Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Idul Fitri 1434H: Ini Bukan Dunia, Ini

Termasuk Akhirat
19/8/2013

Berikut adalah naskah khutbah Idul Fitri 1434H yang disampaikan oleh KH Jalaluddin
Rakhmat. Khutbah ini juga dibacakan oleh beberapa Ijabiyyin yang sempat menjadi khatib di
hari kegembiraan Idul Fitri 1434H di berbagi tempat. Kami muat disini, semoga bisa
memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi kaum muslimin. [majulah-ijabi.org]

.‫ ويهلك ملوكًا ويستخلف آخرين‬،‫الحمد هلل الذي يؤمن الخائفين وينجي الصالحين ويرفع المستضعفين ويضع المستكبرين‬
‫ وأشهد أن محمد عبده ورسوله أرسله هللا تعالي رحمًة‬.‫أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له المالك ألحق المبين‬
‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا‬.‫ والصالة والسالم علي ابي القاسم محمد و علي آله الطيبين الطاهرين‬.‫للعالمين‬
‫أكبر وهلل الحمد‬

Hadirin dan Hadirin, Aidin dan Aidat, Faizin dan Faizat:

Pada hari ini bahtera kehidupan mengantarkan kita kembali pada Idul Fitri. Di sini...
sekarang...kita berlabuh di halaman anugrah dan kasih sayang Tuhan. Di sini ...kita gemakan
takbir –membesarkan Yang Mahabesar- setelah sebulan penuh kita mengecilkan diri kita di
hadapan kebesaranNya. Di sini ...hari ini ... kita bersama-sama merebahkan diri kita,
meratakan dahi kita di atas tanah, menggumamkan sanjungan kita kepadaNya: Subhana
Rabbiyal A’la wa bihamdih, Mahasuci Tuhanku yang Maha Tinggi. Kita berharap Yang
Mahakasih berkenan menerima kepasrahan kita kepadaNya, sehingga ia bukakan pintu
ampunanNya kepada kita. Tuhanku, jika sekiranya dalam puasa kami dan salat malam kami
ada kekurangan dan kesalahan, janganlah Engkau siksa kami, tetapi terimalah kami dengan
penerimaanMu dan ampunanMu.

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Walillahil Hamd

Para Aidin dan Aidat, Faizin dan Faizat, hadirin dan hadirat

Kita datang dari Yang Mahasuci dan sedang dalam perjalanan kembali kepada Yang
Mahasuci. Dia hanya menerima kita dalam pangkuan kasihNya, bila kita sudah
membersihkan diri kita sebersih-bersihnya. Maka seluruh bulan Ramadhan adalah bulan
pembersihan, bulan pensucian, bulan purifikasi, bulan detoksifikasi. Kita mensucikan diri
dengan berpuasa, melakukan salat malam, membaca Al-Quran, berzikir, beristighfar,
beribadat yang wajib dan yang sunat. Pagi ini marilah kita renungkan, apakah proses
pensucian Ramadhan ini berhasil. Alangkah ruginya kita jika semua proses pensucian itu
gagal total, tidak berguna sama sekali. Betapa malangnya kita, jika kita membangun dengan
ibadat itu istana pasir, yang hilang begitu saja ditiup angin lalu.

Pada suatu kali Nabi Musa as melewati seorang lelaki yang sedang bertaubat dengan merintih
menangis. Ketika Musa as kembali, orang itu masih juga merintih. Musa berkata: Tuhanku,
ini hambaMu merintih karena takut kepadaMu. Allah swt berfirman:
‫ لم اغفر له وهو يحب الدنيا‬،‫يا موسي! لو نزل دماغه مع دموع عينيه‬
“Hai Musa, sekiranya otak orang ini keluar dan bercampur dengan airmatanya, aku tidak
akan mengampuninya Karena ia mencintai dunia, hubbud dunya.” (Sayyid Hasan al-Syirazi,

Sekiranya orang itu melengkungkan punggungnya, mengalirkan darah bersama airmatanya,


Tuhan tidak akan mengampuni dosanya, bila dalam hatinya masih ada kecintaan kepada
dunia.
Pada waktu Rasulullah saw Mi’raj, di ufuk yang agung, di Arasy nan Tinggi, Allah azza wa
jalla berfirman kepada kekasihNya:
" ‫ ويطوي‬،‫ ويصوم صيام أهل السماء واألرض‬،‫ لو صلى العبد صالة أهل السماء واألرض‬...:" ‫في حديث المعراج‬
‫ ثم أرى في قلبه من حب الدنيا ذرة أو سعتها أو رئاستها أو حليها أو زينتها ال‬،‫ ولبس لباس العاري‬،‫من الطعام مثل المالئكة‬
‫ وال نزعن من قلبه محبتي‬،‫يجاورني في داري‬

Sekiranya seorang hamba salat dengan salatnya para penghuni langit dan bumi, berpuasa
dengan puasanya para penghuni langit dan bumi, dan menahan diri tidak makan seperti para
malaikat, memakai pakaian yang compang-camping, tetapi kemudian aku lihat dalam hatinya
sebesar zarrah, sejemput debu, kecintaan kepada dunia, atau pada keluasannya, atau pada
kekuasaannya, atau pada kemegahannya atau pada keindahannya, ia tidak akan bisa
mendampingiku di RumahKu, dan Aku akan cabut dari hatinya kecintaan kepadaKu (Bihar
al-Anwar 77:30; 73:60; Mizan al-Hikmah).

Pagi ini marilah kita melihat jauh ke dalam lubuk hati kita. Adakah cinta dunia di situ? Apa
tanda-tanda cinta dunia? Salah satu di antara ciri orang yang mencintai dunia ialah saudara
mengukur kemuliaan orang dari harta yang dimilikinya, dari uang yang dibelanjakannya.
Apakah saudara terkagum-kagum, terpesona, melihat kekayaan orang, menyaksikan
kemewahan orang dan ingin agar saudara pun memiliki hal yang sama? Jika saudara
menjawab ya, saudara telah menghancurkan semua ibadat saudara di bulan suci. Ruh saudara
yang putih bersih di bulan Ramadhan sekarang disiram lumpur cinta dunia. Seperti virus,
cinta dunia menyebar ke seluruh kalbu, menggerogoti seluruh kebaikan, dan menjadi sumber
segala kejahatan. “Kamu tidak akan menemui Allah dengan amal yang lebih
membahayakanmu seperti cinta dunia”,
‫إنك لن تلقى هللا سبحانه بعمل أضر عليك من حب الدنيا‬
kata Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.

Al-Quran berkisah tentang Qarun dan orang-orang yang mengaguminya:


‫‌َفَخ َر َج َع َلٰى َقۡو ِم ِهۦ ِفى ِز يَنِت ۖ‌ِهۦ َقاَل ٱَّلِذ يَن ُيِر يُد وَن ٱۡل َحَيٰو َة ٱلُّد ۡن َيا َيٰـ َلۡي َت َلَنا ِم ۡث َل َم ٓا ُأوِتَى َقٰـ ُر وُن ِإَّنُه ۥ َلُذ و َح ٍّظ َع ِظ يٍم‬
“Maka ia pun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan segala kemewahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki dunia: Alangkah baiknya jika kita punya seperti apa yang
dimiliki Qarun. Sungguh, Qarun itu orang yang sangat beruntung.” (Al-Qashshash 79).

Jika saudara menghabiskan malam-malam Ramadhan dalam rintihan, tapi saudara terpesona
menyaksikan atau menonton gelimang kemewahan, gaya hidup yang glamour, seperti
kawan-kawan Qarun, saudara adalah pecinta dunia yang dijauhkan Tuhan dari ampunanNya.
Jika saudara menahan lapar dan dahaga, kemudian mengkhatam Al-Quran, serta melakukan
salat malam dengan setia, tapi saudara meningkatkan harga diri saudara dengan
mempertontonkan kemewahan, saudara adalah Qarun yang berbuat kerusakan di bumi.
Ibadat-ibadat yang saudara lakukan hanyalah menjauhkan diri saudara dari hadirat Tuhan.

Pagi ini, marilah kita merenung, menukik jauh ke dalam hati kita. Kita tidak beribadat seperti
ibadatnya penghuni langit dan bumi, kita tidak saum seperti saumnya penghuni langit dan
bumi, dan pada saat yang sama kita memuja orang-orang kaya, kita membanting tulang, jor-
joran, mati-matian supaya kita dapat hidup sedikit seperti mereka, kita memuliakan harga
diri kita dengan memiliki barang-barang mewah dan mempertontonkan apa yang kita miliki,
mungkinkah masih tersisa ibadat dan amal saleh kita di bulan Ramadhan? Lihat ke dalam
hatimu, lihat bagaimana kecintaan kamu untuk memiliki dunia, kesenangan kamu untuk
mengumpulkan harta, ambisi kamu untuk memperoleh kekuasaan, kebiasaan kamu untuk
mengejar-ngejar kesenangan jasmaniah telah menggelapkan hatimu? Pagi ini, marilah kita
merenung, apakah masih ada peluang bagi kita untuk mengetuk pintu Tuhan Yang
Mahakasih? Masih adakah harapan untuk memperoleh ampunan Tuhan?

Marilah kita bergabung dengan Ibn Abi Ya’fur, murid dari orang suci yang hidup 732 tahun
yang lalu, sahabat dari imam yang lewat dirinya mengalir Islam Muhammadi, Imam Ja ’far
al-Shadiq as. “Kami mencintai dunia, “ kata Ibn Abi Ya’fur, mungkin dengan linangan air
mata. Ia mewakili kita semua. Imam bertanya, “Apa yang kaulakukan dengan duniamu?” Ia
menjawab, mudah-mudahan jawabannya mewakili kita, “Aku menikah, aku berhaji, aku
memberikan nafkah kepada keluargaku, aku membantu saudara-saudaraku, aku bersedekah.”
Mari kita dengarkan jawaban Imam,
‫ هذا من اآلخرة‬،‫ليس هذا من الدنيا‬
“Ini bukan bagian dari dunia. Ini bagian dari akhirat”

Karena itu kepada Qarun, Nabi Musa as berkata, “Ahsin kamaa ahsanallah ilaik.” Berbuat
baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu. Saudara boleh menghimpun harta
sebanyak-banyaknya, tapi gunakanlah harta itu bukan untuk kemegahan diri, bukan untuk
dipertontonkan kepada orang banyak, bukan untuk meningkatkan status sosial, bukan untuk
kesombongan. Gunakan harta saudara untuk berbuat baik, sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepada saudara. Gunakan harta saudara untuk bekal mudik ke pangkuan kasih sayang
Allah al-Rahman al-Rahim.
‌ۖ ‫َو ٱۡب َتِغ ِفيَم ٓا َء اَتٰٮ َك ٱُهَّلل ٱلَّد اَر ٱَأۡلِخ َر ۖ‌َة َو اَل َتنَس َنِص يَبَك ِم َن ٱلُّد ۡن َيۖ‌ا َو َأۡح ِس ن َڪ َم ٓا َأۡح َس َن ٱُهَّلل ِإَلۡي ۖ‌َك َو اَل َتۡب ِغ ٱۡل َفَس اَد ِفى ٱَأۡلۡر‬
‫ِض ِإَّن ٱَهَّلل‬
‫اَل ُيِح ُّب ٱۡل ُم ۡف ِسِد يَن‬
“Dengan harta yang telah Allah berikan kepadamu, carilah kebahagiaan abadi di kampung
akhirat. Jangan lupakan bagian kamu di dunia. Berbuat baiklah kepada orang lain
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah berbuat kerusakan di bumi.
Sungguh, Allah tidak suka pada orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qaşāş 77).

Ubah dunia kamu menjadi akhiratmu. Gantikan kecintaan dunia dengan kecintaan akhirat.
Cari dunia sebanyak-banyaknya, kemudian bagikan dunia ini untuk mensejahterakan orang-
orang di sekitar kamu; mengenyangkan yang lapar, memberi pakaian kepada yang telanjang,
menghibur orang yang kesusahan, mengobati orang yang sakit, membayarkan utang orang
yang berutang, mengangkat derajat orang yang dihinakan, “melepaskan orang dari beban
kehidupan yang menghimpitnya dan membebaskan orang dari belenggu-belenggu yang
memasung kebebasannya” (Al-A’raf 157).
‫بارك هللا لي و لكم في القران الكريم ونفعني وإياكم بتالوته وذكر الحكيم فتقبل مني ومنكم تالوته إنه هو السميع العليم‬
‫المالك البار الرؤوف الرحيم‬

Anda mungkin juga menyukai