Anda di halaman 1dari 23

[1]

Judul E-Book:

Penerjemahan dan Penyaduran:

Penerbit:

Email: cs.belajartauhid@gmail.com
Telp: 087871995959
Medsos:

Dilarang memperbanyak isi buku ini


tanpa izin tertulis dari Tim Belajar Tauhid

[2]
E-Book “7 Nasihat Menjelang Ramadhan”
diterjemahkan dan disadur oleh Tim
@belajartauhid secara gratis. Diizinkan kepada
berbagai pihak untuk menyebarluaskan E-Book
ini kepada kaum muslimin tanpa tujuan
komersil.

Semoga E-Book ini bermanfaat bagi kaum


muslimin dan menjadi amal shalih yang
memperberat timbangan kebaikan kita semua.

Salam.

═══ ¤❁✿❁¤ ═══


Facebook Fanspage: bit.ly/fb-belajartauhid
Instagram: bit.ly/ig-belajartauhid
Telegram: bit.ly/tg-belajartauhid
Blog: bit.ly/blog-belajartauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══

[3]
Berniatlah dengan jujur. Bertekadlah bahwa diri
kita akan senantiasa berada dalam kondisi yang
diridhai Allah ta’ala ketika Ramadhan telah
datang. Niat adalah pondasi amal, dan niat
seorang mukmin lebih agung daripada amalnya.
Adalah imam Ahmad rahimahullah, telah
menasehati anaknya dengan berkata,
‫يا بني انو الخير فإنك ال تزال بخير ما نويت الخير‬
“Wahai anakku, niatkanlah kebaikan.
Sesungguhnya engkau senantiasa berada dalam
kebaikan selama engkau meniatkan kebaikan.”
Pertanyaannya...
Apa yang telah kita niatkan untuk dilakukan di
bulan Ramadhan esok?
Aktivitas apa yang telah kita rencanakan di siang
dan malam hari bulan Ramadhan?
Apakah kita telah berniat untuk semakin
mendekatkan diri kepada-Nya?
Apakah kita telah berniat mengkhatamkan al-
Quran?

[4]
Apakah kita telah berniat untuk tidak tertinggal
melaksanakan shalat jama’ah meski hanya
sekali?
Apakah kita telah berniat untuk tidak menyia-
nyiakan shalat tarawih?
Ataukah... saat ini Allah ternyata menyaksikan
kelalaian, sikap meremehkan pada hati kita, atau
Dia melihat niat kita untuk menonton sinetron
A, kuis B, acara interaktif C, yang semuanya
merupakan ‘pencuri-pencuri keberkahan
Ramadhan’ dan menjauhkan seorang muslim
dari beribadah di bulan tersebut. Kondisi orang-
orang yang berpartisipasi dalam menayangkan
program-program tersebut teramat serupa
dengan apa yang digambarkan Allah ta’ala dalam
ayat berikut. Allah ta’ala berfirman,
َ َ َ َّ َ ُ َّ َ َ َّ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ ُ ُ َّ َ
‫ات أ ْن‬
ِ ‫والله ي ِريد أن يتوب عليكم وي ِريد ال ِذين يت ِبعون الشهو‬
ُ َ
‫ت ِميلوا َم ْيال َع ِظ ًيما‬
“Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang
orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya
bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-
jauhnya (dari kebenaran).’ [an-Nisa: 27].

[5]
Memperbanyak taubat dan istighfar
(permohonan ampunan) menjelang Ramadhan.
Rahasia mengapa kita membutuhkan kedua hal
tersebut adalah dikarenakan Ramadhan adalah
bulan karamah, bulan yang dipenuhi kemuliaan.
Kemuliaan terbesar adalah terbebasnya diri kita
dari siksa neraka, sementara dosa dan
kemaksiatan merupakan sebab utama yang
menghalangi hamba dari taufik, kebaikan, dan
kemuliaan dari Allah ta’ala.
Mari kita merenungkan do’a nabi Sulaiman
‘alaihi as-salam, ketika beliau memohon kepada
Allah ta’ala, suatu kemuliaan yang agung berupa
kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorang
pun sepeninggal beliau. Beliau memanjatkan
do’a,
َْ َ ْ َ ًْ ْ
‫َر ِب اغ ِف ْر ِلي َو َه ْب ِلي ُملكا ال َين َب ِغي ِِل َح ٍد ِم ْن َب ْع ِدي ۖ ِإ َّن َك َأن َت‬
ْ
َ ُ ‫ال َو َّه‬
‫اب‬
"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak
dimiliki oleh seorang juapun sesudahku,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
[Shad: 35].
[6]
Sebelum meminta kemuliaan berupa kerajaan,
terlebih dahulu beliau memohon ampunan pada
Allah, karena beliau mengetahui bahwa
kemuliaan tersebut tidak akan diperoleh kecuali
setelah dosa-dosanya terampuni.
Di antara kemuliaan di bulan Ramadhan adalah
kondisi ruhani, kenikmatan dan kelezatan yang
dirasakan hamba ketika berinteraksi dengan al-
Quran. Hal tersebut tidak dapat tercapai pada
hati seorang yang tenggelam dalam kubangan
dosa dan kemaksiatan, karena tumpukan dosa
akan menghalangi akal sehingga tidak mampu
untuk mentadabburi dan memahami al-Quran,
serta menutup hati dari mereguk manfaatnya.
Allah ta’ala berfirman,
َ َ ُُ َ ْ َ ُُ َ ‫َل ْو َن َش ُاء َأ‬
‫ص ْب َن ُاه ْم ِبذن ِوب ِه ْم ۚ َونط َب ُع َعل ٰى قل ِوب ِه ْم ف ُه ْم ال‬
‫َي ْس َم ُعو َ َن‬
”Kalau Kami menghendaki tentu Kami azab
mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci
mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat
mendengar (pelajaran lagi)?” [al-A’raf: 100].
Allah ta’ala juga berfirman,
ْ َ ُُ َ َّ َ
‫كال َب ْل َر َان َعلى قل ِوب ِه ْم َما ك ُانوا َيك ِس ُبو َ َن‬
[7]
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa
yang selalu mereka usahakan itu menutup hati
mereka.” [al-Muthaffifin: 14].
Demikianlah efek dari dosa dan kemaksiatan,
sehingga perlu bertaubat dan memanjatkan
permohonan ampun kepada Allah. Jika kita
merenungkan, kita dapat menyimpulkan bahwa
hal inilah yang menjadi alasan mengapa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan bagi
setiap orang yang menginginkan kemuliaan
malam Lailatul Qadr agar meminta maaf dan
ampunan Allah ta’ala,
ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُّ ُ ٌّ ُ َ َّ َّ ُ َّ
‫اعف َع ِني‬ ‫اللهم إنك عفو ت ِحب العفو ف‬
Allahumma Innaka 'Afuwwun, Tuhibbul 'Afwa,
Fa'fu 'Anni
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemaaf
dan senang memaafkan, maka maafkanlah
kesalahanku." [Shahih. HR. At-Tirmidzi dan an-
Nasa-i].
Seoalah-olah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
hendak menyampaikan, ‘engkau tidak akan
memperoleh kemuliaan Lailatul Qadr kecuali
setelah Allah memaafkan dan mengampunimu’.
Oleh karenanya, menjelang momen Ramadhan
[8]
ini, hendaknya kita memperbanyak taubat dan
istighfar, kembali kepada Allah ta’ala hingga hati
dan jiwa kita menjadi baik agar Allah berkenan
memuliakan kita dengan kemuliaan Ramadhan.

[9]
Berdo’alah kepada Allah dan menundukkan diri
kepada-Nya. Memohonlah agar Allah memberi
pertolongan dan bimbingan kepada kita di bulan
Ramadhan untuk melakukan berbagai ketaatan
yang dicintai dan diridhai-Nya. Sesungguhnya
kita tidak akan dibimbing untuk melakukan
suatu ketaatan kecuali jika Allah membantu kita
melakukannya. Al-‘Izz bin Abdissalam
rahimahullah mengatakan,
‫وهللا لن يصلوا إلى ش يء بغير هللا فكيف يصلوا إلى هللا بغير‬
‫هللا‬
“Demi Allah, seseorang tidak akan mampu
melakukan sesuatu tanpa pertolongan Allah.
Bagaimana bisa dia mampu meraih ridha Allah
dengan bantuan selain-Nya.”
Tujuan yang hendak dicapai bukanlah sekadar
fisik yang mencapai bulan Ramadhan, tapi yang
hendak dicapai adalah Allah ta’ala
mengantarkan hati kita pada keridhaan-Nya,
mendekat dengan-Nya di bulan Ramadhan.
Betapa banyak mereka yang fisiknya mendapati
bulan Ramadhan, namun hatinya terputus dari
ridha Allah dan tidak mendapatkan taufik.
[10]
Mengingat pentingnya memohon pertolongan
Allah agar kita mampu melakukan segala
sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada-
Nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam sebuah hadits menasehati sahabat Mu’ad
bin Jabal radhiallahu ‘anhu untuk memanjatkan
sebuah do’a di setiap akhir shalat. Do’a tersebut
adalah,
ْ ُ ْ َ َ ّٰ
َ‫الل ُه َّم أ ِع ِني َعلى ِذك ِر َك َوشك ِر َك َو ُح ْس ِن ِع َب َاد ِت َك‬
“Ya Allah, bantulah aku agar selalu mengingat-
Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah
kepada-Mu dengan baik.” [Shahih. HR. An-
Nasai].

[11]
Motivasilah jiwa kita untuk merasakan manis
dan lezatnya pertemuan dengan bulan
Ramadhan, penghargaan yang disediakan bagi
mereka yang berpuasa, agar jiwa termotivasi
unutk merindukan bulan Ramadhan
sebagaimana kerinduan seseorang pada kekasih
yang telah lama ditunggu.
Saudaraku, tentu kerinduan kita kepada Allah
dan ridha-Nya patut didahulukan agar ketaatan
mudah dilakukan dan ditunaikan dengan penuh
kenyamanan dan kelezatan. Kelezatan apa yang
kita peroleh ketika melaksanakan qiyamul lail,
beribadah di waktu sahur, merasakan haus
dahaga dan lapar, jika semua itu tidak terbangun
di atas motivasi mencari ridha-Nya seperti yang
difirmankan Allah ta’ala,
َ َ ْ
َ‫َو َع ِجل ُت ِإل ْي َك َر ِب ِل َت ْر َض ٰى‬
“Dan aku bersegera (melakukan ketaatan)
kepada-Mu, wahai Rabb-ku, agar supaya Engkau
ridha kepadaku.” [Thaha: 84].
Setiap orang yang memenuhi panggilan
kekasihnya tanpa ada kerinduan yang

[12]
mendorongnya adalah orang yang dingin dan
kasar. Klaim cintanya tidaklah bernilai.

[13]
Waspadalah dari para pemalas dan
pengangguran yang akan menghambatmu
dalam melakukan aktivitas ibadah di bulan
Ramadhan. Tidak ada sesuatu yang lebih buruk
bagi mereka yang sedang meniti jalam menuju
ridha Allah daripada sikap menganggur dan
berinteraksi dengan para pengangguran.
Kata pepatah,
‫الصاحب ساحب‬
‘Sahabat itu dapat mempengaruhi’
demikian juga
‫القرين باملقارن يقتدي‬
‘Setiap teman itu meniru temannya’
Allah ta’ala juga telah memerintahkan pada
Nabi-Nya, manusia terbaik, Muhammad
shalallahu ‘alaihi wa sallam agar bergaul dengan
mereka yang memiliki kesungguhan dalam
meniti perjalanan menuju ridha Allah dan
meninggalkan interaksi dengan orang-orang
yang lalai dari ketaatan. Allah ta’ala berfirman,

[14]
ْ ْ َ ‫اصب ْر َن ْف َس َك َم َع َّالذ‬
‫ين َي ْد ُعو َن َرَّب ُه ْم ِبال َغ َد ِاة َوال َع ِش ِي ُي ِر ُيدو َن‬ ِ
ْ َ
ِ ‫و‬
ُ َ ْ ُّ ْ َ ُ َ ‫ج َه ُه ۖ َوَال َت ْع ُد َع ْي َن‬
‫الدن َيا ۖ َوال ت ِط ْع‬ ‫اك َع ْن ُه ْم ت ِر ُيد ِز َينة ال َح َي ِاة‬ َْ ‫َو‬
ً ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ْ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ
‫ان أ ْم ُر ُه ف ُرطا‬ ‫من أغفلنا قلبه عن ِذك ِرنا واتبع هواه وك‬
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhan-nya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-
Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia
ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.” [al-Kahfi: 28].
Bergaullah dengan mereka yang memotivasi kita
untuk beribadah kepada Allah. Dan di sela
pergaulan tersebut hendaklah kita saling
mengingatkan untuk memanfaatkan waktu
dengan seoptimal mungkin. Menghisab diri kita
atas berlalunya momen dan waktu yang
berharga. Dapat kita lihat sebagian orang
melaksanakan shalat Tarawih dengan cepat,
kemudian mereka pun begadang, ngobrol hingga
larut malam, sehingga tidak mendirikan shalat
Subuh, dan mereka menyangka telah berbuat
kebaikan. Hendaknya kita menjauhi pergaulan
[15]
dengan mereka dan bergaullah dengan mereka
yang kondisinya mengingatkanmu pada Allah
ta’ala.

[16]
Kenali kedudukan momen Ramadhan. Jika kita
tidak mengetahui kedudukan bulan Ramadhan,
tentu kita tidak akan bersungguh-sungguh dan
bersemangat dalam memanfaatkan momen
tersebut. Oleh karena itu, sibukkanlah diri kita
pada saat menjelang Ramadhan dengan
membaca berbagai keutamaan dan kedudukan
bulan Ramadhan di sisi Allah. Bulan Ramadhan
adalah bulan di mana pintu-pintu surga terbuka;
pintu-pintu neraka tertutup; dan di setiap
malam di saat berbuka kita dianugerahi do’a
yang mustajab, sangat berpotensi untuk
dikabulkan; dan di setiap malam, Allah
membebaskan sejumlah orang dari neraka.
Selain itu, setiap orang yang menghidupkan
salah satu malam, yaitu lailatul qadr, dengan
ketaatan, niscaya akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu. Keutamaan Ramadhan begitu
banyak. Untuk mendukung hal tersebut kita
mesti bersemangat mendengarkan ceramah-
ceramah keagamaan yang menerangkan
keutamaan dan kedudukan Ramadhan dan
ibadah puasa agar menggerakkan jiwa kita untuk
memanfaatkan momen Ramadhan dengan
aktivitas yang dicintai Allah ta’ala.
[17]
Palajari fikih prioritas. Hal ini berarti dalam bulan
Ramadhan terdapat sejumlah amalan yang
memiliki nilai lebih daripada amalan yang lain.
Dan salah satu indikasi baiknya agama
seseorang adalah dia lebih bersemangat
melakukan ibadah-ibadah yang memiliki
keutamaan lebih. Jika merenungkan berbagai
dalil yang memotivasi setiap muslim untuk
beribadah di bulan Ramadhan, kita dapat
menyimpulkan bahwa amal shalih yang
dianjurkan allah untuk dikerjakan selama
Ramadhan adalah:
- Membaca al-Quran
Ramadhan adalah bulan diturunkannya
permulaan al-Quran seperti yang difirmankan
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 185. Di saat
itu, Jibril alaihi as-salam turun ke langit dunia
untuk mereview pelajaran al-Quran bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain
itu, di samping puasa, al-Quran merupakan
dua ‘sahabat’ yang akan memberikan
manfaat di dunia dan akhirat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

[18]
‫الص َي ُام‬ ُ َُ َ َ ْ َ َْ َْ ْ َ َ ْ َ ُ ُْ َ ُ َ
ِ ‫الصيام والق ْرآن يشفع ِان ِللعب ِد يوم ال ِقيام ِة يقول‬ ِ
َ َ َّ
‫ات ِبالن َه ِار فش ِف ْع ِني ِف ِيه‬ َ ‫َأ ْي َرب َمن ْعته الط َع َام والش َه‬
‫و‬
َّ َ َّ ُ ُ َ
ِ ِ
َ‫الل ْيل َف َش ِف ْعني ِف ِيه َقال‬ َّ َ ْ َّ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ ُ َ َ
ِ ِ ‫ويقول القرآن منعته النوم ِب‬
َ َ
َ ِ ‫ف ُيش َّف ََع‬
‫ان‬
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan
syafaat pada hari kiamat. Puasa mengatakan
‘Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari
makan dan syahwat pada siang hari maka
berilah ia syafaat karenaku.’ Al-Qur’an pun
berkata, ‘Aku menghalanginya dari tidur pada
malam hari maka berilah ia syafaat
karenanya.” Rasulullah mengatakan, “Maka
keduanya akan memberikan syafaat.” [Hasan.
HR. Ahmad].

- Qiyam Ramadhan (Shalat Tarawih)


Keutamaannya jelas. Dahulu di zaman Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika puasa
tidaklah wajib, qiyam Ramadhan hampir
diwajibkan. Selain itu, untuk memudahkan
orang melaksanakan qiyam Ramadhan,
disyari’atkanlah pelaksanaannya secara
berjama’ah di zaman Umar bin al-Khathab
radhiallahu ‘anhu. Dan di antara karunia Allah
[19]
ta’ala kepada hamba-Nya, setiap orang yang
mendirikan qiyam Ramadhan bersama imam
hingga selesai, akan dicatat memperoleh
pahala mendirikan shalat semalam suntuk.

- Bersedekah dan memberikan ifthar (hidangan


berbuka)
Amalan ini salah satu amalan yang utama di
bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah pribadi yang dermawan, dan
kedermawanan beliau semakin bertambah
ketika memasuki bulan Ramadhan. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ‫ان َل ُه م ْث ُل َأ ْجره َغ ْي ُر َأ َّن ُه َال َي ْن ُق‬
‫ص ِم ْن‬ َ ‫صائ ًما َك‬ َ َّ َ ْ َ
ِ ‫من فط َر‬
ِِ ِ
َ َّ ‫َأ ْجر‬
‫الصا ِئ ِم ش ْي ًئا‬ ِ
“Barangsiapa yang memberi makan kepada
orang yang berpuasa, maka baginya pahala
semisal orang yang berpuasa, tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa
sedikitpun.” [HR. Al-Bukhari].

- Berdo’a
Berdo’a merupakan salah satu ibadah yang
agung di bulan Ramadhan. Inilah salah satu

[20]
hikmah ayat do’a disisipkan dalam rentetan
ayat-ayat puasa, di mana Allah ta’ala
berfirman,
َ َّ ‫يب َد ْع َو َة‬
‫الد ِاع ِإذا‬ ٌ ‫َوإ َذا َس َأ َل َك ِع َب ِادي َعني ََفإ ِني َقر‬
ُ ‫يب ُأج‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ِ ‫َدع‬
‫ان‬ َ

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya


kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku.” [al-Baqarah: 186].
Dan do’a yang paling agung dipanjatkan
hamba adalah permintaan ampunan dosa dan
permohona agar dibebaskan dari siksa
neraka. Terbebas dari neraka adalah hadiah
utama di bulan Ramadhan. Dengan begitu,
hendaknya kita memperbanyak permohonan
agar diselamatkan dari siksa api neraka
seperti yang dipanjatkan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.

- Berumrah
Berumrah di bulan Ramadhan setara dengan
pahala haji bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana termaktub

[21]
dalam hadits yang shahih. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ً َ َ َ َ َ ً َ ْ ُ َّ َ
‫ان ت ْق ِض ى َح َّجة َم ِعى‬‫ف ِإن عمرة ِفى رمض‬
“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan
seperti berhaji bersamaku.” [HR. Al-Bukhari].
Inilah 7 nasihat singkat yang dapat kami
rangkum sebagai persiapan menjelang bulan
Ramadhan. Semoga bermanfaat.

Disadur dari artikel ‘‫رمضان‬ ‫ ’سبع وصايا قبل‬karya


Shalih Muhammad Ali ash-Shamlah.

[22]
[23]

Anda mungkin juga menyukai