Person in History
MENTORING REGULER
Rasulullah saw adalah manusia yang tak ada tolok
Nabi bandingnya. Babakan kehidupan beliau, pra dan
pasca pengangkatannya sebagai Rasul, nyaris
Mengenal Rasul tidak saja dalam bentuk fisikal atau penampilannya tetapi segala aspek
syar'i berupa sunnah yang dibedahkan Nabi kepada kita yaitu tingkah laku, perkataan
ataupun sikap. Oleh karena itu mengenal Rasul tidak saja dari segi jasad, nasab. dan latar
belakangnya, tetapi bagaimana Beliau beribadah dan beramal soleh
Uswatun Hasanah
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21 “sesungguhnya pada diri
Rasulullah ada contoh teladan bagi kamu…” Tujuan ini bisa dipahami dari
seruan mereka untuk menjadikan Rasulullah saw sebagai satu-satunya
contoh teladan. Setiap muslim harus bersungguh-sungguh dan total dalam
meneladani Rasulullah SAW. Keteladanan Rasulullah SAW yang dapat
mengangkat derajat ummat dalam hal iman, taqwa dan akhlaq serta akan
melahirkan pribadi muslim teladan baik segi ‘aqidah, ‘ibadah, akhlaq, fikroh
(pola pikir) ataupun jasmaninya.
Keteladanan yang hilang
Sembilan abad lalu Shalahuddin Al-Ayyubi mempelopori Peringatan Maulid Nabi Besar
SAW untuk mengembalikan semangat jihad fie sabilillah kaum muslimin yang telah
menurun dalam kecamuk perang Sabil (salib), ini bertujuan untuk membangkitkan
kembali ruhul jihad kaum muslimin yang mulai hilang di dalam menegakkan kalimatullah
yang haq. Dalam hal ini Shalahuddin Al-Ayyubi telah menyadarkan umat saat itu untuk
mengambil keteladanan Rasulullah saw sebagai seorang mujahid, pahlawan, pejuang
yang ulet dan gigih di dalam menegakkan kalimatullah. Keteladanan inilah yang nampak
hilang dari dalam diri ummat Islam saat ini. Oleh karena itu, meneladani Rasulullah saw
secara totalitas merupakan hal yang sangat mendesak pada saat ini. Terutama
keteladanan Rasul Allah saw sebagai seorang da’I, mubaligh dan khotib yang tak gentar
menyerukan amar ma’ruf nahi munkar
Mencintai Rasul
Sebagai umat Muhammad, mencintai beliau adalah wajib. Namun bukan hanya
menganggung-agungkan pribadinya, memuji-muji kebesaran perjuangan, atau sekedar
berziarah sambil komat kamit dan menangis di sisi makamnya. Bukan, bukan demikian yang
di tuntut oleh beliau. Kecintaaan itu harus di wujudkan dalam bentuk sikap dan amalan-
amalan kongkrit sebagaimana telah di contohkannya. Pengabdian kepada Allah akan
sempurna. Hanya apabila mengikuti perilaku Rasulullah di dalam berbagai sektor
kehidupannya.
”Katakanlah (hai Muhammad), apabila engkau mencintai Allah, maka ikutilah aku. Niscaya
Allah juga mencintaimu, dan mengampuni dosa-dosamu…”(3:31)
Jelas dan gambling keterangan ayat Qur’an tersebut. Mencintai Allah berarti berusaha
memahami, menyelami dan mengikuti ajaran-ajaran Rasul secara utuh dan
menyeluruh, kemudian istiqomah dalam memperjuangkannya.
Back to Agenda Page
JAZAKALLAH