Sholat yang kita kerjakan haruslah sesuai dengan sholat yang telah dituntunkan atau
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu supaya sholat kita dapat lebih baik dan
sempurna maka bacalah dan perhatikan ketentuan-ketentuan sholat sebagaimana diuraikan
dalam materi berikut ini:
Shalat secara bahasa berarti doa. Sedangkan menurut istilah syara’ sholat adalah ibadah yang
terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam. Sholat wajib juga disebut juga dengan sholat fardlu atau shalat
maktubah yang berarti sholat yang harus dikerjakan orang Islam yang telah memenuhi syarat.
Yang dimaksud sholat wajib di sini adalah shalat lima waktu yaitu sholat zuhur, asar, maghrib,
isya’ dan subuh. Sholat dalam Islam menempati kedudukan sangat penting, karena shalat
merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggung jawabannya kelak
di hari kiamat.
2. Rukun Sholat
a. Niat
b. Berdiri jika mampu
c. Takbiratul Ikhram
d. Membaca surat al-fatihah
e. Ruku` dan tuma`ninah
f. I`tidal dan tuma`ninah
g. Sujud dan tuma`ninah
h. Duduk diantara dua sujud dan tuma`ninah
i. Duduk tasyahud akhir
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca shalawat kepada Nabi
l. Membaca salam pertama
m. Tertib
Rukun sholat tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Rukun qauli, yaitu rukun yang berupa ucapan (contoh : Takbiratul ikhram, membaca
surat al-fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca salam)
b. Rukun fi`li, yaitu rukun yang berupa gerakan (contoh : sujud, ruku`, I`tidal dll).
Sunah sholat merupakan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam sholat selain rukun
shalat. Sunah-sunah sholat dibagi menjadi dua, yaitu :
• Sunah Ab`ad
Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan harus diganti
dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah :
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud
3. Membaca shalat nabi ketika tasyahud
• Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam sholat yang apabila terlupakan tidak perlu
diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah :
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap.
3. Memandang ke tempat sujud
4. Membaca do`a iftitah
5. Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah.
6. Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah.
7. Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-Fatihah.
8. Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum)
9. Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama sholat maghrib, isya dan subuh.
10. Membaca takbir ibntiqal setiap ganti gerakan kecuali ketika berdiri dari ruku`.
11. Membaca ketika i`tidal.
7. Hikmah Shalat
a. Mendidik disiplin dan menghargai waktu..
b. Menjadikan hati tenang karena shalat merupakan hubungan antara seorang hamba
dengan Tuhannya. seorang muslim bisa mendapatkan lezatnya bermunajat dengan
tuhannya ketika shalat, sebab jiwanya menjadi tenang, hatinya tentram, dadanya lapang,
keperluannya terpenuhi, dan dengannya seseorang bisa tenang dari kebimbangan dan
problematika duniawi
c. Menyadarkan manusia tentang hakekat dirinya yang merupakan hamba Allah SWT yang
harus senantiasa menyembahnya.
d. Menanamkan nilai tidak ada yang memberi kenikmatan dan pertolongan selain Allah
SWT.
e. Sholat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar (jelek)
f. Seperti dalam surah yang artinya : “Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar”
g. Sholat dapat menjauhkan diri dari sifat sombong.
MATERI SANLAT TENTANG ZAKAT
Salah satu kewajiban umat muslim adalah membayar Zakat. Zakat adalah ibadah yang
tercantum di dalam rukun islam. Bagi setiap muslim yang memiliki finansial yang stabil, atau
mampu, wajib baginya untuk membayar zakat kepada orang yang membutuhkan.
Zakat adalah ibadah yang memiliki tujuan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.
Dalam Al-Quran, Zakat disebutkan beberapa kali. Lalu apa itu yang dimaksud zakat? Apa saja
jenis-jenis zakat dan rukun-rukunnya? Apa hikmah dari membayar zakat?. Untuk memahami
lebih lanjut mengenai zakat, simak tulisan di bawah ini.
A. Pengertian Zakat
• Zakat adalah sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5% dari
hartanya untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini, di sebagian besar
negara yang bermayoritas umat Islam, memberikan zakat bersifat sukarela, namun
ada juga beberapa negara yang zakat nya diurus juga oleh pemerintah. Di negara
seperti Inggris misalnya, orang-orang Islam di sana membayarkan zakat dengan
memberikannya langsung ke badan amal.
• Berdasarkan pengertian zakat, maka zakat diartikan sebagai suatu konsepsi ajaran
Islam yang mendorong orang muslim untuk mengasihi sesama, mewujudkan keadilan
sosial serta berbagai dan mendayakan masyarakat, selanjutnya untuk mengentaskan
kemiskinan. Pelajari lebih jauh mengenai zakat dalam buku Keutamaan Zakat, Infak,
Sedekah.
B. Pengertian Zakat Menurut Bahasa dan Istilah
Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan. Zakat adalah bentuk sedekah
kepada umat islam. Zakat diperlakukan dalam islam sebagai kewajiban atau seperti pajak.
Di dalam rukun Islam, berzakat ada di urutan ketiga, setelah sholat. Meskipun zakat
diwajibkan bagi umat islam, tidak semua orang bisa berzakat. Ada beberapa syarat untuk
berzakat, misalnya memiliki harta yang cukup atau tidak kekurangan.
Dalam pandangan Islam, memberikan hartanya kepada orang lain yang membutuhkan
bisa mensucikan jiwa mereka dan juga sebagai pengingat bahwa harta itu bukanlah milik
mereka, namun milik Allah SWT yang dititipkan kepada mereka. Umat Islam percaya
bahwa semakin banyak memberi maka Allah SWT akan memberikan nya berkali-kali lipat
di akhirat.
C. Hukum Zakat
Di dalam Al-Quran, amalan tentang zakat disebutkan beberapa kali. Seperti dalam surat
Al-Araf ayat 156, orang-orang yang akan diberi kebahagiaan di akhirat adalah orang yang
menunaikan zakat, ayat tersebut berbunyi,
َ َش ْي ْء ف
سا َ ْكتُبُ َهْا َ سعَتْْ ُك َّْل ْْ ِن اَش َۤا ُْء َو َرحْ َمت
ِ ي َو ْْ ِعذَاب
ُْ ي ا ُ ِصي
ْْ ْب بِهْ َم ٰ ْ سنَةْ َّوفِى
َ اْلخِ َر ِْة اِنَّا هُ ْدنَاْ اِلَيْكَْ قَا َْل َ ي ٰه ِذ ِْه الدُّ ْنيَا َح
ْْ ُِب لَنَا ف
ْْ َوا ْكت
“Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali
(bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpa kan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang
yang beriman kepada ayat-ayat Kami.”
Selain ayat di atas, perintah untuk mengamalkan zakat juga dicantumkan dalam Al-Quran
surat Maryam ayat 31, ayat tersebut berbunyi
Perintah zakat juga tercantum dalam surat Al-Anbiya ayat 73 yang berbunyi
“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan,
melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka
menyembah.”
D. Jenis-Jenis Zakat
Bagi umat Islam, ada dua jenis zakat yang harus ditunaikan yaitu zakat fitrah dan zakat
mal.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang harus dibayarkan bagi seorang muslim yang
sudah mampu untuk menunaikannya dan berkecukupan. Zakat fitrah adalah zakat
yang wajib ditunaikan satu kali dalam setahun. Waktu membayar zakat fitrah
umumnya dilakukan pada bulan ramadhan, biasanya menunaikan zakat fitrah
dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri. Selain itu, yang membedakan zakat fitrah
dengan zakat yang lainnya adalah, zakat fitrah diharuskan untuk ditunaikan sebelum
melaksanakan sholat Idul Fitri.
Zakat fitrah memiliki arti yaitu mensucikan harta. Hal ini karena di setiap harta
seseorang adalah sebagiannya milik dari orang lain, terlebih lagi orang yang
membutuhkan. Selain itu, harta yang ada pada manusia bukanlah milik mereka semua,
namun itu adalah titipan dari Allah SWT seperti yang dijelaskan pada Buku Pintar
Puasa Ramadhan, Zakat Fitrah, Idul Fitri, Idul Adha.
Besar zakat yang harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah sebesar satu sha,
atau 2.5 kg beras, kurma, sagu, gandum. Besarnya zakat bisa disesuaikan dengan
konsumsi per orang dalam sehari pada waktu yang berlaku, karena hal ini bisa berubah
akibat inflasi di negara tersebut. Ketentuan ini berdasarkan pada hadits shahih di atas.
Sesuai dengan pengertian zakat fitrah, maka walaupun umat Islam diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat, namun tidak semua umat Islam wajib dan bisa menunaikan
amalan ini. Orang yang memiliki tanggung jawab atas orang lain, harus membayarkan
zakat orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Misalnya, seorang ayah atau
ibu yang wajib membayarkan zakat fitrah untuk anak-anaknya.
Zakat fitrah juga bisa dibayar dengan bentuk uang yang setara dengan 1 sha’
gandum, kurma atau beras dan bahan pokok lainnya. Nominal dari uang tersebut yang
ingin dizakatkan harus disesuaikan dengan harga bahan sembako yang berlaku di
daerah tersebut. Di Indonesia sendiri, membayar zakat fitrah bisa melalui Lembaga
Amil Zakat yang terpercaya. Zakat fitrah boleh dibayar dari awal bulan ramadhan
sampai sebelum waktu sholat Idul Fitri atau di hari-hari akhir bulan suci ramadhan.
2. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat harta. Sesuatu dapat disebut dengan harta apabila
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dapat dimiliki, disimpan atau dikuasai, dapat
diambil manfaatnya sesuai dengan harta tersebut. Contoh dari harta misalnya rumah,
mobil, tanah, hewan ternak, emas dan perak.
E. Syarat Zakat
Seperti yang sudah dijelaskan berdasarkan pengertian zakat, maka untuk melakukan
zakat harus mengikuti beberapa syarat. Berikut adalah syarat wajib untuk menunaikan
zakat:
1. Islam
2. Merdeka
3. Mukallaf atau akil baligh atau sudah dewasa
4. Tidak punya hutang
5. Memiliki harta yang cukup
6. Harta milik sendiri
F. Rukun-Rukun Zakat
Rukun zakat adalah hal-hal yang harus dilakukan ketika ingin berzakat. Berikut adalah
rukun-rukun zakat.
1. Niat
Ketika menunaikan zakat, hendaknya membaca niat untuk berzakat. Hal ini untuk
mengingatkan kita bahwa kita berzakat semata-mata hanya untuk Allah SWT.
a. Pemberi zakat
Pemberi zakat, atau biasa disebut muzakki adalah orang yang berkewajiban
untuk membayar zakat. Seperti yang sudah disebutkan di atas, syarat-syarat
untuk orang pemberi zakat adalah Islam, merdeka, dewasa, tidak memiliki
hutang dan memiliki harta yang cukup.
Zakat hadir dalam Islam bukan hanya untuk mengatur sistem ekonomi,
individu, msyarakat, dan negara. Namun juga menjadi penyambung kasih
sayang antara si kaya dan si miskin seperti halnya yang dibahas pada buku
Kekuatan Zakat yang mengupas segala hal tentang zakat termasuk dalil-dalil,
cara perhitungan zakat, waktu pembayaran, dan masih banyak lagi.
b. Penerima zakat
Penerima zakat biasa disebut dengan mustahik. Mustahik ini adalah orang-
orang yang berhak menerima zakat. Di dalam Al-Quran surat At-taubah ayat
60, disebutkan delapan kategori atau golongan orang-orang yang memenuhi
syarat untuk mendapatkan manfaat dari zakat.
ِ الرقَا
ْب ِ علَ ْي َها َوا ْل ُم َؤلَّفَ ِْة قُلُ ْوبُ ُه ْْم َوفِى ِْ صد َٰقتُْ ِل ْلفُقَ َر ۤا ِْء َوا ْل َم ٰس ِكي
ِ ْن َوا ْل َع
َ ْام ِلي َْن َّ اِنَّ َما ال
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba
sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah
Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
Orang yang hidup tanpa mata pencahariaan, orang yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan pokoknya, orang yang mengumpulkan zakat, orang yang
baru saja masuk islam, orang yang bebas dari perbudakan melalui akad, orang
yang memiliki hutang yang sangat besar, orang yang berperang di jalan Allah
SWT, orang yang dalam perjalanan atau pengelana yang terlantar, adalah
orang-orang yang wajib menerima zakat atau mustahik.
Untuk zakat fitrah bisa berupa uang, beras, kurma atau gandum dengan berat 2.5 kg.
Baca juga : Zakat Fitrah dan Zakat Mal: Pengertian, Perhitungan dan Cara Membayar
G. Hikmah Zakat
Berikut adalah beberapa hikmah dalam menunaikan zakat. Selain untuk menggugurkan
kewajiban, membayar zakat memberikan hikmah atau manfaat untuk di dunia dan
akhirat. Untuk lebih mengenal zakat, infaq, dan shadaqah yang kiranya perlu ditanamkan
sejak dini guna menumbuhkan kesadaran berzakat, berinfaq, dan bershadaqah.
1. Dosa akan terampuni
Orang-orang yang membayarkan zakatnya tidak hanya mendapatkan pahala, namun
dosa-dosanya yang dahulu juga terampuni. Hal ini tertulis dalam hadits nabi yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi, yang berbunyi,
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,
maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
“Merekalah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
ََْو َويْلْ ِل ْل ُمش ِْر ِك ْين ُْست َ ْغف ُِر ْوه ْ يْ اَنَّ َماْ ا ِٰل ُه ُك ْمْ ا ِٰل ْه َّواحِ دْ َفا
ْ ست َ ِق ْي ُْم ْوا اِلَ ْي ِهْ َوا َّ َقُ ْْل اِنَّ َماْ اَنَاْ بَشَرْ ِمثْلُ ُك ْْم يُ ْو ٰحىْ اِل
ٰ ْ ِالز ٰكو ْةَ َوهُ ْْم ب
َْاْلخِ َر ِْة هُ ْْم ٰكف ُِر ْون َّ َْالَّ ِذيْنَْ َْْل يُ ْؤت ُْون
“Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu
tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan
celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya).”
“(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap
kehidupan akhirat.”
Jika umat yang taat kepada Allah, dan menunaikan zakat tentunya bukan termasuk
orang yang celaka seperti yang disebutkan di dalam ayat Al-Quran di atas.
ِ ب ِلنَ ْف
ْس ِه َّ ن أ َ َحدُ ُك ْْم َحتَّى يُ ِح
ُّْ بْ أل َ ِخي ِْه َما يُ ِح ُْ ْل يُ ْؤ ِم
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”
Orang yang berzakat tentunya tidak hanya mencintai dirinya sendiri, namun dia juga
peduli dengan saudaranya atau orang lain. Dengan mencintai orang lain seperti
mencintai dirinya sendiri, keimanannya akan sempurna.
H. Cara Menghitung Zakat
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa zakat dibagi menjadi dua jenis, maka
cara menghitung zakat juga dibagi menjadi dua, yaitu cara menghitung zakat fitrah dan
zakat mal.
1. Cara Menghitung Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang harus dibayarkan ketika bulan Ramadhan tiba.
Adapun waktu untuk membayar zakat fitrah ini sebelum idul fitri tiba. Untuk
membayar zakat fitrah ini dapat dilakukan dengan membayar beras. Jika dalam
hitungan liter, maka beras yang harus dibayarkan untuk zakat 3,5 liter. Sedangkan bila
beras yang dizakatkan menggunakan kilogram, maka beras yang dizakatkan adalah 2,5
kilogram.
Zakat fitrah bisa juga dibayarkan menggunakan uang. Jika seseorang ingin membayar
zakat fitrah dengan uang, maka harus disesuaikan dengan harga beras yang ada di
daerah sekitarnya.
2. Cara Menghitung Zakat Mal
Untuk membayar zakat mal ini hitungannya berbeda dengan membayar zakat
fitrah. Selain itu, seseorang diwajibkan membayar zakat mal apabila pendapatan atau
penghasilannya sudah mencapai nisab. Nisab zakat adalah batasan kekayaan untuk
seseorang harus membayar zakat mal atau tidak. Adapun nisab zakat, seperti nisab
zakat perak sebesar 200 dirham atau sekitar 595 gram, nisab zakat emas sebesar 20
dinar atau sebesar 85 gram, nisab zakat perdagangan sebesar 20 dinar atau setara 85
gram emas, nisab zakat pertanian atay seperti 653 kilogram beras, dan lain-lain.
A. PUASA WAJIB
Pengertian puasa selain menjaga hawa nafsu, juga wajib dilakukan oleh umat Islam yaitu
puasa Ramadhan. Hal ini sudah dijelaskan dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183
yaitu:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Puasa wajib untuk muslim adalah puasa Ramadhan dan Puasa karena nazar.
1. Syarat Wajib Puasa Ramadhan
Berikut ini adalah syarat wajib untuk menjalankan puasa Ramadhan yang baik dan benar.
a. Mempunyai keyakinan Islam atau beragama Islam
b. Telah melalui masa baligh atau telah mencapai umur dewasa
c. Mempunyai akal
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Bukan seorang musafir atau sedang melakukan perjalanan jauh
f. Suci dari haid dan nifas
g. Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan
Syarat wajib puasa Ramadhan di atas harus dipenuhi untuk menjalankan puasa
Ramadhan. Baligh atau telah mencapai umur dewasa memang menjadi salah satu
syaratnya, namun untuk anak-anak juga harus di ajari sejak dini untuk mulai berpuasa
meskipun hanya setengah hari dan lebih utama untuk mengajari amalan-amalan dalam
puasa Ramadhan.
ْ َوبَص ََرهُْ الَّذِى يُب ِْص ُر، س َم ُْع ِب ِْه َ ُْ فَ ِإذَا أَحْ بَ ْبت ُ ْهُ ُك ْنت، ُى ِبالنَّ َوافِ ِْل َحتَّى أ ُ ِحبَّ ْه
ْ َس ْمعَ ْهُ الَّذِى ي ُْ ع ْبدِى يَتَقَْ َّر
َّْ َب ِإل َ َو َما يَ َزا ُْل
Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar. Dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
َ فَقُ ْلنَاْ ْْل.» ْ ذَاتَْ يَ ْومْ فَقَا َلْ « َه ْْل ِع ْندَ ُك ْْم ش َْىء-صلىْ هللا عليهْ وسلم- ى َّْ َعل
ُّْ ى النَّ ِب َ دَ َخ َْل.
“Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah
kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau
begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami
berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang
terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari,
sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” . An Nawawi memberi judul
dalam Shahih Muslim, “Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang
hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya
membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur. ”
ْصو ُْم ا ْل َم ْرأ َ ْةُ َوبَ ْعلُ َهاْ شَا ِهدْ ِإ ْْلَّ ِب ِإ ْذنِ ِه
ُ َ ْْلَ ت
“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya
kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya,
puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka
janganlah ia berkata-kata keji, dan janganlah berteriak-teriak, dan janganlah
berperilaku dengan perilakunya orang-orang jahil, apabila seseorang mencelanya
atau menzaliminya maka hendaknya ia mengatakan: Sesungguhnya saya sedang
berpuasa (dua kali), demi Yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau
mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari wangi
kesturi, dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang ia berbahagia
dengan keduanya, yakni ketika ia berbuka ia berbahagia dengan buka puasanya dan
ketika berjumpa dengan Rabbnya ia berbahagia dengan puasanya.” (HR Bukhari,
Muslim dan yang lainnya).
Maka seyogyanya kaum muslimin menahan diri dari beribadah tanda dasar
ilmu atau tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah hadits dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka
tertolak.” (HR. Muslim).
Maka berikut ini adalah beberapa jenis puasa yang dianjurkan di dalam Islam di luar puasa
yang wajib (Puasa Ramadhan) berdasarkan dalil-dalil yang syar’i, semoga kita diberi
kemudahan untuk mengamalkannya berdasarkan ilmu dan terhindar dari perkara-perkara
yang menyelisihi syariat Allah subhanahu wa ta’ala sehingga kita dapat memperoleh berbagai
keutamaan dari apa-apa yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.
MATERI SANLAT TENTANG THAHARAH
Ada banyak pendidikan agama Islam yang bisa diajarkan orangtua kepada anak-anaknya. Tak
hanya mengenalkan perintah wajib seperti menjalankan salat lima waktu, berpuasa, dan
sebagainya, tetapi ada pula pemahaman tentang bersih-bersih yang perlu anak ketahui.
Dalam Islam, terdapat perintah untuk bersuci dari hadas dan najis yang disebut dengan
thaharah. Bersuci dalam hukum Islam sendiri menjadi amalan penting yang perlu Mama
ajarkan pada anak sebab ini merupakan salah satu syarat sah anak untuk menunaikan ibadah
salat.
Meski sudah bersih, namun tak semua yang terlihat bersih bisa dikatakan suci, Maka Untuk
itu, dalam Islam terdapat beragam cara dan pembagian thaharah untuk mensucikan diri dari
hadas serta najis.
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri”.
D. Hikmah Thaharah
1. Bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia
Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan terpelihara dalam kesucian,
dengan menghindari sesuatu yang kotor dan jorok. Karena Islam merupakan agama yang fitrah
maka Allah memerintahkan hal-hal yang selaras dengan fitrah manusia.
2. Menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam
Orang yang kotor dan berbau busuk akan membuat orang lain tidak nyaman dan menjauhinya.
Islam tidak menginginkan umatnya tersingkir dari pergaulan karena persoalan kebersihan.
Dengan bersuci, kewibawaan umat Islam akan terjaga dan kehidupan bermasyarakat menjadi
aman dan nyaman.
3. Menjaga kesehatan
Thaharah dapat meningkatkan kesehatan jasmani. Sebab berbagai ragam penyakit umumnya
disebabkan oleh lingkungan yang kotor.
4. Menyiapkan diri dalam kondisi yang baik ketika menghadap Allah SWT
Dalam dalil yang telah disebut sebelumnya, Allah menyukai hal-hal yang suci. Jika kita hendak
menghadap Allah, maka pakaian dan tempat ibadah harus suci, bersih dan rapi karena ini
merupakan bentuk pengagungan kepada Allah SWT.
MATERI SANLAT TENTANG AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Pengertian secara sederhana tentang akhlak, bahwa akhlak adalah perangai atau
tingkah laku yang terdapat dalam diri manusia.
Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai,
kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang
ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-
Quran surat Al-Qolam ayat 4. Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi
Muhammad saw sebagai Rasul.
Alloh berfirman:
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung”
(QS Al-Qolam [68]: 4).
Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi, dan salah satunya yang paling
populer adalah sabda Rosululloh SAW yang artinya: "Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia."(HR. Imam Malik).
Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya
dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam.
“Allah berfirman: Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar.” (Al-Angkabut 29:45)
Dalam rukun Islam yang terdiri dari syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji, di dalamnya
ada nilai akhlak yang tinggi, baik kepada sesama makhluk maupun kepada Kholiqnya.
3. Pembagian Akhlak
Akhlak terbagi ke dalam 2 (dua) macam yaitu:
1. akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) atau disebut juga akhlaqul karimah (akhlak
mulia);
Akhlak terpuji (akhlaqul mahmudah) adalah sikap sederhana dan lurus, sikap sedang,
tidak berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepati
janji, amanah, istiqomah, berkemauan, berani, sabar, syukur, lemah lembut,
berharap dan bercemas, takwa, malu, zuhud, tawakkal kepada Allah, pemaaf dan
bertoleransi, kasih sayang, cinta kasih, adil, baik dan mulia, tafakkur pada ciptaan
Alloh, disiplin, bersiaga dan berwaspada, menjaga lisan, adil dalam kata dan
perbuatan, memelihara kebersihan, menimbang, apa adanya (qonaah) , bijaksana,
melayani, tanggung jawab, penuh kehandalan, penuh arti, menjaga kedamaian,
memelihara ketertiban, menjaga kebaikan, menolong tanpa pamrih, dermawan,
ramah, akrab, luwes, wajar , gigih, rajin, benar, semangat, penyelesaian yang baik,
menghargai orang lain, dll.
2. Akhlak tercela (akhlakul madzmumah)
Akhlak tercela adalah sikap berlebihan, buruk perilaku, takabbur, bodoh (jahil),
malas, bohong (dusta). ingkar janji, khianat, Plinplan, lemah jiwa, penakut, putus asa,
tidak bersyukur, kasar, ingkar, tidak tahu malu, serakah, sombong, dendam,
kebencian, ghildzah (kasar), curang, buruk dan hina, lalai, cuek, suka meremehkan,
banyak bicara sia-sia, perbuatan tidak sesuai ucapan, bermuka dua, sangka buruk,
mengintai-intai, ghibah, adu domba, suka mencela, hasad, marah, judi dan mabuk,
banyak senda gurau, egoistis, sogok menyogok, pungli, riya’, boros dan tabdzir,
bakhil, aniaya, bangga diri, melampau batas, mengingat-ingat dan menyebut-nyebut
pemberian, pengecut dan penakut, al-faudha (gegabah), dan lain-lain.
4. Objek Akhlak
Dari segi objeknya, akhlak terbagi 2 :
✓ Akhlak kepada Alloh (Kholik)
✓ Akhlak kepada makhluk.
Akhlak kepada makhluk terdiri atas :
• Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia terdiri atas :
1. Akhlak kepada Rosululloh SAW
Akhlak kepada Rosululloh, seperti mencintai Rasululloh secara tulus dengan
mengikuti semua sunnahnya.
2. Akhlak kepada diri sendiri
Sebagai contoh, sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri
sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah. Syukur, adalah sikap
berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya; ‘tawadhu’ adalah rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, kepada orang tua, muda, baik kaya atau miskin. Sikap
tawadhu’ lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang
lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk bersikap sombong dan
angkuh di muka bumi.
3. Akhlak kepada keluarga dan kerabat
Akhlak kepada kedua orang tua, anak, suami, istri, sanak saudara, kerabat
yang berbeda agama, keluarga, karib kerabat dan lain-lain. Misalnya: saling
membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling
menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu-bapak,
mendidik anak-anak dengan kasih sayang, dan memelihara hubungan
silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal.
4. Akhlak kepada tetangga dan masyarakat
Akhlak kepada tetangga, seperti saling mengunjungi, saling membantu di
waktu senggang, lebih-lebih di waktu susah, saling memberi, saling
menghormati dan saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
5. Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu, menghormati nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat, saling menolong dalam
melakukan kebajikan dan takwa, menganjurkan anggota masyarakat
termasuk diri sendiri untuk berbuat baik, dan mencegah diri dari melakukan
perbuatan dosa.
Demikian juga dalam bersosial kepada sesama masyarakat seagama,
berbeda agama, tetangga, kawan, dan lawan.
Bidang politik; akhlak pemimpin kepada rakyat, akhlak rakyat kepada
pemimpin.
Bidang ekonomi; akhlak dalam berproduksi, distribusi, bertransaksi.
Bidang budaya: akhlak dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, akhlak kepada
guru dan lain sebagainya.
• Akhlak kepada makhluk selain manusia (lingkungan hidup)
Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti sadar dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam, terutama
hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang
pada sesama makhluk, dan menggali potensi alam seoptimal mungkin demi
kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.