memiliki keutamaan dan yang lainnya.
Mengkhususkan waktu tertentu yang tidak dikhususkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam semisal mengkhususkan puasa pada hari atau bulan tertentu
tanpa dalil dari al-Qur’an dan sunnah, ataupun mengkhususkan jumlah hari
yang tidak dikhususkan dalam syariat.

Maka seyogyanya kaum muslimin menahan diri dari beribadah tanda dasar
ilmu atau tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah hadits dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

ْ‫علَ ْي ِهْ أ َ ْم ُرنَا فَ ُه َْو َرد‬ َْ ‫ع َملْ لَي‬


َ ‫ْس‬ ْْ ‫َم‬
َ ‫ن ع َِم َْل‬

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka
tertolak.” (HR. Muslim).

Maka berikut ini adalah beberapa jenis puasa yang dianjurkan di dalam Islam di luar puasa
yang wajib (Puasa Ramadhan) berdasarkan dalil-dalil yang syar’i, semoga kita diberi
kemudahan untuk mengamalkannya berdasarkan ilmu dan terhindar dari perkara-perkara
yang menyelisihi syariat Allah subhanahu wa ta’ala sehingga kita dapat memperoleh berbagai
keutamaan dari apa-apa yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.
MATERI SANLAT TENTANG THAHARAH

Ada banyak pendidikan agama Islam yang bisa diajarkan orangtua kepada anak-anaknya. Tak
hanya mengenalkan perintah wajib seperti menjalankan salat lima waktu, berpuasa, dan
sebagainya, tetapi ada pula pemahaman tentang bersih-bersih yang perlu anak ketahui.

Dalam Islam, terdapat perintah untuk bersuci dari hadas dan najis yang disebut dengan
thaharah. Bersuci dalam hukum Islam sendiri menjadi amalan penting yang perlu Mama
ajarkan pada anak sebab ini merupakan salah satu syarat sah anak untuk menunaikan ibadah
salat.

Meski sudah bersih, namun tak semua yang terlihat bersih bisa dikatakan suci, Maka Untuk
itu, dalam Islam terdapat beragam cara dan pembagian thaharah untuk mensucikan diri dari
hadas serta najis.

A. Pengertian hadats dan najis


Thoharoh menurut bahasa berarti bersuci. Menurut istilah (ahli fiqh) thoharoh adalah
membersihkan diri dari hadats dan najis atau berbuat sesuatu yang dapat/memperbolehkan
seseorang mengerjakan sholat (ibadah), misalnya wudlu, mandi dan tayammum.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 222;

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri”.

Dalam Islam, Thoharoh terbagi menjadi 2 macam, yaitu:


1. Thaharah dari Hadats
2. Thaharah dari Najis.

1. Thaharah dari Hadats


Hadats adalah suatu kondisi pada diri seseorang yang dianggap tidak suci menurut
syara’ (Agama) karena keadaan tertentu yang berasal dari dirinya yang harus disucikan
dengan cara wudlu atau mandi besar.
Macam-macam hadats adalah sebagai berikut ;
a. Hadats kecil, contohnya antara lain buang angin, buang air kecil, buang air besar,
menyentuh kemaluan, bersentuhan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
dan sebagainya. Cara mensucikannya adalah dengan wudlu.
b. Hadats besar, contohnya berhubungan suami istri, keluar air mani, haid atau nifas
dan sebagainya. Cara mensucikannya adalah dengan mandi besar.
2. Thaharah dari Najis
Najis adalah kondisi sesuatu yang dipandang kotor menurut agama yang
menempel pada diri kita (badan atau benda) yang menjadikan tidak suci dan harus
disucikan.
Dari segi tingkatannya najis terbagi tiga bagian, yaitu :
a. Najis Mukhafafah (najis ringan) yaitu najis yang disebabkan oleh kotoran bayi
laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan masih minum ASI (Air susu ibu). Cara
mensucikannya adalah diperciki air pada tempat yang terkena najis.
b. Najis Mutawasithoh (najis sedang) yaitu najis yang disebabkan oleh darah,
nanah, kencing bayi perempuan, semua kotoran yang keluar dari qubuk dan dubur
orang dewasa dan sebagainya. Najis mutawasithoh dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Najis ’Ainiyah yaitu najis yang tampak oleh mata, bisa dibau dan dirasakan.
2. Hajis Hukmiyah yaitu najis yang yakin adanya tetapi tidak bisa dilihat. Contoh:
Air kencing yang sudah mengering.
c. Najis Mughaladoh (najis berat) yaitu najis yang terkena oleh air liur anjing dan
babi. Cara mensucikannya adalah dibasuh 7x dengan air dan salah satunya diberi
tanah liat pada tempat yang terkena najis tersebut.

B. Wudlu, Mandi besar dan Tayammum


1. Wudhu
Wudlu adalah satu cara dari beberapa cara thoharoh yang diajarkan nabi Muhammad
saw dan merupakan syarat yang harus dipenuhi ketika akan melakukan ibadah seperti
sholat, dll.
Rukun wudu antara lain; 1. Niat, 2. Membasuh muka hingga batas tumbuh rambut, 3.
membasuh kedua tangan hingga ke siku, 4. Mengusap sebagian kepala, 5. membasuh
kaki hingga mata kaki, 5. Tertib
2. Mandi besar.
Mandi besar disebut juga dengan mandi janabat dan dilakukan untuk menghilangkan
hadast besar.
Rukun mandi besar yaitu;
✓ niat melakukan mandi besar,
✓ meratakan air ke seluruh tubuh.
Sedangkan sunnahnya antara lain;
✓ membaca basmalah dan berwudu sebelum mandi,
✓ menggosok badan dengan sabun,
✓ mendahulukan bagian yang kanan daripada yang kiri.
3. Tayammum.
Tayammum merupakan cara darurat untuk bersuci. Tayamum dilakukan dengan
menyapukan debu pada muka dan tangan hingga pergelangan.
Tayammum dilakukan bila;
✓ sakit yang dikhawatirkan akan bertambah apabila berwudlu atau mandi,
✓ sedang dalam perjalanan yang sulit mendapatkan air,
✓ Tidak ada air walupun telah diusahakan,
✓ Ada air tetapi ada udzur untuk memakainya baik karena panas, dingin, bahaya
yang mengancam, atau karena persediaan terbatas,
✓ Apabila kita tahu ada air tetapi jauh jaraknya dan bila kita mencarinya waktu shalat
akan habis diperjalanan.
Tayammum batal bila;
• Melihat air;
• Semua hal yang membatalkan wudlu atau mandi besar,
• murtad.

C. Macam-macam Air untuk bersuci


1. Azir suci dan mensucikan, yaitu air yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi dan masih
tetap keadaannya. Seperti : air hujan, air laut, air sumur, air embun, air es, air mata air
Air suci tetapi tidak dapat mensucikan berarti zatnya suci tetapi tidak sah dipakai untuk
bersuci Seperti:
✓ air yang telah berubah salah satu sifatnya
✓ Air sedikit yaitu air yang kurang dari 2 qullah
✓ Air pohon-pohonan atau buah-buahan
2. Air Mutanajis, yaitu air sedikit yang terkena najis baik berubah sifatnya maupun tidak.
3. Air makruh, air yang terjemur matahari dalam bejana selain emas atau perak.

D. Hikmah Thaharah
1. Bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia
Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan terpelihara dalam kesucian,
dengan menghindari sesuatu yang kotor dan jorok. Karena Islam merupakan agama yang fitrah
maka Allah memerintahkan hal-hal yang selaras dengan fitrah manusia.
2. Menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam
Orang yang kotor dan berbau busuk akan membuat orang lain tidak nyaman dan menjauhinya.
Islam tidak menginginkan umatnya tersingkir dari pergaulan karena persoalan kebersihan.
Dengan bersuci, kewibawaan umat Islam akan terjaga dan kehidupan bermasyarakat menjadi
aman dan nyaman.
3. Menjaga kesehatan
Thaharah dapat meningkatkan kesehatan jasmani. Sebab berbagai ragam penyakit umumnya
disebabkan oleh lingkungan yang kotor.
4. Menyiapkan diri dalam kondisi yang baik ketika menghadap Allah SWT
Dalam dalil yang telah disebut sebelumnya, Allah menyukai hal-hal yang suci. Jika kita hendak
menghadap Allah, maka pakaian dan tempat ibadah harus suci, bersih dan rapi karena ini
merupakan bentuk pengagungan kepada Allah SWT.
MATERI SANLAT TENTANG AKHLAK

1. Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Pengertian secara sederhana tentang akhlak, bahwa akhlak adalah perangai atau
tingkah laku yang terdapat dalam diri manusia.

Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai,
kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang
ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-
Quran surat Al-Qolam ayat 4. Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi
Muhammad saw sebagai Rasul.

Alloh berfirman:

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung”
(QS Al-Qolam [68]: 4).

Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi, dan salah satunya yang paling
populer adalah sabda Rosululloh SAW yang artinya: "Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia."(HR. Imam Malik).

Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya
dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam.

2. Landasan berakhlak adalah bersumber dari:


1. Al-Qur’an
Akhlak Rasulullah adalah akhlak al-Qur’an. Rasulullah juga diibaratkan sebagai al-Qur’an
yang yang dan berjalan. demikian para sahabat Nabi. Rasulullah pernah bersabda, jika
hendak melihat akhlak Qur’ani lihatlah Umar, Abu Bakar.
2. As-Sunnah
Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasulullah bersikap, bertindak, berpikir dan
memutuskan.
Dalam Rukun Iman ada pengajaran akhlak, yaitu berakhlak dengan cara beriman kepada
Allah, Rasululloh, kitab Suci, adanya hari kebangkitan dan beriman pada qodho dan
qodar, yang menjadikan manusia berakhlak mulia. Demikian pula dalam Rukun Islam.

“Allah berfirman: Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar.” (Al-Angkabut 29:45)

Dalam rukun Islam yang terdiri dari syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji, di dalamnya
ada nilai akhlak yang tinggi, baik kepada sesama makhluk maupun kepada Kholiqnya.

3. Pembagian Akhlak
Akhlak terbagi ke dalam 2 (dua) macam yaitu:
1. akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) atau disebut juga akhlaqul karimah (akhlak
mulia);
Akhlak terpuji (akhlaqul mahmudah) adalah sikap sederhana dan lurus, sikap sedang,
tidak berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepati
janji, amanah, istiqomah, berkemauan, berani, sabar, syukur, lemah lembut,
berharap dan bercemas, takwa, malu, zuhud, tawakkal kepada Allah, pemaaf dan
bertoleransi, kasih sayang, cinta kasih, adil, baik dan mulia, tafakkur pada ciptaan
Alloh, disiplin, bersiaga dan berwaspada, menjaga lisan, adil dalam kata dan
perbuatan, memelihara kebersihan, menimbang, apa adanya (qonaah) , bijaksana,
melayani, tanggung jawab, penuh kehandalan, penuh arti, menjaga kedamaian,
memelihara ketertiban, menjaga kebaikan, menolong tanpa pamrih, dermawan,
ramah, akrab, luwes, wajar , gigih, rajin, benar, semangat, penyelesaian yang baik,
menghargai orang lain, dll.
2. Akhlak tercela (akhlakul madzmumah)
Akhlak tercela adalah sikap berlebihan, buruk perilaku, takabbur, bodoh (jahil),
malas, bohong (dusta). ingkar janji, khianat, Plinplan, lemah jiwa, penakut, putus asa,
tidak bersyukur, kasar, ingkar, tidak tahu malu, serakah, sombong, dendam,
kebencian, ghildzah (kasar), curang, buruk dan hina, lalai, cuek, suka meremehkan,
banyak bicara sia-sia, perbuatan tidak sesuai ucapan, bermuka dua, sangka buruk,
mengintai-intai, ghibah, adu domba, suka mencela, hasad, marah, judi dan mabuk,
banyak senda gurau, egoistis, sogok menyogok, pungli, riya’, boros dan tabdzir,
bakhil, aniaya, bangga diri, melampau batas, mengingat-ingat dan menyebut-nyebut
pemberian, pengecut dan penakut, al-faudha (gegabah), dan lain-lain.
4. Objek Akhlak
Dari segi objeknya, akhlak terbagi 2 :
✓ Akhlak kepada Alloh (Kholik)
✓ Akhlak kepada makhluk.
Akhlak kepada makhluk terdiri atas :
• Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia terdiri atas :
1. Akhlak kepada Rosululloh SAW
Akhlak kepada Rosululloh, seperti mencintai Rasululloh secara tulus dengan
mengikuti semua sunnahnya.
2. Akhlak kepada diri sendiri
Sebagai contoh, sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri
sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah. Syukur, adalah sikap
berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya; ‘tawadhu’ adalah rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, kepada orang tua, muda, baik kaya atau miskin. Sikap
tawadhu’ lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang
lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong dan
angkuh di muka bumi.
3. Akhlak kepada keluarga dan kerabat
Akhlak kepada kedua orang tua, anak, suami, istri, sanak saudara, kerabat
yang berbeda agama, keluarga, karib kerabat dan lain-lain. Misalnya: saling
membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling
menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu-bapak,
mendidik anak-anak dengan kasih sayang, dan memelihara hubungan
silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal.
4. Akhlak kepada tetangga dan masyarakat
Akhlak kepada tetangga, seperti saling mengunjungi, saling membantu di
waktu senggang, lebih-lebih di waktu susah, saling memberi, saling
menghormati dan saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
5. Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu, menghormati nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat, saling menolong dalam
melakukan kebajikan dan takwa, menganjurkan anggota masyarakat
termasuk diri sendiri untuk berbuat baik, dan mencegah diri dari melakukan
perbuatan dosa.
Demikian juga dalam bersosial kepada sesama masyarakat seagama,
berbeda agama, tetangga, kawan, dan lawan.
Bidang politik; akhlak pemimpin kepada rakyat, akhlak rakyat kepada
pemimpin.
Bidang ekonomi; akhlak dalam berproduksi, distribusi, bertransaksi.
Bidang budaya: akhlak dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, akhlak kepada
guru dan lain sebagainya.
• Akhlak kepada makhluk selain manusia (lingkungan hidup)
Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti sadar dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam, terutama
hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang
pada sesama makhluk, dan menggali potensi alam seoptimal mungkin demi
kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.

5. Pembinaan Akhlak dalam kehidupan sehari-hari


Islam membina penganutnya melalui rukun Iman dan Rukun Islam.
1. Melalui pemahaman dan kesadaran akan apa yang terkandung dalam rukun iman
dan implementasinya dalam kehidupan.
2. Melalui pengamalan terhadap rukun Islam dengan pemahaman dan kesadaran yang
benar diikuti internalisasi nilai rukun Islam dalam kehidupan harian.
3. Pembiasaan diri dengan nilai-nilai mulia dalam kehidupan sehari-hari akan tertanam
kuat menjadi jati diri.
4. Memperbanyak membaca al-Qur’an, menggali dan memahami maknanya untuk
diamalkan.
5. Memperbanyak membaca hadist-hadist Rasulullah saw. untuk mengisi akal pikiran,
inspirasi bertindak dan berperilaku serta menjadi standar dalam berakhlak mulia.

Anda mungkin juga menyukai