12.11.2023
Muqaddimah
Para penghuni kubur tergadai di kuburan mereka, terputus dari amalan shaleh, dan
menunggu hari hisab yang tidak diketahui hasilnya. Mereka berada dalam kesepian,
hanya ditemani amalnya ketika di dunia.
Dalam suasana demikian, ada beberapa orang yang kebaikannya terus mengalir. Jasad
mereka bersemayam dengan tenang di alam kubur, namun balasan pahala mereka tidak
berhenti. Pahala mereka terus berdatangan, padahal mereka terdiam dalam kuburnya,
menunggu datangnya kiamat.
Sungguh masa pensiun yang sangat indah, yang tidak bisa terbeli dengan dunia seisinya.
Inilah penyesalan yang paling mendalam bagi manusia yang tidak mengingat kematian
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara
kamu; lalu ia berkata: “Wahai Rabb-ku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang
shaleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafiqun : 10-11)
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka,
dia berkata: “ Wahai Rabb-ku kembalikanlah aku (ke
dunia). Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang
telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkannya saja.” (QS. Al
Mu’minun : 99-100)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy berkata mengenai ayat dalam Surat Al Mu’minun,
“Allah Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang yang berhadapan dengan kematian, dari
kalangan mufrithin (orang-orang yang bersikap meremehkan perintah Allah -pent) dan
orang-orang yang zhalim.
Mereka menyesal dengan kondisinya ketika melihat harta mereka, buruknya amalan mereka,
hingga mereka meminta untuk kembali ke dunia. Bukan untuk bersenang-senang dengan
kelezatannya, atau memenuhi syahwat mereka. Akan tetapi mereka berkata, ‘Agar aku
berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.”
Beliau kembali menjelaskan, “Apa yang mereka perbuat tidaklah bermanfaat sama sekali,
melainkan hanya ada kerugian dan penyesalan. Pun perkataan mereka bukanlah perkataan
yang jujur, jika seandainya mereka dikembalikan lagi ke dunia, niscaya mereka akan kembali
melanggar perintah Allah.”
Sikap panjang angan-angan akan membuat seseorang malas beramal, mengira hidup dan
umur mereka panjang sehingga menunda-nunda dalam beramal shalih
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, bahwasanya
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Setiap anak Adam itu akan menjadi tua dan hanya tersisa
darinya dua hal; ambisi dan angan-angannya.”
´
Oleh karena itu, di antara pengaruh dzikrul maut adalah
memperpendek angan-angan, dan tidak menunda-nunda
dalam beramal shalih.
Dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma ia berkata : Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa
sallam pernah memegang pundak kedua pundakku seraya bersabda :
“Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “.
Ibnu Umar berkata : “Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika
kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk
(persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu” (HR Bukhari)
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk wajah Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS Al-Insan : 9)
Orang yang ikhlas itu menghendaki pahala akhirat, bukan balasan dunia.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Barangsiapa di antara mereka (umat ini) beramal dengan amalan akhirat untuk dunia,
maka dia tidak mendapatkan bagian di akhirat.” HR. Ahmad
Kesalahan Seputar Ikhlas
Dalam kitab al-Ikhlash, penulis yaitu Syaikh Umar Sulaiman al- ‘Asyqar rahimahullah
menyebutkan beberapa persepsi yang keliru tentang ikhlas, diantaranya:
1) Anggapan bahwa makna ikhlas adalah tidak memiliki kehendak
2) Anggapan bahwa orang yang menghendaki ridha Allah harus meninggalkan duniawi,
harta-benda, wanita, kedudukan, dan sebagainya.
3) Anggapan bahwa ikhlas adalah beribadah hanya dengan dorongan cinta kepada Allah,
tanpa disertai raja’ (harapan untuk meraih) surga dan tanpa khauf (rasa takut) dari neraka.
4) Orang yang tujuan hidupnya hanya duniawi.
5) Riya’, sum’ah, dan ‘ujub, bertentangan dengan ikhlas.
• Riya’ adalah memperlihatkan ketaatan lahiriyah untuk mendapatkan kebaikan dunia,
pengagungan, pujian, atau kedudukan di hati manusia.
• Sum’ah semakna riya’ namun berkaitan dengan pendengaran.
• ‘Ujb: merasa besar atau membanggakan ketaatan.
Orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah utusan Allah, maka syahadat tersebut memuat kandungan: meyakini berita
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mentaati perintah Beliau, menjauhi larangan
Beliau, dan beribadah kepada Allah hanya dengan syari’at Beliau.
Oleh karena itu, barangsiapa membuat perkara baru dalam agama ini, maka itu
tertolak. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (QS Ali-Imran : 85)
AMALAN CERDAS DIWAKTU TERBATAS
1. Multi Niat, Multi Pahala
Sungguh umur kita sangat terbatas, harus kita akui bahwa waktu yang kita gunakan untuk
beramal sholeh sangat sedikit. Berbeda dengan waktu yang kita gunakan untuk urusan
dunia.
Kita butuh strategi dalam beramal agar dengan amal yang terbatas kita bisa meraih pahala
yang lebih banyak. Diantara strategi yang mungkin bisa kita lakukan adalah
memperbanyak niat yang baik dalam satu amalan.
Semakin banyak niat baik yang diniatkan oleh seorang hamba maka semakin banyak
pahala yang akan ia peroleh.
Sekedar niat yang kuat sudah mendatangkan pahala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
HR Bukhari
HR Muslim
Niat yang baik merubah pekerjaan yang asalnya hukumnya hanya mubah
menjadi suatu qurbah (ibadah) yang diberi ganjaran oleh Allah
Ibnu Qudaamah berkata : Sebagian para salaf berkata, “Sungguh aku lebih
senang jika pada setiap yang aku lakukan terdapat sebuah niat, sampai-sampai
pada makanku, minumku, tidurku, dan ketika masuk ke dalam wc, serta pada
semua yang bisa diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah”.
Karena semua yang menjadi sebab tegaknya badan dan luangnya hati adalah
bagian dari kepentingan agama, maka, siapa saja yang meniatkan makannya
sebagai bentuk ketakwaan dalam beribadah, menikah untuk menjaga agamanya,
menyenangkan hati keluarganya, dan agar bisa memiliki anak yang menyembah
Allah setelah wafatnya maka ia akan diberi pahala atas semua hal itu.
Ibnu Qudaamah berkata: “Tidak ada satu perkara yang mubah kecuali
mengandung satu atau beberapa niat yang dengan niat-niat tersebut
berubahlah perkara mubah menjadi qurbah (berpahala), sehingga dengannya
diraihlah derajat-derajat yang tinggi. Maka sungguh besar kerugian orang
yang lalai akan hal ini, dimana ia menyikapi perkara-perkara yang mubah
(*seperti makan, minum, dan tidur) sebagaimana sikap hewan-hewan ternak.
Dan tidak selayaknya seorang hamba menyepelekan setiap waktu dan
betikan-betikan niat, karena semuanya akan dipertanyakan pada hari kiamat,
“Kenapa ia melakukannya?”, “Apakah yang ia niatkan?”. Contoh perkara
mubah yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah parfum
(minyak wangi), ia memakai minyak wangi dengan niat untuk mengikuti
sunnah
2. Awali Setiap Aktivitas Dengan Membaca Bismillah
6. Menggali Sumur
7. Menanam Pohon Kurma
8. Membangun Masjid