Oleh:
NURFATIKASARI
A 321 19 087
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur patutlah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makna fid
dunya hasanah wafil akhirati hasanah”.
Maka dari itu, penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan, segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah yang saya susun ini.
NURFATIKASARI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................10
DAFTAR PU
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dunia dan akhirat.
2. Untuk mengetahui cara menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat.
3. Untuk mengetahui Makna fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
بَ ث أَ ْع َجٍ ِل َغ ْيGَوا ِل َواأْل َوْ اَل ِد ۖ َك َمثGَ Gاثُ ٌر فِي اأْل َ ْمGGا ُخ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوتَ َكGGَةٌ َوتَفGَ ٌو َو ِزينG ُّد ْنيَا لَ ِعبٌ َولَ ْهGاةُ الGGَا ْال َحيGGا ْعلَ ُموا أَنَّ َم
ٌ َوG ض
اGGان ۚ َو َم ْ رةٌ ِمنَ هَّللا ِ َو ِرGَ Gِد َو َم ْغفGٌ ْال ُكفَّا َر نَبَاتُهُ ثُ َّم يَ ِهي ُج فَتَ َراهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُكونُ ُحطَا ًما ۖ َوفِي اآْل ِخ َر ِة َع َذابٌ َش ِدي
ِ ع ْال ُغر
ُور ُ ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا ِإاَّل َمتَا
Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara
kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-
Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Qs
Al Hadid ; 20)
Allah SWT menciptakan dunia beserta isinya dan terlepas dari itu semua,
Allah menciptakan dunia untuk tujuan tertentu. Kehidupan dunia seringkali
membuat manusia terlena dan tidak mengingat bahwa kehidupan tersebut tidaklah
abadi. Dalam kehidupan dunia, manusia melewati fase-fase tertentu dan dalam
setiap fase kehidupan tersebut manusia mengalami berbagai macam hal.
2
Manusia sendiri tidak bisa mengatur apakah dirinya akan lahir didunia dan
dimana ia akan dilahirkan, semuanya sudah diatur oleh Allah SWT (baca hakikat
penciptaan manusia dan tujuan hidup menurut islam). Suka ataupun tidak, setiap
manusia yang terlahir didunia harus menjalani kehidupan dan berusaha untuk
bertahan hidup dengan segala kemampuannya
2. Akhirat
Akhirat (bahasa Arab: رةGGGوم اآلخGGGالي, translit. al-yaum al-ākhirah, har.
'hari/masa depan') dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal)
setelah kematian atau sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa alam akhirat
sering kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam Al
Qur'an sebanyak 115 kali, [1] yang mengisahkan tentang Yawm al-Qiyâmah dan
akhirat juga bagian penting dari eskatologi Islam.
Akhirat dianggap sebagai salah satu dari rukun iman yaitu: Percaya Allah,
percaya adanya malaikat, percaya akan kitab-kitab suci, percaya adanya nabi dan
rasul dan percaya takdir dan ketetapan. Menurut kepercayaan Islam, Allah akan
memainkan peranan, beratnya perbuatan masing-masing individu. Allah akan
memutuskan apakah orang tersebut di akhirat akan diletakkan di Jahannam
(neraka) atau Jannah (surga). Kepercayaan ini telah disebut sebelumnya sebagai
Hari Penghakiman dalam ajaran Islam.
Akhirat adalah dimensi fisik dan hukum-hukum dunia nyata yang terjadi
setelah dunia fana berakhir. Bagi mereka yang beragama samawi meyakini bahwa
kehidupan akhirat sebagai tempat di mana segala perbuatan seseorang di dalam
kehidupan dunia ini akan dibalas.
3
oleh imam Bukhari dalam kitabnya, Al Jami’us Shohih, bab haq al jism fi al
syaum.
Kisah di atas memberi isyarat kepada kita bahwa manusia harus pintar
dalam membagi waktu, dan tak terlalu berlebihan dalam urusan ibadah atau disebut
Guluw, sehingga kita mampu membagi kewajiban dan hak orang lain yang harus
terpenuhi.
Dunia memang sangat berarti bagi manusia, karena merupakan ladang
menuju Akhirat, yaitu tempat menanam, serta tempat investasi. Banyak orang yang
tergoda, bahkan lalai, mabuk dengannya, sampai meninggalkan kewajiban-
kewajiban yang harus ia kerjakan, seperti seorang Suami yang lupa akan
kewajibannya untuk menafkahi istri dan anaknya atau sebaliknya seorang anak
terlena sampai lupa kewajibannya untuk menghormati dan mendoakan orang
tuannya.
Begitu juga Pejabat yang tersihir oleh gemerlapan dunia sampai ia lupa
tanggung jawabnya terhadap atasan maupun bawahannya. Ulama pun kadang ada
yang terlena akan kemegahan dunia sampai berani menjual identitas dirinya
sebagai penuntun umat, itulah dunia selalu merayu siapapun yang terlena
dengannya.
Maka beruntunglah orang yang selalu ingat tujuan hidupnya, ia selalu
waspada dan mengarahkan dirinya agar tak terkena racun dunia, sehingga
kesempatan hidup di dunia ini dipergunakan secara maksimal.
Dalam hal ini, Alquran memberi peringatan bahwa akhirat itu sangat
penting, begitu juga urusan dunia tak kalah pentingnya, tinggal kita mampu
menyesuaikan serta mengkombinasikan agar urusan dunia dan akhirat berjalan
bersamaan, seperti potongan ayat dalam Surat Al-Qashas, Ayat 77 yang artinya
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi.
Menurut Imam Ibnu Kasir bahwa ayat ini menjelaskan tentang pentingnya
menggunakan harta benda untuk menambah ketaatan kepada Allah supaya
mendapatkan pahala di akhirat kelak, serta tak melupakan urusan dunianya, dengan
4
menempatkan hak orang lain yang harus diberikan baik kepada Tuhannya, dirinya,
bahkan kepada keluarganya. Sedangkan menurut Baghawi dalam Tafsirnya yang
mengutip pendapat Imam Suday menjelaskannya dengan sedekah dan silaturrahmi.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa akhirat sangat penting,
namun dunia tak kalah penting, ibadah merupakan keharusan, begitu juga kerja
untuk mencukupi kebutuhan keluarga juga kewajiban, keduanya harus saling
melengkapi, dan tak bisa dipisahkan. Salat penting, namun tak ada alasan untuk
meninggalkannya cuma gara-gara alasan kerja atau banyak proyek di meja. Islam
mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, terutama umat islam
harus tangguh dalam berbagai bidang, tak hanya dalam urusan akhirat saja, namun
segala lini kehidupan, baik sosial, budaya, maupun ilmu pengetahuan, sehingga
mampu berdiri sendiri, tak bergantung pada orang lain.
ُهGَا َل لGGَخ فَق ِ ْرGGَ َل ْالفGا َر ِم ْثGص َ َد َخفَتَ فGْ Gَلِ ِمينَ قGد َر ُجالً ِمنَ ْال ُم ْسGَ اGG َع- وسلمGصلى هللا عليه- ِ أَ َّن َرسُو َل هَّللا
و ُل اللَّهُ َّمGGُت أَق
Gُ ا َل نَ َع ْم ُك ْنGGَ ق.» ُأَلُهُ إِي َّاهG ت تَ ْدعُو بِ َش ْى ٍء أَوْ ت َْس
Gَ « هَلْ ُك ْن- وسلمGصلى هللا عليه- ِ َرسُو ُل هَّللا
5
َ ْب َحانG « ُس-لمGGه وسGGصلى هللا علي- ِ فَقَا َل َرسُو ُل هَّللاG.ه فِى اآل ِخ َر ِة فَ َع ِّج ْلهُ لِى فِى ال ُّد ْنيَاGِ َِما ُك ْنتَ ُم َعاقِبِى ب
َ َذGا َعGGَنَةً َوقِنG َر ِة َح َسGنَةً َوفِى اآل ِخG َح َسG – أَفَالَ قُ ْلتَ اللَّهُ َّم آتِنَا فِى ال ُّد ْنيَاGُهَّللا ِ الَ تُ ِطيقُهُ – أَوْ الَ تَ ْستَ ِطي ُعه
اب
ُ لَهُ فَ َشفَاهGَ قَا َل فَ َدعَا هَّللا.» ار
ِ َّ الن.
6
golongan yang meminta kebaikan di dunia tanpa meminta kebaikan di
akhirat, dan Allah pun menegaskan di akhirat kelak tidak akan ada bagian
kebaikan bagi mereka.
ٍ اس َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َو َما لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ِم ْن َخاَل
ق ِ َّ ن النGَ فَ ِم
“Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Rabb kami, berilah
kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat.” (QS. al-Baqarah : 200).
دGُ د ْال َعا ِجلَةَ َع َّج ْلنَا لَهُ فِيهَا َما نَ َشا ُء لِ َم ْن نُ ِريGُ ن َكانَ ي ُِريGْ َم
7
Ucapan ارِ َّ اب الن
َ َذGGGGَا عGGGGَ َوقِنmerupakan permintaan hamba agar
dilindungi dari siksa neraka sekaligus menunjukkan bahwa dirinya
memohon segala sebab agar dirinya dijauhkan dari siksa neraka dipermudah
oleh Allah, yaitu dengan menjauhi segala bentuk keharaman, dosa dan
meninggalkan perkara yang syubhat (samar hukumnya) (Tafsir Ibn Katsir
1/342). Ucapan ini juga mengandung permohonan agar Allah tidak
memasukkan hamba ke dalam an-naar (neraka) karena maksiat yang telah
dikerjakannya, untuk kemudian dikeluarkan dengan adanya syafa’at (Tafsir
al-Qurthubi 1/786).
8
Seyogyanya prioritas utama seorang hamba dalam do’anya adalah
perkara akhirat. Hal ini ditunjukkan dalam ayat di atas, dimana terdapat dua
permohonan terkait perkara akhirat, yaitu kebaikan akhirat dan perlindungan
dari siksa neraka, dan hanya satu permohonan terkait pekara dunia. Diantara
ciri do’a yang baik adalah mengandung permintaan yang mengumpulkan
sikap raghbah (meminta pahala/kebaikan) dan rahbah (menghindar dari
siksa), sehingga seorang hamba mampu menyeimbangkan antara rasa rajaa
(mengharap pahala) dan khauf (takut akan siksa);
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebaikan diakhirat adalah tujuan akhirat, dan kebaikan diakhirat adalah surga
(Al-jannah) yaitu sesuatu tempat yang berada dialam akhirat yang penuh dengan segala
macam kenikmatan, kebahagiaan dan kesenangan yang diperuntukkan bagi hamba-
hambanya yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan yang beramal shalih, serta
tidak lupa untuk berdoa agar terhindar dari siska neraka.Ilmu yang perlu kita pelajari,
baik yang langsung maupun tidak langsung sepatutnya semakin memujudkan rasa takut
kepada AllahSWT. Kalua ilmu yang mempelajarinya akan timbul rasa jauh dan sombong
dari Allah SWT tinggalkanlah.
Agama akan menjamin kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat karena dengan
adanya agama kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam hal ini
kita tahu mana yang diperintahkan oleh allah dan mana yang merupakan larangannya.
Maka dari itu kita diperintahkan oleh allah agar taat dan patuh serta selalu tetap berada
padaapa yang telah ditetapkan oleh allah swt. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan,
apalagi sekadar ucapan, semua akan dipertanggung jawabkan.
3.2 Saran
Dari makalah ini, kami berharap para pembaca mampu memanfaatkan nya
sebagai sumber belajar dengan baik dan menambah wawasan dan juga dapat
memeberikan kritik dan masukan dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar kedepan
nya makalah ini jadi lebih baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/dasar-islam/dunia-menurut-islam/amp.
Diakses 20 Maret 2020
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/menyeimbangkan-urusan-dunia-dan-akhirat/.
Diakses 22 Maret 2020
https://muslim.or.id/23409-penjelasan-doa-rabbana-atina-fid-dunya-hasanah.html.
Diakses 25 Maret 2020
11