Anda di halaman 1dari 52

Dosen Pengampu:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Rifka Ulfa Anisa
NIM : L1B021140
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi / 1D

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………2
TENTANG ISTIDROJ………………………………………………………………….3
Pengertian dan Konsep Istidroj…………………………………………………………4
Dalil-Dalil Istidroj………………………………………………………………………5
Ciri-Ciri dan Cara Menghindari Istidroj………………………………………………..6
TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN……………………………………7
Pengertian Hukuman Yang Disegerakan Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah Terhadap
Hambanya………………………………………………………………………………8
Dalil-Dalil Hadist Qudsi Tentang Hukuman Yang Disegerakan……………………….9
Contoh Kasus Hukuman Yang Disegerakan……………………………………………10
TENTANG BERITA KENABIAN RASULULLAH PADA KITAB SUCI AGAMA
LAIN……………………………………………………………………………………11
Berita Kenabian Rasulullah Pada Kitab Suci Agama Kristen………………………….12
Berita Kenabian Rasulullah Pada Kitab Suci Agama Hindu……………………………13
Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI……………………….14
Tentang Alquran Sebagai Sumber Sains dan Teknologi………………………………...15
Dalil-Dalil Alquran Mengenai Sains dan Teknologi……………………………………16
Para Ilmuan Yang Masuk Islam Karena Alquran Mengenai Sains dan Teknologi……..17
ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG SESUNGGUHNYA…………………...18
Generasi Sahabat Rasulullah……………………………………………………………19
Pengertian Tabiin……………………………………………………………………….20
Pengertian Tabiittabiin………………………………………………………………….21
Dalil dan Hadist Mengenai Orang-Orang Salafussalih…………………………………22
SUMBER PUSTAKA…………………………………………………………………..23

2
1. TENTANG ISTIDROJ

Bagi kamu yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki yang
lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, memang sangat menyenangkan.
Kamu harus waspada apabila kamu merasakan itu semua tapi sering melalaikan ibadah.
Bisa jadi saat ini kamu sedang mengalami istidraj.Istidraj diambil dari kata 'daraja'
(bahasa Arab) yang berarti naik satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, lebih
dikenal sebagai istilah azab yang berupa kenikmatan.

Istidraj secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya. Sedang
istidraj dari Allah kepada hamba dapat dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan
sedikit demi sedikit, tidak secara langsung.

Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan, perkara


dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan kedudukan.
Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat maksiat.

Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya pintu
kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali
perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba
dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan
(kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri mereka di
atas segala-galanya.
Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga
kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda keimanan dan
kesempurnaan tauhidnya.

3
A. PENGERTIAN DAN KONSEP ISTIDROJ

Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan peringatan-peringatan


agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan perintah agama adalah
meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani
menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh hati yang lemah disertai
dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak tahu, tidak
ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan, mungkin karena dianggap
ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat modern atau alasan-alasan
sejenisnya. Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua
pintu kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi
yang hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia.
Hamba tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang
diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat maksiat,
tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Ketiga, Hatta idza
farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yang diberikan). Ketika hamba
sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenangan duniawinya berupa harta
benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan manusia, namun hidupnya masih
jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh dari
majelis ilmu. Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah
berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan
Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak
menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan. Kelima, Fa
idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa). Maksudnya, mereka akan putus
harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah terperdaya dengan kesenangan
duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu
ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya.Sama halnya
seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan
oleh Allah, maka dia juga terperdaya.

4
B. DALIL-DALIL DAN HADIST MENGENAI ISTIDROJ

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ع ْن َهه بِذَ ْنبِ َِه َحتّى ي َهوفّىَ بِ َِه يَ ْو َمَ ْال ِقيَا َم ِة‬ َ ‫ش َّر أ َ ْم‬
َ ََ‫سك‬ َّ َ‫ل لَ َهه ْالعهقهوبَةََ فِى الدُّ ْنيَاَ َوإِذَا أ َ َرا َد‬
ّ ‫َللاه بِعَ ْب ِد ِهَ ال‬ ََ ‫ع ّج‬ ََ ‫َللاه بِعَ ْب ِد َِه ْال َخي‬
َ ‫ْر‬ َّ َ‫إِذَا أ َ َرا َد‬

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan
atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR.
Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).

Juga Allah Berfirman :

َ‫ْث الَ َي ْعلَ ُمون‬ ْ َ‫سن‬


ُ ‫ستَد ِْر ُج ُه ْم مِ ْن َحي‬ َ

Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44) Al-Munawi
dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan, perkara dunia yang
diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan kedudukan. Dengan
kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat maksiat.

َ ‫ “إِذَا َرأَيْتَ ه‬:َ‫سله َم َقال‬


‫َّللا تَعَالى يُعْطِ ي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ ع َِن النهبِي‬،ُ‫ع ْنه‬ ‫ع ْقبَةَ ب ِْن عَامِ ٍر َر ِض َي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ع َْن‬
‫صلهى‬
َ ‫َّللا‬
ِ ‫سو ُل ه‬ ْ ‫اصي ِه َف ِإنه َما ذَ ِلكَ مِ ْنهُ ا‬
ُ ‫ ث ُ هم تَ ََل َر‬،”ٌ‫ستِد َْراج‬ ِ َ‫علَى َمع‬ ُّ ِ‫ا ْلعَ ْب َد مِ نَ ال ُّد ْنيَا َما يُح‬
َ ‫ب َوه َُو ُمقِي ٌم‬
‫اب ك ُِل ش َْيءٍ َحتهى إِذَا َف ِر ُحوا بِ َما أُوت ُوا‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم أَب َْو‬
َ ‫سوا َما ذُك ُِروا بِ ِه َفت َ ْحنَا‬
ُ َ‫ ( َفلَ هما ن‬:‫سله َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬
‫ه‬
)‫سونَ ( (رواه أحمد‬ ُ ‫أ َ َخ ْذنَاهُ ْم بَ ْغتَةً َف ِإذَا هُ ْم ُم ْب ِل‬

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam
kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan
berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat
yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka,
Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR. Ahmad)

5
C. CIRI-CIRI DAN CARA MENGHINDARI ISTIDROJ

➢ Beberapa mungkin tidak akan sadar bahwa ini adalah ciri istidraj. Bila kamu
mendapati dirimu jarang beribadah, namun nyatanya pekerjaan kamu terasa
sangat lancar, bisa jadi itu merupakan istidraj yang diberikan kepadamu.
Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan merupakan ujian
sesungguhnya dari Allah SWT. Karena, Allah SWT ingin melihat, apakah
dengan rezeki yang kamu dapatkan itu akan membuat kamu semakin lalai dan
meninggalkan ibadah, atau dapat membuatmu ingat kepada Allah SWT sebagai
Sang Maha Pemberi Rezeki.
➢ Ciri lain kamu mengalami istidraj adalah merasakan ketenangan. Di sini,
ketenangan yang dimaksud di sini adalah kamu merasa baik-baik saja dan tidak
merasa bersalah atau gelisah saat lalai menjalankan ibadah atau melakukan
kegiatan yang sifatnya maksiat. Kamu bahkan tidak merasakan penyesalan
sedikit pun dalam hati setelah melakukan hal yang telah disebutkan di atas.
Sungguh itu adalah cobaan hidup yang berat apabila kamu merasa tenang jika
benar kamu mengalami hal seperti ini dalam hidup.
➢ Sakit merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT. Saat sakit, dosa-dosa
berguguran dan doa dikabulkan. Namun, jika kamu merasa jarang sakit dan
sering melakukan maksiat atau kurang beribadah, bisa jadi itu juga merupakan
istidraj. Karena sesungguhnya, sakit merupakan ujian dari Allah SWT agar
hambanya selalu mengingat-Nya dan memohon kesembuhan pada-Nya.
➢ Agar kita dijauhkan dari istidraj, tobat dan rutin beribadah menjadi salah satu
caranya. Minta ampun kepada Allah SWT dan selalu mengingat-Nya di kala
senang maupun susah, menjadi cara terbaik untuk menghindarkan diri dari
istidraj. Jangan lupa juga untuk selalu beribadah, salat lima waktu, dan
membaca Alquran, agar kita selalu dekat dengan Allah SWT.

6
2. TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN

Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan


hukuman untuknya didunia, dan apabila Dia menghendaki keburukan bagi hamba-Nya
maka Dia menahan hukuman dosanya agar kelak dihari kiamat ia menemuinya.
Bahwa musibah itu adakalanya untuk membersihkan diri dari dosa. Apabila seorang
mukmin tertimpa musibah, maka hal itu sebagai pertanda bahwa Allah SWT
menghendaki kebaikan baginya. Dalam hadis lain disebutkan bahwa sesungguhnya
diantara dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat dihapuskan kecuali hanya dengan
musibah yang menimpa pelakunya. Musinah ini merupakan hukuman yang disegerakan
untuknya di dunia sehingga kelak apabila ia mati, maka dirinya bersih dari dosa dan
dimasukkan ke dalam surga. Dan begitu pula sebaliknya, bilamana Allah menghendaki
keburukan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia memberikannya selamat dari siksa-Nya
di dunia ini. Makin lama ia hidup di dunia semakin banyak dosa-dosa yang dikerjakannya
sehingga kelak di akhirat ia akan menerima pembalasannya yang setimpal. Maka kala itu
tidak ada jalan selamat baginya, dan tempat kembalinya adalah neraka Jahannam.
Maka janganlah engkau tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka karena
sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan
perhitungan yang teliti.

7
A. PENGERTIAN HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK
KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA

Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya hingga hari kiamat.
Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia.

Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman. Bahwa cobaan kadang dapat
meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah dan tanda bahwa Allah semakin
menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya.
Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban
kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda keimanan dan kesempurnaan tauhidnya.

1- Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.

2- Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih mengetahui
keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,

3- Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan mendapat
pahala yang besar.

4- Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.

5- Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.

6- Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam
keadaan bersih dari dosa.

7- Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa
yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata,
“Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang
di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” (Lihat Faidhul Qodir,
2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)

8- Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap
sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta
musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”

8
B. DALIL DALIL QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN

Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:

‫اب أَلِي ٌم‬ َ ‫َق ۚ أُو َٰلَئِكَ لَ ُه ْم‬


ٌ َ‫عذ‬ ِ ‫اس َويَ ْبغُونَ فِي ْاْلَ ْر‬
ِ ‫ض ِبغَي ِْر ا ْلح‬ َ ‫علَى اله ِذينَ يَ ْظ ِل ُمونَ النه‬ ‫إِنه َما ال ه‬
َ ‫س ِبي ُل‬

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS
Asy-Syura: 42)

‫ب يؤخِ ُر هللاُ منها ما شا َء إلى‬ٍ ‫ك ُّل ذنو‬: ‫ ع َِن النهبِي ِ صلى هللا عليه وسلم قال‬،ُ‫ع ْنه‬ ‫عَن أَبِي بَك َْرةَ َر ِض َي ه‬
َ ُ‫َّللا‬
‫ت‬
ِ ‫عج ُل لصاحبِها في الدُّنيا قب َل ال َمو‬
ِ ُ‫ ي‬،‫حم‬ ‫ أو قطيعةَ ه‬،‫َين‬
ِ ‫الر‬ ِ ‫ق الوالد‬
َ ‫ وعقو‬،‫غي‬ َ َ‫يوم القيام ِة هإال الب‬
ِ

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,”
Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat,
kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah
akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al
Mustadrak No 7345).

‫ف َو َال‬ ٍ ُ ‫سانًا ۚ إِ هما يَ ْبلُغَنه ِع ْندَكَ ا ْل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أ َ ْو ك ََِلهُ َما َف ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
َ ‫َو َقض ََٰى َربُّكَ أ َ هال ت َ ْعبُدُوا إِ هال إِيهاهُ َو ِبا ْل َوا ِل َدي ِْن إِ ْح‬
‫ت َ ْنه َْرهُ َما َو ُق ْل َل ُه َما َق ْو ًال ك َِر‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka
ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).

‫ال يَ ْد ُخ ُل ال َجنهةَ َقاطِ ٌع‬: ‫َّللا ﷺ َقا َل‬


‫بن ُم ْطع ٍِم رضي هللا عنه أَنه رسو َل ه‬
ِ ‫عن أَبي محمد ُجبَي ِْر‬

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).

9
C. CONTOH KASUS HUKUMAN YANG DISEGERAKAN

Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya hingga hari kiamat.
Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia.

Pertama, zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Dosa
orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. zalim adalah perbuatan
melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati,
seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim
termasuk dari dosa besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan
siksa pedih di akhirat.

Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta
tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah
penyebab keberadaan kita di dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang
kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap
yang dilakukan anak-anak mereka. Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun
perbuatan merupakan suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan.

Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orang-orang
yang memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas
orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Islam begitu tegas terhadap hubungan
baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru
memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan
masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan.

10
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH DALAM KITAB SUCI AGAMA LAIN

Jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang ditunggu umat Yahudi
dan umat Kristen, mungkin banyak dari kalangan umat Islam akan setuju, mengingat
dalam Al-Qur’an memang terdapat ayat-ayat yang menyatakan kalau kedatangan Nabi
Muhammad SAW sebenarnya sudah diberitakan dalam kitab-kitab suci pendahulunya,
seperti Taurat & Injil. Sebagaimana tersebut dalam surat As Shaf (61) ayat 6 “Dan
(ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi
khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

Tapi jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang juga ditunggu
umat Hindu? Kalimat itu pasti mengejutkan bagi kebanyakan umat Islam maupun umat
Hindu, bahkan mungkin bagi umat di luar kedua agama itu. Betapa tidak, syariat dari
dua agama itu sangat jauh berbeda.

Ternyata berita kedatangan nabi Muhammad SAW tidak saja diberitakan dalam kitab
Taurat & Injil, bahkan ramalan (berita) kenabian Muhammad SAW juga terdapat
dalam kitab suci umat Hindu, Kitab Weda. Benarkah?

A. BERITA KENABIAN RASULULLAH PADA KITAB UMAT HINDU

Agama hindu termasuk agama tua di dunia. Meski tidak ada kejelasan kapan lahirnya
namun dalam sejarah dikenal ada 3 periodesasi, yaitu:

pertama: Perkembangan agama hindu di India pada zaman Veda tahun (6000-2000 SM)

kedua: Perkembangan zaman Brahmana tahun (2000-1500 SM)

Ketiga : Zaman Upanisad tahun (1500-500 SM)

Jadi diperkirakan hinduisme sudah ada kira2 6500 tahun sebelum kedatang Islam.

11
Adalah Pundit Vaid Parkash professor bahasa dari Allahabad University di India
yang juga menjadi pandita besar kaum Brahmana, dalam salah satu bukunya berjudul
"Kalky Autar" atau Avatar (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat
sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.

Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para
penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah
yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad
Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.

Prof. Pundit Vaid Parkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum
Brahmana dan ahli bahasa Sansekerta itu mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil
kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui
kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang
disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri "Kalky Autar" sama
persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yang lahir di Makkah.

Prof. Parkash menguatkan pernyatannya itu dengan mengutip beberapa hal dari kitab
Veda (Weda), kitab suci agama Hindu.

Menurutnya, dalam kitab Weda, sosok 'Kalki autar' akan menjadi Pembawa Risalah
Terakhir atau Prophet of Bhagwan (Allah) untuk menuntun seluruh dunia. Itu hanya
terjadi dalam kasus Nabi Muhammad Saw. Menurut ramalan Hindu, 'Kalki autar' akan
lahir di sebuah Jazeerah (Island) dan itu di wilayah Arab yang dikenal sebagai
'jazeeratul Arab'.

Dalam kitab 'suci' Hindu, menurut Prof. Parkash, bapaknya bernama "Vishnu Bhagat"
dan ibunya bernama "Somanib". Dalam bahasa Sansekerta, 'Vishnu' berarti Allah (swt)
dan arti harfiah dari kata 'Bhagat' adalah hamba atau budak, dalam bahasa Arab berarti
"Abdun". Oleh karena itu, 'Wisnu Bhagat' dalam bahasa Arab berarti Abdullah (hamba
Allah). Sedangkan,'Somanib' dalam bahasa Sansekerta berarti damai (aman) dan
tentram yang dalam bahasa Arab berarti kata 'Aminah'. Dan sebagaimana diketahui
bahwa ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah dan ibundanya bernama Aminah.

12
Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa 'Kalky autar' akan lahir di kaum yang
dihormati dan mulia ditanahnya. Dan ini juga berlaku dalam kasus Nabi Muhammad
(saw) karena ia lahir di suku Quraisy yang dihormati di Makkah.

Disebutkan pula bahwa 'Kalki Autar' akan diajarkan dalam sebuah gua oleh Bhagwan
melalui utusan-Nya sendiri. Hal itu mengingatkan kisah Nabi Muhammad Saw dalam
gua Hira' saat didatangi oleh malaikat Jibril dan mengajarkannya tentang wahyu Islam
pertama kali.

Tertulis dalam buku-buku Hindu bahwa Bhagwan akan memberikan 'Kalky autar'
dengan kuda tercepat dan dengan bantuan kuda itu, ia akan naik di seluruh dunia dan
tujuh langit. Ini isyarat tentang 'Buraq' dalam peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad
Saw.

Selain itu, ditulis pula bahwa 'Kalky autar' akan diperkuat dan dibantu oleh Bhagwan.
Dalam kasus Nabi Muhammad (saw), beliau dibantu dan diperkuat oleh Allah (SWT)
melalui malaikat-Nya dalam perang Badar

B. BERITA KENABIAN RASULULLAH PADA KITAB SUCI UMAT KRISTEN

Penemuan Injil kuno yang diyakini berusia 1500 tahun telah membuat heboh. Yang
membuat gempar, Injil kuno tersebut ternyata memprediksi kedatangan Nabi
Muhammad SAW sebagai penerus risalah Isa (Yesus) di bumi.

Sebagian orang memprediksi injil tersebut adalah Injil Barnabas. Menurut


mailonline, injil yang tersimpan di Turki itu ditulis tangan dengan tinta emas
menggunakan bahasa Aramik. Inilah bahasa yang dipercayai digunakan Yesus sehari-
hari. Dan di dalam injil ini dijelaskan ajaran asli Yesus serta prediksi kedatangan
penerus kenabian setelah Yesus. Alkitab kuno ini sekarang di simpan di Museum
Etnografi di Ankara, Turki.

Dalam Injil Barnabas memang diungkapkan tentang akan datangnya Rasul bernama

13
Muhammad SAW, setelah Nabi Isa. Berikut ini isi Injil Barnabas yang menyebut
tentang Nabi Muhammad:

• Bab 39 Barnabas: ''Terpujilah nama-Mu yang kudus, ya Allah Tuhan kita...


Tiada Tuhan Selain Allah dan dan Muhammad adalah utusan-Nya''.

Masih pada bab 39 yang mengisahkan tentang Nabi Adam, nama Nabi Muhammad
SAW juga disebut dalam dialog antara Nabi Adam dengan Tuhan. ''...Apa arti kata-kata,
Muhammad utusan Allah, apakah ada manusia sebelum aku?''

• Bab 41 Barnabas: "Atas perintah Allah, Mikael mengusir Adam dan Hawa dari
surga, kemudian Adam keluar dan berbalik melihat tulisan pada pintu surga
'Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah...''

• Bab 44 Barnabas: Pada bab ini Yesus atau Nabi Isa menyebut nama Nabi
Muhammad. ''Oh, Muhammad Tuhan bersamamu...''

• Bab 97: Yesus menjawab, "Nama Mesias sangat mengagumkan, karena Allah
sendiri yang memberinya nama, ketika menciptakan jiwanya dan
menempatkannya di dalam kemuliaan surgawi. Allah berkata: 'Tunggu
Muhammad; karena kamu Aku akan menciptakan firdaus, dunia, dan
banyak makhluk... Siapa pun yang memberkatimu akan diberkati, dan
barangsiapa mengutukmuu akan dikutuk..''

• Bab 112: Dalam bab ini Nabi Isa (Yesus) bercerita kepada Barnabas bahwa
dirinya akan dibunuh. Namun, kata Nabi Isa, Allah aka membawanya naik dari
bumi. Sedangkan orang yang dibunuh sebenarnya adalah seorang pengkhianat
yang wajahnya diubah seperti Nabi Isa. Dan orang-orang akan percaya bahwa
yang disalib itu adalah Nabi Isa. ''Tetapi Muhammad akan datang... Rasul Allah
yang suci,'' kata Nabi Isa. Nama Nabi Muhammad juga disebut pada Bab 136,
163, dan 220. Isi Injil Barnabas di atas dikutip dari barnabas.net.

14
Menurut Laman Al-Arabiya, meskipun spekulasi tentang kitab kuno yang
diduga sebagai Injil Barnabas itu meramalkan kedatangan Islam, namun sejauh
ini tidak ada bukti yang menegaskan hipotesis tersebut.

Walau Injil Barnabas "mengakui" kedatangan Islam dan Nabi Muhammad


SAW, namun skeptisisme tetap muncul karena kontradiksinya dengan Alquran.
"Sebab, sebagian besar studi tentang kitab ini menyatakan Injil Barnabas hanya
kembali ke 500 tahun yang lalu. Sementara, Alquran telah ada sejak 1400 tahun
silam," demikian tulis Al-Arabiya, Senin (27/2).

Adanya kontradiksi inilah yang menjadi alasan utama mengapa para sarjana
Arab mengabaikan terjemahan bahasa Arab Injil tersebut, yang diterbitkan 100
tahun lalu. Sebagaimana diulas secara rinci oleh penulis dan pemikir Mesir,
Abbas Mahmoud Al-Akkad.

Dalam sebuah analisis yang ditulisnya pada 26 Oktober 1959 di surat kabar Al-
Akhbar, Akkad mengatakan deskripsi neraka dalam Injil Barnabas didasarkan
pada informasi yang relatif baru yang tidak tersedia pada saat di mana teks itu
seharusnya ditulis. "Sejumlah deskripsi yang tertulis dalam Injil itu merupakan
kutipan orang-orang Eropa dari sumber-sumber Arab," ungkapnya.

Seorang pendeta Protestan Ihsan Ozbek mengatakan Injil itu berasal dari abad
ke-5 atau ke-6. Sementara Barnabas, yang merupakan pemeluk pertama Kristen
hidup pada abad pertama.

"Salinan Injil di Ankara mungkin telah ditulis ulang oleh salah seorang pengikut
Barnabas," kata dia. Sebab, lanjutnya, ada jeda 500 tahun antara Barnabas dan
penulisan salinan Inkjil. "Umat Islam mungkin akan kecewa bahwa Injil ini
tidak ada hubungannya dengan injil Barnabas," ujarnya.

Sementara Profesor Omer Faruk menilai Injil kuno itu perlu ditelusuri lebih
lanjut guna memastikan Injil itu dibuat oleh Barnabas atau pengikutnya.

15
4. ALQURAN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI

Pendidikan Islam yang mengalami masa tunas pada masa Dinasti Bani Umayyah
mencapai puncaknya pada masa Dinasti Bani Abbasiyah. Kemajuan pendidikan Islam
pada masa ini dikarenakan penguasa dari Dinasti Bani Abbasiyah mengambil kebijakan
dengan mengangkat orang-orang Persia menjadi pejabat-pejabat penting di istana,
terutama dari keluarga Baramikah, sebuah keluarga yang telah lama bersentuhan dengan
filsafat dan ilmu pengetahuan Hellenisme yang mempengaruhi umat Islam untuk belajar
dan mengembangkan pemikiran Islam. Hal ini semakin nyata setelah penguasa dari
Dinasti ini memproklamirkan aliran Mu’tazilah, sebuah aliran teologi rasional sebagai
mazhab resmi negara. Pada masa ini pendidikan Islam mencapai zaman
keemasannya. Filsafat Islam, ilmu pengetahuan, sains dan pemikiran Islam mencapai
kemajuan yang sangat pesat sehingga menjadikan Islam sebagai pusat keilmuan yang
tiada tandingnya di dunia dan filsafat serta ilmu pengetahuannya
menjadi kiblat dunia pada saat itu. Perseteruan antara agama dan ilmu pengetahuan
(sains) merupakan isu klasik yang sampai saat ini masih berkembang
di dunia Barat dalam wujud sekularisme. Tetapi, Islam tidak mendekati persoalan sains
ini dari perspektif tersebut karena al-Qur’an dan al-Sunnah telah memberikan sistem
yang lengkap dan sempurna yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, termasuk
kegiatan-kegiatan ilmiah atau penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Jadi, kegiatan ilmiah
merupakan bagian yang integral dari keseluruhan sistem Islam di mana masing-masing
bagian memberikan sumbangan terhadap yang lainnya. Al-Qur’an sangat menekankan
pentingnya membaca (baca: mengamati) gejala alam dan merenungkannya. Al-Qur’an
mengambil contoh dari kosmologi, fisika, biologi, ilmu kedokteran dan lainnya sebagai
tanda kekuasaan Allah untuk dipikirkan oleh manusia. Tidak kurang dari tujuh ratus
lima puluh ayat – sekitar seperdelapan al-Qur’an– yang mendorong
orang beriman untuk menelaah alam, merenungkan dan menyelidiki dengan
kemampuan akal budinya serta berusaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman
alamiah sebagai bagian dari hidupnya. Kaum muslim zaman klasik memperoleh ilham
dan semangat untuk mengadakan penyelidikan ilmiah di bawah sinar petunjuk al-
Qur’an, di samping dorongan lebih lanjut dari karya-karya Yunani dan
sampai batas-batas tertentu oleh terjemahan naskah-naskah Hindu dan Persia. Dengan
semangat ajaran al-Qur’an, para ilmuwan muslim tampil dengan sangat mengesankan

16
dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Pengaruh al-Qur’an ini tidak
saja diakui oleh kalangan ilmuwan muslim zaman dahulu, seperti al-Ghazali, (1983:45-
48 ) dan al-Suyuthi, ( Dhahabi, 1961: 20) bahkan sarjana Baratpun mengakuinya,
seperti R. Levy (1975:400) (1975: 400) dan George Sarton. (tt:23).

A. TENTANG ALQURAN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI

Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu sama lain.
Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang
diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai
hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi
pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia
tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam
kerangka kegiatan yang produktif ekonomis (Baiquni, 1995: 58-60). Al-Qur’an,
sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat praktis. Oleh
sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains dan
teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara gamblang.
Akan tetapi, dalam kapasitasnya sebagai huda li al-nas, al-Qur’an memberikan
informasi stimulan mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar
tujuh ratus lima puluh ayat (Ghulsyani, 1993: 78). Bahkan, pesan (wahyu) paling
awal yang diterima Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigasi
(penyelidikan). Informasi al-Qur’an tentang fenomena alam ini, menurut Ghulsyani,
dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada Pencipta alam Yang Maha
Mulia dan Maha Bijaksana dengan mempertanyakan dan merenungkan wujud-wujud
alam serta mendorong manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya
(Ghulsyani, 1993). Dalam visi al-Qur’an, fenomena alam adalah tanda-tanda kekuasaan
Allah. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih
dekat kepada Tuhannya. Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat
ditelusuri dari pandangan al-Qur’an tentang ilmu Al-Qur’an telah meletakkan posisi
ilmu pada tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti tercermin dalam surat al-
Mujadalah ayat 11:
“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan

17
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Ayat-ayat al-Qur’an yang
memerintahkan manusia mencari ilmu atau menjadi ilmuwan begitu banyak. Al-Qur’an
menggunakan berbagai istilah yang berkaitan dengan hal ini. Misalnya, mengajak
melihat, memperhatikan, dan mengamati kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5;
Luqman: 20; al-Ghasyiyah: 17-20; Yunus: 101; al-Anbiya’: 30), membaca (al-‘Alaq:
15) supaya mengetahui suatu kejadian (al-An’am: 97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan
(al-Nahl: 15), menjadi yang berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11;
Yunus: 101; al-Ra’d: 4; al-Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah: 5, 13), menjadi ulu al-
albab (Ali ‘Imran: 7; 190-191; al-Zumar: 18), dan mengambil pelajaran (Yunus: 3).
Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui dari
wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang
Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5) Kata iqra’, menurut Quraish Shihab,
diambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka
makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu,
dan membaca baik yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah
iqra’ itu mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia.
(Shihab, 1996:433) Atas dasar itu, sebenarnya tidak ada alasan untuk
membuat dikotomi ilmu agama dan ilmu non agama. Sebab, sebagai agama yang
memandang dirinya paling lengkap tidak mungkin memisahkan diri dari persoalan-
persoalan yang bereperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan umatnya.
Berkaitan dengan hal ini, Ghulsyani mengajukan beberapa alasan untuk menolak
dikotomi ilmu agama dan ilmu non agama sebagai berikut:
1. Dalam sebagian besar ayat al-Qur’an, konsep ilmu secara
mutlak muncul dalam maknanya yang umum, seperti pada
ayat 9 surat al-Zumar:

“Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang


tidak mengetahui.” Beberapa ayat lain yang senada di antaranya QS 2:31; QS
12:76; QS 16: 70.
2. Beberapa ayat al-Qur’an secara eksplisit menunjukkan bahwa ilmu itu tidak hanya

18
berupa prinsip-prinsip dan hukum-hukum agama saja. Misalnya, firman Allah pada
surat Fathir ayat 27-28:
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan
dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan
yang beraneka ragam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung
itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka ragam
warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah “ulama”.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
Dengan jelas kata ulama (pemilik pengetahuan) pada ayat di
atas dihubungkan dengan orang yang menyadari
sunnatullah (dalam bahasa sains: “hukum-hukum alam”)
dan misteri-misteri penciptaan, serta merasa rendah diri di
hadapan Allah Yang Maha Mulia.
3. Di dalam al-Qur’an terdapat rujukan pada kisah Qarun. “Qarun berkata:
Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS al-Qashash: 78)
(Ghulsyani, 1993: 44-45).
Di samping itu, subyek yang dituntut oleh wahyu pertama (al-‘Alaq: 1-5) adalah
manusia, karena potensi ke arah itu hanya diberikan oleh Allah swt. kepada jenis akhluk
ini. Pemberian potensi ini tentunya tidak terlepas dari fungsi dan
menanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah di atas muka bumi. Sedangkanbumi
dan langit beserta isinya telah ‘ditundukkan’ bagi kepentingan manusia. Mari perhatikan
firman Allah di dalam surat al-Jatsiyah ayat 13:
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat dari-Nya).
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.”
Kata sakhkhara (menundukkan) pada ayat di atas atau
kata yang semakna dengan itu banyak ditemukan di dalam al-Qur’an yang menegaskan

19
bahwa Allah swt. menundukkan semua ciptaan-Nya sesuai dengan peraturan-peraturan
(sunnatullah) Nya, sehingga manusia dapat mengambil manfaat sepanjang manusia mau
menggunakan akal dan pikirannya serta mengikuti langkah dan prosedur yang sesuai
dengan sunnatullah itu. Misalnya, menurut Baiquni, (1997: 15-16 ) tertiupnya sehelai
daun yang kering dan pipih oleh angin yang membawanya membumbung tinggi ke atas
adalah karena aliran udara di sekitarnya. Orang yang melakukan pengamatan dan
penelitian untuk menemukan jawaban atas pertanyaan: “bagaimana daun itu
diterbangkan?”, niscaya akan sampai kepada sunnatullah yang menyebabkan daun itu
bertingkah laku seperti yang tampak dalam pengamatannya. Pada dasarnya, sebuah
benda yang bentuknya seperti daun itu, yang panjang dan bagian pinggir dan lebarnya
melengkung ke bawah, akan mengganggu aliran udara karena pada bagian yang
melengkung itu aliran udara tidak selancar di tempat lain. Akibatnya, tekanan udara di
lengkungan itu lebih tinggi dari pada bagian lainnya sehingga benda itu terangkat.
Orang yang melakukan pengamatan dan penelitian itu menemukan
sunnatullah yang dalam ilmu pengetahuan disebut aerodinamika. Dengan pengetahuan
yang lengkap dalam bidang aerodinamika dan pengetahuan tentang sifat-sifat material
tertentu manusia mampu menerapkan ilmunya itu untuk membuat pesawat terbang yang
dapat melaju dengan kecepatan tertentu. Untuk dapat memahami sunnatullah yang
beraturan di alam semesta ini, manusia telah dibekali oleh Allah SWT dua potensi
penting, yaitu potensi fitriyah (di dalam diri manusia) dan potensi sumber daya alam (di
luar diri manusia). Di samping itu, al-Qur’an juga memberikan tuntunan praktis bagi
manusia berupa langkah-langkah penting bagaimana memahami alam agar dicapai
manfaat yang maksimal. Suatu cara penghampiran yang sederhana dalam mempelajari
ilmu pengetahuan ditunjukkan al-Qur’an dalam surat al-Mulk ayat 3-4 yang intinya
mencakup proses kagum, mengamati, dan memahami.

C. ILMUAN YANG MASUK ISLAM KARENA PENELITIANNYA

1. Jacques Yves Costeau

Seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Prancis, Jacques-Yves
Cousteau melakukan eksplorasi bawah laut.

20
Tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur
dengan air laut.

Seolah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Lalu, suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim dan menceritakan
fenomena itu.

Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan pada surat Ar
Rahman Ayat 19-20.

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing," (QS Ar Rahman Ayat 19-
20).

Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau kagum dan dikatakan ia memeluk Islam.

Sekadar informasi, Jacques-Yves Cousteau lahir di Prancis pada 11 Juni 1910 dan
meninggal dunia di Paris pada 25 Juni 1997.

2. Maurice Bucaille

Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir'aun.

Ia merupakan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920.

Maurice Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab
utama dalam penelitian tentang mumi.

Hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat
pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Fir'aun meninggal karena tenggelam.

Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan.

Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor.

Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik
kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya?

Hal tersebut mulai sesuai dengan penggambaran kematian Fir'aun di Alquran bahwa dia
mati karena ditelan ombak.

21
Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul "Les momies des Pharaons et la
midecine" (Mumi Fir'aun; Sebuah Penelitian Medis Modern).

Ia lalu mendengar bahwa Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya


Fir'aun.

Kabarnya, setelah mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaille
beralih ke Islam.

Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai salah satu ayat
Alquran.

"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami," (QS. Yunus Ayat 92).

Ayat tersebut telah menyentuh hati Bucaille hingga ia menjadi seorang mualaf.

3. Prof William Brown

Majalah sains, Journal of Plant Molecular Biologies mengungkap hasil penelitian yang
dilakukan tim ilmuwan Amerika Serikat.

Tim meneliti suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia.

Suara itu keluar dari tumbuhan dan peneliti merekamnya dengan alat perekam canggih.

Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik diubah menjadi gelombang elektrik optik yang
dapat dipantau di monitor.

Para ilmuwan ini kabarnya membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim peneliti
Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.

Mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam


menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah.

Ilmuwan lalu kagum dengan apa yang mereka saksikan.

"Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian
tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun Lagi Maha
Pengampun," (QS Al-Isra:44).

22
Peneliti muslim lalu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya
kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.

Pada suatu kesempatan, sang profesor mengatakan bahwa dalam hidupnya, ia belum
pernah menemukan fenomena semacam ini.

"Dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang
sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini.

Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya.

Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran.

Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain," ungkap
William.

4. Fidelma O'leary

Fidelma merupakan ahli neurologi yang berasal dari Negeri Paman Sam,
Amerika Serikat.

Ia mendapatkan hidayah ketika meneliti saraf otak manusia.

Saat ia melakukan penelitian, ia menemukan bahwa beberapa urat saraf di otak manusia
tidak dimasuki oleh darah.

Padahal, setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup untuk bisa
berfungsi secara normal.

Ia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak, kecuali
ketika seseorang melakukan gerakan sujud dalam salat seperti yang dilakukan umat
Muslim.

Ini menunjukkan bahwa bila seseorang tidak melakukan salat, maka otak tidak dapat
menerima darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.

5. Leopold Werner Von Ehrenfels

Prof. Dr. Leopold Werner von Ehrenfels merupakan seorang psikiater serta sekaligus
neurology berkebangsaan Austria, serta agama saat sebelum Islam yaitu Kristen.

23
Dari remaja dia sudah banyak mendapatkan kejanggalan dalam agama kristen.

Pada akhirnya ia mempelajari Islam.

Satu di antara yang ia cermati yaitu mengenai kewajiban wudhu saat sebelum lakukan
solat serta ia juga mempelajari mengenai kewajiban mandi sesudah jima’ dengan istri,
serta dalam agama Kristen tidak ada ketentuan bersuci seperti ini.

Bahkan juga orang Kristen, tuturnya, walaupun dalam kondisi junub (habis bersetubuh
dengan istri tanpa mandi) langsung pergi ke gereja untuk menyembah Tuhan.

Prof Leopold Werner von Ehrenfels, menemukannya sesuatu yang mengagumkan pada
wudhu.

Ia menyampaikan satu kenyataan yang amat mengagetkan.

Kalau pusat-pusat syaraf yang paling sensitif dari tubuh manusia nyatanya ada di bagian
dahi, tangan, serta kaki.

Pusat-pusat syaraf itu amat peka pada air segar.

Dari sini ia temukan hikmah di balik wudhu yang membersihkan pusat-pusat syaraf itu.

Ia bahkan juga menganjurkan supaya wudhu bukan sekedar milik serta rutinitas umat
Islam, namun untuk umat manusia secara keseluruhan.

Dengan selalu membersihkan air segar pada pusat-pusat syaraf itu, memiliki arti orang
bakal memelihara kesehatan serta kesesuaian pusat syarafnya.

Selanjutnya Leopold memeluk agama Islam serta merubah nama menjadi Baron Omar
Rolf Ehrenfels.

Tiap perintah Allah SWT jelas mempunyai hikmah kebaikan di baliknya.

Renungkan kalau wudhu yaitu ritual pengkondisian semua segi hidup, dari mulai
psikologis & fisiologis.

lima panca indera, harus terkena seluruh tanpa kecuali disapu oleh air wudhu. Mata,
hidung, telinga & semua kulit tubuh. Ini benar-benar mengagumkan.

24
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur" (QS Al-Maidah ayat 6).

6. Keith Moore

Keith Moore adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi )


antara tahun 1989 dan 1991.

Ia menjadi terkenal karena literaturnya tentang mata pelajaran Anatomi dan Embriologi
dengan puluhan kedudukan dan gelar kehormatan dalam bidang sains.

Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy, yang
merupakan literatur berbahasa Inggris paling populer dan menjadi buku kedokteran
pegangan di seluruh dunia.

Buku ini juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi dan siswa seluruh dunia.

Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunjukkan referensi Alquran
tentang ‘Penciptaan Manusia’ kepada Profesor Keith L Moore, lalu sang Profesor
melihatnya dan berkata :

“Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di
dalam ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan
modern!

Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!”

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati air yang berasal
dari tanah.

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,

25
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang,

lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik." ( QS A;-Mu'Minum 13-14).

Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam dan
merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Alquran ternyata telah menjawab beberapa
bagian yang selama ini membuat sang profesor gusar.

Ia merasa materi yang ditelitinya selama ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari
perkembangan embrio yang kurang.

7. Masaru Emoto

Masaru Emoto adalah seorang peneliti dari Hado Institute di Tokyo, Jepang.

Pada tahun 2003 Peneliti Masaru Emoto melakukan penelitian dan mengungkapkan
adanya suatu keanehan terhadap suatu sifat air.

Ia menemukan bahwa partikel molekul air ternyata bisa berubah-ubah tergantung


perasaan manusia di sekelilingnya yang secara tidak langsung mengisyaratkan pengaruh
perasaan terhadap klasterisasi molekul air yang terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen.

Emoto juga menemukan bahwa partikel kristal air terlihat menjadi “indah” dan
“mengagumkan” apabila mendapat reaksi positif disekitarnya, misalnya dengan
kegembiraan dan kebahagiaan.

Namun partikel kristal air terlihat menjadi “buruk” dan “tidak sedap dipandang mata”
apabila mendapat efek negatif disekitarnya, seperti kesedihan dan bencana.

Lebih dari dua ribu buah foto kristal air terdapat di dalam buku Message from Water
(Pesan dari Air) yang dikarangnya sebagai pembuktian kesimpulan nya sehingga hal ini
berpeluang menjadi suatu terobosan dalam meyakini keajaiban alam.

Emoto menyimpulkan bahwa partikel air dapat dipengaruhi oleh suara musik, doa-doa
dan kata-kata yang ditulis dan dicelupkan ke dalam air tersebut.

26
Sampai sekarang Emoto dan karyanya masih dianggap kontroversial.

Ernst Braun dari Burgistein di Thun, Swiss, telah mencoba dalam laboratoriumnya
metoda pembuatan foto kristal seperti yang diungkapan oleh Emoto, sayangnya hasil
tersebut tidak dapat direproduksi kembali, walaupun dalam kondisi percobaan yang
sama.

Dalam kajian Masaru Emoto dengan tekun melakukan penyelidikan tentang perubahan
molekul air.

Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan mengikut tradisi agama Shinto, lalu
didinginkan sehingga -5°C kemudian ia diambil gambar dengan mikroskop elektron
dengan kamera kwalitas tinggi.

Ternyata molekul air tersebut membentuk kristal segi enam yang indah.

Ujicoba Air diulangi dengan membacakan kata arigato (terima kasih dalam bahasa
Jepang) di depan botol air tadi.

Kristal yang terbentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf
Jepang arigato, kristal membentuk dengan keindahan yang sama.

Selanjutnya ditunjukkan kata “syaitan”, maka molekul air berbentuk buruk. Diputarkan
musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal
diperdengarkan, molekul kristal air itu terus hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesanan peace di depan sebotol air, kristal
air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya.

Dan ketika diuji dengan dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang
daun muncul berkilauan.

Maha Suci Allah yang telah mencipta makhluk yang bernama air ini. Sesungguhnya ia
adalah makhluk yang paling setia dan amat peka sekali dalam menjalankan perintah
Tuhannya.

Firman Allah Swt: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya.

27
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30)

Dari hasil penelitiannya, Masaru Emoto membuktikan air zamzam memiliki struktur
unik dan kemampuan penyembuhan yang luar biasa.

Sejarah telah membuktikan khasiat dan keistimewaan air zamzam dari zaman ke zaman.
Karena keistimewaan dan keunikan air zamzam ini, ia pun kemudian memeluk agama
Islam.

8. Tegatat Tejasen

Tegatat Tejasen adalah ilmuan Thailand dari bidang anatomi.

Tegatat Tejasen masuk islam saat peneliatan Tagatat Tejasen masuk islam dalam
penelitian dermatologi dalam tinjauan anatomi.

Lapisan Kulit terdiri atas 3 lapisan yakni, Epidermis, Dermis dan Cut Cutis.

Pada lapisan terakhir ini terdapat ujung ujung pembuluh darah dan saraf.

Penemuan modern dibidang anatomi membuktikan bahwa luka bakar yang terlalu
dalam bisa mati saraf pengatur sensasi.

Saat terjadi luka bakar hingga lapisan terakhir ini orang tersebut tidak akan merasa nyeri
karena tidak berfungsinya ujung saraf eferen dan eferen yang rusak akibat luka bakar
tersebuut.

Penelitian ini ternyata sudah ada dalam ayat Al-Quran.

"Allah akan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka dan mengganti kulit
mereka yang baru setiap kali kulit itu habis terbakat" (QS An-Nisa:56).

Tanggal 3 November 1983 adalah hal bersejaranh bagi Tagatat karena pada hari itu dia
mengucap kalimat syahadat dihadapan peserta konferensi dan memberitahukan hal
layak umum bahwa ia masuk Islam.

9. Carner Nasa

Mantan pejabat Amerika Serikat ini juga masuk islam karena menemukan fakta-fakta
tentang malam Lailatul Qadar dan Ka'bah.

28
Setelah masuk Islam, Carnar kemudian meneliti fenomena mencium Hajar Aswad.

Nasa menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul
Qadar.

Ia menyayangkan kelompok jutawan Arab yang kurang perhatian dengan masalah ini
sehingga dunia tidak mengetahuinya.

Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah “baljah”
(‫;)بَ ْل َجة‬tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke (atmosfer) bumi,
dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.

Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah “baljah”
(‫;)بَ ْل َجة‬tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke (atmosfer) bumi,
dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.

”Sayyid menegaskan, terbukti secara ilmiah bahwa setiap hari (hari-hari biasa) ada 10
bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke atmosfer bumi, kecuali malam Lailatul
dimana tidak ada radiasi cahaya sekalipun.

Hal ini sudah pernah ditemukan Badan Antariksa NASA 10 tahun lalu. Namun mereka
enggan mempublikasikannya.

Statemen ini mengutip ucapan seorang pakar di NASA Carner , seperti yang dikutip
oleh harian Al-Wafd Mesir.

Abdul Basith Sayyid, Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir,
Dr Abdul Basith As-Sayyid dalam sebuah program di TV Mesir Sayyid juga
menegaskan, pakar Carner akhirnya masuk Islam dan harus kehilangan jabatannya di
NASA.

Ini bukan pertama kalinya, NASA mendapatkan kritikan dari pakar Islam.

Pakar geologi Islam Zaglol Najjar pernah menegaskan, NASA pernah meremove satu
halaman di situs resminya yang pernah dipublish selama 21 hari.

Halaman itu tentang hasil ilmiah yakni cahaya aneh yang tidak terbatas dari Ka’bah di
Baitullah ke Baitul Makmur di langit.

29
Sayyid menegaskan, “jendela” yang berada di langit itu mirip yang disebutkan dalam
Al-Quran.

“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu)
langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. tentulah mereka berkata:
“Sesungguhnya panda ngan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang
yang kena sihir”.” (Al-Hijr: 14)

Saat itu Carner dengan bukti jelas bahwa jagat raya saat itu gelap setelah “jendela” itu
tersibak.

Karenanya, setelah itu Carner mendeklarasikan keislamannya.

10. Jon Dean

Kisah Jon Dean kembali pada Islam bermula ketika ia memutuskan bekerja di Riyadh,
Arab Saudi.

Ia bekerja di industri kesehatan dan nutrisi. Bidang itu kebetulan sedang membutuhkan
individu seperti dirinya.

"Mereka membutuhkan saya guna membangun industri mereka. Saya tahu, negara ini
begitu kaya, banyak uang di sini," kenang pria asal Amerika Serikat itu seperti dinukil
onislam.net.

Ketika tiba di Riyadh, Jon sebelumnya tidak tahu banyak tentang Islam.

Yang ia tahu, Saudi seperti negara Arab lainnya, kaya minyak, terlibat perang dan
pertikaian. Ia sempat khawatir apakah pilihan ini yang terbaik baginya atau tidak.

Dengan berbekal keyakinan tinggi, dan bermodalkan pemahaman tentang Islam, Jon
memulai petualangnya di Jazirah Arab dengan satu tujuan, tidak terlibat dalam hal
buruk, seperti dipenjara.

Setiap hari Jon membaca buku tentang Islam. Baginya, Islam merupakan hal yang asing
meski ia berteman dengan penganut Hindu, Buddha, Ateis atau Yahudi.

Sekelebat membaca ada ketertarikan. Maklum, ia seorang peneliti biologi yang haus
akan rasa ingin tahu.

30
Memang, ketertarikan itu lebih kepada ilmu pengetahuan belum sampai menyentuh
aspek spiritual.

"Saya memang pribadi yang gemar membaca hal yang menarik, semisal saja,
Muhammad Ali, Bruce Lee," kata dia.

Dean mendapati Alquran begitu sederhana bahasanya sehingga mudah dipahami.

Ayat-ayatnya sangat mudah untuk diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini


sangat mengejutkannya.

Sangat bertolak belakang dengan asumsinya bahwa Alquran sangat kaku dalam
mengatur kehidupan umat muslim.

Dean mendapat penjelasan dari seorang rekannya yang lain bahwa agama Islam juga
berfungsi seperti panduan hidup.

Yang paling menyenangkan dalam Islam, menurut Dean, adalah perintah agama
tersebut untuk membuktikan semua ayat-ayat Alquran jika mampu.

Agama Islam juga menyarankan untuk terus belajar kepada pemeluknya.

Dean bersyukur bisa bertemu orang-orang yang mampu membuka matanya bahwa yang
dipercayainya selama ini tentang Islam ternyata salah.

Dan ketika dia mulai mempelajarinya, agama tersebut ternyata mudah dipahami dan
masuk akal.

Setelah menyadari hal tersebut, Dean mengungkapkan keinginannya untuk menjadi


mualaf.

Ditemani dua rekannya, Dean mengucapkan dua kalimat syahadat.

11. Demitri Bolykov

Sebagai seorang ahli fisika asal Ukraina, Demitri Bolykov mengatakan bahwa pintu
masuk ke Islam baginya adalah fisika. Demitri tergabung dalam sebuah penelitian
ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.

31
Teori yang dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling
berani dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Ia pun
mendapatkan kesimpulan bahwa suatu hari nanti matahari akan terbit dari barat.

Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku
atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil
riset dan percobaan serta penelitian.

Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun


petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut
dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw
bersabda, “Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan
menerima taubatnya.

D. DALIL – DALIL MENGENAI ALQURAN SEBAGAI SUMBER ILMU SAINS


DAN TEKNOLOGI

َ‫ي أَفَ ََل يُؤْ مِ نُون‬ َ ‫ض كَانَت َا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَاهُ َما َو َج َع ْلنَا مِ نَ ْال َماءِ ُك َّل‬
ٍٍّ ‫ش ْيءٍ َح‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذِينَ َكف َُروا أ َ َّن ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-anbiya: 30)

Ayat tersebut berkaitan dengan Big bang theory, yaitu teori terbentuknya alam semesta
yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan satu kesatuan, kemudian
terjadi ledakan besar yang menghasilkan pecahan-pecahan dan meluas. Teori Big Bang
ini adalah teori penciptaan bumi yang paling diakui di era modern.

Kesesuaian yang harmoni antara Al-Qur’an dengan Teori Big Bang adalah suatu hal yang
tidak dapat dielakkan lagi. Hal ini sudah dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an 1.400 tahun
silam.

Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu pengetahuan
dan sains yang merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Al-Qur’an. Bahkan
kata ‘ilm dan turunannya disebut sebanyak 778 kali. Selain itu sains juga merupakan salah
satu kebutuhan agama Islam, hal ini dibuktikan dengan fakta setiap kali umat Islam
melaksanakan ibadah memerlukan penentuan waktu yang tepat.Contohnya dalam
melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya
memiliki waktu tertentu dan untuk menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu
astronomi yang memang termasuk dalam sains.

32
Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan ini bertolak belakang dengan pandangan
para ilmuan Barat yang sebagian besar berpaham materialis. Mereka menganggap ilmu
pengetahuan tidak dapat disatukan dengan agama. Bahkan para pemikir Barat sekarang
ini berada ditengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak
mungkin mereka sekarang ini menerima kenyataan adanya pertemuan secara mendasar
antara agama dan ilmu pengetahuan. Secara historis, timbulnya pemikiran tersebut
sebenarnya dilatarbelakangi oleh sikap antipati gereja terhadap ilmu pengetahuan pada
abad pertengahan.Itulah sebabnya para ilmuan Kristen pada zaman dahulu, seperti
Galileo Galilei, dihukum mati oleh gereja, karena penemuan ilmiah mereka yang
dianggap bertentangan dengan paham gereja. Menurut Quraish Shihab, pertentangan
antara kaum agamawan dengan ilmuan di Eropa itu disebabkan oleh sikap radikal kaum
agamawan Kristen yang hanya mengakui kebenaran dan kesucian Kitab Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, sehingga orang-orang yang mengingkarinya dianggap kafir dan
berhak mendapatkan hukuman. Dilain pihak, para ilmuan mengadakan penyelidikan-
penyelidikan ilmiah yang hasilnya bertentangan dengan kepercayaan yang dianut oleh
pihak gereja (kaum agamawan). Akibatnya, tidak sedikit ilmuwan yang menjadi korban
oleh penindasan dan kekejaman pihak gereja.

Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama merupakan
sesuatu yang saling berhubungan dan melengkapi. Al Qur’an merupakan sumber ilmu
pengetahuan, dan ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mengaplikasikan segala
sesuatu yang tertuang dalam ajaran Islam.

Bukti bahwa Islam merupakan agama yang menekankan pengembangan ilmu


pengetahuan adalah dengan ditemukan ratusan ayat yang membicarakan tentang petunjuk
untuk memperhatikan bagaimana cara kerja alam dunia ini. Tidak kurang dari 750 ayat
al-Qur’an memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya.
Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali maupun diakhiri dengan
sindiran-sindiran seperti; “Apakah kamu tidak memperhatikan?”, “Apakah kamu tidak
berpikir?”, “Apakah kamu tidak mendengar?”, “Apakah kamu tidak melihat?”. Sering
pula di akhiri dengan kalimat seperti “Sebagai tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”,
“Tidak dipahami kecuali oleh Ulul Albaab”. Demikianlah mukjizat terakhir rasul yang
selalu mengingatkan manusia untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta
memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.

‫َم َر َج ْال َبحْ َريْن َي ْلتَق َيان َب ْي َن ُه َما َب ْرزَ خ َل َيبْغ َيان‬

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)

َ‫س َوا ْلقَ َم َر ۗ ُكل ف ْي فَلَك َّي ْس َب ُح ْون‬ َّ ‫ي َخلَقَ الَّ ْي َل َوا ل َّن َها َر َوا ل‬
َ ‫ش ْم‬ ْ ‫َوه َُو الَّذ‬

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing beredar pada garis edarnya.”(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 33)

33
‫عذْب فُ َرا ت َّو ٰهذَا م ْلح ا ُ َجا ج ۚ َو َجعَ َل بَ ْينَ ُه َما بَ ْرزَ ًخا َّوحجْ ًرا َّم ْح ُج ْو ًرا‬
َ ‫ي َم َر َج ْالبَ ْح َريْن ٰهذَا‬
ْ ‫َوه َُو الَّذ‬

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan
segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang tidak tembus.”(QS. Al-Furqan 25: Ayat 53).

ُ ‫ظلُمٰ ت َب ْع‬
‫ض َها فَ ْوقَ َب ْعض ۗ اذَا ا َ ْخ َر َج َيدَه‬ ُ ۗ ‫س َحا ب‬ ّ ‫ظلُمٰ ت ف ْي َب ْحر لُّـجّـ‬
َ ‫ي يَّ ْغ ٰشٮهُ َم ْوج ّم ْن فَ ْوقه َم ْوج ّم ْن فَ ْوقه‬ ُ ‫ا َ ْو َك‬
ٰ ‫لَ ْم َي َكدْ َي ٰرٮ َها ۗ َو َم ْن َّل ْم َي ْج َعل‬
‫ّللاُ لَه نُ ْو ًرا فَ َما لَه م ْن نُّ ْور‬

“atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap
gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat
melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak
mempunyai cahaya sedikit pun.”(QS. An-Nur 24: Ayat 40).

َ‫ع ْن ٰا ٰيتنَا لَ ٰغفلُ ْون‬


َ ‫فَا ْل َي ْو َم نُـنَ ّجيْكَ ب َبدَنكَ لت َ ُك ْونَ ل َم ْن خ َْلفَكَ ٰا َيةً ۗ َوا َّن كَثي ًْرا ّمنَ النَّا س‬

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”(QS. Yunus 10: Ayat 92)

َ ‫سا ُن اَلَّ ْن نَّجْ َم َع ع‬


‫ظا َمه‬ َ ‫سبُ ْال ْن‬
َ ْ‫ۗ اَيَح‬

“Apakah manusia mengira,bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-


belulangnya?”(QS.Al-Qiyamah 75: Ayat 3)

‫ي بَنَا نَه‬ َ ُّ‫ع ٰلى ا َ ْن ن‬


َ ‫س ّو‬ َ َ‫بَ ٰلى ٰقدريْن‬

“(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.”(QS.


Al-Qiyamah 75: Ayat 4)

34
5. ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG SESUNGGUHNYA

Secara etimologi, Ibnul Faris mengatakan: "Shalafus Shalih terdiri dari huruf sin, lam,
dan fa’ yang memiliki pokok arti menunjukkan ‘makna terdahulu’. Termasuk salaf
dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’, dan arti dari ‘al-qoumu as-
salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu." (Mu’jam Maqayisil Lughah: 1995:3)

Salafus Shalih adalah generasi terdahulu yang beriman kepada Rasulullah SAW.
Salafus Shalih terdiri dari tiga generasi Muslim awal yaitu para sahabat, tabi'in
(generasi pertama), dan tabi'ut tabi'in (generasi kedua).

Salafus Shalih menghabiskan sebagian besar malamnya untuk beribadah dan membaca
Alquran. Mereka akan berjihad di jalan Allah SWT dan mencari rezeki melalui
berdagang, bertani, serta memberikan manfaat bagi lingkungan terdekatnya.

Salah satu Salafus Shalih di zaman Rasulullah SAW adalah Abu Bakar RA. Beliau
merupakan pedangang pada zaman Rasulullah SAW. Ia menafkahkan seluruh harta
bendanya untuk kebaikan. Ketika beliau menjabat sebagai Khalifah, ia meninggalkan
usaha dagangnya dan meluangkan seluruh waktunya untuk mengatur urusan
masyakarakat.

Sifat Salafus Shalih

Adapun sifat-sifat terpuji yang dimiliki para Salafus Shalih yang dapat diteladani kaum
Muslim dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Adil dan Amanah

Salafus Shalih tidak menyukai akhlak tercela seperti dusta dan khianat. Mereka bersikap
adil dan amanah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW. Diriwayatkan bahwa
suku Quraisy diresahkan oleh wanita Makhzumiyah yang gemar mencuri. Kemudian
mereka meminta pertolongan kepada Usamah bin Zaid RA agar meminta keringanan
kepada Rasullah SAW.

2. Menegakkan Kebenaran

Salafus Shalih saling berlomba-lomba untuk menegakkan kebenaran dan bersungguh-


sungguh menjalankan tugas untuk kepentingan masyarakat. Mereka mau mengakui

35
kesalahan jika mereka memang salah. Mereka juga tidak pernah malu untuk mengakui
kesalahan dan kekurangan.

3. Mengutamakan Orang Lain

Sifat kepahlawanan Salafus Shalih berikutnya adalah mengutamakan kepentingan orang


lain. Mereka rela mengalahkan dan mengorbankan sikap mementingkan diri sendiri
meski sebenarnya mereka juga sedang membutuhkan.

4. Memberi Ampunan dan Gemar Menolong

Salafus Shalih memiliki sifat terpuji memberi kasih sayang kepada orang yang lemah,
mengampuni orang yang salah, serta bersikap belas kasih terhadap pihak yang serba
kekurangan.

A. GENERASI SALAFSHALIH

Para sahabat Nabi Muhammad, merupakan teladan sempurna bagi umat setelah
Rasulullah SAW dalam menerapkan masalah agama, dan melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Allah telah memuji kezuhudan mereka.

Syekh Muhammad bin Su'ud Al-Arifi dalam bukunya Air Mata di Ujung Malam,
Sebuah Potret Ibadah Malam Nabi dan Salafus Shalih mengatakan, pujian Allah
kepada para sahabat seperti diabadikan dalam surah At-Taubah ayat 100:

َ َ‫ع ْنهُ َوأ‬


‫عدَّ لَ ُه ْم‬ َ ‫ع ْن ُه ْم َو َرضُوا‬ َّ ‫ى‬
َ ُ‫ٱّلل‬ َ ‫سن َّرض‬ َ ٰ ‫صار َوٱلَّذينَ ٱتَّبَعُوهُم بإ ْح‬ َّ ٰ ‫َوٱل‬
َ ‫سبقُونَ ْٱْل َ َّولُونَ منَ ْٱل ُم ٰ َهجرينَ َو ْٱْلَن‬
‫َج ٰنَّت ت َ ْجرى تَحْ تَ َها ْٱْل َ ْن ٰ َه ُر ٰ َخلدينَ في َها أَبَدًا ۚ ٰذَلكَ ْٱلف َْو ُز ْٱل َعظي ُم‬

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar."

Dalam hadits Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masa
kemudian generasi setelah mereka."

Terkait hal ini juga beliau bersabda. "Janganlah kalian mencaci-maki para sahabatku.
Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian

36
berinfak, seberat gunung uhud, maka infaknya itu tidak akan menyamai satu mud infaq
seorang dari mereka, tidak juga separuhnya."

Dan Ibnu Mas'ud RA berkata, "Sesungguhnya Allah melihat hamba-hamba-Nya dan


Dia mendapati hati Muhammad adalah sebaik-baik hati, lalu Dia memilih-Nya untuk
diri-Nya dan mengutus-Nya dengan risalah-Nya. Kemudian dia melihat hati hamba-
hamba-Nya setelah hati Muhammad lalu Dia mendapati hati para sahabat-Nya adalah
sebaik-baik hati, maka dia menjadikan mereka sebagai para menteri (pembantu) Nabi-
Nya."

Syekh Muhammad bin Suud menuturkan suatu ketika Ali Bin Abi Thalib pernah
mengerjakan sholat subuh, setelah salam, beliau berbaring ke arah kanan kemudian
terdiam seakan-akan beliau sedang bersedih, hingga ketika matahari telah meninggi,
maka Beliau berkata,

"Sungguh aku telah melihat jejak para sahabat Rasulullah SAW, namun aku tidak
melihat seorangpun yang menyerupai mereka. Demi Allah, di pagi hari, rambut mereka
suka penuh debu dan menguning, di antara mata mereka terdapat seperti kendaraan
perang, pastilah mereka pada malam harinya sibuk membaca Kitabullah, mereka naik
turun di antara telapak kaki dan dahi mereka. "

"Ketika nama Allah disebut mereka bergetar laksana pepohonan yang bergetar ketika
angin bertiup kencang seakan-akan orang lain yang ada di sekeliling mereka bermalam
dalam keadaan lalai," katanya.

Tekait ketaatan para sahabat Ibnu Qayim menciptakan syair.

"Mereka adalah orang-orang yang taat, orang-orang yang merendahkan diri


dihadapan mereka.
Orang-orang yang berbicara dengan sejujur ucapan.

Mereka menghidupkan malam mereka dengan ketaatan kepada mereka.


Dengan membaca Alquran,tunduk (beribadah) dan memohon.

Mata mereka mengalirkan kucuran air mata.


Laksana hujan yang turun dengan derasnya.
Pada malam hari mereka menjadi ahli ibadah dan tatkala berjihad melawan musuh
mereka.

Mereka adalah pahlawan yang paling berani.

Tatkala telah tampak bendera perang, maka engkau akan melihat mereka berlomba-
lomba dengan amal shalih.

Pada wajah nereka tampak bekas sujud kepada Rabb mereka.


Padanya terdapat kilauan cahaya-Nya yang terang benderang.
Sungguh Alquran telah menerangkan sifat mereka kepadamu.
Di dalam surat al-Fath yang jelas dan luhur.

37
Dan pada surat keempat dari as-Sab'u ath-Thiwal Allah terdapat keterangan tentang sifat
mereka.
Yaitu kaum yang dicintai oleh-Nya yang senantiasa merendahkan diri.
Dan dalam Suarat at-Taubah dan al-Hasyr terdapat keterangan sifat mereka juga pada
surat hal Ata dan surat Al Anfal.

B. PENGERTIAN TABIIN

Secara kebahasaan, tabiin merupakan bentuk jamak dari tabi' artinya yang mengikuti.
Orang-orang atau orang-orang Islam yang pernah berjumpa dengan sahabat Nabi
Muhammad SAW dan meninggal dalam keadaan iman.

Menurut Al-Khatib al Baghdadi (sejarawan dari Baghdad yang hidup pada abad ke-4
hijriyah), seorang muslim dapat dikatakan sebagai tabiin jika pernah bersahabat Nabi
SAW, jadi bukan sekedar pernah berjumpa saja. Para ulama ahli hadis membagi
generasi tabiin ini dalam beberapa tingkatan (tabaqat) berdasarkan kualitas sahabat yang
pernah dijumpainya.

Ibnu Sa'ad, misalnya, mengelompokkan tabiin dalam 4 tabaqat, sedangkan Al-Hakim


mengelompokannya dalam 15 tabaqat. pengelompokkan tabaqat tabiin sangat relatif dan
lebih sulit serta berbeda pengelompokkan tabaqat sahabat yang didasarkan atas keikut
sertaannya pada peristiwa peristiwa penting yang dialami Rasulullah SAW.

Untuk tabaqat pertama, para ulama sepakat memberi batasan bahwa mereka adalah
tabi'in yang pernah berjumpa dan bersahabat dengan sepuluh sahabat yang dijanjikan
Rasulullah SAW akan masuk surga. Mereka itu adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa'id bin Abi Waqqas, Sa'id bin Zaid
bin Amr bin Nufail, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf
dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah.

Mereka yang dipandang sebagai tabi'in tabaqat pertama di antaranya Abu Usman an-
Nahdi, Qais bin Abbad, Abu Husain bin Munzir, Abu Wa'il dan Abu Raja' at-Taridi.
Tabi'in yang diketahui paling dulu meninggal adalah Abu Zaid Ma'mar bin Zaid (wafat
tahun 30 Hijriyah).

Tabaqat Tabi-in yang paling akhir, menurut pandangan al-Hakim, ialah tabi'in yang
sempat berjumpa atau melihat sahabat paling akhir dan menyaksikan wafatnya sahabat
tersebut (man laqiya akhiras shahabata mautan (siapa yang melihat/menyaksikan paling
akhir wafatnya seorang sahabat). Mereka yang termasuk tabi'in tabaqat terakhir ialah
tabi'in yang berjumpa dengan Abu Tufail Amir bin Wa'ilah di Mekah yang berjumpa
dengan as-Saib di Madinah yang berjumpa dengan Abu Umamah di Syam (Suriah)

38
yang berjumpa dengan Ubaidilah bin Abi Aufa di Kufah yang berjumpa dengan Anas
bin Malik di Basra dan berjumpa dengan Abdullah az-Zubaidi di Mesir.

Tabi'in yang paling akhir wafatnya ialah Khalaf bin Khalifah (wafat tahun 181
Hijriyah), karena ia sempat berjumpa dengan Abu Tufail di Makkah. Dengan demikian,
periode tabi'in berakhir tahun 181 Hijriyah bersamaan dengan masa pemerintahan
Harun ar-Rasyid (170-194 Hijriyah) dari Bani Abbas.

Di antara tabi'in yang mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu agama Islam
ialah Sa'id bin Musayyab, Nafi' Maula bin Amr, Muhammad bin Sirin, Ibnu Syihab az-
Zuhri, Sa'id bin Zubair al-Asadi al-Kufi dan Nu'man bin Sabit. Sa'id bin Musayyab lahir
pada tahun 15 Hijriyah, tahun kedua pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab dan
wafat pada tahun 94 Hijriyah. Ayah dan kakeknya adalah sahabat Nabi Muhammad
SAW. Ia terkenal karena kewarakan, kezuhudan dan keluasan ilmu pengetahuan di
bidang hadis dan fikih.

Nafi' Maula bin Amr (wafat 117 Hijriyah) pada mulanya adalah hamba Ibnu Umar yang
mengabdi kepada majikannya selama tiga tahun sebelum dimerdekakan. Imam Malik
bin Anas adalah sahabat dekat Nafi'. Imam Malik berkata, ''Jika aku menerima hadis
dari Nafi' dari Ibnu Umar, aku tidak perlu mendengarnya lagi dari orang lain.'' Dengan
demikian, Imam Malik yakin betul dengan setiap hadis yang diriwayatkan Nafi'. Ia juga
dikenal sebagai rawi (periwayat) hadis dan ulama fikih Madinah.

Muhammad bin Sirin adalah anak seorang maula (hamba yang kemudian)
dimerdekakan) Anas bin Malik. Ia lahir dua tahun sebelum berakhirnya pemerintahan
Usman bin Affan (32 Hijriyah) dan wafat pada tahun 110 Hijiyah. Ia termasuk ulama
fikih di Madinah di samping rawi hadis yang dipercaya.

Tabiin ini dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan usia dan sumber
periwayatannya.

Adapun tingkatan tersebut yakni terdiri dari kelompok senior, pertengahan, muda dan
termuda.

1. Tabiin senior ini yakni orang-orang Islam yang meninggal di tahun 95 Hijriah.

39
Mereka adalah orang-orang yang se-angkatan dengan Said bin al-Musayyab.

Said bin al-Mussayab sendiri lahir pada 13 Hijriah dan meninggal pada 94 Hijriah.

2. Tabiin pertengahan yakni orang-orang Islam yang meninggal kisaran tahun 110
Hijriah.

Mereka ini satu angkatan dengan Al-Hasan al-Bashri (lahir 21 Hijriah dan meninggal
110 Hijriah) dan Ibnu Sirin (lahir 33 Hijriah dan meninggal 110 Hijriah).

3. Tabiin kelompok muda yakni orang-orang Islam yang meninggal kisaran tahun 125
Hijriah.

Mereka adalah orang-orang yang satu angkatan dengan Ibnu Syihab az-Zuhri.

Ibnu Syihab az-Zuhri ini lahir pada 58 Hijriah dan meninggal pada 124 Hijriah.

4. Tabiin kelompok termuda yakni orang-orang Islam yang meninggal pada kisaran
tahun 150 Hijriah.

Mereka ini satu angkatan dengan Sulaiman bin Mihran al-A’masy.

Sulaiman bin Mihran al-A’masy sendiri lahir pada 61 Hijriah dan meninggal pada 148
Hijriah.

Tokoh-tokoh Tabiin :

- Abdullah bin Muhammad bin al-Hanafiyah

- Abubakar bin Abdurrahman

- Abu Muslim al-Khaulani

- Abu Hanifah

- Abu Ja'far al-Madani

- Ahnaf bin Qais

- Ali bin Abdullah

- Ali bin Husain

- Alqamah bin Qais

- Al-Qasim bin Muhammad

40
- Atha bin Abi Rabah

- Hammam bin Munabbih

- Hasan bin Muhammad bin al-Hanafiyah

- Hasan al-Bashri

- Ibnu Abi Mulaikah

- Ibnu Juraij

- Ibnu Katsir al-Makki

- Ibnu Syihab az-Zuhri

- Ibnu Sirin

- Ja'far ash-Shadiq

- Ka'ab al-Ahbar

- Kharijah bin Zaid

- Malik bin Dinar

- Masruq bin al-Ajda'

- Muhammad al-Baqir

- Muhammad bin Abu Bakar

- Muhammad bin al-Hanafiyah

- Muhammad bin Sa'ad

- Mujahid bin Jabir

- Munzir bin Sawa at-Tamimi

- Nafi Maula Ibnu Umar

- Salim bin Abdullah

- Said bin al-Musayyib

- Sa'id bin Jubair

41
- Sulaiman bin Yasar

- Syuraih al-Qadhi

- Rabi'ah bin Farrukh

- Thawus bin Kaisan

- Ubaidillah bin Abdullah

- Umar bin Abdul Aziz

- Urwah bin az-Zubair

- Uwais al-Qarny

- Wahb bin Munabbih

C. PENGERTIAN TABI’UT TABI’IN

Tabi'ut tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: ‫ )تابع التابعين‬adalah generasi setelah
Tabi'in, berfaedah pengikut Tabi'in, adalah orang Islam sahabat sepergaulan dengan
para Tabi'in dan tidak merasakan masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut tabi'in adalah di
selang tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan Shahabat.
Tabi'ut tabi'in dinamakan juga murid Tabi'in. Menurut banyak literatur Hadis : Tab'ut
Tabi'in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi'in dan
sampai wafatnya beragama Islam. Dan hadir juga yang menulis bahwa Tabi'in yang
ditemui mesti masih dalam kondisi sehat akalnya. Karena Tabi'in yang terahir wafat
sekitar 110-120 Hijriah.

Tabi'in sendiri serupa seperti ciri utama di atas hanya saja mereka bertemu dengan
Sahabat. Sahabat yang terakhir wafat sekitar 80-90 Hijriah.

Tabi’ut tabi’in atau Atbaut Tabi’in artinya pengikut Tabi’in, adalah orang Islam teman
sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi.
Tabi’ut tabi’in disebut juga murid Tabi’in. Menurut banyak literatur Hadis : Tab’ut
Tabi’in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi’in dan
sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang menulis bahwa Tabi’in yang
ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya. Karena Tabi’in yang terahir wafat
sekitar 110-120 Hijriah. Dalam kalangan 4 imam mazhab ahli sunnah waljamaah imam
Hanafi tidak termasuk dalam tabi’ tabiin karena beliau pernah berguru dengan sahabat

42
Nabi. Manakala baik 3 imam yaitu imam Malik dan imam Syafi’i adalah tabi’ tabiin
karena mereka berguru dengan tabiin. Tabi’in seperti definisi di atas tapi bertemu
dengan Sahabat. Sahabat yang terahir wafat sekitar 80-90 Hijriah.

Tokoh-tokoh Tabi’ut tabi’in

• Malik bin Anas


• Al-Auza’iy
• Sufyan Ats-Tsauriy
• Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy
• Al-Laits bin Saad
• Abdullah bin Al-Mubaarok
• Waki’
• Asy Syafi’i
• Abdurrahman bin Mahdiy
• Yahya bin Said Al-Qathan
• Yahya bin Ma’in
• Ali bin Al-Madiniy.

D. DALIL DAN HADIST MENGENAI SALIFSHALIH


َ
‫ ث ُ َّم الَّذينَ َيلُو َن ُه ْم‬،‫ ث ُ َّم الَّذينَ َيلُو َن ُه ْم‬،‫خ ْ ري الناس قَ ْرني‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR.
Bukhari (2652), Muslim (2533))

ْ ‫َ ّ ر‬ ِّ ‫ْ ر ْ َّ ر‬ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ‫ر َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ ر ْ ر‬ َ ‫َ َ ْ ر‬
‫ي ن َول ِه َما ت َوَل َون ْص ِل ِه َج َهن َم َو َس َاءت َم ِص ًيا‬ ‫يل المؤ ِم ِن‬
ِ ‫ومن يش ِاق ِق الرسول ِمن بع ِد ما تبي له الهدى ويت ِبع غي س ِب‬

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” ( An-nissa 115)

ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ع ْن ُه ْم َو َرضُوا‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫سان َرض‬ َ ‫اْلولُونَ منَ ْال ُم َهاجرينَ َواْل ْن‬
َ ْ‫صار َوالَّذينَ اتَّبَعُوهُ ْم بإح‬ َّ َ‫َوالسَّابقُون‬
‫ين ف َيها َأ َب ًدا َذل َك ْال َف ْو رز ْال َعظ ر‬
‫يم‬ َ َ ‫َْ ر‬ ََ ْ َ ْ َ َ ْ ‫ََ َ َر‬
ِ ِ ِ ‫وأعد لهم جنات تج ِري تحتها األنهار خ ِال ِد‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi

43
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."

َ‫ ث ُ َّم إ َّن بَ ْعدَ ُك ْم قَ ْو ًما يَ ْش َهدُونَ َولَ يُ ْست َ ْش َهدُون‬،‫ ث ُ َّم الَّذينَ يَلُونَ ُه ْم‬،‫ ث ُ َّم الَّذينَ يَلُونَ ُه ْم‬،‫َخي ُْر أ ُ َّمتي قَ ْرني‬
َ ‫ََ ر ر َ َ َ رََْر َ ََْر ر َ َ َ َر‬
ِّ ‫ َو َي ْظ َه رر فيه رم‬،‫ون‬
‫الس َم رن‬ ِ ِ ‫ وينذرون ول يف‬،‫ويخونون ول يؤتمنون‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian
akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya,
dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim (2533))

‫صال َح‬
َّ ‫ف ال‬ َّ ‫صد ُْر اْل َ َّو ُل م ْن التَّابعينَ ال‬
َ َ‫سل‬ َّ ‫ي ال‬ ُ ‫سان َم ْن تَقَدَّ َمهُ ب ْال َم ْوت م ْن آبَائه َوذَوي قَ َرابَته َول َهذَا‬
َ ‫س ّم‬ ُ َ‫سل‬
َ ‫ف اإل ْن‬ َ ‫ َوق ْي َل‬.
{‫النهاية في غريب اْلث‬

“Salaf seseorang juga diartikan sebagai siapa saja yang mendahuluinya (meninggal
lebih dahulu), baik dari nenek moyang maupun sanak kerabatnya. Karenanya, generasi
pertama dari kalangan tabi’in dinamakan As Salafus Shaleh”

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau…” (Q.S. An Nisa’:22).

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :”Jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang
sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka)
sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu” (Q.S. Al Anfal:38).

َّ ‫ أَو ال‬،‫ص َحا َبة‬


‫ص َحا َبة‬ ُ ‫علَ َماء العْتقَاد فَإنَّ َما تَد‬
َّ ‫ُور ُك ُّل ت َ ْعر ْيفَاته ْم َح ْو َل ال‬ ُ َ‫سل‬
ُ َ‫ف )) ع ْند‬ ْ ُ ‫إذَا أ‬: ‫صطالَح‬
َّ ‫طلقَ ((ال‬ ْ ‫َوفي ال‬
َّ ‫ أ َ َ و ال‬، َ‫َوالتَّابعين‬
‫ص َحا َبة‬

ُّ ‫ضلَة ؛ منَ اْلَئ َّمة اْل َ ْعالَم ْال َم ْش ُهود لَ ُه ْم باإل َما َمة َوالفَضْل َواتّبَاع ال‬
‫سنَّة َواإل َما َمة‬ َّ َ‫َوالتَّابعينَ َوت َابعيْه ْم منَ ْالقُ ُر ْون ْال ُمف‬
‫عة َو ْال َحذَر‬
َ ْ‫ َواجْتنَاب ْالبد‬، ‫في َها‬

‫صالح‬ َّ ‫صد ُْر اْل َ َّو ُل بال‬


َّ ‫سلَف ال‬ َّ ‫ي ال‬ ُ ‫ َول َهذَا‬، ‫عظيْم شَأْنه ْم في الدّيْن‬
َ ‫س ّم‬ َ ‫لى إ َما َمته ْم َو‬
َ ‫ع‬َ ُ‫ َوم َّم ْن اتَّفَقَت اْل ُ َّمة‬،‫م ْن َها‬.
(1/15‫)الوجيز‬

44
“Secara istilah; kata ‘salaf’ jika disebutkan secara mutlak (tanpa embel-embel) oleh
ulama aqidah, maka definisi mereka semuanya berkisar pada para sahabat; atau sahabat
dan tabi’in; atau sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dari generasi-
generasi terbaik. Termasuk diantaranya para Imam yang terkenal dan diakui keimaman
dan keutamaannya serta keteguhan mereka dalam mengikuti sunnah, menjauhi bid’ah,
dan memperingatkan orang dari padanya. Demikian pula orang-orang (lainnya) yang
telah disepakati akan keimaman dan jasa besar mereka dalam agama. Karenanya,
generasi pertama dari umat ini dinamakan As Salafus Shalih (Al Wajiez hal 15).

Demikian pula yang dinyatakan oleh Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafy dalam kitabnya ‘Syarh
Aqidah At Thahawiyah’:

‫صال ُح‬ ُ َ‫سل‬


َّ ‫ف ال‬ َ ‫ص َحا َبة َوالتَّابعينَ لَ ُه ْم بإ ْح‬
َّ ‫ َوهُ ُم ال‬، ‫سان‬ َّ ‫َهذَا قَ ْو ُل ال‬

Ini adalah pendapat para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Dan mereka lah As Salafus Shaleh
‫ي قَا َل َخي ُْر النَّاس قَ ْرني ث ُ َّم الَّذينَ يَلُونَ ُه ْم ث ُ َّم الَّذينَ يَلُونَ ُه ْم… أخرجه البخاري‬ َ ُ‫ع ْنه‬
ّ ‫ع ْن النَّب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫عبْد‬
َ ‫ّللا َرض‬ َ

Dari Abdullah (ibnu Mas’ud) radhiyallahu ‘anhu, katanya: Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik manusia ialah mereka yang hidup di
zamanku, kemudian yang datang setelah mereka, kemudian yang datang setelahnya
lagi…” (H.R. Bukhari no 2652,3651,6429; dan Muslim no 2533).

‫ع ْمرو بْن ْال َعاص َجالس في ظ ّل ْال َك ْعبَة‬ َ ُ‫ّللا بْن‬ َ ‫ب ْال َك ْعبَة قَا َل دَخ َْلتُ ْال َمسْجدَ فَإذَا‬
َّ ُ‫ع ْبد‬ ّ ‫عبْد َر‬
َ ‫الرحْ َمن بْن‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫عبْد‬ َ
َ
‫علَيْه فَأتَ ْيت ُ ُه ْم‬ ُ َّ‫َوالن‬
َ َ‫اس ُمجْ تَمعُون‬

ْ ُ‫سفَر فَنَزَ ْلنَا َم ْنز ًل فَمنَّا َم ْن ي‬


‫صل ُح خ َبا َءهُ َومنَّا َم ْن َي ْنتَض ُل َومنَّا َم ْن ه َُو في‬ ُ ‫فَ َج َلسْتُ إلَيْه فَقَا َل ُكنَّا َم َع َر‬
َّ ‫سول‬
َ ‫ّللا في‬
َّ ‫سول‬
‫ّللا‬ ُ ‫َجشَره إذْ نَادَى ُمنَادي َر‬

‫علَى َخيْر َما‬ َ ُ‫علَيْه أَ ْن يَدُ َّل أ ُ َّمتَه‬


َ ‫ّللا فَقَا َل إنَّهُ لَ ْم يَ ُك ْن نَبي قَبْلي إ َّل َكانَ َحقًّا‬ ُ ‫ص َالة َ َجامعَةً فَا ْجت َ َم ْعنَا إلَى َر‬
َّ ‫سول‬ َّ ‫ال‬
‫َي ْعلَ ُمهُ لَ ُه ْم َويُ ْنذ َرهُ ْم ش ََّر َما َي ْعلَ ُمهُ لَ ُه ْم‬

‫سيُصيبُ آخ َرهَا بَ َالء َوأ ُ ُمور ت ُ ْنك ُرونَ َها … الحديث‬ َ ‫َوإ َّن أ ُ َّمت َ ُك ْم هَذه ُجع َل‬
َ ‫عافيَت ُ َها في أ َ َّول َها َو‬

dari Abdurrahman bin Abdi Rabbil Ka’bah katanya: Sewaktu aku masuk ke masjidil
haram, kudapati Abdullah bin Amru bin Ash sedang duduk berteduh di bawah ka’bah,
sedangkan di sekelilingnya ada orang-orang yang berkumpul mendengarkan ceritanya.
Lalu aku ikut duduk di majelis itu dan kudengar ia mengatakan: “Pernah suatu ketika
kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu safar. Ketika kami
singgah di sebuah tempat, diantara kami ada yang sibuk membenahi kemahnya, ada
pula yang bermain panah, dan ada yang sibuk mengurus hewan gembalaannya. Tiba-
tiba penyeru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berseru lantang: “Ayo… mari
shalat berjamaah!!” maka segeralah kami berkumpul di tempat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya tak ada seorang Nabi pun

45
sebelumku, melainkan wajib baginya untuk menunjukkan umatnya akan setiap kebaikan
yang ia ketahui; dan memperingatkan mereka dari setiap kejahatan yang ia ketahui.
Sesungguhnya umat kalian ini ialah umat yang keselamatannya ada pada generasi awalnya;
sedangkan generasi akhirnya akan mengalami bala’ dan berbagai hal yang kalian ingkari…
al hadits” (H.R. Muslim no 1844).

Kami rasa dua hadits di atas cukup jelas maknanya bagi para pembaca. Jadi, jelaslah
bahwa generasi awal (As Salafus Shaleh) dari umat ini, ialah generasi terbaik yang
terpelihara dari fitnah-fitnah besar yang menimpa umat ini di kemudian hari. Maka
wajar jika manhaj mereka yang paling dekat kepada kebenaran, dan paling terjaga dari
penyimpangan. Kemudian disusul oleh generasi kedua dan ketiga.
Berangkat dari sini, maka setiap praktik ibadah yang muncul sepeninggal mereka harus
kita waspadai. Janganlah terkecoh dengan banyaknya pengikut, karena jumlah yang
banyak bukanlah jaminan sebuah kebenaran.
Mutiara Hikmah As Salafus Shaleh
Sebagai pelengkap, berikut ini adalah wasiat-wasiat berharga dari para salaf yang lebih
memperjelas akan pentingnya ittiba’ (mengikuti) dan bahayanya ibtida’ (membuat
bid’ah). Sebagian besar mutiara hikmah ini kami nukil dari kitab Al Wajiez fi Aqidatis
Salafis Shaleh Ahlissunnah wal Jama’ah, oleh syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al
Atsary –hafidhahullah– jilid 1 hal 153-160.
1. Hudzaifah ibnul Yaman :
‫ع لِآلخِ ِر َمقَاالً ؛ َفاتَّقُوا هللاَ يَا َم ْعش ََر‬ ْ ‫سو ِل هللاِ فالَ تَتَعَبَّد ُْوا بِهَا ؛ فإ َ َِنَّ األَ َّو َل لَ ْم يَ َد‬
ُ ‫َاب َر‬
ُ ‫صح‬ْ َََ‫ُك ُّل ِعبَا َد ٍة لَ ْم يَتَعَبَّ ْد بِهَا أ‬
‫ط ِريْقَ َم ْن كَانَ َق ْبلَ ُك ْم‬
َ ‫ ُخذُ ْوا‬، ِ‫القُ َّراء‬

)‫(رواهَابنَبطةَفيَاإلبانة‬
“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak
menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka takutlah kepada Allah wahai orang
yang gemar beribadah, dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu” (Diriwayatkan oleh
Ibnu Baththah dalam Al Ibanah).
2. Abdullah bin Mas’ud:
، ً ‫ َوأَََ ْع َمقَها ِع ْلما‬، ً ‫ َوأَبَ َّر َها قُلُوبا‬، ‫َاب ُم َح َّم ٍد كَانُوا َخي َْر َه ِذ ِه األ ُ َّم ِة‬ ُ ‫صح‬ ْ َ ‫ست َ ِِّن ِب َم ْن َق ْد َماتَ أ ُ ْو َلئِكَ أ‬
ْ َ‫ست َنا ًّ َف ْلي‬
ْ ‫َم ْن كان ُم‬
ِ ‫علَى ال َه ْدي‬ َ
َ ‫ط َرائِ ِق ِه ْم ؛ ف ُه ْم كَانُوا‬ َ
َ ‫شبَّ ُه ْوا بِأََ ْخالَ ِق ِه ْم َو‬ َ
َ َ ‫ص ْحبَة نَبِيِِّ ِه َونَ ْق ِل ِد ْينِ ِه فت‬ ُ ‫ارهُ ُم هللاُ ِل‬َ َ ‫ ق ْو ٌم اِ ْخت‬، ‫َوأ َ َقلَّهَا ت َ َكلُّفًا‬
َ
)‫ِيم (أخرجهَالبغويَفيَشرحَالسنة‬ ِ ‫ستَق‬ ْ ‫ال ُم‬
“Siapa yang ingin mengikuti ajaran tertentu, hendaklah ia mengikuti ajaran orang yang
telah wafat, yaitu para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ialah
sebaik-baik umat ini. Hati mereka paling baik, ilmu mereka paling dalam, dan mereka
paling tidak suka berlebihan (takalluf) dalam beragama. Merekalah kaum yang dipilih
Allah untuk menjadi pendamping Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
menyampaikan dien-Nya. Maka tirulah akhlak dan tingkah laku mereka, karena mereka

46
selalu berada di atas petunjuk yang lurus” (Diriwayatkan oleh Al Baghawi dalam
Syarhus Sunnah).
Beliau juga mengatakan:

ِ ‫علَ ْي ُك ْم بِاألَََ ْم ِر العَتِي‬


)‫ْق (أخرجهَالدارميَفيَسننه‬ َ ‫اِتَّبِعُوا َوالَ ت َ ْبت َ ِدعُوا َفقَ ْد ُك ِف ْيت ُ ْم ؛‬
“Ikutilah dan jangan berbuat bid’ah, karena kalian telah dicukupi. Hendaklah kalian
berpegang teguh dengan perkara yang terdahulu” (Diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam
Sunan-nya).
3. Umar i=Ibnul Khatthab:
‫ ِإنِِّي أل َ ْعلَ ُم أَََ نَّكَ َح َج ٌر‬: ‫ َويَقُ ْو ُل‬-‫س َو َد‬
ْ َ ‫ يَ ْعنِي األ‬-‫ب يُق ِِّب ُل ال َحج ََر‬ ُ ُ‫ َرأَََ يْت‬: ‫ قا َ َل‬، َ‫َوع َْن عَا ِب ٍس ب ِْن َر ِب ْي َعة‬
َ ‫ع َم َر ْبنَ ال ْخ‬
ِ َّ ‫طا‬
ُ ‫ َولَ ْوالَ أَنِِّي َرأَيْتُ َر‬، ‫الَ تَض ُُّر ُوالَ ت َ ْنفَ ُع‬
َ‫سو َل هللا ِ يُقَ ِِّبلُكَ َما َقبَّلت ُك‬
)‫(متفقَعليه‬
Dari ‘Aabis bin Rabi’ah, katanya: Aku melihat ‘Umar ibnul Khatthab shallallahu
‘alaihi wa sallam mencium Hajar Aswad seraya berkata: “Aku tahu pasti, bahwa
engkau hanyalah sebuah batu yang tak dapat memberi madharat maupun manfaat.
Kalaulah bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menciummu, kau tak akan kucium!” (Muttafaq ‘Alaih)َ
: ‫ع َم ُر‬ ُ ‫ َفقَا َل‬، َ‫ع َل ْيك‬ َ ‫ال ُم‬َ ‫س‬َّ ‫ اَل‬: ‫ب َف َقا َل‬
ِ ‫طا‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ا ْل َخ‬ُ ‫س َر ُج ٌل ِع ْن َد‬َ ‫ط‬ َ : ‫ِخي ٍْر َقا َل‬
َ ‫ع‬ ِّ ِ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن ش‬ َ ‫َع َْن أ َ ِبي ا ْلعَالَءِ ب ِْن‬
ْ ْ ْ ْ َ َ
َ‫ يَ ْر َح ُمك‬: ‫ َوليَقُ ِل القَ ْو ُم‬، ِ‫ اَل َح ْم ُد ِهلل‬: ‫س أ َح َد ُك ْم فليَقُ ْل‬ َ
َ ‫عط‬ َ
َ ‫س ؟ إِذا‬ َ
َ ‫عط‬ َ ‫ أ َ َما يَ ْعلَ ُم أ َح ُد ُك ْم َما يَقُ ْو ُل إِذا‬، َ‫َلى أ ٌ ِ ِّمك‬
َ َ َ ‫علَ ْيكَ َوع‬
َ ‫َو‬
َ ْ ُ ْ
‫ يَغف ُِر هللاُ ل ُك ْم‬: ‫ َوليَق ْل ه َُو‬، ُ‫هللا‬
َ‫َفصلَفيماَيقول‬,39َ‫؛َوَالبيهقيَفيَشعبَاإليمان‬19677َ‫َرقم‬,452-451/10َ,‫(رواهَعبدَالرزاقَفيَالمصنف‬
.)9030َ‫َرقم‬,‫العاطسَفيَجوابَالتشميت‬
Dari Abul ‘Ala’ bin Abdillah bin Syikhkhir, katanya: “Ada seseorang bersin di samping
Umar bin Khatthab t, lalu mengucapkan: “Assalaamu ‘alaika…”, maka sahut ‘Umar:
“Alaika wa ‘ala ummik…! Apa kalian tidak tahu apa yang musti diucapkan ketika
bersin? Kalau kalian bersin hendaknya mengucapkan: “Alhamdulillah”, sedang yang
mendengar mengucapkan: “Yarhamukallaah” lalu yang bersin membalas:
“Yaghfirullaahu lakum” (H.R. Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya, dan Al Baihaqy
dalam Syu’abul Iman).
Hadits yang senada juga diriwayatkan dari sahabat Salim bin ‘Ubeid:
‫طحَا ِوي فِي‬ َّ ‫ َو ِع ْن َد ال‬- َ‫علَى أ ُ ِ ِّمك‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم َفقَا َل‬
َ ‫علَ ْيكَ َو‬ َ ‫س َال ُم‬ َّ ‫س َر ُج ٌل مِ ْن ا ْلقَ ْو ِم َفقَا َل ال‬ َ ‫ط‬َ َ‫سفَ ٍر َفع‬ َ ‫َأَنَّهُ كَانَ َم َع ا ْلقَ ْو ِم فِي‬
‫ لَ َو ِددْتُ أَنَّكَ لَ ْم تَ ْذك ُْر‬:َ‫ لَعَلَّكَ َو َجدْتَ مِ َّما قُ ْلتُ لَكَ ؟ َقال‬: ‫َث ُ َّم َقا َل بَ ْع ُد‬، -‫سالَ ِم َوشَأ ْ ُن َما َهاهُنَا ؟‬ َّ ‫ َما شَأْ ُن ال‬:‫ش ِك ِل اآلث َ ِار‬ ْ ‫ُم‬
َ‫سلَّ َم إذا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫َّللا إنَّا بَ ْينَا نَحْ ُن ِع ْن َد َر‬
ِ َّ ‫سو ِل‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ َ َ
ُ ‫ إنَّ َما قُ ْلتُ لَكَ َك َما قا َل َر‬: ‫أ ِ ِّمي بِ َخي ٍْر َو َال بِش ٍ َِّر قا َل‬ ُ
ْ
} ‫س أ َح ُد ُك ْم ال َحدِيث‬ َ َ
َ ‫عط‬ َ َ ُ ُ
َ ‫ إذا‬: ‫على أ ِ ِّمكَ ث َّم قا َل‬ َ َ ‫عل ْيكَ َو‬ َ َ ‫َّللا َو‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم َفقَا َل َر‬َ ‫س َال ُم‬َّ ‫ ال‬: ‫س َر ُج ٌل مِ ْن ا ْلقَ ْو ِم َفقَا َل‬ َ ‫ط‬ َ ‫ع‬َ
َ‫ رواهَأبوَداودَوالترمذيَوأحمد‬.} َ‫ب ا ْل َعالَمِ ين‬ ‫ر‬ ‫َلِل‬ ‫د‬ُ ‫م‬ ‫ح‬ ْ
‫ل‬
ِِّ َ ِ َّ ِ ْ َ ْ ٍ ِّ ِ ‫ا‬ ‫و‬َ ‫أ‬ ، ‫ل‬ ‫َا‬
‫ح‬ ‫ل‬ ‫ك‬
ُ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫َلِل‬ ‫د‬
ُ ‫م‬
ِ َّ ِ ْ َ ‫ح‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬
ْ ُ ‫ق‬ ‫ي‬
َ ْ
‫ل‬ َ
‫ف‬ { ٍ‫ظ‬ ْ
‫ف‬ َ ‫ل‬ ‫ِي‬
‫ف‬ ‫و‬ َ
َ َ ْ‫َو َ َ ُ ح‬
‫د‬
ُ ‫م‬ ‫أ‬ ‫ه‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬
‫وابنَحبانَفيَصحيح َه‬
Bahwa ketika beliau bersama rombongannya dalam sebuah safar, ada seseorang yang
bersin lantas mengucap: “Assalaamu ‘alaikum!”, maka sahut Salim: “Alaika wa ‘ala
ummik ]” –dalam riwayat Ath Thahawy ditambahkan: “Apa hubungannya antara salam

47
dengan orang bersin?”– Kemudian Salim berkata lagi: “Nampaknya kau tersinggung
dengan ucapanku barusan…?” jawabnya: “Ya… andai saja kau tak menyebut-nyebut
ibuku tadi…” lalu kata Salim: “Aku tak mengucapkan lebih dari yang diucapkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam … suatu ketika kami sedang bersama beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala ada orang yang bersin dan mengucapkan:
“Assalaamu ‘alaikum..” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Alaika wa ‘ala ummik…” lalu lanjutnya: “Kalau kalian bersin hendaklah
mengucapkan: “Alhamdulillah” atau “Alhamdulillahi ‘ala kulli haal” atau:
“Alhamdulillahi rabbil ‘alamien” (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan Ath
Thahawy).
4. Abdullah bin Umar:
)‫سنَةً (رواهماَالاللكائيَفيَشرحَأصولَاالعتقاد‬ ُ َّ‫ع ٍة ضَاللَةٌ ؛ َوإِ ْن َرآها َ الن‬
َ ‫اس َح‬ َ ‫ُك ُّل بِ ْد‬
“Semua bid’ah adalah kesesatan, meski orang-orang menilainya baik (bid’ah hasanah)”
(Diriwayatkan oleh Al Laalaka-i dalam Syarh Ushulil I’tiqad)
، ‫ق أَََ ْن يُتَّبَ َع‬
ُّ ‫س ْو ِل هللاِ أَََ َح‬
ُ ‫ أَأَ ْم ُر َر‬:‫ إِن أَباك نهى عنها‬: ‫ وقال له‬، ‫ع َم َر لمن سأله عن مسأل ٍة‬ َ ‫َ َقا َل‬
ُ ‫ع ْب ُد هللاِ ْب ُن‬
)‫أَََ ْو أَََ ْم ُر أَ ِبي؟! (زادَالمعاد‬
Ketika ada seseorang yang mengatakan kepada Abdullah bin ‘Umar : “Sesungguhnya
ayahmu (Umar bin Khatthab) melarang hal itu”. Ibnu Umar balik bertanya: “Perintah
siapakah yang lebih berhak untuk ditaati, perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam atau perintah ayahku??” (Zaadul Ma’aad 2/178).
Ibnu Umar memang terkenal sebagai sahabat yang paling ittiba’ kepada sunnah
dan anti bid’ah. Imam At Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunan-nya:
Dari Nafi’ katanya; ada seseorang yang bersin di samping Ibnu Umar lantas
mengatakan: Alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasuulillaah! Maka Ibnu
‘Umar mengatakan: “Aku pun mengatakan: Alhamdulillah was salaamu ‘ala
Rasuulillaah, tapi bukan begitu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan
kepada kami (ketika bersin). Beliau mengajarkan kami agar mengucapkan
Alhamdulillaahi ‘ala kulli haal”
5. Abdullah bin ‘Abbas :
‫ يُوشكُ أَ ْن‬: ‫ع ْن ُه َما‬ َ ُ‫ع َم َر َر ِض َي هللا‬ ُ ‫سنَّةَ ؛ بِقَ ْو ِل أَََ بِي بَك ٍْر َو‬
ُّ ‫َارضَ ال‬ َ ‫ ِل َم ْن ع‬-‫ع ْن ُه َما‬ َ ُ‫اس – َر ِض َي هللا‬ َ ُ‫َو َقا َل ا ْبن‬
ٍ َّ‫عب‬
‫ قا َ َل‬: َ‫ َوتَقُ ْولُ ْون‬-‫سلَّ َم‬
َ ‫علَََ ى آ ِل ِه َو‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ -ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ َقا َل َر‬: ‫س َماءِ ؛ أَََ قُ ْو ُل لَ ُك ْم‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم حِ ج‬
َّ ‫َارةً مِ نَ ال‬ َ ‫تَن ْـ ِز َل‬
)‫ع َم ُر َ(رواهَعبدَالرزاقَفيَالمصنفَبسندَصحيح‬ ُ ‫أبُو بَك ٍْر َو‬َ

Beliau mengatakan kepada orang yang menolak Sunnah Nabi dengan perkataan Abu
Bakar dan Umar: “Hampir saja hujan batu menimpa kalian…!! Kukatakan bahwa:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda begini dan begitu…” namun kalian
malah mengatakan: “Abu Bakar dan Umar mengatakan begini dan begitu…!!”
(Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq Ash Shan’ani dalam Mushannaf-nya dengan sanad
shahih)
6. Mu’adz bin Jabal

48
Dirwayatkan dari Yazid bin ‘Umairah -salah seorang sahabat Mu’adz– bahwa Mu’adz
bin Jabal dalam setiap majelisnya selalu mengatakan: “Allah itu bijaksana dan Maha
Adil. Celakalah orang-orang yang ragu…”. Kemudian pada suatu hari Mu’adz
mengatakan: “Sesungguhnya di belakang kalian akan ada fitnah yang banyak…. Saat itu
harta melimpah ruah, Al Qur’an dibaca beramai-ramai oleh orang mu’min maupun
munafik, wanita maupun anak-anak, dan hamba sahaya maupun orang merdeka…
sampai-sampai ada yang mengatakan: “Mengapa orang-orang tak mau mengikutiku,
padahal aku telah membaca Al Qur’an? Sungguh, mereka memang tidak mau
mengikutiku sampai aku membikin bid’ah yang lain bagi mereka…”. Maka
waspadalah kalian dari bid’ah yang diperbuatnya, karena setiap bid’ah itu sesat.
Dan waspadalah kalian dari kesesatan orang bijak… karena Syaithan kadang
menyampaikan kesesatan melalui lisan si Bijak; dan kadang si Munafik mengatakan
yang haq”. Maka tanyaku: “Semoga Allah merahmatimu… lantas bagaimana aku tahu
bahwa si Bijak menyampaikan kesesatan, dan si Munafik berkata benar?” “Bisa…”
jawab Mu’adz. “Yaitu ketika si Bijak mengatakan sesuatu yang jelas-jelas batil; hingga
kamu mengatakan: “Omongan apa ini !?” Namun jangan sampai hal itu menjauhkanmu
darinya; karena boleh jadi ia segera bertaubat dan kembali kepada kebenaran… Maka
terimalah al haq begitu kamu mendengarnya, karena dalam al haq itu terdapat cahaya”
Makna kesesatan orang bijak (‫)زيغة الحكيم‬, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab
‘Aunul Ma’bud ialah:
ْ ‫ةَوخِ َال‬
َ‫فَال َح ّقَفَ َال‬ َ ّ‫الزل‬
َّ ‫َةَو‬ ْ ‫س‬
ّ ‫انَالعهلَ َماءَمِ ْن‬
َ ‫َالز ْيغ‬ َ َ‫َو ْال َم ْعنَىَأ ه َح ِذّر هك ْمَمِ ّما‬.
َ ‫صدَ َرَمِ ْنَ ِل‬ ْ ‫ع ْن‬
َ ‫َال َح ّق‬ ْ
َ َ‫افَالعَالِم‬ ْ َ‫أ‬
‫يَاِ ْنحِ َر‬
)‫َلزومَالسنة‬:‫َباب‬,‫َكتابَالسنة‬,‫تَتّبِعهوههََ(عونَالمعبودَشرحَسننَأبيَداود‬
(Yaitu) menyimpangnya seorang ‘alim dari al haq. Jadi maksud ucapan Mu’adz ialah:
“Kuperingatkan kalian akan penyimpangan, kekeliruan dan pernyataan yang tidak
benar, yang muncul dari lisan para ‘ulama; jangan sampai kalian mengikutinya” (‘Aunul
Ma’bud, lihat pada syarah hadits di atas).
7. Abdullah bin Mas’ud
)428/2َ‫ضالَلَةٌ (إعالمَالموقعين‬ َ ‫ َو ُك َّل ِب ْد‬،‫َوإِيَّا ُك ْم َوا ْل ُمحْ َدثَاتِ؛ َف ِإنَّ ش ََّر األ ُ ُم ْو ِر ُم ْح َدثَاتُهَا‬
َ ‫ع ٍة‬
“Waspadailah setiap yang baru (dalam agama), karena sejelek-jelek perkara ialah
perkara yang diada-adakan dalam agama, dan setiap bid’ah itu sesat” (I’laamul
Muwaqqi’in 2/428).
8. Sufyan Ats Tsaury -rahimahullah-

ُ َ ‫ َوالبِ ْدعَةُ الَ يتُا‬، ‫اب مِ ْنهَا‬


‫ب مِ ْنهَا‬ ُ َ ‫ ال َم ْع ِصيَةُ يُت‬، ‫ْس مِ نَ ال َم ْع ِصيَ ِة‬ ُّ ‫البِ ْدعَةُ أَح‬
َ ‫َب إِلَى إِ ْب ِلي‬
)‫(أخرجهَالبغويَفيَشرحَالسنة‬
“Bid’ah itu lebih disukai oleh Iblis dari pada kemaksiatan. Dosa maksiat masih ada
harapan taubat, tapi dosa bid’ah tidak ada harapan taubat” (Diriwayatkan oleh Al
Baghawy dalam Syarhus Sunnah).
9. Abdullah Ibnul Mubarak –rahimahullah–

49
ْ َ‫اجعُ ْونَ ؛ َف ِإلَى هللاِ ن‬
‫شك ُْو‬ ِ ِّ ِ َّ ‫ َف ِإنا‬، ‫سنَّ ِة‬
ِ ‫َلِل َوإِنَّا إِلَ ْي ِه َر‬ ْ ‫ أَنَّ ال َم ْوتَ اليَ ْو َم ك ََرا َمةٌ ِل ُك ِ ِّل ُم‬-‫ أَ ْي أَََ خِ ي‬-‫اِ ْعلَ ْم‬
َ ‫سل ٍِم لَق َِي هللاَ ع‬
ُّ ‫َلى ال‬
‫شك ُْو عَظِ ْي َم َما َح َّل ِب َه ِذ ِه األ ُ َّم ِة مِ ْن‬ ْ َ‫لى هللاِ ن‬ َ ‫ َو ِإ‬، ‫َع‬ ُ ‫ َو‬، ‫ان‬
ِ ‫ظ ُه ْو َر الَْْ ِبد‬ ِ ‫ َو ِقلََِّّ ةَ األَع َْو‬، ‫ان‬ ِ ‫اإل ْخ َو‬
ِ ‫اب‬ َ ‫ َوذَ َه‬، َ ‫شتَنا‬
َ ْ‫َوح‬
ِ ‫ظ ُه ْو ِر ا ْلبِد‬
‫َع‬ ُ ‫ َو‬، ‫سنَّ ِة‬ َ
ُّ ‫ َوأََ ْه ِل ال‬، ِ‫ب ا ْلعُلَ َماء‬ َ
ِ ‫ذ َها‬
)‫(البدعَوالنهيَعنهاَالبنَوضاح‬
“Saudaraku, ketahuilah bahwa kematian hari ini adalah karamah (kemuliaan) bagi
setiap muslim yang menghadap Allah di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kita semua adalah milik Allah, dan kita semua akan kembali kepada-Nya.
Kepada Allah lah kita mengadukan kesendirian kita, mangkatnya saudara kita,
sedikitnya penolong kita, dan kemunculan bid’ah di mana-mana. Kepada-Nya jua kita
mengeluh akan besarnya musibah yang menimpa umat ini, karena mangkatnya para
ulama dan pengikut sunnah, serta munculnya berbagai bid’ah” (Al Bida’u wan Nahyu
‘Anha oleh Ibnu Wadhdhah).
10. Al Fudail bin ‘Iyadh –rahimahullah–
)‫ َوالَ تَ ْغتَ ُّر بِ َكثْ َر ِة ا ْلهَا ِل ِكينَ (االعتصام‬، ‫ضالَلَ ِة‬
َّ ‫ق ال‬ ُ ‫ َوإِياَّكَ َو‬، َ‫سا ِل ِكين‬
َ ‫ط ُر‬ َّ ‫ق ال ُهدَى َوالَ يَض ُُّركَ قل َََِِّ ةُ ال‬ ُ ‫اِتَّبِ ْع‬
َ ‫ط ُر‬
“Ikutilah jalan-jalan petunjuk, dan janganlah risau dengan sedikitnya pengikut. Tapi
waspadailah jalan-jalan kesesatan, dan janganlah terkecoh dengan banyaknya orang
celaka” (Al I’tisham).
11. Amirul Mukminin Umar bin ‘Abdul ‘Aziez –rahimahullah–
َ‫ض ِل لَ ْو كَان‬ْ َ‫ َوبِا ْلف‬، ‫ش ِفهَا كَانُوا أ َ ْق َوى‬
ْ ‫علَى َك‬ َ ‫ َوهُ ْم‬، ‫ َوبِبَص ٍَر نا َ ِف ٍذ َكفُّ ْوا‬، ‫ َف ِإنَّ ُه ْم ع َْن ِع ْل ٍم َو َقفُوا‬، ‫ف القَ ْو ُم‬ َ ‫ْث َو َق‬
ُ ‫ِف َحي‬ ْ ‫ق‬
ُ‫صفُوا مِ ْنه‬ َ ‫ َولَقَ ْد َو‬، ‫سنَّتِ ِه ْم‬
ُ ْ
‫َن‬‫ع‬ ‫ِب‬ ‫غ‬ ‫ر‬
َ َ َ ْ ‫و‬ ، ‫م‬ ‫ه‬
ُ ‫ي‬
َ ْ
‫د‬ َ
‫ه‬ ‫ف‬َ َ ‫ل‬‫ا‬‫خ‬َ ْ
‫ن‬ ‫م‬
َ ِ َّ ‫ال‬ ‫إ‬ ُ ‫ه‬ ‫َث‬
‫د‬ ‫ح‬
ْ ََ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ َ
‫ف‬ ‫؛‬ ‫م‬
ْ ُ ‫ه‬ ‫د‬
َ ‫ع‬ ‫ب‬
َ َ
‫َث‬‫د‬‫ح‬َ : ‫م‬
ْ ُ ‫ت‬‫ل‬ْ ُ ‫ق‬ ْ
‫ِن‬ ‫ئ‬َ ‫ل‬َ
‫ف‬ ، ‫ى‬ ‫حْر‬
َ َََ ‫أ‬ ‫َا‬
‫ه‬ ‫ِف ْي‬
‫َاو َزهُم‬ َ
َ ‫ع ْن ُه ْم َقو ٌم ف َجفَ ْوا َوتج‬ َ ‫ لَقَ ْد َقص ََر‬، ‫ص ٌر‬ِّ ِ َ‫س ٌر َو َما د ُْونَ ُه ْم ُمق‬ َ َ
ِّ ِ ‫ ف َما ف ْو َق ُه ْم ُم َح‬، ‫ َوت َ َكلَّ ُموا مِ ْنهُ بِ َما يَ ْكفِي‬، ‫شفِي‬ ْ ُ‫َما ي‬
)‫ستَقي ٍْم (أوردهَابنَقدامةَفيَلمعةَاالعتقاد‬ َ ْ ‫لى هُدًى ُم‬ َ َ َّ
َ َ‫ َوإِن ُه ْم ِفيْما َ بَ ْينَ ذ ِلكَ لع‬، ‫آخ ُر ْونَ فغل ْوا‬ َ َ َ َ
“Berhentilah saat mereka (para salaf) berhenti. Karena mereka berhenti berdasarkan
ilmu. Mereka menahan diri setelah berpikir jeli. Padahal merekalah yang lebih mampu
untuk menyingkap setiap masalah, dan lebih gencar tuk mengejar setiap fadhilah. Kalau
kalian berkata: “Banyak hal baru (dalam agama) yang muncul setelah mereka…”
ingatlah, bahwa hal tersebut tidak dimunculkan kecuali oleh mereka yang menyelisihi
pentunjuk salaf, dan menolak ajaran mereka. Para salaf telah menjelaskan agama
segamblang-gamblangnya, dan menerangkannya sejelas mungkin. Siapa yang
mendahului mereka akan menyesal, dan siapa yang berada di bawah mereka berarti
pemalas. Sungguh, orang-orang yang berada dibawah mereka akhirnya gagal, namun
yang ingin mengungguli mereka justru melampaui batas, sedangkan mereka (para salaf)
tetap berada di antara keduanya, di atas jalan yang lurus” (disebutkan oleh Ibnu
Qudamah dalam Lum’atul I’tiqad).
12. Al Imam Ahmad bin Hambal –rahimahullah–
‫اب‬ ْ َََ‫علَ ْي ِه أ‬
ُ ‫ص َح‬ ُّ ‫ اَلتَّ َم‬: َ ‫س َّن ِة ِع ْندَنا‬
َ َ‫سكُ بِ َما كَان‬ ُ ُ ‫ أ‬: ُ‫سنَّ ِة َرحِ َمهُ هللا‬
ُّ ‫ص ْو ُل ال‬ ُّ ‫اإل َما ُم أَََ ْح َم ُد ْب ُن َح ْنبَ ٍل ؛ إِ َما ُم أ َ ْه ِل ال‬
ِ ‫َقا َل‬
َ‫ضالَلَةٌ (شرحَأصول‬ َ ‫ع ٍة َف ِه َي‬َ ‫ َو ُك ُّل بِ ْد‬، ‫َع‬ ِ ‫ َوت َ ْركُ ا ْلبِد‬، ‫ َوا ِال ْقتِدَا ُء بِ ِه ْم‬-‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َوع‬
َ ‫َلى آ ِل ِه َو‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ -ِ‫سو ِل هللا‬ ُ ‫َر‬
.)‫َلألمامَالاللكائي‬,‫االعتقاد‬

50
Imam Ahmad, Imam Ahlussunnah wal jama’ah mengatakan: Pokok-pokok aqidah
menurut kami ialah berpegang teguh dengan apa yang dipraktikkan oleh sahabat-
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meneladani mereka, dan
meninggalkan bid’ah. Karena setiap yang bid’ah berarti kesesatan” (Syarh Ushul
I’tiqad Ahlissunnah wal Jama’ah, oleh Imam Al Laalaka-i).
13. Imam Malik bin Anas —rahimahullah—
َ‫سالَة‬ ِّ ِ َ‫ َخان‬-‫سلَّ َم‬
َ َِّ‫الر‬ َ ‫علَ ْي ِه َوع‬
َ ‫َلى آ ِل ِه َو‬ َ ُ‫َلى هللا‬ َ ‫سنَةً ؛ َفقَ ْد َز‬
َّ ‫ع َم أَن ُم َح َّمدا ً – ص‬ َ ‫ال ِم بِ ْدعَةً يَ َراها َ َح‬
ِ ‫س‬ْ ‫اإل‬
ِ ‫ع فِي‬َ ‫َمن ا ْبت َ َد‬
َ,‫ { اليَ ْو َم أ ْك َملتُ ل ُك ْم دِين ُك ْم } ف َما ل ْم يَكُن يَ ْو َمئِ ٍذ ِديْنا فال يَكُونُ اليَ ْو َم ِديْنا )االعتصامَبالكتابَوالسنة‬: ‫؛ ِألَََ نَّ هللاَ يَقو ُل‬
ً َ َ ً ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ
)‫للشاطبي‬
“Barangsiapa melakukan bid’ah dalam Islam yang ia pandang sebagai bid’ah hasanah,
berarti ia mengatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengkhianati kerasulan beliau. Sebab Allah Ta’ala berfirman: “Pada hari ini telah
kusempurnakan bagi kalian agama kalian…” (Al Ma’idah: 3). Karenanya, apa pun yang
hari itu tidak dianggap sebagai ajaran agama, maka hari ini pun bukan termasuk ajaran
agama. (Al I’tisham bil Kitab was Sunnah, oleh Imam Asy Syathiby).
Kemudian Imam Malik meletakkan sebuah kaidah agung, yang merupakan intisari dari
perkataan para ulama yang tadi kita sebutkan:
َ‫صلُ َح بِ ِه أ َ َّولُهَا ؛ َف َما لَ ْم يَك ُْن يَ ْو َمئِ ٍذ ِديْنا ً الَ يَكُو ُن اليَ ْو ُم ِديْنا ً (الشفاَفيَحقوق‬
َ ‫صلُ َح آخِ ُر َه ِذ ِه األ ُ َّم ِة إِالَّ بِ َما‬
ْ َ‫لَ ْن ي‬
)88/2َ‫َللقاضيَعياض‬,‫المصطفي‬
“Generasi terakhir umat ini tak akan menjadi baik (shaleh), kecuali dengan apa-apa
yang menjadikan generasi pertamanya baik. Karenanya, apa pun yang pada hari itu –
saat turunnya surat Al Ma’idah ayat 3– tidak dianggap sebagai agama, maka hari ini pun
juga bukan bagian dari agama” (Asy Syifa fi Huquuqil Musthafa 2/88, oleh Al Qadhi
‘Iyadh).

51
SUMBER :
https://www.republika.co.id/berita/qd73x6366/terjebak-istidraj-kenikmatan
https://rumaysho.com/3131-ujian-dan-musibah-tanda-allah-cinta.html
https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/pengertian-istidraj/5
https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang-balasannya-akan-
disegerakan-allah-swt-di-dunia-part1
https://www.republika.co.id/berita/m06z68/inilah-isi-injil-barnabas-tentang-kerasulan-
muhammad-saw
https://www.steikassi.ac.id/berita/detail/kenabian-muhammad-saw-telah-diramalkan-
dalam-kitab-weda
https://core.ac.uk/download/pdf/297921818.pdf
https://palembang.tribunnews.com/2020/02/22/10-ilmuwan-ini-langsung-bersyahadat-
masuk-islam-jadi-mualaf-saat-penelitiannya-terjawab-di-alquran?page=all
https://sman1baubau.sch.id/editorial/sains-dalam-kitab-suci-al-quran/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-salafus-shalih-generasi-beriman-di-
zaman-rasulullah-saw-1v9CSBn2RFF/full
https://www.republika.co.id/berita/q54ep0430/apa-itu-tabiin

52

Anda mungkin juga menyukai