Anda di halaman 1dari 4

Dunia Yang Membuat Lupa Mati

Khutbah Pertama:
Allah SWT berfirman,

‫َح ٌّق َفال َتُغَّر َّنُمُك اْلَح َياُة اُّدل ْنَيا َو ال َيُغَّر َّنْمُك اِب ِهَّلل اْلَغُر وُر اَي َأَهُّيا الَّناُس َّن َو ْعَد اِهَّلل‬
‫ِإ‬
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan
dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu,
memperdayakan kamu tentang Allah.” [Quran Fatir: 5].

Ibadallah,

Sesungguhnya dunia ini adalah nafas-nafas yang terbatas, waktu-waktu yang telah diketahui
kadarnya, dan rezeki yang terbagi. Allah Ta’ala berfirman,

‫ُينَقُص ِم ْن ُع ُم ِرِه ِإال ِفي ِكَتاٍب َو َم ا ُيَعَّم ُر ِم ن ُّمَعَّم ٍر َو ال‬


“Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). [Quran
Fatir: 11].

Dunia hanyalah tempat melintas. Sedangkan akhirat adalah tempat yang kekal. Karena itu,
berbekallah Anda dari tempat melintas ini untuk tempat tinggal Anda yang sebenarnya.
Bersiaplah untuk hari dimana Anda dihadapkan kepada Rabb Anda sekalian. Sekarang adalah
beramal dan bukan waktunya dihisab. Nanti adalah dihisab bukan lagi waktunya beramal.

Sesungguhnya dunia ini adalah tempat bermain-main yang melalaikan. Seberapa pun usia
seseorang di dunia, hakikatnya adalah singkat. Karena itu, kenikmatan yang ada di dalamnya
juga singkat. Sesingkat usia tumbuhan ketika menghijau yang membuat pemiliknya sibuk
dengannya. Sedangkan pemilik kebun tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk tanaman.
Dan tanama itu tidak selamanya pula indah. Dia akan cepat menguning kemudian kering dan
hancur. Setelah itu, pemiliki kebun kembali bercapek-capek menumbuhkan tanaman baru.

Lihatlah, taman-taman. Ada masanya taman-taman itu hijau dan bunganya banyak. Tapi hal
itu tidak bertahan lama. Bunganya akan layu dan mengering. Demikianlah kehidupan dunia.
Dunia itu diliputi oleh yang disenangi hati, tapi akhir jalannya adalah sesuatu yang tidak
disukai. Hari-hari kenikmatan di dalamnya, dilihat dari umur manusia, adalah hari-hari yang
sebentar saja.

Oleh karena itu, di antara bentuk kerendahan dunia, Allah tidak memberikan dunia ini
sebagai balasan atas seorang muslim yang menaati-Nya. Tapi, Allah menjadikan dunia untuk
orang muslim dan kafir. Untuk orang yang mukmin dan yang fajir. Untuk orang shalih dan
yang rusak. Dia memberikan dunia kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan mengambil
keindahan dunia ini kepada siapapun sesuai dengan yang telah Dia tetapkan. Seperti tanaman
yang dimakan manusia juga dimakan oleh hewan. Dunia bukan bagian istimewa hanya untuk
seorang muslim saja, menunjukkan bahwa dunia ini rendah nilainya.

Ibadallah,
Inilah cerita tentang dunia hingga episode akhirnya. Renungkanlah! Berapa banyak kita
memiliki teman. Berapa banyak dari mereka yang telah kita kuburkan? Berapa banyak kita
mengantar tetangga-tentagga kita menuju kuburannya?

Setiap anak manusia akan kembali, betapa panjang pun umurnya. Hari-hari yang mereka
lewati akan berlalu. Dan mati itu tidak mengenal yang sehat dan yang sakit. Tidak pula
mengenal tua atau muda. Betapa banyak orang sehat mati tanpa sebab. Dan betapa banyak
orang sakit hidup hingga waktu yang lama.

Karena itu, -ibadallah- persiapkanlah diri untuk kematian. Sebelum dia datang dengan tiba-
tiba. Menjelang wafat, Abu Darda radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Tidakkah seseorang
beramal untuk sekarat ini? Tidakkah seseorang beramal untuk waktu seperti ini waktuku ini?
Tidakkah seseorang beramal untuk hari seperti hariku ini?” Kemudian beliau menangis.
Istrinya berkata padanya, “Apakah engkau menangis, padahal engkau telah (memiliki
kedudukan agung) bersahabat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Abu Darda
menjawab, “Apa alasanku untuk tidak menangis. Aku tidak tahu dosa yang mana yang akan
membuatku celaka.”

Diriwayatkan oleh Ibnu al-Mubarak bahwasanya Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menangis
saat ia sedang sakit. Orang-orang bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Ia
menjawab, “Aku tidak menangis karena dunia kalian ini. Tapi karena jauhnya perjalananku.
Dan sedikitnya bekalku. Aku telah berjalan naik dan turun menuju surga atau neraka. Aku
tidak tahu, mana yang diberikan untukku.”

Ibadallah,

Renungkanlah, saat Anda terbaring menatap kematian. Pikirkanlah tempat Anda berikutnya
setelah menginjakkan kaki di dunia ini, yaitu alam kubur. Renungkan, bagaimana malam
pertama Anda dalam kesendirian. Dalam lubang yang sempit. Gelap. Dan tertutup.
Renungkanlah malam pertama Anda di tempat tersebut. Anda akan ditanya di dalam kubur
itu: Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Apa yang kau katakan tentang seorang laki-laki yang
diutus di tengah kalian?

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam az-Zuhd dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang dua hari dan dua malam, yang belum pernah di
dengar oleh seluruh ciptaan hari seperti hari-hari itu. Ia menyebutkan di antaranya adalah
malam pertama di alam kubur ini.

Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan dihasankan oleh al-Albani dari Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di antara dekatnya hari kiamat, hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ‘ini tanggal
dua’, masjid-masjid akan dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian
mendadak.”
Mengingat kematian akan membuat kita mensedikitkan semua yang banyak dan
membanyakkan semua yang sedikit. Kita akan menjadi zuhud di dunia. Bersegera beramal
shaleh. Wahai orang-orang yang dunia kesibukkannya, semangatnya, dan cita-citanya.
Kematian akan datang tiba-tiba. Kuburanlah kotak amal.

Dunia akan berakhir dan akhirat akan datang. Dunia dan akhirat memiliki anak-anak yang
setia. Jadilah Anda anak-anak akhirat. Jangan menjadi anak-anak dunia. Janganlah Anda
disibukkan oleh angan-angan. Karena angan-angan akan menghalangi Anda dari taubat. Hati-
hatilah dari hawa nafsu. Karena hawa nafsu menghalangi dari kebenaran.

Bahaya yang sesungguhnya adalah Anda berhenti dari mengingat kematian dan sebab-
sebabnya. Sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memesankan kepada kita:

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan. Yakni kematian.” (HR. ath-Thabrani).


Allah Ta’ala berfirman,

)20( ‫) َك اَّل َبْل ُتِح ُّبوَن اْلَع اِج َلَة‬21( ‫َو َتَذ ُروَن اآْل ِخَر َة‬
“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.” [Quran Al-Qiyamah: 20-21].

Dalam Shahihain, dari Amr bin Auf al-Anshari radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang lebih aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi yang
aku takutkan atas kalian jika dunia dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah
dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian berlomba-lomba
sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan (dunia) menghancurkan kalian sebagaimana
(dunia) telah menghancurkan mereka.” [Muttafaq ‘alaihi].

Mari kita persiapkan diri kita untuk kematian. Bagaimana mungkin disebut dengan bersiap
untuk kematian, orang-orang yang lama tak membaca Alquran, meremehkan shalat
berjamaah di masjid. Tidak disebut bersiap untuk kematian, orang-orang yang masih suka
berghibah, mengadu domba, memenuhi hatinya dengan kedengkian, masih mendengarkan
musik, menyia-nyiakan waktu dan umurnya dalam masalah yang belum diketahui benar atau
salah.

Janganlah Anda terpengaruh saudara-saudara sekalian. Siapa yang mengerjakan perbuatan-


perbuatan buruk ini, maka mereka akan rugi dengan kerugian yang nyata. Allah Ta’ala
berfirman,

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di


dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-
sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya
dibalasi dengan baik.”[Quran Al-Isra:18-19].

Anda mungkin juga menyukai