Anda di halaman 1dari 4

ُ‫اَل َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

‫ َوبَ ْع ُد‬. َ‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْين‬


َ ‫ َسيِّ ِدنَا َونَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬، َ‫ف اَأْل ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْين‬
ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َأ ْش َر‬
َّ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َوال‬

Hadirin yang semoga dimuliakan oleh Allah… salah satu diantara takdir yang pasti dirasakan
oleh seluruh makhluk hidup adalah kematian.

ِ ْ‫س َذ ۤا ِٕىقَةُ ْال َمو‬


‫ت‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
Pada ayat tersebut sesungguhnya kita mengetahui bahwa masing-masing dari kita pasti
akan merasakan kematian. Suka ataupun tidak, mau ataupun tidak, takdir itu pasti akan kita
jumpai. Meskipun kita berusaha untuk menghindari kematian dengan berbagai upaya sekalipun,
maka sesungguhnya kita tidak akan pernah sanggup menghindarinya. Di manapun kita
bersembunyi untuk menghindarinya pasti kita akan didatangi oleh kematian itu jika waktunya
telah tiba. Berdasarkan dalil di dalam Al-Quran bahwa Allah ta'ala berfirman :

ُ ْ‫اَ ْينَ َما تَ ُكوْ نُوْ ا يُ ْد ِر ْك ُّك ُم ْال َمو‬


ٍ ْ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِ ْي بُرُو‬
‫ج ُّم َشيَّ َد ٍة‬
Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam
benteng yang kokoh.
Hadirin……., betapa banyak diantara kita yang lalai dari takdir yang satu ini. Bahkan
terkadang seolah-olah kita merasa akan hidup selamanya. Kita terlalu sering fokus mengejar cita-
cita dunia sampai lupa ada kematian yang dapat memutus cita-cita tersebut.
Padahal, apabila kita mau merenung sejenak, maka sesungguhnya setiap detik yang kita lalui
adalah detik-detik menuju pada takdir kematian kita. Bahkan setiap kaki kita melangkah,
sesungguhnya kita sedang menuju langkah terakhir kita. Hanya saja kita tidak pernah tahu di
bumi sebelah manakah kaki kita berhenti melangkah. Sebagaimana Allah SWT ta'ala berfirman :

ۢ
ٍ ْ‫َو َما تَ ْد ِريْ نَ ْفسٌ بِاَيِّ اَر‬
ُ ْ‫ض تَ ُمو‬
‫ت‬
(Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… ketahuilah bahwa tidak ada satupun di
antara manusia yang mengetahui kapan datangnya kematian masing-masing dari mereka.
Sebagian ada yang mati di usia senja, sebagian lagi di usia yang cukup muda, bahkan tidak
sedikit yang mati sesaat setelah dilahirkan oleh ibunya
Sebelum kita dilahirkan, Allah subhanahu wata'ala telah menentukan kematian masing-masing
dari kita. Bisa saja beberapa saat setelah ini akan ada di antara kita yang dijemput kematiannya.
Atau mungkin bisa saja besok, lusa ataupun bulan depan akan ada di antara kita yang dijemput
kematiannya. Yang jelas kematian itu pasti datang dan kita tidak akan pernah mengetahui kapan
datangnya.
Meskipun demikian, sesungguhnya kematian itu bukanlah sesuatu yang perlu kita khawatirkan.
Karena kematian itu adalah hal yang pasti terjadi dan mau tidak mau kita akan mengalaminya.
Hanya saja kita tidak akan pernah tahu kapan datangnya, dimana tempatnya, dan apa
penyebabnya.
Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… Sebagaimana yang telah saya katakan
barusan, bahwa kita tak perlu mengkhawatirkan akan datangnya kematian. Karena kematian itu
sudah pasti kita akan mengalaminya. Justru yang seharusnya kita khawatirkan adalah bagaimana
nasib kita setelah kematian. Apakah bernasib baik? Ataukah bernasib buruk?
Kita sebagai seorang mukmin tentu beriman dan yakin dengan adanya hari setelah kematian.
Kita juga yakin dan beriman bahwasanya hanya ada dua nasib yang dialami oleh manusia setelah
kematiannya, yaitu manusia yang bernasib beruntung dan manusia yang bernasib celaka.
Nasib kita setelah kematian, ditentukan oleh apa yang kita perbuat selama kita masih hidup di
dunia. Dan segala yang akan kita peroleh setelah kematian adalah hasil dari apa yang kita
lakukan semasa kita hidup di dunia.

Dunia ini ibarat tempat dan waktu kita untuk bercocok tanam, sedangkan akhirat adalah tempat
dan waktu di mana kita akan memanen apa yang kita tanam. Apabila semasa di dunia kita
menanam kebaikan, meskipun kebaikan itu hanya sebesar biji zarrah, maka sungguh kita akan
melihat hasil panennya setelah kematian. Sebaliknya, apabila kita menanam keburukan di dunia,
meskipun keburukan itu hanya sebesar biji zarrah, kita juga akan melihat hasil panennya setelah
kematian.
َ َ‫ࣖ فَ َم ْن يَّ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة خَ ْيرًا ي ََّر ٗۚه َو َم ْن يَّ ْع َملْ ِم ْثق‬
‫ال َذ َّر ٍة َش ًّرا ي ََّر ٗه‬

Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.
Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… pernahkah Anda mendengar sebuah nasehat yang
berbunyi “Janganlah engkau bermalas-malasan, dan berusahalah sekuat tenagamu selagi muda
demi masa depan!”? Nasehat tersebut tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Meskipun
nasehat itu disampaikan dengan kalimat yang bermacam-macam, tetapi pada intinya adalah
sama.
Betapa banyak orang memberikan nasehat ini agar kita menggapai masa depan yang gemilang.
Namun, masa depan manakah yang dimaksud dalam nasehat tersebut? Apakah masa depan
setelah kematian? Ataukah masa depan di masa tua?

Ya tentu saja! Masa depan yang dimaksud kebanyakan orang adalah masa depan di masa tua
alias masa depan duniawi.

Nasehat ini tentu tidak sepenuhnya salah. Memang betul apabila kita ingin hidup nyaman di
masa tua maka kita harus mengorbankan masa muda kita untuk bersusah payah. Namun, yang
perlu kita sadari adalah bahwa masa depan yang sesungguhnya bukanlah masa tua yang banyak
orang pikirkan. Akan tetapi justru masa depan yang sesungguhnya adalah masa setelah kematian.

Mengapa demikian? Karena kita tidak pernah tau sampai kapan kita hidup. Seandainya pun kita
hidup sampai tua maka tetap saja masa depan duniawi hanyalah masa depan yang sesaat.
Sedangkan masa depan setelah kematian adalah masa depan yang kekal dan abadi.

Para hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… betapa banyak orang yang tertipu hingga rela
menghabiskan waktunya demi masa depan yang sesaat. Sangking sibuknya, sampai-sampai masa
depan setelah kematiannya tidak pernah ia pikirkan dan ia persiapkan. Di dalam Al-Quran, Allah
subhanahu wata'ala berfirman :

‫ع ْال ُغرُوْ ِر‬


ُ ‫َو َما ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَٓا اِاَّل َمتَا‬

Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.

Orang-orang yang mencintai dunia mengira bahwa tidak ada kehidupan lagi setelah
kehidupan dunia. Bahkan tanpa disadari mereka mengira bahwa hidup di dunia itu adalah
kehidupan untuk selamanya.
Pada akhirnya apa? Mereka terperdaya dengan gemerlapnya dunia, sehingga kesibukan mereka
hanyalah mengurusi kehidupan dunianya dan melupakan kehidupan setelah kematian. Ternyata
setelah kematian menjemputnya, mereka baru tersadar bahwa mereka telah tertipu dengan
kesenangan dunia yang telah mereka kagumi semasa hidup di dunia.
Hidup di dunia itu hanyalah sesaat. Jangan sampai hidup yang sesaat ini kita gunakan
sepenuhnya untuk memikirkan dunia saja. Sangking sibuknya memikirkan dunia dan sibuk
berbangga-banggaan dengan pencapaian dunia, tiba-tiba kematian itu datang tanpa kita sadari.
Bukankah Allah ta'ala telah mengingatkan kepada kita bahwa sibuk memperbanyak harta itu
dapat membuat kita lalai.
‫اَ ْل ٰهى ُك ُم التَّ َكاثُ ۙ ُر َح ٰتّى ُزرْ تُ ُم ْال َمقَابِ ۗ َر‬
Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu sampai kamu masuk ke
dalam kubur.
Kita tidak tahu kapan kita mati, dan yang jelas mati pasti akan menjemput kita semua.
Oleh karena itu mindset yang harus kita tanamkan adalah bahwa kehidupan dunia ini adalah
tempat kita bercocok tanam untuk mempersiapkan kehidupan setelah kematian.

Jangan sampai sangking sibuknya dengan dunia, kita sampai melupakan kewajiban kita kepada
Allah. Jangan juga demi mendapatkan harta dunia sampai-sampai kita tidak peduli bagaimana
harta itu diperoleh tanpa memperhatikan halal dan haram. Akan tetapi hendaknya kita mencari
harta dunia ini dengan cara yang dihalalkan oleh Allah. Bahkan kita niatkan mencari harta dunia
sebanyak-banyaknya agar harta itu bisa kita gunakan untuk beramal shalih.
Ingatlah bahwa dunia ini sementara sedangkan kehidupan setelah kematian adalah kehidupan
yang kekal dan abadi. Janganlah kita menjadikan kedudukan dunia ini di atas kedudukan akhirat.
Allah ta'ala berfirman :

ۗ‫بَلْ تُْؤ ثِرُوْ نَ ْال َح ٰيوةَ ال ُّد ْنيَ ۖا َوااْل ٰ ِخ َرةُ خَ ْي ٌر َّواَب ْٰقى‬

Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat
itu lebih baik dan lebih kekal.

Hadirin yang semoga dirahmati oleh Allah… demikianlah khutbah singkat yg dapat saya
sampaikan mudah mudahan bermanfaat untuk hadirin sekalian terutama bagi diri khotib pribadi

Oleh karena itu, marilah kita bersemangat dan berlomba-lomba mempersiapkan bekal untuk
kehidupan setelah kematian sesuai potensi kita masing-masing.
Yang memiliki potensi di bidang ilmu, gunakan ilmunya untuk meraih akhirat!
Yang memeliki potensi di bidang fisik, gunakan fisiknya untuk meraih akhirat!
Dan yang memiliki potensi di bidang harta, gunakan hartanya untuk meraih akhirat.

Anda mungkin juga menyukai