Anda di halaman 1dari 18

2018

DAUROH JANAIZ

DIKA WAHYUDI LC.


MASJID MUS’AB BIN UMAIR, KARAWANG
12/23/2018
DAUROH JANAIZ

PEMBAHASAN PERTAMA: HAL-HAL YANG DIKERJAKAN KETIKA


SESEORANG SAKARATUL MAUT

1. Mentalqin (menuntun) dengan bacaan Laa ilaaha illallah.


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
‫لَقِّنُ ْوا َم ْوتَا ُك ْم الَ إِلَهَ إِالَّ اهلل‬
“Tuntunlah orang yang akan mati di antara kalian dengan bacaan Laa ilaha
illallah.” [HR Muslim]

2. Berdoa untuknya dan tidak berkata kecuali yang baik.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ت فَ ُقولُوا َخْي ًرا فَِإ َّن الْ َم ََلئِ َكةَ يُ َؤِّمنُو َن َعلَى َما تَ ُقولُو َن‬ َ ‫إِذَا َح‬
َ ‫ض ْرُُْت الْ َم ِر‬
َ ِّ‫يض أ َْو الْ َمي‬
“Apabila kalian mendatangi orang sakit atau orang mati, maka janganlah berkata
kecuali yang baik, karena sesungguhnya malaikat mengamini yang kalian
ucapkan.” [HR Muslim, Al Baihaqi dan yang lainnya].

3. Tidak mengapa bagi seorang muslim untuk mendatangi seorang kafir yang
dalam keadaan sakaratul maut untuk menawarkan kepadanya agama Islam.
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Dahulu ada seorang budak
Yahudi yang melayani Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa salam-. Ketika dia sakit,
maka Rasulullah menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya. Kemudian
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa salam- bersabda:“Masuklah ke dalam agama
Islam”
maka dia melihat ke arah bapaknya yang berada di sampingnya. Bapaknya
berkata: “Taatilah Abul Qasim (yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam).”
Maka dia masuk Islam, kemudian Rasulullah keluar, dan Beliau berkata: “Segala
puji bagi Allah Yang telah menyelamatkan dia dari neraka.” [HR Al Bukhari].

1
PEMBAHASAN KEDUA: HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
KETIKA ADA SESEORANG YANG MENINGGAL DUNIA.

1. memejamkan kedua matanya.


Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup kedua mata Abu
Salamah Radhiyallahu ‘anhu ketika dia meninggal dunia. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ص ُر فََلَ تَ ُق ْولُْوا إِالَّ َخْي ًرا فَِإ َّن الْ َم ََلئِ َكةَ يُ َؤِّمنُو َن َعلَى َما تَ ُقولُو َن‬ َ ِ‫وح إِ َذا قُب‬
َ َ‫ض تَبِ َعهُ الْب‬ ُّ ‫إِ َّن‬
َ ‫الر‬
“Sesungguhnya ruh apabila telah dicabut, akan diikuti oleh pandangan mata,
maka janganlah kalian berkata kecuali dengan perkataan yang baik, karena
malaikat akan mengamini dari apa yang kalian ucapkan.” [HR Muslim].

2. mendoakannya.
Sebagaimana doa Nabi kepada Abu Salamah:

“ya Allah, ampunilah abu Salamah, tinggikanlah kedudukannya pada golongan


orang yang diberikan hidayah, berilah pengganti untuk orang-orang yang
dtingalkannya, ampunilah kami dan dia wahai Rabb penguasa alam semesta.
Lapangilah kuburnya dan terangilah kuburnya.”

3. menutupnya dengan kain yang meliputi seluruh anggota tubuhnya.


Hendaknya yang hadir menutup seluruh tubuhnya, setelah dilepaskan dari
pakaiannya yang semula. Hal ini supaya tidak terbuka auratnya. Dari Aisyah -
radhiyallahu anha-, beliau berkata:
ٍ‫ني تُو ِِّّف ُس ِّجي بِبُ ْرٍد ِحبَ رة‬ ِ َّ ِ َّ َّ ‫ول اللَّ ِه‬ َّ ‫أ‬
َ َ َ ُ َ ‫صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم ح‬
َ َ ‫َن َر ُس‬
Dahulu ketika Rasulullah meninggal dunia ditutup tubuhnya dengan burdah
habirah (pakaian selimut yang bergaris). [Muttafaqun ‘alaih].
Kecuali bagi orang yang mati dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup kepala
dan wajahnya. Dan dikuburkan dengan memakai pakaian ihram dengan dua
lembar kain.

4. hendaknya mempercepat pengurusan (pemakaman jenazah) ketika sudah


jelas kematiannya.

2
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫اَن أ َْهلِ ِه‬
َْ ‫ني ظَ ْهَر‬
ٍ ِ ِ ِِ ِ
َ َ‫َال يَْنبَغي ِلي َفة ُم ْسلم أَ ْن ُُْتب‬
َ ْ َ‫س ب‬
Tidak pantas bagi mayat seorang muslim untuk ditahan di antara keluarganya.
[HR Abu Dawud].
Kecuali bagi yang mati mendadak, maka harus dipastikan kematiannya, karena
dikhawatirkan hanya pingsan. [lihat syarh mumti’ (V/330)]

5. tidak boleh memindahkan jenazah ke daerah lain.


6. perintah untuk menyelesaikan hutang dan tanggungan si mayat.
Harta mayit yang ditinggalkan memiliki lima kewajiban yang harus di tunaikan
secara berurutan, maknanya adalah: apabila harta mayit habis untuk membayar
kewajiban hak yang pertama, maka tidak ada hak bagi yang kedua, apalagi yang
ketiga dan seterusnya. Hak-hak ini adalah:
a. biaya penyelengaraan jenazah
b. hutang yang berkaitan dengan harta itu sendiri. Seperti denda perbuatan
kriminal, rohn (hutang gadai)
c. hutang yang terlepas dari harta dan berkaitan dengan hak Allah seperti: zakat,
haji, kafarat, dll. Dan yang berkaitan dengan manusia, seperti qordh (pinjaman
uang)
d. wasiat
e. hak ahli waris.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِِ ِ
َ ‫س الْ ُم ْؤم ِن ُم َعلَّ َقةٌ بِ َديْنه َح ََّّت يُ ْق‬
ُ‫ضى َعْنه‬ ُ ‫نَ ْف‬
Jiwa seorang mukmin terikat dengan hutangnya hingga dilunasi. [HR Ahmad, At
Tirmidzi, dan beliau menghasankannya].
Adapun orang yang tidak meninggalkan harta yang cukup untuk melunasi
hutangnya, sedangkan dia mati dalam keadaan bertekad untuk melunasi hutang
tersebut, maka Allah yang akan melunasinya.

7. Diperbolehkan untuk membuka dan mencium wajah mayit.


Aisyah Radhiyallahu anha berkata:
ِ ‫ون وهو ميِّت ح ََّّت رأَيت الدُّم‬
ٍ ِ ِ َ ‫رأَيت رس‬
‫يل‬ َ ُ ُ ْ َ َ ٌ َ َ ُ َ ُ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم يُ َقبِّ ُل عُثْ َما َن بْ َن َمظْع‬
ُ ‫وَ تَس‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ َْ
3
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Utsman bin
Madh’un Radhiyallahu ‘anhu , saat dia telah meninggal, hingga aku melihat
Beliau mengalirkan air mata. [HR Abu Dawud dan At Tirmidzi].
Demikian pula Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu, beliau mencium
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau meninggal dunia.

PEMBAHASAN KETIGA: MEMANDIKAN MAYAT


Pada dasarnya,cara memandikan mayit sama dengan cara mandi janabah. Apabila
kita mengetahui sunah-sunnah dalam mandi janabah, maka tidak jauh berbeda
dengan sunah memandikan jenazah.
SIAPA YANG PALING BERHAK MEMANDIKAN?
Orang yang paling berhak memandikan adalah orang yang diberikan wasiat,
kemudian kerabatnya yang paling dekat secara masa. Yang memandikan jenazah
lelaki adalah lelaki, dan yang memandikan jenazah wanita adalah wanita. Kecuali
suami istri dan anak-anak yang belum balig.
Dan hendaknya orang yang memandikan mengerti tata cara dan sunah nabi dalam
memandikan jenazah.

APA SAJA ALAT YANG DIPERSIAPKAN UNTUK MEMANDIKAN


a) menyiapkan tempat yang tertutup untuk memandikan mayit demi menjaga
auratnya, dan hendaknya hanya orang yang membantu memandikan saja
yang ada di ruangan pemandian.
b) menyiapkan kain kafan terlebih dahulu sebelum dimandikan, adapun
perinciannya ada pada pembahasan berikutnya.
c) Siapkan tiga buah ember berisi air bersih, air dicampur daun bidara, air
dicampur kapur arus atau minyak wangi.
d) Sisir, gunting, handuk, kain untuk menutupi jasad mayit (2 buah)
e) Wash lap, atau potongan kain untuk menggosok badan mayit, dengan
tujuan tidak menyentuh aurat mayit secara langsung.

RINGKASAN CARA MEMANDIKAN JENAZAH


Adapun ringkasan kaifiyyat memandikan jenazah adalah sebagai berikut:
a) Melepaskan pakaian mayit atau mengguntingnya apabila tidak
memungkinkan untuk di lepas.
b) mencuci kemaluan qubul dan dubur mayit dengan potongan kain, dan
boleh menyumbatnya apabila najis terus keluar.

4
c) Apabila najis terus keluar, dudukkan mayit dan urut perutnya secara
perlahan agar keluar dengan sempurna. Namun apabila tidak terus menerus
keluar. Maka tidak diperlukan memijat dan mengurut perut mayit.
d) Bukalah ikat rambut atau kepangan pada jenazah wanita.
e) Potong kuku apabila dibutuhkan.
f) Mulailah mencuci anggota wudhunya dengan mencukupkan menggosok
bagian mulut dan hidung.
g) Cuci dan gosok secara lembut bagian kanan atas dari mayit kemudian
bagian bawahnya secara merata dengan air bersih. Kemudian lanjutkan
bagian kiri dengan air bersih pula. Ini terhitung satu kali cucian/mandi.
h) Untuk yang kedua, gunakan air daun bidara dan gosokkan sabun ke mayit,
sama seperti cucian pertama. Dan ini terhitung cucian yang ke 2.
i) Untuk cucian yang ketiga, maka gunakan campuran air dengan kapur arus
atau minyak wangi. dan di sunnahkan jenazah minimal dicuci sebanyak 3
kali, apabila masih dibutuhkan untuk dicuci maka cucilah dengan bilangan
ganjil 5,7, dan seterusnya. Dan jadikan campuran kapur barus di siraman
yang terakhir.
j) Keringkan jenazah dengan handuk, sisir rambut dan janggutnya.
k) Jenazah wanita dikepang tiga. Bagian tengah dan dua bagian samping dan
diletakkan di belakang kepala.
l) Selesai dari memandikan jenazah, disunahkan mandi, dan yang
menggotongnya disunnahkan berwudhu

MASALAH MENGGUNTING KUKU MAYIT


Berkata Ibnu Mundzir: “dan para ulama berselisih tentang menggunting rambut
mayyit dan kukunya. Berkata sebagian: “digunting rambut dan kukunya”
demikian pendapat Al-Hasan Al-Bashri dan Bakr bin Abdullah Al-Muzani. Dan
telah diriwayatkan kepada kami bahwa Sa’ad bin Malik menggunting rambut
kemaluan Mayit dan ia menyebutkan beberapa atsar tentangnya”
Kemudian Ibnu Munzir berkata: “dan sebagian ulama tidak menyukai hal ini.
Muhammad bin Sirin tidak menyukai menggunting rambut kemaluan mayit.
Hammad bin Abi Sulaiman ditanya tentang menggunting kuku mayit. Ia berkata:
“apakah apabila ia belum berkhitan, engkau akan mengkhitannya? Imam Malik
tidak menyukai menggunting kuku dan bulu kemaluan mayit.”
Ibnu Mundzir berkata: “tidak menggunting apapun lebih aku sukai. Karena yang
diperintahkan untuk menggunting adalah anggota badan yang hidup. Apabila ia
telah mati, maka perintahnya telah terputus. Dan seluruh anggota badannya akan
hancur kecuali ‘ajbu dzanab (bagian ujung tulang ekor) yang dikecualikan rasul
shallallahu alaihi wa salam. [al-ausath (V/328)]

5
MASALAH MENGURUT PERUT MAYIT
Imam Ibnu Mundzir berkata: “para ulama berselisih tentang mengurut perut
jenazah. Ibnu Sirin, An-Nakhoi’, Al-Hasan Al-bashri, dan Imam Malik
berpendapat: “perut mayit diurut” dan berkata sebagian dari mereka: “dengan
urutan yang ringan”
Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: “digosok dengan gosokan yang lembut setelah
cucian yang pertama”.
Imam Syafi’i berkata: “diusap perut mayit menggunakan tangan dengan usapan
yang kuat; agar mengeluarkan najis apabila ada di dalamnya”
Berkata Imam Ahmad dan Ishaq: “digosok dengan lembut perutnya, keluar atau
tidak keluar najis”
Dan telah diriwatkan kepada kami bahwa Adh-Dhohhak bin Muzahim berwasiat
agar tidak diurut jenazahnya.
Dan imam Ahmad menyukai apabila perutnya diurut dicucian kedua, karena ia
menjadi lunak setelah cucian yang pertama.
Berkata Ibnu Mundzir: “mengurut perut tidak memiliki sunah yang wajib diikuti,
dan kami telah meriwayatkan perkataan Ahli ilmu tentangnya yang sudah kami
sebutkan. Apabila orang yang memandikan mengusap perut dengan lembut di
atas perut, agar keluar najis apabila ada maka ini baik, dan apabila ia
meninggalkan dan tidak melakukan hal itu maka tidak mengapa.” [al-ausath
(V/329)]

MASALAH MENTAYAMUMKAN MAYIT


Berkata Ibnu Hazm: “apabila tidak ada air, maka mayit ditayamumkan, dan harus
dilakukan, berdasarkan sabda Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam-:
“bumi/tanah dijadikan untukku sebagai masjid dan alat bersuci” [Al-Muhalla
(V/182) permasalahan ke 569]

MASALAH JENAZAH LELAKI DITENGAH WANITA DAN


SEBALIKNYA
Berkata Ibnu Hazm: “apabila seorang lelaki meninggal di tengah wanita dan tidak
ada seorang lelaki pun. Atau mati seorang wanita di antara lelaki dan tidak ada
wanita seorang pun. Maka
MASALAH SIAPA YANG TIDAK WAJIB DIMANDIKAN

6
Seorang yang mati syahid (terbunuh) di medan perang tidak boleh dimandikan,
meskipun dia dalam keadaan junub, bahkan dikubur dengan pakaian yang
menempel padanya.

Dalam hadits Jabir Radhiyallahu ‘anhu :

‫ص َّل َعلَْي ِه ْم‬ ِ ِ ٍ ‫َن النَِِّب صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم أَمر بِ َدفْ ِن ُشه َد ِاء أ‬
َ ُ‫ُحد ِِّف د َمائ ِه ْم َوََلْ يُغَ َّسلُ ْوا َوََلْ ي‬
ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َّ ‫أ‬
Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengubur
para syuhada’ Uhud dalam (bercak-bercak ) darah mereka, tidak dimandikan dan
tidak dishalatkan. [HR Al Bukhari].

Hukum ini khusus bagi syahid ma’rakah (orang yang terbunuh di medan perang).
Adapun orang yang mati terbunuh karena membela hartanya atau
kehormatannya, mereka tetap dimandikan, meskipun mereka juga syahid.
Demikian pula orang yang mati karena wabah tha’un, atau karena penyakit perut,
mati tenggelam atau terbakar. Meskipun mereka syahid, mereka tetap
dimandikan. Lihat Asy Syarhul Mumti’ (5/364).

Apabila janin yang mati keguguran dan telah berumur lebih dari empat bulan,
maka dimandikan dan dishalatkan. Berdasarkan hadits Al Mughirah yang marfu’:

َّ ‫صلَّى َعلَْي ِه َويُ ْد َعى لَِوالِ َديِْه بِالْ َم ْغ ِفَرةِ َو‬


‫الر ْْحَِة‬ ُ ‫ ال ِّس ْق‬:‫َوالطِّْف ُل (وِّف رواية‬
َ ُ‫ط) ي‬
Seorang anak kecil (dan dalam satu riwayat, janin yang mati keguguran), dia
dishalatkan dan dido’akan untuk kedua orang tuanya dengan ampunan dan
rahmat. [HR Abu Dawud dan At Tirmidzi].

Karena setelah empat bulan sudah ditiupkan padanya ruh, sebagaimana dalam
hadits tentang penciptaan manusia yang diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim
dari Abdullah bin Mas’ud.

MASALAH APABILA SETELAH SELESAI MANDI MASIH KELUAR


NAJIS
Para ulama berselisih terhadap mayit yang keluar darinya najis setelah
dimandikan. Berkata sebagian mereka: “diulang memandikannya dan mereka
berselisih berapa kali dimandikan” berkata sebagian: “tidak diulang” demikian
pula pendapat Imam Malik, Ats-Tsauri, dan An-Nu’man. Dan berkata Ats-Tsauri,
dan An-Nu’man: “(cukup) dicuci apa yang keluar darinya”

7
Berkata Ibnu Mundzir: “demikianlah pendapat kami (cukup dicuci najis yang
keluar. Pent.) tidaklah hukum mayit lebih banyak dibandingkan hukum orang
yang masih hidup. Kalau keluar sesuatu najis dari yang hidup, maka hal itu tidak
membatalkan mandinya. Pewajiban mandi dalam keadaan ini adalah pewajiban
fardhu, dan fardhu tidak bisa diwajibkan tanpa ada hujjah.” [al-Ausath (V/334)

PEMBAHASAN KEEMPAT: MENGKAFANI JENAZAH

BIAYA KAIN KAFAN

Biaya kain kafan diambilkan dari harta mayit, lebih didahulukan daripada untuk
membayar hutangnya. Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda tentang
seorang yang mati dalam keadaan ihram:

‫… َوَكفِّنُ ْوهُ ِِّف ثَ ْوبَْي ِه‬.


… Kafanilah dia dengan dua bajunya. [Muttafaqun ‘alaih]

SIFAT KAIN KAFAN

-Yang wajib dari kafan adalah yang menutup seluruh tubuhnya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di dalam hadits Jabir Radhiyallahu a’nhu
:

‫َخاهُ فَ ْليُ َح ِّس ْن َك َفنَه‬


َ ‫َح ُد ُك ْم أ‬
َ ‫َّن أ‬
َ ‫إ َذا َكف‬
Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah
memperbagus kafannya. [HR Muslim].

Ulama berkata: “Yang dimaksud dengan memperbagus kafannya, yaitu yang


bersih, tebal, menutupi (tubuh jenazah) dan yang sederhana. Yang dimaksud
bukanlah yang mewah, mahal dan yang indah.” [Ahkamul Janaiz, 77].

-Disunnahkan untuk dikafani dengan tiga helai kain putih.


Karena Rasulullah dikafani dengan tiga lembar kain putih suhuliyyah, berasal
dari negeri di dekat Yaman.

-disunnahkan salah satu lembar pakaian dengan kain yang bercorak (hibaroh)
rasul bersabda:

8
ٍ‫ب ِحبَ رة‬
ٍ ‫إِ َذا تُو ِِّّف أَح ُد ُكم فَوج َد َشْيئًا فَ ْلي َكفَّن ِِّف ثَو‬
ْ ْ ُ ََ ْ َ َ ُ
َ
“apabila salah seorang diantara kalian wafat dan ia memiliki harta, maka
hendaknya ia dikafani dengan kain hibaroh"

-Di beri wewangian dari bukhur (wewangian dari kayu yang dibakar). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ِّ‫إِ َذا ََجَّْرُُتُ الْ َمي‬


‫ت فَ َج ِّم ُرْوهُ ثََلَثًا‬
Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka berikanlah tiga kali.
[HR Ahmad].

-Apabila ada beberapa mayit, sedangkan kain kafannya kurang, maka beberapa
orang boleh untuk dikafani dengan satu kafan dan didahulukan orang yang paling
banyak hafalan Al Qur’annya, sebagaimana kisah para syuhada Uhud. Dan yang
benar, maksud dari dikafani dengan satu agan, adalah membagi kain kafan yang
Cuma selembar dan menutup sebagian saja dari tubuh mayit.

-orang yang mati syahid disunahkan diberi kain kafan di atas pakaiannya yang
penuh dengan darah.

-orang yang ihrom, dikubur dengan pakaian ihromnya, tidak boleh di tutup
kepalanya.

KAFAN WANITA

Kafan seorang wanita sama seperti kafan seorang lelaki.


Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: “Dalam hal ini telah ada hadits marfu’ (kafan
seorang wanita adalah lima helai kain, Pen). Akan tetapi, di dalamnya ada seorang
rawi yang majhul (tidak dikenal). Oleh karena itu, sebagian ulama berkata:
“Seorang wanita dikafani seperti seorang lelaki. Yaitu tiga helai kain, satu kain
diikatkan di atas yang lain.” Lihat Asy Syarhul Mumti’ (5/393)

Berkata syaikh Al-Albani: tidak boleh berlebihan dalam kain kafan, dan tidak
boleh lebih dari tiga lapis karena ia menyelisihi pengkafanan Rasulullah
sebagaimana permasalahan yang telah lalu. Dan melakukan hal itu merupakan
menyia-nyiakan harta, dan itu adalah perbuatan yang dilarang, terlebih orang
yang hidup lebih utama (diberikan pakaian) dibandingkan yang mati. Rasulullah
bersabda:

9
‫الس َؤ ِال‬
ُّ ‫اعةَ الْ َم ِال َوَكثْ َرَة‬ ِ
َ‫ض‬ َ ِ‫يل َوقَ َال َوإ‬ ِ ِ
َ ‫إ َّن اهللَ َكرَه لَ ُك ْم ثَََلثًا ق‬
“sesungguhnya Allah membenci tiga perkara dari kalian: “katanya dan katanya,
menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya” HR. Bukhori, Muslim dan Ahmad
Kemudian beliau berkata: “dan wanita seperti laki-laki dalam masalah ini, karena
tidak ada dalil yang membedakan.
Adapun hadits Laila binti Qoif Ats-tsaqofiyyah tentang pengkafanan putri nabi
dengan lima lembar kain maka tidaklah sahih sanadnya. Karena di dalamnya ada
Nuh bin Hakim Ats-Tsaqofi dan dia majhul sebagaimana perkataan Al-Hafidz
Ibnu Hajar dan selainnnya. Dan didalamya ada illat yang lain yang dijelaskan
oleh Az-zailai dalam Nashbur Royah (II/258)
Dan yang semisalnya apa yang ditambahkan dalam kisah pemandian putri nabi
Zainab yang telah lalu dengan lafaz (maka kami mengkafaninya dengan lima
lembar kain) maka riwayatnya syadzah atau munkaroh sebagaimana saya
jelaskan dalam Adh-Dhoifah (5844) [ahkamul janaiz (84-85)]

CARA MENGKAFANKAN
a. potong kain melebihi panjang mayit sejengkal lebih di bagian kepala dan
kaki sebanyak tiga lapis.
b. Buat tali pengikat dari pinggiran kain sebanyak tujuh buah, boleh juga
dengan lima tali, atau bilangan lainnya. Karena tidak ada dalil khusus
tentang ini, dan tujuan mengikat adalah agar aurat tidak tersingkap.
c. Letakkan semua tali di bawah lapisan kain yang pertama.
d. Beri wewangian tiap kain dengan minyak wangi, boleh ditaburi kapur
barus, atau di asapi dengan gaharu yang dibakar.
e. letakkan mayit di atas tiga tumpukkan kain dan tutuplah jasadnya dengan
menutup bagian kanan terlebih dahulu, kemudian bagian kirinya dan
seterusnya di lembar kedua dan terakhir.
f. Ikat kain kafan di sebelah kanan bagian tubuhnya.

PEMBAHASAN KEEMPAT: MENSHOLATKAN JENAZAH


Hukum mensholatkan jenazah adalah fardhu kifayah. Ada beberapa golongan
yang tidak wajib disholatkan, dan hukumnya boleh disholatkan:
1. anak kecil yang belum balig.
2. orang yang mati syahid.

10
Adapun orang kafir dan munafik maka tidak boleh disholatkan. Dan sholat
jenazah wajib dilakukan secara berjamaah. Jumlah paling sedikit adalah tiga
orang. Dan semakin banyak orang yang mensholatkan akan lebih baik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ني يَْب لُغُو َن ِمائَةً ُكلُّ ُه ْم يَ ْش َفعُو َن لَهُ إَِّال ُشفِّعُوا فِ ِيه‬ ِِ ِ ِ
َ ‫صلِّي َعلَْيه أ َُّمةٌ م ْن الْ ُم ْسلم‬
ٍ ِ
َ ُ‫َما م ْن َميِّت ت‬
“Tidaklah seorang yang mati, kemudian dishalatkan oleh kaum muslimin,
jumlahnya mencapai seratus orang, semuanya mendo’akan untuknya, niscaya
mereka bisa memberikan syafa’at untuknya.” [HR Muslim].

‫وم َعلَى َجنَ َازتِِه أ َْربَعُو َن َر ُج ًَل َال يُ ْش ِرُكو َن بِاللَّ ِه َشْيئًا إَِّال َش َّف َع ُه ْم اللَّهُ فِ ِيه‬ ِ ِ
ُ َُ‫َما م ْن َر ُج ٍل ُم ْسل ٍم َي‬
ُ ‫وت فَيَ ُق‬
Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, kemudian dishalatkan oleh
empatpuluh orang yang tidak menyekutukan Allah, niscaya Allah akan
memberikan syafa’at kepada mereka untuknya. [HR Muslim].

SIAPAKAH YANG PALING BERHAK MENGIMAMI SHOLAT


JENAZAH?
Yang paling berhak mensholatkan adalah:
1. waliyyul amr (penguasa), kemudian
2.orang yang paling hafal dan paham Al-Qur’an.

DIMANAKAH DISHOLATKAN JENAZAH?


Shalat jenazah boleh dikerjakan di dalam masjid. Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha
, beliau berkata:

‫َخْي ِه إَِّال ِِّف الْ َم ْس ِج ِد‬


ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم علَى سهي ِل ب ِن ب يضاء وأ‬
َ َ َ َْ ْ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ‫صلَّى َر ُس‬ ِ
َ ‫َواهلل َما‬
Demi, Allah! Tidaklah Nabi –shallallahu alaihi wa salam- menyalatkan jenazah
Suhail bin Baidha’ dan saudaranya (Sahl), kecuali di masjid. [HR Muslim].
Akan tetapi lebih baik disholatkan di luar masjid yaitu musholla (tempat lapang
di samping masjid)
Adapun menyolatkan jenazah diantara kuburan, maka ini dilarang oleh nabi –
shallallahu alaihi wa salam- kecuali jenazah sudah di kuburkan. Maka boleh
disholatkan.

11
KAPAN WAKTU TIDAK DIBOLEHKANNYA MENSHOLATKAN
JENAZAH?
Tidak diperbolehkan shalat jenazah pada tiga waktu yang dilarang untuk
mengerjakan shalat.Yaitu ketika matahari terbit hingga naik setinggi tombak,
ketika matahari sepenggalah hingga tergelincir dan ketika matahari condong ke
barat hingga terbenam. Ini disebutkan sebagaimana di dalam hadits ‘Uqbah bin
‘Amir.

SHAF MAKMUM DAN TEMPAT BERDIRI IMAM


Posisi imam berdiri di arah bagian kepala jenazah laki-laki dan di arah bagian
perutnya.
Dan disunahkan membuat tiga shaf walaupun sedikit, dan apabila makmum
hanya berjumlah satu orang, maka tidak berdiri disebelah kanan imam, malainkan
dibelakangnya.

TATA CARA SHOLAT JENAZAH


a. Imam berdiri sejajar dengan kepala mayit lelaki dan bila mayitnya wanita,
imam berdiri di bagian tengahnya. Makmum berdiri di belakang imam.
b. Kemudian bertakbir yang pertama, membaca Al Fatihah setelah ta’awwudz,
tidak membaca do’a iftitah sebelum Al Fatihah.
c. Kemudian takbir yang kedua, membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam tasyahhud. Diantaranya:

‫يم‬ ‫ه‬ِ ‫ت َعلَى إِب را‬ َ ‫ي‬ َّ‫صل‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ك‬


َ ٍ ‫آل مح َّم‬
‫د‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد و َعلَى‬ ‫م‬
َّ ‫ه‬ َّ‫الل‬
َ َ ْ ْ َ َ َ ُ َ َ ُ
‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد اللَّ ُه َّم بَا ِر ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ َّ‫يم إِن‬ ِ ‫آل إِب ر‬
‫اه‬ ِ ‫و َعلَى‬
َ َ ْ َ
‫ك َح ِمي ٌد‬ َ َّ‫يم إِن‬ ِ ‫آل إِب ر‬
‫اه‬ ِ ‫ت َعلَى إِبْ ر ِاهيم و َعلَى‬ َ ‫ك‬
ْ‫ار‬ ‫ب‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ك‬
َ ٍ ‫آل مح َّم‬
‫د‬ ِ
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ
‫َم ِجي ٌد‬
“ ya Allah, berilah sholawat kepada Nabi Muhammad dan dan kepada keluarga
Muhammad, sebagaimana engkau berikan sholawat kepada Nabi Ibrahim dan
kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya kamu Maha terpuji lagi Maha mulia.
berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan dan kepada keluarga

12
Muhammad, sebagaimana engkau berikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan
kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya kamu Maha terpuji lagi Maha mulia.”

d. Setelah takbir yang ketiga, membaca do’a untuk mayit. Sebaik-baik do’a
adalah sebagai berikut:

‫ص ِغي ِرنَا َوَكبِي ِرنَا َوََ َك ِرنَا‬ ِ ‫اللَّه َّم ا ْغ ِفر لِحيِّ نَا وميِّتِنَا و َش‬
‫اه ِدنَا َوغَائِبِنَا‬
َ ‫َو‬ َ ََ َ ْ ُ
‫َوأُنْ ثَانَا‬
Wahai, Allah! Ampunilah orang yang hidup di antara kami dan orang yang mati,
yang hadir dan yang tidak hadir, (juga) anak kecil dan orang dewasa, lelaki dan
wanita kami. [HR At Tirmidzi]
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan beliau menambahkan:

‫ان َوَم ْن َ ََفَّ ْيتَهُ ِمنَّا فَ تَ ََفَّهُ َعلَى‬ِ ‫اْليم‬


َْ ِْ ‫َحيِه َعلَى‬
ِ ‫اللَّه َّم من أَحي يتَهُ ِمنَّا فَأ‬
ْ َْْ ْ َ ُ
‫َج َرهُ َوََل َ ْفتِنَّا بَ ْع َده‬
ْ ‫اْل ْس ََلِم اللَّ ُه َّم ََل َ ْح ِرْمنَا أ‬
ِْ
Wahai, Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah
dia di atas keimanan. Dan orang yang Engkau wafatkan di antara kami, maka
wafatkanlah ia di atas keimanan. Wahai, Allah! Janganlah Engkau halangi kami
dari pahalanya, dan janganlah Engkau sesatkan kami sesudahnya. [HR Abu
Dawud].

ُ‫ف َع ْنهُ َوأَ ْك ِرْم نُ ُُزلَهُ َوَو ِّس ْْ ُم ْد ََلَه‬ُ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو ْار َح ْمهُ َو َعافِ ِه َوا ْع‬
‫ب‬ ََّ ‫الث‬ ‫ت‬ ‫ي‬ َّ
‫ق‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫اي‬‫ط‬ ‫خ‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ِ
‫ه‬ ِّ
‫ق‬ ‫ن‬‫و‬ ِ
‫د‬ ‫ر‬ ‫ْب‬
‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ْج‬ ‫ل‬ َّ
‫الث‬‫و‬ ِ ِ ِ
َ ْ َْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ ِ َ ‫َوا ْغسلْهُ بال َْم‬
‫اء‬
‫س َوأَبْ ِدلْهُ َد ًارا ََ ْي ًرا ِم ْن َدا ِرِه َوأ َْه ًَل ََ ْي ًرا ِم ْن أَ ْهلِ ِه‬ َّ ‫ض ِم َن‬
ِ َ‫الدن‬ َ َ‫ْاْلَبْ ي‬
‫اب الْ َق ْب ِر َوِم ْن‬ِ ‫َع ْذهُ ِم ْن َع َذ‬ ِ ‫وَزوجا ََي را ِمن َزو ِج ِه وأَ ْد َِلْه الْجنَّةَ وأ‬
َ َ ُ َ ْ ْ ًْ ً ْ َ
ِ ‫َع َذ‬
‫اب النَّا ِر‬

13
Wahai, Allah! Berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan
maafkanlah ia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya,
mandikanlah ia dengan air, es dan salju. Bersihkanlah dia dari kesalahan
sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah
baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari
keluarganya semula, isteri yang lebih baik dari isterinya semula. Masukkanlah ia
ke dalam surga, lindungilah dari adzab kubur dan adzab neraka. [HR Muslim dari
‘Auf bin Malik]
Apabila mayitnya seorang wanita, maka diganti dengan dhamir muannats….

….‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَ َها َو ْار َح ْم َها‬


e. Kemudian takbir yang keempat dan berhenti sejenak untuk berdoa. Kemudian
salam ke arah kanan sekali salam. Atau boleh salam kedua ke arah kiri

PEMBAHASAN KELIMA: MENGIRINGI JENAZAH


membawa jenazah dan mengiringinya hukumnya wajib berdasarkan hadis Nabi
shallallahu alaihi Wa salam:
“hak seorang muslim kepada Muslim lainnya (dalam suatu riwayat: wajib bagi
seorang muslim atas saudaranya) ada 5 perkara: menjawab salam, menjenguk
orang yang sakit, mengikuti jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab orang
yang bersin”

TINGKATAN MENGIRINGI JENAZAH


mengiringi jenazah ada 2 tingkatan:
Pertama: mengikuti jenazah dari rumah keluarga mayat sampai disholati.
Kedua: mengikuti jenazah dari rumah keluarga mayat sampai selesai
dikuburkan.

PAHALA MENGIRINGI JENAZAH


dan pahala mengiringi jenazah sangat besar Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
“barang siapa menyaksikan jenazah (dalam riwayat lain: barang siapa mengikuti
jenazah seorang muslim) karena keimanan dan mengharap pahala sampai ia
dishalati maka: ia mendapatkan pahala senilai 1 qiroth dan barangsiapa yang
menyaksikannya sampai dikuburkan (dalam riwayat lain sampai ia selesai) maka:
ia mendapatkan 2 qiroth. Ditanyakan: “wahai Rasulullah apakah dua qirath itu?”
beliau menjawab: “seperti dua gunung yang besar. (dalam riwayat: satu qirath
seperti gunung Uhud”)

14
HUKUM MENGIRINGI JENAZAH BAGI WANITA

keutamaan mengiringi jenazah ini hanya berlaku untuk laki-laki adapun wanita
maka ada larangan dari Nabi shallallahu alaihi Wa salam.
Ummu athiyah radhiallahu anha berkata: “kami dilarang oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam mengiringi jenazah dan beliau tidak melarang kami
dengan larangan yang keras kepada kami”

ADAD-ADAB DALAM MENGIRINGI JENAZAH


a. Tidak boleh mengiringi jenazah dengan cara-cara yang menyalahi syariat
di antaranya dengan menyalakan api mengiringi dengan petasan tembakan
dan juga menyalakan gaharu.
b. hendaknya diam dalam mengiringi jenazah dan tidak boleh mengeraskan
bacaan apapun di depan jenazah sebagaimana perkataan Qays bin Abad:
“para sahabat nabi shallallahu alaihi wasallam membenci mengangkat
suara di dekat jenazah” dan Al imam an Nawawi rahimahullah ta'ala
berkata dalam kitab Al adzkar halaman 203: “dan ketahuilah bahwa yang
benar dan terpilih dalam Mazhab Syafi'i dan yang dilakukan oleh salafus
shalih adalah diam di saat berjalan mengiringi jenazah tidak mengeraskan
suara dalam bacaan-bacaan dzikir atau selainnya hal ini dimaksudkan agar
suasana lebih tenang pada perasaan dan lebih mengarah pada pikiran
terhadap jenazah dan itulah yang dituntut pada kondisi seperti ini dan inilah
yang benar Anda jangan tertipu dengan banyaknya orang yang menyalahi
nya.” abu Ali Al fudhail bin iyadh berkata yang intinya tetaplah kamu pada
ke jalan kebenaran dan tidak berbahaya terhadap kamu karena sedikitnya
jumlah orang yang menjalaninya dan waspadalah terhadap jalan kesesatan
jangan kamu tertipu dengan banyaknya jumlah orang yang binasa.

c. hendaknya ketika jalan mengiringi jenazah dengan langkah yang cepat


tidak boleh terlalu pelan berdasarkan sabda Nabi shallallahu salam
bersegeralah kalian dalam pengurusan jenazah jika jenazah itu dari
golongan orang yang baik maka kamu menyegerakan kebaikan untuknya
dan jika jenazah itu dari golongan yang jelek maka segeralah kalian
meletakkannya dari punggung kalian.

d. dalam mengiringi jenazah dibolehkan berada di depan di belakang samping


kiri atau kanan dari jenazah dan dianjurkan tidak terlalu jauh dari jenazah
adapun bagi mereka yang berkendara maka mengiringi jenazah tersebut
dari arah belakang. dan yang paling utama dalam mengiringi jenazah
adalah di belakang jenazah tersebut berdasarkan keumuman hadis Nabi
shallallahu salam “dan ikutilah jenazah.”

15
e. membawa jenazah dengan kereta kuda, gerobak, atau mobil ambulans
tidak dianjurkan dalam syariat Islam yang dianjurkan adalah
mengusungnya dengan pundak pundak mereka.

f. disunnahkan berwudhu bagi orang yang mengusung jenazah berdasarkan


sabda Nabi SAW wassalam “barangsiapa yang memandikan mayat
hendaknya ia mandi dan barangsiapa yang membawanya hendaknya ia
berwudhu.”

g. hendaknya tidak duduk bagi orang yang mengiringi jenazah sebelum


jenazah diletakkan di liang lahat. Sebagian ulama mengatakan sebelum
jenazah diletakkan di pekuburan setelah diturunkan dari pundak pundak
manusia.

PEMBAHASAN KEENAM: MENGUBURKAN JENAZAH


a. Menguburkan jenazah hukumnya wajib walaupun mayat tersebut adalah
orang kafir.
b. jenazah seorang muslim tidak boleh dikuburkan bersama orang kafir dan
jenazah orang kafir tidak boleh dikuburkan bersama orang-orang muslim
c. yang termasuk perkara yang disunahkan adalah mengubur mayat di
pemakaman Dan inilah yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu alaihi
wasallam
d. hal ini dikecualikan bagi orang yang mati syahid maka mereka
dikumpulkan di tempat dimana ia gugur dalam medan perang dan tidak
dipindahkan ke pemakaman.
e. dilarang menguburkan mayat pada kondisi kondisi berikut ini kecuali
dalam keadaan darurat. Pertama: menguburkan pada ketiga waktu di
mana ketiga waktu tersebut dilarang untuk mengerjakan salat. Kedua:
dilarang mengubur pada malam hari.
f. jika keadaan memaksa untuk menguburkan pada malam hari maka hal itu
boleh dilakukan walaupun dengan menggunakan lampu penerang dan
membawa turun mayat di dalam kuburan guna mempermudah proses
penguburan.
g. wajib hukumnya untuk menggali kubur yang dalam yang ukurannya luas
serta membaguskannya.
h. Untuk model kuburan diperbolehkan dengan cara lahat dan juga cara syaq.
Dan lahat lebih diutamakan dibandingkan syaq.
i. diperbolehkan mengubur dua mayat atau lebih dalam satu kuburan jika
dalam keadaan darurat. Orang yang menurunkan jenazah ke liang kubur
adalah laki-laki bukan kaum wanita.
j. Wali mayat lebih berhak menurunkan mayat tersebut.
k. Yang menurunkan jenazah wanita adalah mahramnya atau suaminya.

16
l. dan bagi orang yang turun ke liang kubur di syaratkan dia tidak menggauli
istrinya pada malam tersebut.
m. Disunahkan untuk memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
n. jenazah diletakkan di dalam liang kubur dalam dengan posisi dibaringkan
miring ke kanan wajahnya menghadap ke arah kiblat serta posisi kepala
dan kedua kakinya ke arah kanan kiblat dan ke arah kirinya inilah yang
selalu menjadi kebiasaan umat Islam dari zaman Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam.
o. sedangkan orang yang meletakkan mayat ke dalam liang kubur yang
mengucapkan

‫َل اللَّ ِه‬


ِ ‫بِس ِم اللَّ ِه و َعلَى ُسن َِّة ر ُس‬
َ َ ْ
“Dengan nama Allah dan sunnah Rasulullah”
Atau
ِ ‫َل‬ ِ ‫اهلل و َعلَى ِملَّ ِة ر ُس‬
ِ ِ
‫اهلل‬ َ َ ‫ب ْس ِم‬
“dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah”
atau membaca

ِ ‫َل‬
‫اهلل‬ ِ ‫ و َعلَى ِملَّ ِة ر ُس‬،‫اهلل وبِاللَّ ِه‬
ِ ‫بِس ِم‬
َ َ َ ْ
“dengan nama Allah demi Allah dan agama Rasulullah.”

p. Disunnahkan bagi orang yang berada dalam liang kubur untuk menaburkan
dengan kedua telapak tangannya sebanyak 3 kali ke arah kepalanya setelah
selesai menutup liang lahat.

q. disunahkan setelah menguburkan mayat untuk meninggikan tanah kuburan


kira-kira 1 jengkal dan hendaknya bentuk kuburan tersebut seperti punuk
unta dan diberi tanda berupa batu atau yang lainnya agar uang yang
meninggal ini bisa dimakamkan di dekat kuburan tersebut.

r. Tidak mentalqin mayat.

s. Adapun memberikan nasehat ketika pemakaman ada dua pendapat diantara


para ulama.

t. Tidak boleh menggali kuburan sendiri sewaktu masih hidup.


.

17

Anda mungkin juga menyukai