Anda di halaman 1dari 9

Khutbah Pertama

‫ َو َنُع ْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا‬،‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهلل َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِع ْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُر ُه َو َنُت ْو ُب ِإَلْي ِه‬
‫ َو َأْش َهُد َأْن اَل ِإلَه ِإاَّل‬،‫ َم ْن َيْهِدِه هللا َفاَل ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬،‫َو َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه اللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َب اِرْك َع َلى‬،‫ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬
‫ َأَّم ا َبْع ُد‬، ‫َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل ِه َو َص ْح ِبِه الُمَج اِه ِد ْيَن الَّط اِهِر ْيَن‬
‫ َياَأّيَها اّل َذ ْيَن آَم ُن ْو ا اّتُق وا َهللا‬:‫ َقاَل ُهللا َتَع اَلى‬. ‫َفُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم ًّتُقْو َن‬
‫َح ّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتّن ِإّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah

Puji syukur ke Hadhirat Ilahi Rabbi, Allah Yang Maha Pengasih


dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga, para
sahabatnya, dan para pengikutnya yang istiqamah di dalam
sunnah-sunnahnya.

Mengawali khutbah kali ini, saya ingin berwasiat, terutama kepada


diri saya sendiri dan umumnya kepada saudara-saudaraku seiman
dan seperjuangan. Marilah! Kita tingkatkan keimanan dan
ketakwaan kita kepada Allah Swt supaya bahagia hidup kita baik
di dunia maupun di akhirat kelak. Amiin.

Dalam beberapa hari ke depan, kita ummat Islam akan memasuki


10 hari terakhir bulan Ramadan. Pada rentang waktu itulah kita
dianjurkan untuk lebih sungguh-sungguh beribadah supaya
dipertemukan dengan satu malam yang disebut Lailatul Qadar.
Yakni satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada 1000
bulan, atau 83 tahun.

Sangat wajar apabila kita ingin berlomba-lomba dalam kebaikan


(fastabul khairat) untuk menyongsong Lailatul Qadar. Alasannya
sederhana bahwa jatah umur dan kesempatan hidup kita di dunia
belum tentu sampai 83 tahun. Sementara dalam Surat al-Qadar
ayat 3 dinyatakan bahwa,

‫َلْيَلُة اْلَقْد ِر ۙە َخ ْيٌر ِّم ْن َاْلِف َش ْهٍۗر‬

Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik daripada seribu


bulan.

Dengan pertimbangan itulah ummat Islam di mana tempatnya


sangat menantikan Lailatul Qadar.

Hanya saja, bulan Ramadan tahun ini kita masih dalam suasana
pandemi Covid-19. Kalau dalam kondisi normal kita dapat
melakukan i’tikaf di masjid, maka dalam situasi seperti ini, kita
tidak bisa leluasa seperti biasa. Apabila pada dua tahun
sebelumnya kita boleh berbondong-bondong dan menghabiskan
waktu beribadah di dalam masjid, untuk Ramadan tahun ini kita
dibatasi dan wajib menjaga jarak sesuai protokol kesehatan.

Akan tetapi di balik kondisi seperti sekarang ini, kita justru harus
banyak-banyak menyelipkan doa menyambut Lailatul Qadar; baik
di masjid maupun mushalla sekalipun waktunya terbatas, di rumah
kita, di tempat kerja dan usaha kita, maupun dalam keterbatasan
ruang gerak kita untuk beribadah kepada Allah Swt. Semoga virus
Corono cepat lenyap, musibah pandemi ini cepat berlalu dan
situasi normal nyata-nyata terjadi di bumi ini, agar kita dapat
beribadah dan berjamaah secara khusu’.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah


Malam yang disebut Lailatul Qadar bukanlah malam perayaan
yang untuk dirayakan. Kalau ummat Islam mau merayakan satu
malam, maka bukankah sudah ada malam bersejarah yang lebih
pasti?!, Misalnya “Malam Isra’-Mi’raj” atau “Malam Nuzulul
Qur’an” yang sudah dikalenderkan.

Malam Lailatul Qadar juga bukan menjadi malam penentuan,


sekalipun dari segi namanya menggunakan lafal “al-qadar”.
Penentuan nasib manusia, rejekinya, umurnya, dan hal-hal lainnya
sudah ada waktu khusus yang disebut “Nisfu Sya’ban”; di mana
kita biasa bermunajat kepada Allah agar diberikan yang terbaik
pada malam tersebut.

Semangat Ummat Islam menyambut Lailatul Qadar semata-mata


karena kemuliaan malam tersebut yang secara runtut dijelaskan di
dalam Surat al-Qadar ayat 1 - 5. Allah berfirman:

‫ َتَن َّز ُل‬. ‫ َلْيَلُة اْلَقْد ِر ۙە َخ ْيٌر ِّم ْن َاْلِف َش ْهٍۗر‬. ‫ َو َم ٓا َاْدٰر ىَك َم ا َلْيَلُة اْلَقْد ِۗر‬. ‫ِاَّنٓا َاْنَز ْلٰن ُه ِفْي َلْيَلِة اْلَقْد ِر‬
‫ّٰت‬ ‫ٰل‬ ‫ٰۤل‬
‫ َس ٌم ۛ ِهَي َح ى َم ْطَلِع اْلَفْج ِر‬. ‫اْلَم ِٕىَك ُة َو الُّر ْو ُح ِفْيَها ِبِاْذ ِن َر ِّبِهْۚم ِم ْن ُك ِّل َاْم ٍۛر‬

1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada


malam qadar. 2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. 4) Pada
malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin
Tuhannya untuk mengatur semua urusan. 5) Sejahteralah (malam
itu) sampai terbit fajar.

Keterangan bahwa Al-Quran diturunkan pada waktu malam tidak


hanya disebutkan dalam surat al-Qadar. Ada juga keterangan
dalam Surat ad-Dukhan ayat 3. Allah berfirman:

‫ِاَّنٓا َاْنَز ْلٰن ُه ِفْي َلْيَلٍة ُّم ٰب َر َك ٍة ِاَّنا ُكَّنا ُم ْنِذ ِر ْيَن‬

3) sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi.


Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
Sama-sama menjelaskan peristiwa turunnya al-Qur’an, tetapi
dalam satu ayat disebut Lailatin Mubarakatin sementara dalam
satu Surat disebut Lailatul Qadar. Kita ummat Islam lebih
condong kepada Lailatul Qadar! Karena Lailatul Qadar bukanlah
pengkalenderan malam turunnya al-Quran.

Lebih dari itu ada hal menarik pada surat al-Qadar, yaitu ketika
terjadi pengulangan kata dalam bentuk pertanyaan; “Tahukah
kamu Lailatul Qadar? Pertama, Lailatul Qadar keutamaannya
melebihi 1000 malam. Kedua, pada Lailatul Qadar para malaikat
yang masing-masing memiliki tugas khusus yang berhubungan
dengan urusan manusia, termasuk malaikat Jibril, turun semua ke
bumi. Mereka membawa kedamaian dan keselamatan serta
memohonkan ampunan untuk ummat Islam, sampai terbit fajar.

Gambaran Surat al-Qadar mengenai keutamaan Lailatul Qadar


inilah yang membangkitkan semangat ummat Islam untuk
bertafakkur, beramal, dan memperbanyak ibadah di 10 malam
terakhir bulan Ramadan. Sebab, kapan Lailatul Qadar, terselubung
penuh misteri! Adapun prediksi yang dikemukakan para ulama, itu
hanya bersifat takwili atau apologi.
Misalnya, ada yang membuat patokan Lailatul Qadar terjadi setiap
27 Ramadan. Hal ini karena dalam perhitungan jumlah kata pada
Surat al-Qadar terdapat 30 kata dan 114 huruf: menyerupai
jumlah juz al-Quran dan pembagian surat al-Quran. Sementara
lafal “HIYA” (Hatta Math’alil fajr) --yakni dhomir yang menunjuk
langsung “Lailatul Qadar”-- adanya pada urutan ke-27 dari total
30 kata dalam Surat al-Qadar.

Sekalipun demikian, tidak ada anjuran bahwa kita cukup


beribadah di malam tertentu seperti malam 27 Ramadan saja.
Melainkan di 10 malam terakhir bulan Ramadan, kita justru
dianjurkan untuk lebih giat beribadah kepada Allah Swt guna
menyambut Lailatul Qadar.

Kaum muslimin yang berbahagia


Kebiasaan ummat islam di dunia untuk menghidupkan 10 malam
terakhir di bulan Ramadan adalah dengan cara beri’tikaf. Ibadah
ini merupakan ajaran yang dipraktikkan secara langsung oleh
Rasulullah Saw. Dari Siti Aisyah diriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw melakukan I’tikaf pada 10 terakhir Ramadan semenjak beliau
menetap di kota Madinah hingga beliau wafat.
Beri’tikaf merupakan usaha untuk mendekatkan diri (muraqabah)
kepada Allah dengan penuh ikhlas. Pada momentum inilah kita
menyerahkan diri kepada Sang Khaliq. Kita berupaya untuk taat
beribadah kepada Allah Swt sesuai petunjuk-Nya dan tak ingin
berpaling dari-Nya. Seolah-olah kita berdiri di depan pintu
rahmat-Nya menunggu datangnya pengampunan dari Allah Swt.

Dikarenakan pada saat ini, kita masih dalam suasana pandemi,


beri’tikaf di masjid kemungkinan akan dibatasi untuk menghindari
kerumunan jamaah. Beri’tikaf walaupun hukumnya sunnah
muakkadah tetapi bersifat kifaiyyah atau cukup dilakukan beberapa
orang saja. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syekh
Mahmud Syaltut dalam Kitab Min Taujihat al-Islam.

Paling utama, menurut beliau, ada tiga fungsi peribadatan di dalam


memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan. Pertama, wujud
syukur kita kepada Allah Swt yang telah menurunkan al-Qur’an di
bulan Ramadan sebagai petunjuk (Huda) dan penerang (bayyinat)
bagi umat manusia. Kedua, menambatkan jiwa kepada hal yang
dapat mengokohkannya dan mampu menguatkan rohaninya.
Ketiga, menaikkan jiwa ke makom (kedudukan) tertinggi
selayaknya golongan malail a’la.
Oleh sebab itu, dalam situasi keterbatasan melakukan peribadatan
di masjid, kita dapat memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan
di rumah masing-masing. Perbanyaklah membaca al-Qur’an di
rumah; selain sebagai ungkapan syukur diturunkannya kitab suci
di bulan Ramadan, juga dalam rangka menyinari rumah kita
dengan al-Qur’an. Perbanyaklah berzikir dan bersalawat supaya
terikat jiwa-jiwa kita dan mereka untuk lebih cinta kepada Allah
dan Nabi Muhammad Saw. Ajaklah anggota keluarga kita untuk
berdoa dan bermunajat, semoga Allah mengangkat derajat kita dan
dijadikan kita semuanya termasuk golongan hamba-hamba Allah
yang dikasihi-Nya. Amiin.

‫َباَر َك ُهللا ِلي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم َو َنَفَعِني َو ِإَّي اُك ْم ِبَم ا ِفْي ِه ِم َن اآلَي اِت َو الِّذْك ِر اْلَح ِكْيِم‬
‫َأُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه َو ُتْو ُبوا ِإَلْيِه ِإَّنُه‬
‫ُهَو الَّتَّواُب الَّر ِح ْيِم‬

Khutbah Kedua

‫ َو َأْش َهُد َأْن اَل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه‬، ‫ َو اِس ِع اْلَفْض ِل َو اْلُجْو ِد َو اِاْل ْمِتَناِن‬، ‫َاْلَح ْم ُد هلل َع ِظ ْيِم اِإْل ْح َس اِن‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َص ًّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو َع َلى آِل ِه َو َأْص َح اِبِه‬،‫اَل َش ِر ْيَك َلُه‬
:‫ أما بعد‬، ‫َأْج َم ِع ْيَن‬
‫ َو اِاْل ْج ِتَه اِد ِفي َطاَع ِت ِه َو الَّس ْع ِي ِفي‬،‫ِع َب اَد ِهللا َفُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْق َو ى ِهللا َع َّز َو َج َّل‬
. ‫اِل‬ ‫اِلِح اَأْلْع َم‬ ‫ا ُيِح ُّب ِم ْن َص‬ ‫ِه ِبَم‬ ‫ُّر ِب ِإَلْي‬ ‫الَّتَق‬
‫َو َص ُّلوا َو َس ِّلُم وا َر ِح َم ُك ُم ُهللا َع َلى ِإَم اِم الَّص اِئِم ْيَن َو ُق ْد َو ِة اْلَق اِئِم ْيَن َو َقاِئ ُد اْلُغ ِّر اْلُمَح َّج ِلْيَن‬
‫ ﴿إَّن هللا ومالئكته يصلون على‬: ‫ُمَح َّمِد ْبِن َع ْبِد ِهللا َك َم ا َأَم َر ُك ُم ُهللا ِب َذ ِلَك ِفي ِكَتاِب ِه َفَق اَل‬
﴾‫النبي يا أيها الذين آمنوا صُّلوا عليه وسِّلموا تسليًم ا‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآُء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت‪ ،‬الّلُهَّم‬
‫اْش ِم ْلَنا ِبَع ْفِو َك َو َأْد ِخ ْلَنا ِفي َر ْح َم ِتَك ‪ ،‬الّلُهَّم ِإَّنا َنْس َأُلَك اْلَع اِفَي َة ِفي الُّد ْنَيا َو اآْل ِخ َر ِة‪ ,‬الّلُهَّم ِإَّن ا‬
‫َنْس َأُلَك اْلَع ْفَو َو اْلَع اِفَيَة ِفي الِّدْيِن َو الُّد ْنَيا َو اآْل ِخ َر ِة‪ ،‬الَّلُهَّم ِإَّنَك َع ُفٌّو ُتِح ُّب اْلَع ْف َو َف اْعُف َع َّن ا‪،‬‬
‫الّلُهَّم ِإَّن َك َع ُف ٌّو ُتِح ُّب اْلَع ْف َو َف اْعُف َع َّن ا‪ ،‬الّلُهَّم ِإَّن َك َع ُف ٌّو ُتِح ُّب اْلَع ْف َو َف اْعُف َع َّن ا ‪.‬‬
‫الّلُهَّم ِاْسَتِج ْب ُد َع اَء َنا َو َح ِّقْق ِفْي َك َر َج اَء َن ا‪َ ،‬و َأْع ِط َن ا ُس ْؤ َلَنا ِإلِه اْلَح ِّق‪َ ،‬و آِخ ُر َد ْع َو انَا َأِن‬
‫اْلَح ْم ُد ِهلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن َو َص َّلى ُهللا َو َس َّلَم َع َلى َنِبِّيَن ا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى أِل ِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬

Anda mungkin juga menyukai