Anda di halaman 1dari 18

Khutbah Pertama Keagungan Al-Qur’anul Karim

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.
Takwa bukan hanya ucapan di lisan, bukan hanya kerapian dalam pakaian, tapi takwa yang sebenarnya:

َ‫َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأنتُم ُّم ْسلِ ُمون‬

“Dan jangan sampai kalian mati kecuali dalam satu kondisi, mati dalam kondisi Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]:
102)

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah..

Bila kita memperhatikan kondisi umat Islam, kondisi kita, kita tidak perlu berbicara tentang orang lain,
kita lihat ternyata tidak sedikit di antara umat Islam yang hidup dalam kebimbangan. Dia tidak tahu
kenapa diciptakan. Kerjanya hanya cari makan, pulang ke rumahnya, besok bekerja cari makan, sampai
kapan dia melakukan itu? Yaitu sampai mati.

Sebagian umat Islam hidup dalam pertikaian yang tidak ada ujungnya. Dan sebagian besar umat Islam
juga hidup di dalam kehinaan yang sangat memprihatinkan.

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah..

Kita perlu berpikir, kenapa itu sampai terjadi? Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak
diberi sembarang mukjizat. Beliau dikaruniai mukjizat yang sampai hari kiamat kelak tetap mukjizat itu
bisa kita gunakan.

Tidak seperti mukjizat Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad ‘Alaihish Shalatu was Salam. Nabi Musa
dengan tongkatnya, dengan wafatnya Nabi Musa selesai tongkat itu. Tapi Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, Allah berikan kepadanya Al-Qur’anul Karim.
Kata Allah:

‫ِإ َّن ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ يَ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي َأ ْق َو ُم‬

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini menunjukkan kepada jalan yang paling lurus.” (QS. Al-Isra'[17]: 9)

Allah berfirman:

َ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِين‬ َ ِ‫ٰ َذل‬


َ ‫ك ْال ِكتَابُ اَل َري‬

“Itu Al-Qur’anul Karim tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, sebagai petunjuk buat orang-orang
yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 2)

Allah mengatakan:

َ ‫ك ْال ِكت‬
ْ ‫َاب تِ ْبيَانًا لِّ ُك ِّل ش‬
‫َي ٍء‬ َ ‫َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’anul Karim untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS. An-Nahl[16]:
89)

Apapun yang kita butuhkan dalam kehidupan ini, ada dalam Al-Qur’an. Tapi sayangnya kita tidak tahu
apa isi Al-Qur’anul Karim.

Mana Al-Qur’an kita? Sebagian Al-Qur’an berfirkir bahwa Al-Qur’an hanya Al-Maidah ayat 51, tidak
jama’ah. Al-Qur’an 30 juz, 6000 ayat lebih. Tapi kemana kita selama ini?

Sebagian tidak mengetahui dari Al-Qur’anul Karim kecuali Surat Yasin. Betul, Surat Yasin salah satu surat
dari Al-Qur’anul Karim.
Sebagian hanya mengetahui “Qul huwallahu ahad.” Benar “Qul huwallahu ahad” salah satu surat dari Al-
Qur’anul Karim. Di dalam kitab kita ada 114 surat.

Itulah yang menyebabkan umat Islam hina dina, tatkala mereka meninggalkan Al-Qur’anul Karim. Segala
sesuatu yang kita butuhkan ada. Apapun!!

Masalah politik, Allah berbicara dan Al-Qur’anul Karim. Masalah perdagangan, Allah berbincang dalam
Al-Qur’anul Karim. Masalah muamalah, masalah pernikahan, Allah jelaskan dalam Al-Qur’anul Karim.
Tapi kita yang mengaku umat Islam kapan terakhir kali membaca Al-Qur’an sambil memahami artinya?

Sebagian berumur 60 tahun, tidak pernah tahu apa isi Al-Qur’anul Karim. Sebagian umurnya 50 tahun,
tidak pernah bertambah hafalannya. Dia ingin bertambah hartanya, dia ingin bertambah propertinya,
dia ingin bertambah rumah dan mobilnya, tapi hafalan Al-Qur’an tidak pernah bertambah. Kemana
engkau? Apa yang kau cari dalam kehidupan ini?

Al-Qur’an ini petunjuk buat orang-orang yang bertakwa.

Sudah seharusnya kita kembali kepada Al-Qur’anul Karim. Baca itu Al-Qur’an. Jangan pernah matahari
terbenam kecuali kita sudah membaca Al-Qur’an kita. Tambahkan lagi, kita baca artinya. Mau dibuat apa
umur ini jama’ah?

Ini adalah kitab yang kalau kita berpegang teguh dengannya, selesai semua urusan. Urusan bangsa ini,
urusan rakyat, urusan apa saja. Tapi karena kita tidak mau membaca Al-Qur’anul Karim.

Maka mulai hari ini, berikrarlah, memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk tidak pernah
memejamkan mata kecuali telah membaca Al-Qur’anul Karim. Setiap hari 1 lembar kita buka, baca
artinya. Supaya kita tahu apa sih yang Allah inginkan dari kita? Apa tujuan Al-Qur’an diturunkan kalau
bukan untuk menjadi imam dan petunjuk buat kita?

Ma’asyiral Ikhwah Rahimakumullah..


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

َ َ‫ب َأ ْق َوا ًما َوي‬


َ‫ض ُع بِ ِه آ َخ ِر ْين‬ ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَرْ فَ ُع بِهَ َذا ْال ِكتَا‬

“Sesungguhnya Allah Jalla Jalaluhu mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan Allah
merendahkan kaum yang lainnya ketika mereka meninggalkan Al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Ketika mereka menghina Al-Qur’anul Karim, Allah akan hinakan mereka. Tapi kita pun harus kembali
kepada Al-Qur’anul Karim.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau masih hidup, beliau pernah mengadu kepada Allah.

‫َوقَا َل ال َّرسُو ُل يَا َربِّ ِإ َّن قَوْ ِمي اتَّ َخ ُذوا ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ َم ْهجُورًا‬

“Dan Rasul berkata: ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini ditinggal sama
mereka.’” (QS. Al-Furqan[25]: 30)

Jangan sampai kita termasuk yang meninggalkan Al-Qur’anul Karim, yang mengaku sebagai umatnya
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Al-Qur’an bukan untuk pajangan, Al-Qur’an bukan untuk disimpan, tapi Al-Qur’an untuk diamalkan
dalam kehidupan ini. Kita harus yakin bahwa hanya ada satu kitab di muka bumi ini yang bisa
menyelamatkan umat manusia, yaitu Al-Qur’anul karim.

Khutbah Kedua Keagungan Al-Qur’an

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah,


Betapa sedihnya hati ini tatkala umat Islam yang jumlahnya 87,1% di negeri ini ternyata tidak berbuat
apa-apa. Betapa sedihnya hati ini ternyata yang mayoritas tidak bisa memberikan warna kepada negeri
ini. Apa sebenarnya yang terjadi?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengingatkan kita, kalau kelak umat Islam akan
berjumlah banyak,

‫َولَ ِكنَّ ُك ْم ُغثَا ٌء َك ُغثَا ِء ال َّسي ِْل‬

Tapi umat Islam tidak memiliki bobot, dia seperti buih yang diombang-ambingkan, padahal jumlah
mereka banyak.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan kita:

‫ُور َع ُد ِّو ُك ُم ْال َمهَابَةَ ِم ْن ُك ْم‬


ِ ‫صد‬ُ ‫َولَيَ ْن ِزع ََّن هَّللا ُ ِم ْن‬

“Allah akan mencabut rasa gentar musuh kalian kepada kalian.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ath-Thabrani)

Musuh kalian yang jumlahnya sedikit, mereka tidak lagi takut kepada kalian. Allah yang mencabut.
Kenapa demikian? Jawabnya karena pada hakikatnya musuh-musuh kita itu lemah, tapi karena kitanya
yang jadi lebih lemah, maka mereka bisa mengalahkan umat Islam.

َ‫َولَيَ ْق ِذفَ َّن هَّللا ُ فِي قُلُوبِ ُك ُم ْال َوهَن‬

“Allah akan melemparkan ke dalam hati kalian wahn.”

Apa wahn itu?


ِ ْ‫حُبُّ ال ُّد ْنيَا َو َك َرا ِهيَةُ ْال َمو‬
‫ت‬

“Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud, Ahmad)

Apa bukti cinta dunia? Mungkin sebagian lebih suka membuka WhatsApp, sebagian lebih suka membuka
Facebook, menghabiskan waktunya untuk dunia daripada untuk Al-Qur’anul Karim.

Sehari satu lembar Al-Qur’an sudah capek dia baca, tapi dia membuka Facebook 1 jam, membuka
medsos 2 jam, menonton berita, menonton film berjam-jam dia lakukan itu. Pas gilirang Al-Qur’anul
Karim, hanya beberapa menit dari hidupnya dia berikan untuk Allah Jalla Jalaluhu.

Terus bagaimana solusinya menghadapi kehinaan umat Islam? Jumlahnya banyak tapi dibantai di
berbagai negeri. Kata Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

‫ع َوت ََر ْكتُ ْم ْال ِجهَا َد َسلَّطَ هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم ُذالًّ الَ يَ ْن ِز ُعهُ َحتَّى تَرْ ِجعُوا ِإلَى ِدينِ ُك ْم‬ ِ ‫َاب ْالبَقَ ِر َو َر‬
ِ ْ‫ضيتُ ْم بِال َّزر‬ َ ‫ِإ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم بِ ْال ِعينَ ِة َوَأخ َْذتُ ْم َأ ْذن‬

“Kalau sistem jual beli kamu itu ‘inah (riba)…”

Kita lihat negeri kita, masyarakat kita, riba itu masuk ke kampung-kampung. Masyarakat-masyarakat
hidup dengan riba. Sebagian rumah dengan riba, motornya dengan riba, mobilnya dengan riba, HP nya
dengan riba, bahkan sebagian pakaiannya dengan riba. Riba menjadi sebuah gaya hidup.

‫َاب ْالبَقَ ِر‬


َ ‫خَذتُ ْم َأ ْذن‬
ْ ‫… َوَأ‬

“Kalian sibuk mencari dunia, kalian memegangi ekor-ekor sampi, sibuk dengna pertaniannya, dan kalian
meninggalkan jihad di jalan Allah…”

Apa yang akan terjadi? Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Allah akan menimpakan kepada
kalian kehinaan.”
Allah menimpakan kepada umat Islam kehinaan gara-gara kita semua. Sampai kapan? Sampai kapan kita
akan hina seperti ini?

Kata Nabi ‘Alaish Shalatu was Salam:

‫َحتَّى تَرْ ِجعُوا ِإلَى ِدينِ ُك ْم‬

“Sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud, Al-Baihaqi)

Baru ketika itu Allah cabut kehinaan itu. Tidak ada jalan keluar dari kehinaan ini kecuali kita kembali
kepada Al-Qur’anul Karim, kembali kepada sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita kembali ke
rumah Allah, kita bahwa orang-orang menuju Al-Qur’anul Karim, kita pahami Al-Qur’an dan kita amalkan
dalam kehidupan ini, kita sampaikan kepada teman-teman kita di kantor, kita sampaikan kepada shahib-
shahib yang ada di perusahaan.

Yang memiliki perusahaan, usahakan semuanya ketika adzan dikumandangkan, berhenti. Usahakan
ketika menanti antara Adzan sama Qomat, baca Qur’an. Ini usaha untuk kembali kepada kejayaan Islam.
Hanya satu cara, tidak ada yang lainnya, kembali kepada Allah Jalla Jalaluhu.

Khutbah Pertama Dimana Qur’an-mu?

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa,
dan janganlah kalian meninggal dunia, jangan sampai kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.

Ma’asyiral muslimin wa zumrotal mukminin rahimakumullah..

Kapan terakhir kali kita membuka Al-Qur’anul Karim? Kapan terakhir kali kita membuka lembaran
Kitabullah, memahami maknanya, dan kemudian mengamalkannya?
Satu-satunya mukjizat yang sampai hari ini tetap dirasakan oleh umat manusia hanya Al-Qur’anul Karim.
Kemana tongkat Nabi Musa? Kemana kehebatan-kehebatan dan mukjizat yang Allah berikan kepada
Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam? Kepada Nabi Daud, kepada Nabi Sulaiman? Mukjizat-mukjizat itu hilang
bersama perginya Nabi-Nabi tadi.

Tapi Al-Qur’anul Karim, Allah berfirman:

َ َ‫لَوْ َأ ْن َز ْلنَا ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ َعلَ ٰى َجبَ ٍل لَ َرَأ ْيتَهُ خَا ِشعًا ُمت‬
ِ ‫ص ِّدعًا ِم ْن َخ ْشيَ ِة هَّللا‬

“Andaikata Kita turunkan Al-Qur’an ini kepada gunung, niscaya engkau akan mendapatinya tunduk dan
terbelah karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Hasyr[59]: 21)

Umat Islam dimasa kini sangat membutuhkan petunjuk. Mereka benar-benar memerlukan arahan
kemana mereka harus pergi, apa yang harus mereka lakukan. Dan sungguh sangat menyedihkan tatkala
orang tersesat sedangkan di depannya ada petunjuk yang mengantarkan dia kepada jalan yang lurus.

Kenapa umat Islam harus bingung mengambil sikap, berbuat, bertindak? Umat Islam bingung apa yang
harus mereka lakukan dimasa kini. Semua itu bermula karena kita meninggalkan Al-Qur’anul Karim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

‫ِإ َّن ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ يَ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي َأ ْق َو ُم‬

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini menunjukkan kepada jalan yang paling lurus.” (QS. Al-Isra'[17]: 9)

Tapi ternyata kita jarang membaca Al-Qur’anul Karim. Sebagian di antara kita tidak mengenal Al-Qur’an
kecuali pada saat kematian, sebagian di antara kita tidak mengenal Al-Qur’an kecuali disaat sakit dan
harus dirukyah dengan Al-Qur’anul Karim, sebagian di antara kita tidak pernah melihat Al-Qur’an kecuali
hiasan di dinding. Padahal Al-Qur’an Allah turunkan sebagai hudan lin nas.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


‫ُأ‬
ِ َّ‫نز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِّلن‬
‫اس‬ ِ ‫َش ْه ُر َر َمضَانَ الَّ ِذي‬

Untuk apa Allah turunkan Al-Qur’anul Karim? Yaitu sebagai petunjuk bagi manusia.

Yang ingin belajar berdagang, baca Al-Qur’anul karim. Yang ingin berpolitik, baca Al-Qur’anul Karim.
Yang ingin sejarah, baca Al-Qur’anul Karim. Yang ingin kaya, baca Al-Qur’anul Karim. Yang ingin selamat
dalam kehidupan dunia dan akhirat, baca Al-Qur’anul Karim.

Tapi sejatinya kita benar-benar umat yang tidak tahu diri. Ayat yang pertama kali Allah turunkan itu
iqra’. Kita diperintahkan untuk membaca.

Iya betul kita membaca, tapi apa yang kita baca? Kemana Al-Qur’anul Karim? Kita lebih suka menonton
berita, membaca berita, menghilangkan waktu-waktu kita untuk sesuatu yang tidak menunjukkan kita
kepada jalan yang lurus, padahal kita tersesat.

Allah Jalla Jalaluhu mengatakan dalam sebuah hadits Qudsi:

َ ‫ُكلُّ ُك ْم‬
ُ‫ضا ٌّل ِإالَّ َم ْن َه َد ْيتُه‬

“Semua kalian ini tersesat, kecuali orang yang Aku berikan petunjuk.”

‫فَا ْستَ ْهدُونِي َأ ْه ِد ُك ْم‬

“Kalian minta kepadaku petunjuk, pasti Aku tunjuki jalan yang benar.” (HR. Muslim)

Kita setiap hari meminta ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِيم‬


ِّ ‫ ا ْه ِدنَا ال‬. Dan Allah sudah turunkan kitab hidayah untuk kita, tapi kita
tinggalkan.

Ma’asyiral Ikhwah..

Berapa jumlah umat Islam di Indonesia? Jumlah kita jauh lebih banyak daripada orang-orang yang tidak
beriman. Pemerintah kita kebanyakan muslim, tentara-tentara kita kebanyakan muslim, polisi-polisi kita
kebanyakan muslim, pejabat-pejabat kita kebanyakan muslim, guru-guru kita kebanyakan muslim. Tapi
tatkala mereka meninggalkan Al-Qur’anul Karim, Demi Allah wujud mereka seperti ketidakadaan
mereka.
Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengadukan kaumnya, yaitu orang-orang kafir Quraisy,
penduduk Mekah.

‫َوقَا َل ال َّرسُو ُل يَا َربِّ ِإ َّن قَوْ ِمي اتَّ َخ ُذوا ٰهَ َذا ْالقُرْ آنَ َم ْهجُورًا‬

“Nabi mengatakan: ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang
mereka tinggalkan.’” (QS. Al-Furqan[25]: 30)

Allah adzab mereka.

Kita menginginkan kemenangan, kita menginginkan kejayaan, tapi kita tinggalkan Al-Qur’anul Karim?
Demi Allah kita tidak akan pernah mendapatkannya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan kepada kita. Kita ingin umat Islam dihormati, kita ingin
tidak ada yang ditindas dari kaum muslimin, tapi ternyata kita benar-benar diremehkan oleh orang-
orang. Musuh-musuh Islam tahu kekuatan umat Islam itu pada Al Qur’anul Karim.

Kalau kita membaca sejarah, tatkala orang-orang Eropa datang ke Timur Tengah ingin menguasai negeri-
negeri Islam, mereka tahu kuncinya Al-Qur’anul Karim. Apa kata mereka? Kau buka tudung wanita dan
tutup dengannya Al-Qur’anul Karim, maka selesai, akan hilang kekuatan umat Islam. Jumlah mereka
yang banyak akan seperti buih yang tidak ada bobotnya sama sekali. Dan itu yang terjadi.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

َ َ‫ب َأ ْق َوا ًما َوي‬


َ‫ض ُع بِ ِه آ َخ ِرين‬ ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَرْ فَ ُع بِهَ َذا ْال ِكتَا‬

“Allah meninggikan derajat orang-orang yang mau menerima/mengamalkan Al-Qur’anul Karim. Dan
yang tidak mau menerima Al-Qur’an Allah rendahkan.” (HR. Muslim)

Jama’ah, mana Qur’an kita? Dari 24 jam yang Allah berikan kepada kita, pernahkah terbetik di hati kita
“Aku ingin tahu apa yang Allah inginkan dari aku?” Buka Al-Baqarah, buka Ali-Imran, terus kita buka, kita
akan tahu ternyata Allah ingin ini dari aku.
Dahulu pernah ribut masalah Al-Maidah 51, iya benar kita harus meributkannya, kita harus menentang
mereka yang mau menghinakan Al-Qur’anul Karim. Tapi kita harus tahu kenapa kita jadi hina? Bukan
karena tidak mengamalkan Al Maidah 51, tapi karena tidak mengamalkan Al-Qur’anul Karim.

Al-Qur’an itu 6.000 ayat lebih, jama’ah. Bukan satu ayat yang harus kita amalkan dalam kehidupan ini.
Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengingatkan kita, beliau mengatakan:

‫ َسلَّطَ هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم ُذاًّل اَل يَ ْن ِز ُعهُ َحتَّى تَرْ ِجعُوا ِإلَى ِدينِ ُك ْم‬، ‫ َوتَ َر ْكتُ ْم ْال ِجهَا َد‬، ‫ع‬ ِ ‫ َو َر‬، ‫َاب ْالبَقَ ِر‬
ِ ْ‫ضيتُ ْم بِال َّزر‬ َ ‫ َوَأخ َْذتُ ْم َأ ْذن‬، ‫ِإ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم بِ ْال ِعينَ ِة‬

“Kalau jual beli kalian sistemnya ‘inah (riba yang terselubung)…”

Hampir umat Islam tenggelam dalam segala macam riba. Di negeri kita, rumahnya riba, mobilnya riba,
motornya riba, tempat kerjanya riba.

Kemana Al-Qur’anul Karim? Firman Allah ketika mengumumkan perang kepada orang-orang yang
melakukan riba.

‫…يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa riba…” (QS.
Al-Baqarah[2]: 278)

Sama persis dengan perintah kita dilarang memilih pemimpin kafir.

‫ار ٰى َأوْ لِيَا َء‬


َ ‫ص‬َ َّ‫…يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَتَّ ِخ ُذوا ْاليَهُو َد َوالن‬

Kita orang-orang yang beriman dipanggil untuk tidak memilih pemimpin-pemimpin yang kafir, untuk
tidak berteman dengan orang-orang kafir. Sebagaimana kita dipanggil untuk meninggalkan riba. Kita
meributkan tentang pemimpin kafir, tapi tentang riba kita biarkan? Bahkan kita tenggelam dalam riba
itu sendiri?

“Kalau sistem jual beli ‘inah, dan kalian sibuk memegang ekor-ekor sapi, sibuk dengan dunia kalian, sibuk
dengan pertanian kalian, dan kalian meninggalkan jihad di jalan Allah…”
Apa yang akan terjadi? Yaitu seperti yang kita rasakan sekarang.

‫َسلَّطَ هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم ُذاًّل‬

“Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan.” Hina kalian. Jumlah kalian banyak tapi hina.

Sampai kapan?

Hanya satu cara untuk kembali kepada kejayaan Islam. Hanya ada satu jalan agar umat Islam dihormati
lagi, yaitu:

‫َحتَّى تَرْ ِجعُوا ِإلَى ِدينِ ُك ْم‬

“Sampai kalian kembali kepada agama kalian.”

Bukan hanya kembali kepada Al-Maidah ayat 51. Tapi kembali kepada Al-Qur’anul karim.

Allah turunkan Al-Qur’an untuk apa jama’ah, kalau bukan untuk membimbing hidup kita? Kita harus
bertanya, apakah kita sudah mengikuti Al-Qur’anul Karim? ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ketika ditanya
oleh Urwah bin Zubair, oleh Al-Aswad, mereka bertanya bagaimana Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
mereka ingin tahu akhlak Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Jawabnya cuma satu:

‫كان خلقه القرآن‬

“Kalau engkau mau tahu akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bacalah Al-Qur’anul Karim.”

‘Aisyah tidak perlu panjang panjang lebar menceritakan atau menjelaskan bahwa Nabi seperti ini dan
seperti ini, tidak perlu. Semuanya sudah ada dalam Al-Qur’anul karim, kamu tinggal melihatnya di Al-
Qur’an.

Dan kita adalah umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita adalah Umatul Qur’an.

Khutbah Kedua Dimana Qur’an-mu?


Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah,

Musuh-musuh Islam itu menang bukan karena kekuatan mereka, tapi musuh-musuh Islam itu bisa
menang karena Allah tidak bantuin kita. Allah mengatakan:

ُ ‫ب لَ ُك ْم ۖ َوِإن يَ ْخ ُذ ْل ُك ْم فَ َمن َذا الَّ ِذي يَن‬


‫ص ُر ُكم ِّمن بَ ْع ِد ِه‬ َ ِ‫ِإن يَنصُرْ ُك ُم هَّللا ُ فَاَل غَال‬

Kalau Allah bantu kalian, tidak ada yang bisa mengalahkan kalian meskipun berapa banyak jumlah
mereka, berapa besar pun kekuatan mereka. Kalau Allah bantu kalian, Allah Rabbul ‘Alamin, Allah tinggal
getarkan bumi ini, Allah tinggal hancurkan bumi ini maka selesai. Kalau Allah bantu kalian, tidak ada
yang bisa mengalahkan kalian.

‫َوِإن يَ ْخ ُذ ْل ُك ْم‬

Tapi kalau tidak membantu kalian, Allah membiarkan kalian, siapa yang akan membantu kalian?

‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu ketika mengutus pasukan perang, satu orang disuruh kembali.
Ternyata anak itu dikenal anak yang durhaka sama orang tuanya. ‘Umar bin Khattab berkata:

“Ingat, kalian ini dimenangkan oleh Allah bukan karena jumlah kalian dan bukan karena persiapan
kalian. Kalian itu dimenangkan oleh Allah karena ketakwaan kalian. Tapi kalau kemaksiatan kalian sama
dengan kemaksiatan musuh, maka musuh akan mengalahkan kalian dengan jumlah dan persiapan
mereka.”

Maka intinya jamaah, kita harus kembali kepada agama, kita harus ajak anak-anak kita baca Qur’an
bersama. Bapaknya baca, bacakan artinya, jelaskan kepada anaknya. Bertahun-tahun kita menjadi orang
َ ‫ٰ َذلِكَ ْال ِكتَابُ اَل َري‬
Islam, tapi kita tidak tahu dengan apa isi Al-Qur’anul Karim. Bertahun-tahun kita baca: ۛ ‫ْب‬
َ‫فِي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِين‬, tapi kita tidak pernah tahu apa sebenarnya maknanya?
Maka jangan berharap umat Islam jaya kecuali dengan satu cara, kembali kepada agama, kembali ke
rumah Allah, ramaikan rumah-rumah Allah, dan jangan lagi telat dateng shalat Jumat. Kalau kita shalat
Jumat telat, sebagian datang ketika khotib sudah naik, apalagi yang lainnya? Sepekan sekali, satu Jumat
sekali kita datang ke rumah Allah dan kita telat?

Subhanalah, sampai kapan kita akan seperti ini? Kehinaan ini bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk
anak-anak kita pun terus akan kita rasakan, di negeri yang kita mayoritas di situ, di negeri yang kita
jumlahnya lebih banyak, yang masjid-masjidnya 700.000 lebih jumlahnya. Tapi tatkala umat Islam lebih
suka ke pasar daripada ke masjid, lebih suka nonton film daripada datang kajian, lebih suka membaca
berita daripada membaca Al-Qur’anul Karim, maka entah kapan kita akan kembali jaya.

Keuntungan Hidup Dibawah Naungan Al-Qur'an

‫ي لَهُ َأ ْشهَ ُد‬


َ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬
ِ ‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا‬
ُ‫َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬

‫ص ّل َو َسلّ ْم عَلى ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬
َ ‫اَللهُ ّم‬.

‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ نَ َأ ّما بَ ْع ُد‬
ّ ‫يَاَأيّهَا الّ َذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َح‬

َ ‫ َو ُك ّل ُمحْ َدثَ ٍة ِب ْد َعةٌ َو ُك ّل بِ ْد َع ٍة‬،‫ َو َش ّر ْاُأل ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَا‬،‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم‬
،ً‫ضالَلَة‬ ِ ‫ َوخَ ي َْر ْالهَ ْد‬،ِ‫ث ِكتَابُ هللا‬
ُ ‫ى هَ ْد‬
َ ‫ى ُم َح ّم ٍد‬ ِ ‫ق ْال َح ِد ْي‬
َ ‫فَِأ ّن َأصْ َد‬
ِ ّ‫ضالَلَ ِة فِي الن‬
‫ار‬ َ ‫و ُك ّل‬. َ

Hadirin Rahimakumullah !

Alhamdulillah patutlah kiranya kita senantiasa bersyukur dan meningkatkan kedekatan kita kepada Allah
Swt, yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga. Yakinlah kita bahwa keberadaan kita di sini
telah dicatat sebagai amal yang baik dan akan dibalas, maka jangan kita campuri dengan tujuan lain agar
kita tidak dilaknat-Nya.
Marilah kita sampaikan ucapan shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Saw. yang telah memberikan suri tauladan dan bimbingan melalui sabdanya sehingga
kita mantap dalam beragama Islam.

Hadirin Rahimakumullah!

Mengapa banyak manusia yang tersesat dalam hidupnya, padahal Allah SwT. telah memberikan anugrah
akal? Sebab mereka tidak memiliki pedoman hidup, sehingga mereka sangat terbuka untuk melakukan
hal-hal yang dilarang Allah SwT. Bagi orang-orang yang bertaqwa , telah ditunjukkan Allah Swt . agar
mempergunakan Al-Qur-an sebagai pedoman hidup. Hidup di bawah naungan Al-Qur-an merupakan
suatu nikmat bagi mereka yang menghayatinya, yang dapat mengangkat derajatnya, serta
membersihkan dari segala bentuk penyimpangan, yang mendatangkan murka Allah Swt.

Hadirin yang berbahagia !

Manfaat dan keuntungan hidup di bawah naungan Al-Qur-an paling tidak ada tiga yang antara lain:

Pertama : Terbimbing dan terhindar dari kesesatan. Al Qur-an berfungsi sebagai pedoman hidup .
Sebagaimana dijekaskan dalam firaman Allah Swt. Surat Al Baqarah ayat : 185 .

‫ت ِّمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن‬ ‫َش ْه ُر َر َمضَانَ الَّ ِذ َ ُأ‬


ِ َّ‫نز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ ِ ‫ي‬

” … bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil.”

Di dalam Al Qur-an dijelaskan bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim , apa saja ciri-ciri seorang
mukmin sejati itu, bagaimana cara berdagang, dan sebagainya . Di samping itu, Al Qur-an menjelaskan
hal-hal yang hak yang harus dilakukan seorang yang beriman, dan hal-hal yang harus dijauhi .Dan di sini
saya contohkan perintah Allah SwT yang berkaitan dengan makan , sebagaimana Firman-Nya :

ْ ‫ض َحالَالً طَيِّبا ً َوالَ تَتَّبِع‬


ِ ‫ُوا ُخطُ َوا‬
ٌ ِ‫ت ال َّش ْيطَا ِن ِإنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمب‬
‫ين‬ ِ ْ‫وا ِم َّما فِي اَألر‬
ْ ُ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ُكل‬
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.”

Dalam ayat ini kita diperintahkan untuk makan yang halal lagi baik , jadi tidak cukup halal saja tapi harus
baik. Islam sangat mengutamakan kesehatan, dengan kesehatan itu nyaman beribadah dan juga dapat
beraktivitas dengan baik.

Demkian pula cara mencari makan halal, tidak cukup hanya menghasilkan saja tetapi dituntut bekerja
dengan baik, cara –cara yang halal dan baik. Jangan memakai cara yang merugikan orang lain atau
merugikan Negara.

Hadirin yang berbahagia !

Manfaat hidup di bawah naungan Al-Qur-an yang Kedua : Mendapatkan Solusi hidup dan Rizki. Orang-
orang yang beriman selalu diseru untuk menjadi orang yang bertaqwa yakni orang yang membuktikan
imannya.

Adapun di antara ciri orang yang bertaqwa adalah menggunakan Al-Qur-an sebagai petunjuk dalam
kehidupan sehari-hari. Kita harus yakin jika kita bertaqwa kepada Allah pasti akan mendapatkan jalan
keluar dari masalah yang kita hadapi, sehingga akan mendorong kita selalu mengikuti petunjuk-petunjuk
Al-Qur-an .

٢﴿ ً ‫ق هَّللا َ يَجْ َعل لَّهُ َم ْخ َرجا‬


ِ َّ‫﴾ َو َمن يَت‬

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”. QS.Ath
Thalaq : 2.

Betapa banyak ayat-ayat yang yang mengingatkan agar orang-orang yang beriman agar ditindaklanjuti
dengan taqwa, dan ketaqwaan inilah penyebab kita mendapatkan hadiah dipecahkan masalah kita. Dan
orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan kemudahan serta pahala yang besar.

Hadirin yang berbahagia!


Berbahagialah kita menjadi hamba Allah SwT. yang menjadikan Al Qur-an sebagai pedoman hidup
sehingga menjadi muttaqin atau orang-orang yang bertaqwa , maka manfaat kita berada di bawah
naungan Al Qur-an yang ketiga adalah akan mendapatkan barokah , sebagaimana dijelaskan Allah dalam
surat Al- A’raf ayat : 96.

ْ ُ‫ُوا فََأخ َْذنَاهُم بِ َما كَان‬


٩٦﴿ َ‫وا يَ ْك ِسبُون‬ ْ ‫ض َولَـ ِكن ك ََّذب‬
ِ ْ‫ت ِّمنَ ال َّس َما ِـء َواَألر‬ ْ َ‫وا َواتَّق‬
ٍ ‫وا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َركَا‬ ْ ُ‫﴾ َولَوْ َأ َّن َأ ْه َل ْالقُ َرى آ َمن‬

“ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Hadirin yang berbahagia !

Keberkahan hidup adalah suatu keniscayaan yang harus kita utamakan, tidaklah ada artinya harta yang
banyak namun tidak mendatangkan barokah. Barokah itu adalah ziyaadatul khoiri, artinya tambahnya
kebaikan. Dengan harta yang kita miliki kemudian kita semakin baik ketaatan kita kepada Allah dan
semakin baik pula hubungan kita dengan sesama manusia berarti harta kita membawa barokah.

Bagaimana dengan jabatan atau pangkat kita: Jabatan dan pangkat kita dapat mendatangkan barokah
bila kita senantiasa bertaqwa kepada Allah SwT. Dan jika kita mendustakan ayat-ayat -Nya maka kitapun
akan mendapatkan akibat buruk yang telah kita lakukan.

Hadirin yang berbhagia !

Kita harus yakin dan mengikuti apa yang diperintahkan dalam Al Qur-an insya Allah kita akan
mendapatkan bimbingan dari Allah Swt. sehingga kita tidak menjadi manusia yang tersesat.

Semoga kita semua yang hadir di majlis yang penuh barokah ini, juga keluarga kita, selalu mendapatkan
petunjuk dan perlindungan dari Allah SwT.,serta mampu melaksanakan ibadah dengan dengan penuh
ketulusan atas dasar cinta kepada-Nya.

‫الح ِكي ِْم َوتَقَبَّلْ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإ نَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ‫اَْْل‬
ِ ‫االقُرْ َأ ِن ا ْل َع ِظي ِْم َونَف َعنِ ْي َو ِإ يَّا ُك ْم ب َِما فِ ْي ِه ِمنَ ا َ يَا‬
َْ ‫ت و ِذ ْكر‬ ْ ‫في‬ِ ‫بَارَكَ ا هللُ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫‪Khutbah Kedua :‬‬

‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد‬ ‫َرهَ ْال ُم ْش ِر ُكونَ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل ش ِ‬
‫َري َ‬ ‫ِّين ُكلِّ ِه َولَوْ ك ِ‬
‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الد ِ‬ ‫ق ِلي ْ‬ ‫ين ْال َح ِّ‬
‫ْال َح ْم ُد هّلِل ِ الَّ ِذيْ َأرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُدَى َو ِد ِ‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫صحْ بِ ِه جْ َم ِع ْينَ َّما بَعْد‬ ‫َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ اَللَّهُ َّم َ‬ ‫َأ‬

‫! ‪Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala‬‬

‫‪Marilah kita dengan tiada henti-hentinya selalu memanjatkan do’a , agar senantiasa mendapatlkan‬‬
‫‪kemudahan dalam mengarungi samodra kehidupan yang penuh fitnah ini, dan tetap berada dalam‬‬
‫‪naungan-Nya.‬‬

‫ُصلُّوْ نَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّها َ الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا َ‬
‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫‪ِ.‬إ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ ي َ‬

‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪َ .ٌ ،‬وبَ ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫‪ِ.‬إ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬

‫ت اَْألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا ِ‬


‫ت‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال ّدع ََوا ِ‬
‫ت‬ ‫ت‪َ ،‬و ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫‪.‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬

‫ٌ‬
‫ُؤوف َّر ِحي ٌم‬ ‫ان َواَل تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنَا ِغاّل ً لِّلَّ ِذينَ آ َمنُوا َربَّنَا ِإنَّ َ‬
‫ك َر‬ ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َوِإِل ْخ َوانِنَا الَّ ِذينَ َسبَقُونَا بِاِإْل ي َم ِ‬

‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَا َأنفُ َسنَا وَِإن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرينَ‬

‫ار‪َ .‬و ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ‬ ‫‪َ .‬ربَنَا َءاتِنَا فِي ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النّ ِ‬

Anda mungkin juga menyukai