Anda di halaman 1dari 10

RESUME ANALISIS NASKAH KHUTBAH JUM’AT MATAKULIAH

STUDI AL-QURAN DAN HADIS


Referensi: https://jatim.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-bulan-rabiul-akhir-kesempatan-
merenungi-tambahan-usia-wheJp
“Kesempatan Merenungi Tambahan Usia”

A. Pembahasan Tema
Waktu adalah sebuah anugerah.Tujuan manusia di dunia adalah untuk
mencapai tujuan akhirat. Sebagaimana islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia
adalah ladang yang harus di kerjakan dengan sungguh- sungguh untuk mendapatkan
hasil panen yang berkualitas di akhirat kelak. Kehidupan di dunia itu hanya sementara
,sedangkan kehidupan di akhirat itu kekal abadi. Al-Qur’an menggambarkan
kehidupan dunia dengan istilah “tempat permainan belaka”Kehidupan didunia ini
adalah permainan. Usia manusia semakin hari semakin bertambah itu berarti waktu
semakin dekat dengan kematian.namun hal yang lazim di lakukan oleh manusia saat
pertambahan usia adalah merayakanya dengan meriah.
1. Kehidupan didunia ini adalah permainan.

Bukan berarti kita dianjurkan untuk berbuat seenaknya di dunia ini layaknya
sebuah permainan. Redaksi tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa
kehidupan dunia ini tidak sejati, tidak kekal, dan penuh dengan tipuan. Karena itu,
maknanya justru seseorang harus lebih banyak mencurahkan perhatian kepada
kehidupan akhirat.
Perumpamaan Gus Dur, seperti banyak kita fahami bahwa beliau adalah
yakin bener kalau kehidupan di dunia adalah permainan belaka; dimana beliau
berpulang pula kerahmatullah dengan tanpa beban meninggalkan dunianya atau harta
dunianya atau kekuasaan yang pernah diperjuangkannya, tiada tersirat keraguan untuk
meninggalkan istri dan anak-anak tercintanya. Beliau meninggal dengan sangat
terhormat, banyak diantar dengan pujian do'a oleh umat pencintanya. Keharuman
namanya terus dikenang. kuburan tempat beliau disemayamkan terus disiarahi oleh
banyak umat muslim.
Tentu Gus Dur karena sangat yakin akan kehidupan akhirat; sehingga benar-
benar kehidupan di dunia disikapi sebagai permainan belaka, maka amal bakti
hidupnya berorientasi pada perbuatan sebagai amal ibadah, berbuat untuk
kemaslahatan orang banyak, semata - mata karena mengharap rido Allah dan karena
yakin akan kehidupan kekal abadi di akhirat.
Imam al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal
yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang
menghampiri suatu kerugian yang besar.
Dari penjelasan ini, kita patut memikirkan ulang tentang hakikat perayaan
ulang tahun. Momen tersebut seyogianya disikapi secara wajar dan tepat.
Kebahagiaan terhadap tambahnya usia semestinya diarahkan kepada rasa syukur
terhadap masih tersisanya umur, bukan uforia kebanggaan atas tambahan waktu itu
sendiri. Sisa usia itu merupakan kesempatan untuk menambal kekurangan,
memperbaiki yang belum sempurna, dari perilaku hidup kita di dunia.
Syekh Ahmas ibn Atha’illah as-sakandari dalam kitabnya mengatakan
Peringatan ulang tahun lebih tepat menjadi momen muhasabah atau introspeksi dan
ishlah yakni perbaikan.
Perayaan Ulang Tahun dalam Berbagai perspektif Agama Perayaan ulang
tahun memiliki persepsi yang beragam dari perspektif agama. Berikut ini gambaran
singkat tentang bagaimana beberapa agama islam melihat dan memperlakukan
perayaan ulang tahun:
Di dalam Islam, tidak ada tradisi atau praktik khusus untuk merayakan ulang
tahun. Beberapa mazhab (aliran) Islam melihat perayaan ulang tahun sebagai bid'ah
(inovasi) atau amalan yang tidak didukung oleh ajaran agama. Beberapa juga percaya
bahwa merayakan ulang tahun dengan perayaan besar yang menghabiskan banyak
uang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesederhanaan yang diajarkan dalam Islam.
Namun, di beberapa budaya Muslim, ada kelompok yang merayakan ulang tahun
secara ringan dan sederhana tanpa aspek agama yang kuat.
2. Manusia diciptakan agar beribadah kepada allah.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Quran fungsi dan tugas manusia
disebutkan bahwa sebagai abdi(hamba) dan khalifah fil ardhi(dimuka bumi).Nilai dari
kedudukannya sebagai hamba Allah mempercayai akan ketaatan, tunduk dan patuh
kepada Sang Kholik pencipta sementara dilihat dari nilai kedudukannya sebagai
khalifahmempercayai kebebasan dan kreativitas manusia dalam membangun sebuah
peradaban kebudayaan atau proses mewujudkan kejayaan manusia.
Namun, jangan sampai kita diciptakan Allah swt untuk menyombongkan
kehidupan kita sebab kita hanya makhluk allah swt yang terbuat dari tanah. Berikut
pendapat pendapat penciptaan manusia menurut para tokoh.
Para ahli dari barat mendefinisikan manusia sebagai berikut: Socrates
berpendapat bahwa manusia sebagai Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat),
Max Scheler berpendapat bahwa manusia adalah Das Kranke Tier (Hewan yang selalu
bermasalah serta gelisah), Homo sapiens (makhluk yang berbudi pekerti), Homo
religius (makhluk beragama).
Namun kalangan islam tidak menerima pendefinisian manusia dengan
menggunakan animal atau hewan. Seorang ahli pendidikan yang bernama
Mohammad Daud Ali (1998) Mengungkapkan pendapat bahwasannya manusia
bisa disamakan dengan binatang apabila tidak menggunakan secara baik dan
maksimal potensi yang telah Allah berikan di dalam dirinya. bahwa asal mula
manusia dari tanah liat . Allah menciptakan manusia melalui proses yang amat sangat
terperinci dan sempurna.Dapat disimpulkan bahwa:
(a) manusia diciptakan dari tanah, (b) keturunannya diciptakan dengan
melalui proses yang berawal dari saripati tanah (air mani), (c) Setelah
Pembentukan yang sempurna manusia akan hidup didunia mati kemudian
dibangkitkan dari alam kubur lalu kembali hidup di akhirat kelak. (Sami’udin, 2019).
Untuk mengembangkan secara maksimal potensi yang ada dalam diri manusia
serta mencapai tujuan penciptaan manusia maka harus mengetahui unsur unsur
penting yang ada dalam diri mencakup Fisik/ Jasmani, Rohani, Akal dan sosial.1
Allah tidak menciptakan jin dan manusia untuk suatu manfaat yang kembali
kepada Allah. Mereka diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Dan ibadah itu sangat
bermanfaat untuk diri mereka sendiri. Pengertian ibadah itu pun sangat luas, tak
sekadar ritual kepada Allah (seperti shalat, puasa, haji, atau sejenisnya) melainkan
meliputi pula kebaikan-kebaikan yang membawa kemaslahatan bagi orang lain.
Memanfaatkan umur di dunia ini menjadi sangat penting karena waktu terus berjalan,
dan tak akan bisa terulang kembali.
B. Ayat Al Qur’an dan Terjemah

‫ِخ ِه‬ ‫ِإ‬ ‫ِع‬ ‫ِإ‬ ‫ِذِه‬


‫َو َم ا َٰه ا ْل َحَيا ُة الُّد ْنَيا اَّل َلْه ٌو َو َل ٌب ۚ َو َّن الَّدا َر ا آْل َر َة َل َي ا ْل َح َيَو ا ُن ۚ َلْو‬
‫َك ا ُنوا َيْع َلُم و َن‬
Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.
Dari Penggalan Ayat di atas menurut,Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir /
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam
Madinah

‫ِع‬ ‫ِإ‬ ‫ِذِه‬


64.
‫( ۚ َو َم ا ٰه اَحْلَيٰو ُة الُّد ْنَيآ اَّل ْهَلٌو َو َل ٌب‬Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan
senda gurau dan main-main) Yakni bagian dari permainan dan senda gurau anak-anak
kecil.

‫(ۚ َو ِإَّن الَّداَر اٰاْلِخ َر َة ِهَلَى اَحْلَيَو اُن‬Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan)
Yakni dan negeri akhirat merupakan negeri kehidupan, yaitu kehidupan yang kekal
yang tidak akan hancur dan tidak akan lenyap oleh kematian atau penyakit dan
kesedihan atau kegalauan.

‫(َلْو َك اُنو۟ا َيْع َلُم وَن‬kalau mereka mengetahui)


1
Taufik Hidayat, “I IMPLIKASI PENDIDIKAN DARI AL-QURAN SURAT ADZ-DZARIYAT AYAT 56 TENTANG
TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA TERHADAP UPAYA PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK MANUSIA YANG TAAT
BERIBADAH.”
Yakni seandainya mereka memiliki suatu ilmu niscaya mereka tidak akan memilih
kehidupan dunia yang fana dan lenyap ini.
Sedangkan menurut Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di,
pakar tafsir abad 14 H
64. Allah memberitakan tentang kondisi dunia dan akhirat, dan terkandung di
dalamnya (seruan) bersikap zuhud terhadap dunia dan merindukan akhirat, seraya
berfirman, ”dan tiadalah kehidupan dunia ini,” pada yang sebenarnya, “melainkan
senda gurau dan main-main,” dengannya hati menjadi lengah, dan dengannya jasad
bermain-main disebabkan sesuatu yang Allah jadikan padanya, yaitu keindahan
(perhiasan), kelezatan dan syahwat yang dapat mengosongkan hati lagi memalingkan,
yang sedap di pandang mata nan lalai, yang menyenangkan jiwa lagi memalsukan,
kemudian ia akan lenyap secepatnya dan akan musnah semuanya, dan orang yang
mencintainya tidak memperoleh apa-apa kecuali penyesalan, keluh kesah dan
kerugian. Sedangkan negeri akhirat, maka itulah negeri “kehidupan,” maksudnya,
kehidupan yang sempurna, yang merupakan kelazimannya adalah bahwa tubuh-tubuh
para penghuninya benar-benar berada pada puncak kekuatan, dan kekuatan mereka
benar-benar pada puncak yang prima. Sebab ia adalah tubuh-tubuh dan kekuatan yang
diciptakan untuk kehidupan; dan bahwa segala sesuatu yang menjadikan kehidupan
menjadi sempurna mesti ada di dalamnya, yang dengannya semua kelezatan
terpenuhi, berupa segala sesuatu yang membahagiakan hati dan segala kebutuhan
tubuh, seperti aneka makanan, minuman, seks, dan lain-lain dari hal-hal yang belum
pernah dilihat mata, tidak pula didengar telinga dan tidak pula terbetik dalam hati
manusia.
“kalau mereka mengetahui,” tentu mereka tidak akan mengutamakan dunia atas
akhirat; dan kalau mereka berakal, tentu mereka tidak akan membenci negeri
kehidupan (yang sebenarnya), dan tentu mereka (tidak) akan menyukai negeri senda
gurau dan permainan ini. Maka yang demikian itu menunjukkan bahwa orang-orang
yang mengetahui, pasti akan lebih mementingkan akhirat daripada dunia, karena
pengetahuan mereka terhadap kondisi dua negeri kehidupan itu.
(https://tafsirweb.com/7290-surat-al-ankabut-ayat-64.html)

Dalam ayat lain Allah Berfirman:

‫َو َم ا اَحْلٰي وُة الُّد ْنَيٓا ِااَّل َلِعٌب َّو ْهَلٌو ۗ َو َللَّداُر اٰاْلِخ َر ُة َخ ْيٌر ِّلَّلِذْيَن َيَّتُقْو َۗن َاَفاَل َتْع ِق ُلْو َن‬
Artinya:"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau.
Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.
Tidakkah kamu mengerti?" (QS al-An'am ayat 32).
Sejumlah mufassir memandang, permainan dan senda gurau yang disebut
dalam beberapa Surat tersebut, memiliki makna yang sama. Pengulangan ini adalah
untuk taukid atau untuk mempertegas.
Dalam tafsir Abu Hayyan, disebutkan bahwa permainan (la'ibun) merupakan
kegiatan mengalihkan perhatian dari yang bermanfaat ke yang tidak bermanfaat.
Adapun senda gurau (lahwun) adalah mengalihkan perhatian dari yang serius ke
bercanda.
Lebih perinci lagi, Ibnu Al Qayyim menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa
la'ibun itu permainan untuk anggota tubuh, sedangkan lahwun adalah hiburan untuk
hati, sebagaimana dalam surah al-Anbiya ayat 3.
Para fuqaha berpendapat, permainan dan senda gurau itu tidak selalu tercela,
sebab ada juga yang terpuji, seperti permainan atau kompetisi yang baik untuk
pengetahuan.
Kembali ke pendapat ahli tafsir, bahwa sebagian ahli tafsir mengatakan, yang
dimaksud permainan dan senda gurau dalam ayat-ayat tersebut adalah kehidupan
orang-orang kafir. pendapat lain menyebutkan, la'ibun dan lahwun itu bersifat umum,
yakni mencakup kehidupan orang beriman dan orang non-Muslim secara bersama-
sama. Namun, menyatakan bahwa dunia ini adalah permainan dan senda gurau
tidaklah mudah untuk dijelaskan.
Karena, tidak semua amalan orang mukmin di dunia ini bersifat permainan
dan senda gurau. Apalagi jika menganggap bahwa bermain dan senda gurau termasuk
di antara amalan yang terpuji. Demikian pula, orang non-Muslim mungkin tidak
menghabiskan seluruh hidupnya untuk permainan dan senda gurau.
Sejatinya, permainan (la'ibun) dan senda gurau (lahwun) yang dimaksud
dalam Alquran, sebagaimana tercantum di beberapa ayat, adalah untuk menarik
perbandingan antara kehidupan dunia dan akhirat. Jika dibandingkan dengan akhirat,
dunia ini tidak lebih dari sekadar permainan dan senda gurau. Akhirat lebih baik jika
dikaitkan dengan Surga. Dan akhirat lebih buruk lagi jika dikaitkan dengan neraka.
Akhirat bersifat kekal dan abadi. Karunia di surga tidak terbatas, sedangkan karunia di
dunia terbatas.
Kebahagiaan di surga itu bersifat pasti. Sedangkan kebahagiaan di dunia
hanyalah sangkaan belaka, bisa berkurang dan bahkan hilang. Akhirat itu abadi,
sementara dunia sementara. Dunia ini lelucon, sedangkan akhirat adalah hal
yang sesungguhnya.
Dapat dikatakan bahwa dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau.
Apalagi jika kita larut dengan permainan tersebut kita akan lalai dengan kewajiban
kita didunia ini. Sementara, akhirat itu abadi maka kita sebaiknya berlomba lomba lah
dalam hal kebaikan didunia. Dan kita akan memanennya nanti saat diakhirat kelak.
C. Hadist dan Terjemah

‫وإن امرأ ذهبت س اعة من‬، ‫عالمة إع راض اهلل تعاىل عن العب د اش تغاله مبا اليعنيه‬
‫ومل يغلب‬،‫ومن ج اوز األربعني‬،‫عمره يف غريما خلق له جلديران تط ول عليه حس رته‬
‫خريه شره فليتجهز للنار‬
Artinya; Tanda berpalingnya Allah SWT dari hambanya.disibuknya seorang
hamba dengan sesuatu yang tidak memiliki faidah. Dan sungguh jika ia
memalingkan umurnya untuk sesuatu yang bukan dari tujuan hidupnya
(beribadah kepada Allah) maka akan panjanglah penyesalannya kelak. Dan
siapa yang umurnya sudah mencapai empat puluh tahun namun perbuatan
baiknya belum melebihi atas perbuatan burukanya maka sesungguhnya ia
sedang mempersiapkaan diri menuju Api Neraka”

Dalam redaksi lain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab


pertanyaan serupa,

‫ َح َّد َثيِن‬، ‫ َح َّد َثَنا َبِق َّي ُة ْبُن اْلَو ِليِد‬: ‫ َق ااَل‬،‫ َو َيِز يُد ْبُن َعْب ِد َر ِّب ِه‬، ‫َح َّد َثَنا َح ْيَو ُة ْبُن ُش َر ْيٍح‬
‫ َأَّن‬،‫ َأَّن ُعَم َر اُجلَم ع َح َّد َثُه‬، ‫ َح َّد َثَنا ُج َبْيُر ْبُن ُنَف ٍرْي‬، ‫ َعْن َخ اِلِد ْبِن َم ْع َد اَن‬،‫ِحَب ُري ْبُن َس ْع ٍد‬
‫ّي‬
»‫ «ِإَذا َأَر اَد الَّل ُه ِبَعْب ٍد َخ ْيًر ا اْس َتْع َم َلُه َقْب َل َمْو ِتِه‬: ‫َرُس وَل الَّل ِه صلى اهلل عليه وسلم َق اَل‬
‫ِل‬ ‫ِإ‬ ‫ِد ِه َّل‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬
‫ «َيْه ي ال ُه عز وجل ىَل اْلَعَم ِل الَّص ا ِح َقْب َل‬: ‫ َم ا اْس َتْع َم َلُه؟ َقاَل‬: ‫َفَس َأَلُه َرُج ٌل َن اْلَق ْو‬
)16884 :‫ حديث رقم‬،‫ َّمُث َيْق ِبُضُه َعَلى َذِلَك » (مسند اإلمام أمحد‬،‫َمْو ِتِه‬.
Haywah bin Syuraih dan Yazid bin Abdur Rabbih menuturkan kepada kami :
keduanya berkata : Baqiyah bin Al Waliid menuturkan kepada kami, Bahiir bin
Sa’ad menuturkan kepada saya dari Khalid bin Ma’dan, Jubair bin Nufair
menuturkan kepada kami bahwa Umar Al Juma’iy menuturkan : bahwa Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Apabila Allah menghendaki kebaikan
untuk seorang hamba, Dia akan mempekerjakannya sebelum kematiannya”. Lalu
salah seorang (sahabat) bertanya : “Bagaimana Allah mempekerjakannya?”
Beliau menjawab : “Allah memberinya petunjuk untuk beramal shalih sebelum
meninggalnya, baru kemudian Allah mencabut nyawanya dalam keadaan ia
beramal shalih” [Musnad Al Imam Ahmad, no. 16884]
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sanad hadis tersebut bisa diterima.
Selanjutnya, untuk menguji kesahihan sebuah matan tentu saja menggunakan
kriteria-kriteria yang telah digariskan oleh ulama-ulama terdahulu. Meneliti matan
sesungguhnya jauh lebih sulit dari pada meneliti sanad. Kriteria kesahihan matan
secara umum dapat digariskan sebagai berikut: 1. Redaksi matan tersebut tidak
bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis shahih lainnya. 2. Redaksi matan hadis
tersebut tidak bertentangan dengan akal sehat. 3. Redaksi matan tersebut tidak
bertentangan dengan sejarah atau dalil yang sudah pasti.
Untuk bisa menangkap ideal moral dari hadis tersebut di atas, langkah
pertamanya adalah membumikan makna hadis tersebut. Ada dua kata kunci
manusia diajarkan untuk beramal sholeh sebelum meninggal dan tidak menyia
nyiakan umur. Jadi, berbuat baik sedemikian hal untuk mencapai ridho allah
sebelum ajal menjemput.
Disimpulkan bahwasannya matan hadis tentang memanfaatkan waktu sebaik
mungkin dalam kitab ayyuhal walad karya Imam ghozali berkualitas sahih.
Karena matan hadis tersebut sudah memenuhi kriteria atau standarisasi kesahihan
matan hadis. Matan hadis ini terbukti tidak bertentangan dengan Alquran, hadis
yang sahih, akal dan juga tidak bertentangan dengan kaedah nahwu dan shorof.
Sedangkan, matan hadis tentang beramal sholeh dalam musnad Al Imam Ahmad,
no. 16884 berkualitas shohih. Karena matan hadis memenuhi kriteria kesahihan
matan hadis.

D. Syarah/penjelas/fiqhul hadis

‫وإن امرأ ذهبت س اعة من‬، ‫عالمة إع راض اهلل تعاىل عن العب د اش تغاله مبا اليعنيه‬
‫ومل يغلب‬،‫ومن ج اوز األربعني‬،‫عمره يف غريما خلق له جلديران تط ول عليه حس رته‬
‫خريه شره فليتجهز للنار‬

Artinya; Tanda berpalingnya Allah SWT dari hambanya.disibuknya seorang


hamba dengan sesuatu yang tidak memiliki faidah. Dan sungguh jika ia
memalingkan umurnya untuk sesuatu yang bukan dari tujuan hidupnya
(beribadah kepada Allah) maka akan panjanglah penyesalannya kelak. Dan
siapa yang umurnya sudah mencapai empat puluh tahun namun perbuatan
baiknya belum melebihi atas perbuatan burukanya maka sesungguhnya ia
sedang mempersiapkaan diri menuju Api Neraka”

Di bagian awal dari Kitab Ayyuhal Walad, Nasihat Imam al-Ghazali untuk
murid-muridnya, disebutkan tanda Allah tidak peduli dan tidak menginginkan
kebaikan untuk seorang hamba,

‫ وإن امرأ ذهبت ساعة من عمره‬، ‫عالمة إعراض اهلل تعاىل عن العبد اشتغاله مبا ال يعنيه‬
‫ ومل يغلب خريه‬، ‫ ومن جاوز األربعني‬، ‫يف غري ما خلق له جلدير أن تطول عليه حسرته‬
‫شره فليتجهز للنار‬
“Tanda Allah berpaling dari hambaNya adalah seseorang tersibukkan dalam
sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Ketika masa dari umur seseorang berlalu
dari selain ibadah yang telah dituntut darinya, tentu baginya patut menyesal
selamanya. Barangsiapa menginjak umur 40 tahun, namun kebaikannya dikalahkan
oleh keburukannya maka hendaknya mempersiapkan diri ke neraka.”
Perkataan serupa juga pernah disampaikan oleh Imam al-Hasan al-
Bashri rahimahullah,
‫عالمة إعراض اهلل تعاىل عن العبد أن جيعل شغله فيما ال يعنيه‬
“Tanda Allah berpaling dari seorang hamba adalah Allah menjadikannya sibuk
dalam aktifitas yang tak berguna.”
Jika seseorang tersibukkan dengan maksiat dan aktifitas yang menjauhkan
dirinya dari Allah dan dari surgaNya, maka ia akan tertimpa keburukan dan
kehinaan. Inilah yang terjadi kepada ahli maksiat. Allah ingin menghinakan
mereka dengan maksiat-maksiat mereka.
Imam Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata,

‫ وإذا هاَن الَعْبُد َعلى الَّلِه ْمَل ُيْك ِر ْمُه أَح ٌد‬، ‫ وَلْو َعُّز وا َعَلْيِه َلَعَص َم ُه ْم‬،‫هاُنوا َعَلْيِه َفَعَص ْو ُه‬
“Mereka adalah orang-orang yang hina di hadapan Allah sehingga mereka
bermaksiat kepada-Nya. Sekiranya mereka adalah orang-orang yang mulia di
hadapan Allah, niscaya Allah akan menjaga mereka. Apabila seorang hamba telah
hina di hadapan Allah maka tak seorangpun akan memuliakannya”.

Beliau berdalil dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,


‫ن ِه ِن الَّل ما َل ِم ن ْك ِر ٍم‬
‫َو َم ُي ُه َف ُه ُم‬
“Dan siapa yang Allah hinakan, tidak seorangpun akan memuliakannya.” (Al-Hajj:
18)
“Apabila orang-orang memuliakannya secara lahir, itu dipastikan karena mereka
memiliki kepentingan terhadapnya, atau takut terhadap kejahatannya, padahal ia
adalah orang yang paling rendah dan hina di dalam hati mereka”.
Sebaliknya, orang yang Allah kehendaki kebaikan untuknya maka Allah akan
tunjuki dia kepada jalan yang mendekatkan diri kepada Allah dan surga-Nya. Jalan
tersebut berupa iman dan amal shalih. Yaitu keimanan yang didasarkan kepada
ilmu yang pasti dan amal shalih sesuai petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam.
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

‫َمْن ُيِر ْد الَّلُه ِبِه َخ ْيًر ا ُيَف ِّق ْهُه يِف الِّديِن‬
"Siapa yang kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan jadikan orang itu fakih
terhadap dien." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya, dari Mu'awiyah bin Abi
Sufyan Radhiyallahu 'Anhu)
Dalam riwayat lain di Musnad Ahmad, dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
‫ِتِه‬ ‫ِل‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِب ٍد‬ ‫ِإ‬
‫َذا َأَر اَد الَّلُه َعْب َخ ْيًر ا اْس َتْع َم َلُه َقاُلوا َو َك ْيَف َيْس َتْع ُلُه َقاَل ُيَو ِّفُقُه َعَم ٍل َص ا ٍح َقْبَل َمْو‬
“Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia
memperkerjakannya?” Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah
memperkerjakannya?’ Beliau menjawab, ”Allah memberinya taufiq untuk beramal
shalih sebelum kematiannya.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidz. Syaikh Al-Albani
menshahihkannya dalam Al-Shahihah, no. 1334)
Dalam redaksi lain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab
pertanyaan serupa,

‫ َح َّد َثيِن‬، ‫ َح َّد َثَنا َبِق َّي ُة ْبُن اْلَو ِليِد‬: ‫ َق ااَل‬،‫ َو َيِز يُد ْبُن َعْب ِد َر ِّب ِه‬، ‫َح َّد َثَنا َح ْيَو ُة ْبُن ُش َر ْيٍح‬
‫ َأَّن‬،‫ َأَّن ُعَم َر اُجلَم ع َح َّد َثُه‬، ‫ َح َّد َثَنا ُج َبْيُر ْبُن ُنَف ٍرْي‬، ‫ َعْن َخ اِلِد ْبِن َم ْع َد اَن‬،‫ِحَب ُري ْبُن َس ْع ٍد‬
‫ّي‬
»‫ «ِإَذا َأَر اَد الَّل ُه ِبَعْب ٍد َخ ْيًر ا اْس َتْع َم َلُه َقْب َل َمْو ِتِه‬: ‫َرُس وَل الَّل ِه صلى اهلل عليه وسلم َق اَل‬
‫ِل‬ ‫ِإ‬ ‫ِد ِه َّل‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬
‫ «َيْه ي ال ُه عز وجل ىَل اْلَعَم ِل الَّص ا ِح َقْب َل‬: ‫ َم ا اْس َتْع َم َلُه؟ َقاَل‬: ‫َفَس َأَلُه َرُج ٌل َن اْلَق ْو‬
)16884 :‫ حديث رقم‬،‫ َّمُث َيْق ِبُضُه َعَلى َذِلَك » (مسند اإلمام أمحد‬،‫َمْو ِتِه‬.
Haywah bin Syuraih dan Yazid bin Abdur Rabbih menuturkan kepada kami :
keduanya berkata : Baqiyah bin Al Waliid menuturkan kepada kami, Bahiir bin
Sa’ad menuturkan kepada saya dari Khalid bin Ma’dan, Jubair bin Nufair
menuturkan kepada kami bahwa Umar Al Juma’iy menuturkan : bahwa Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Apabila Allah menghendaki kebaikan
untuk seorang hamba, Dia akan mempekerjakannya sebelum kematiannya”. Lalu
salah seorang (sahabat) bertanya : “Bagaimana Allah mempekerjakannya?” Beliau
menjawab : “Allah memberinya petunjuk untuk beramal shalih sebelum
meninggalnya, baru kemudian Allah mencabut nyawanya dalam keadaan ia
beramal shalih” [Musnad Al Imam Ahmad, no. 16884]
E. Kesimpulan
Pada naskah khutbah yang berjudul “kesempatan merenungi bertambahnya
usia” Penjabarannya sudah sesuai. Namun, Hadis yang dijabarkan kurang
terperinci. Penjelasan tersebut masih global. Ayat nya sudah dijelaskan secara
menjabar. Tetapi, pada hadis yang dikutip dari kitab ayyuhal walad karangan imam
al ghozali tidak lengkap.
Hadis yang dikutip berstatus shohih. Sehingga setelah melakukan analisis
hadis. Sungguh kita dapat merenungi bagaimana cara memanfaatkan umur yang
setiap tahunya mengalami pertambahan. Dan kita dapat mengetahui cara beramal
sholeh sebelum kematian menjemput manusia. Jadi, kita dapat mengetahui hal apa
yang harus kita lakukan. Jika usia kita semakin bertambah.
F. Saran
Penulis menyadari bahwa setiap karya tulis tidak mungkin kalua tidak ada
kekurangan. Karena pada dasarnya kesempurnaan hanya milik allah swt semata.
Meskipun karya ini tidak sempurna baik dari segi bahasanya, aturan penulisannya,
ataupun tema pembahasannya yang kurang tepat dan akurat. Kami memohon maaf
dan meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak agar
karya tulis ini menjadi baik. Dan semoga menjadi pengalaman penulis untuk
menulis karya tulis selanjutnya.

G. Daftar Pustaka
Ghozali,Imam. 2012. Ayyuhal Walad. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Sumber referensi website:


https://jatim.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-bulan-rabiul-akhir-
kesempatan-merenungi-tambahan-usia-wheJp
https://buku.kompas.com/read/4433/sejarah-perayaan-ulang-tahun-dan-
referensinya-dalam-berbagai-perspektif-agama
https://www.kompasiana.com/ludfiluk/5508f577813311c81cb1e1df/apa-ya-
makna-dari-kehidupan-di-dunia-adalah-permainan
https://tafsirweb.com/7290-surat-al-ankabut-ayat-64.html
https://voa-islam.com/read/aqidah/2023/02/20/82518/tanda-allah-tak-peduli-
kepada-hamba/
https://www.al-kayis.or.id/akhir-hidup-yang-manis/

Anda mungkin juga menyukai