Anda di halaman 1dari 17

AFTER

LIFE
Mentoring Reguler
YOLO
You Only Live Once

Coba renungi sejenak, mengapa kalimat “You only live once” bisa populer di antara kita?

Kalau diamati, YOLO adalah salah satu bentuk Namun, faktanya materi tetap tak mampu
ekspresi cara manusia untuk bisa bahagia. memabahagiakan manusia. Terbukti banyak pelaku
Karena itulah yang manusia kejar di bumi. Kita industri hiburan, atau konglomerat yang mati bunuh
ingin bahagia. Hanya saja, manusia sering salah diri, padahal memiliki segala kekayaan materi. Jiwa
dalam mengejar kebahagiaan. Kita sering manusia ternyata tak bisa dibohongi, kebahagiaan
menghubungkan kebahagiaan dengan aspek dan ketenangan sebenarnya tak bisa diganti. Dalam
materi: uang yang banyak, fisik yang sempurna, sebuah jurnal psikologi, dijelaskan bahwa orang
karier cemerlang, keluarga yang sempurna, yang beriman dan taat kepada Allah hatinya lebih
jabatan, hingga popularitas. tenang dan bahagia, dibanding orang yang hedonis.
Begitulah, bahagia dalam Al-Quran ternyata bukan hadir di dunia,

“Dan adapun orang-orang yang berbahagia, maka (tempatnya) di


dalam surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS.Hud:108)

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Jadi, mari kita mengejar
kebahagiaan.
1. KESENANGAN YANG MENIPU

Surat al-Ḥ adīd ayat 20 :


“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya
kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras
dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya, dan kehidupan dunia ini

DESKRIPSI
tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (al-Ḥ adīd/57: 20).

DUNIA
Dalam ayat ini Allah Swt., menjelaskan kepada umat manusia bahwa
hakikat kehidupan dunia hanyalah seperti sebuah permainan dan

DALAM sesuatu yang lucu, menjadi bahan gurauan antara mereka serta
perhiasan untuk melengkapi gaya hidup mereka yang dengan itu

AL-QUR'AN membuat mereka hidup dengan bermegah-megahan serta berbangga-


bangga dengan harta dan keturunan yang telah dianugerahkan kepada
mereka.
2. KESENANGAN YANG SEDIKIT DAN BERSIFAT SEMENTARA

Surat an-nisa ayat 77:


“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang- orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS. al-
Nisā‘/4: 77).

Dalam Tafsir Kemenag disebutkan sebuah perbandingan antara perihal akhirat


dengan dunia, disana dikatakan bahwa kelezatan dunia itu hanya sedikit sekali
dibandingkan dengan kelezatan akhirat yang abadi dan tidak terbatas, yang hanya
akan didapat oleh orang-orang yang bertakwa kepada Allah yaitu orang yang bersih
DESKRIPSI dari syirik dan akhlak yang rendah. Sementara itu al-Qurṭubī mengatakan, kehidupan

DUNIA
akhirat lebih baik dari kehidupan dunia yang penuh dengan maksiat dan dosa.

DALAM
Mengenai kehidupan dunia yang hanya sementara Nabi Saw., menyajikan sebuah
perumpamaan dalam sabdanya:
AL-QUR'AN
“Perumpamaan dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon
kemudian ia beristirahat sebentar dan selanjutnya pergi meninggalkannya.”10 (HR. al-
Tirmiżī)11
3. KEHIDUPAN DUNIA SEBAGAI UJIAN

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyā/21: 35).

Pada akhir penafsiran Kemenag dikatakan, Allah telah menganugerahkan


kepada Nabi sebagai ganti nikmat lahiriyah itu nikmat yang lebih baik yaitu
ketenangan hati dan kebahagiaan yang berupa keridhaan Illahi.

DESKRIPSI Allah memberi kesempatan yang sangat luas kepada manusia untuk memilih

DUNIA mana yang baik menurut dirinya. Apakah ia akan mengikuti hawa nafsunya,
atau ia akan mengikuti petunjuk, hukum, dan ketentuan Allah sebagai
DALAM penguasa alam semesta ini. Seandainya manusia ditimpa azab yang pedih di

AL-QUR'AN
akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya ditimpakan atas kehendak diri
mereka sendiri. Begitu juga jika mereka memperoleh kebahagiaan, maka
kebahagiaan itu datang karena kehendak diri mereka sendiri sewaktu hidup
di dunia.
Ragam Kesenangan Kehidupan Dunia
Dunia dengan segala isinya juga memiliki ragam kesenangan dan kenikmatan hidup
yang bisa dinikmati manusia saat hidup di dunia, dan ragam kesenangan hidup itu
disebutkan
dalam al-Qur’an pada firman Allah Swt:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang- binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Āli ‘Imrān/3: 14).
Perumpamaan Kehidupan Dunia Seperti
Air Hujan
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang
Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-
tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga
apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan
pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah
kepadanya azab Kami di
waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-
tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah
Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS.
Yūnus/10: 24)

Ayat ini menerangkan sifat kehidupan dunia dan perumpamaan yang ditijinjau dari
segi kefanaannya, bahwa kehidupan dan kesenangan duniawi dapat sirna seketika.34
Perintah Mewaspadai Kehidupan Dunia
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu)
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong
bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali
kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan
kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqmān/31: 33).

Menurut Tafsir Kemenag, terdapat dua peringatan yang terkandung dalam ayat ini, pertama
peringatan kepada manusia jangan sampai tertipu dengan kesenangan dunia dan segala
kenikmatannya, sehingga manusia menghabiskan seluruh waktunya untuk memperoleh dan
menikmati kesenagan-kesenangan duniawi.
Dunia Bukan Tujuan Hakiki
Seseorang akan mudah teperdaya jika dia menjadikan kemegahan dunia sebagai tujuan akhirnya.
Karena cintanya yang berlebihan terhadap hal-hal yang bersifat duniawi, dia tidak akan bisa
selalu introspeksi, bahkan selalu mengulur-ngulur waktu untuk beramal saleh dan bertaubat.

Al-Qur’an memperingatkan manusia yang beriman agar jangan sampai terlena dengan kenikmatan
dunia dan agar jangan sampai menjadikan dunia sebagai tujuan akhir dari amal perbuatannya.
Allah berfirman:

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan”
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
Hūd/11: 15-16).
Kehidupan Dunia Melupakan Manusia dari
Ingat Kepada Allah Swt.
“Kecenderungan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia mempunyai dampak yang cukup banyak
bagi manusia, salah satunya adalah bisa menyebabkan seseorang lupa kepada Allah Swt. Hendaknya
jangan sampai perihal duniawi membuat manusia lupa untuk berdzikir kepada Allah dan melakukan
amal-amal yang mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini Allah Swt., berfirman:

“Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah
selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah); "Apakah kamu yang menyesatkan hamba-
hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?"
“Mereka (yang disembah itu) menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain
engkau (untuk jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka
kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa"
(QS. al-Furqān/25:17-18).
Mencintai Dunia Dapat Tersesat
Menurut Mutawallī al-Sya’rāwī dalam (QS. Ibrāhīm/14: 2-3) ini terdapat tiga tingkatan kesesatan,

lebih mencintai dunia daripada akhirat

menghalang-halangi manusia dari jalan Allah

mengaburkan manhaj agar manusia menjadi tidak suka terhadap Islam

Seseorang yang pada hatinya terdapat sifat ḥ ubbu al-dunia (cinta dunia), selain bisa
menyebabkan lupa kepada Allah Swt., juga bisa menyebabkan dirinya terjerumus dalam kesesatan
dan kepayahan. Karena seseorang yang cinta dunia akan melakukan segala cara untuk
mendapatkan yang ia inginkan di dunia, juga dikarenakan jika ia telah mendapatkan sebagian
dari duniawi maka nafsunya terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Aqidah
Wasithiyah mengatakan bahwa bentuk keimanan
kepada hari akhir adalah beriman mengenai perkara-
perkara setelah kematian sebagaimana yang telah
diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tahap-
tahap
setelah
Keimanan ini mencakup keimanan kepada pertanyaan
di alam kubur, adzab dan nikmat kubur, hari berbangkit
dan dikumpulkannya manusia di padang mahsyar,
penimbangan amalan, pembukaan catatan amal, hisab kematian
(perhitungan), Al Haudh (telaga Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam), Shiroth (jembatan), syafa’at, surga dan
neraka. (Lihat Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, Yazid bin Abdil Qodir Jawas, 176)
Keimanan terhadap Hari Berbangkit
“Kemudian, sesungguhnya
Setelah sangkakala ditiup dengan tiupan pertama, maka semua yang berada di langit dan
kamu sekalian akan
di bumi akan mati kecuali yang dikehendaki Allah. Lalu disusul dengan tiupan yang kedua,
maka manusia akan segera bangkit untuk menunggu keputusannya masing-masing. Itulah dibangkitkan (dari kuburmu) di
hari berbangkit. hari Kiamat”. (QS. Al-Mu’minun
Orang yang bertakwa yang mentauhidkan, mentaati Allah dan Rasul-Nya akan [23] : 15-16).
dikumpulkan sebagai tamu terhormat, sedangkan orang yang durhaga karena berbuat
syirik dan maksiat akan digiring dalam keadaan kehausan seperti hewan ternak.
”(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah sebagai utusan terhormat dan Kami akan menggiring orang-orang
yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.” (QS. Maryam [19] : 85-86).
Perhatikanlah kondisi manusia saat hari dikumpulkannya mereka. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun menghadap Allah Ta’ala dalam
keadaan tidak beralas kaki, telanjang (tidak berpakaian) dan tidak disunat (dikhitan)”.
(HR. Bukhari & Muslim).
Aisyah radhiyallahu ‘anha tatkala mendengar sabda Nabi ini, dia mengatakan,”Ya
Rasulullah, apakah kami satu sama lain saling memandangi aurat?” Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan firman Allah Ta’ala (yang artinya),”Setiap orang
dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa
[80] : 37) (HR. Tirmidzi, hasan shohih. Lihat Ma’arijul Qobul II/185)
Keimanan terhadap Adanya Hisab
“Sesungguhnya kepada
(Perhitungan) Kamilah mereka kembali,
kemudian sesungguhnya
Bagaimana seorang mukmin dihisab? Allah akan bersendirian dengan seorang kewajiban Kamilah
mukmin tanpa seorang pun yang melihatnya. Allah akan membuatnya mengakui dosa- menghisab mereka” (QS. Al
dosanya dengan mengatakan kepadanya : “Engkau telah melakukan demikian dan
Ghasyiyah [88]: 25-26).
demikian ... ” sehingga dia mengakui dan mengenal dosa-dosanya itu. Kemudian Allah
katakan,”Aku tutup dosamu di dunia dan Aku mengampunimu hari ini.” Lalu
bagaimana dengan orang-orang kafir? Orang-orang kafir, mereka tidak akan dihisab
(diperhitungkan) sebagaimana orang yang ditimbang kebaikan dan kejelekannya
karena kebaikan orang kafir tidak teranggap. (Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, 383)

Ingatlah! Setiap perbuatan dan tingkah laku kita hingga yang remeh sekalipun akan
dicatat pada kitab amalan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

”Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak
(pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang
telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun
juga.” (QS. Al Kahfi [18] :49).
Keimanan terhadap Surga dan Neraka ”Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan
Sebelum memasuki surga atau neraka, manusia akan melewati Shiroth yaitu jembatan yang
kepada surga yang luasnya seluas
direntangkan di atas neraka jahannam yang akan dilewati ummat manusia. Orang beriman
langit dan bumi yang telah
akan berjalan melalui shiroth sesuai dengan amalan mereka sedangkan orang kafir langsung
masuk dalam neraka tanpa melewati shiroth. Di antara mereka ada yang berjalan sekejap disediakan untuk orang-orang yang
mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat hembusan angin, ada pula yang berjalan bertakwa.” (QS. Ali Imran [3] : 133)
secepat kuda, ada pula yang berjalan seperti penunggang unta, ada yang dengan berlari, dan firman Allah Ta’ala yang
ada yang dengan berjalan santai, ada yang dengan merangkak, dan ada pula yang jatuh artinya,”Dan peliharalah dirimu
dalam neraka. dari api neraka, yang telah
Barangsiapa yang selamat melewati shiroth ini maka dia akan masuk surga. Dan yang disediakan
pertama kali meminta dibukakan pintu surga adalah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi untuk orang-orang yang kafir.” (QS.
wa sallam dan tidak ada yang masuk ke surga sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam Ali Imran [3] : 131)
(HR. Muslim). Dan umat yang pertama kali akan memasuki surga adalah umat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lihatlah bagaimana indahnya surga yang tidak bisa dibayangkan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,”Surga itu disediakan bagi orang-orang
sholih, kenikmatan di dalamnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh
telinga, dan tidak pula pernah terlintas dalam hati. Maka bacalah jika kalian menghendaki
firman Allah Ta’ala (yang artinya),”Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang
menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka
kerjakan.” (QS. As Sajdah [32] : 17) (HR. Bukhari & Muslim)
Dan lihatlah dahsyatnya neraka sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sabdakan,”Panas api kalian di dunia hanya 1/70 bagian dari panas api jahannam.” (HR.
Bukhari).
Jazakallah
Sumber
“Religiusitas Islam dan Kebahagiaan, sebuah Telaah dengan Perspektif Psikologi” Jurnal oleh Ros Mayasari
“Gambaran Kehidupan Dunia dalam Al-Quran, sebuah Kajian Tematik” Skripsi dari Muhammad Ilham Dwi
Aristya
dari Artikel https://rumaysho.com

Anda mungkin juga menyukai