Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MASKALAH

TAMADDUN

Disusun Oleh :

Al Lukman Syafni Isra (2205020108)


Permata pebester natalia hutahaean (2205020094)
Said Zamri (2205020027)
Caesar Jordy (2205020114)
Andriansah (2205020099)
Syarivan (2205020075)
Riko Apriliano (2205020007)
Tiara firanti (2205020089)

Dosen Pengampu : Musliha Wardana, M.Pd.

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK ILMU PROGRAM STUDI ILMU
ADMINISTRASI NEGARA TANJUNGPINANG – KEPULAYUAN RIAU TA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufik, hidayahnya, nikmat, karunianya, sehingga dapat menyelesaikan dan menyusun
Makalah Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan Dalam Membentuk Insan Kamil yang sangat
sederhana ini untuk menambah kelengkapan bahan bacaan mahasiswa dan masyarakat yang
ingin mempelajari agama Islam.

Penyusunan makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang berjudul


Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan Dalam Membentuk Insan Kamil ini disajikan dengan
segala kekurangan, kelemahan dan dan kekhilafan, untuk itu fiharapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan, tanggapan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan makalah
yang sederhana ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini , terdapat banyak kekurangan
.Untukitu ,dengan mohon kerendahan hati agar pembaca juga dapat meberikan masukan
kritik/saranyang dapat membangun untuk lebih baik ke depannya.
ISI GURINDAM 12 BESERTA MAKNA

1. Gurindam Pasal Kesatu


Bait utuh dari Pasal Kesatu Gurindam Dua Belaas adalah sebagai berikut:

Barang siapa tiada memegang agama.


sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

Barang siapa mengenal yang empat


maka ia itulah orang ma'rifat

Barang siapa mengenal Allah


suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri.


maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari

Barang siapa mengenal dunia.


tahulah ia barang yang terpedaya

Barang siapa mengenal akhirat,


tahulah ia dunia mudarat

Adapun makna, nasehat dan tunjuk ajar yang terkandung didalam bait- bait pasal Kesatu
antara lain:
Bait ke 1 dan 2:
Penjelasannya adalah: bahwa agama adalah pondasi yang penting bagi manusia. Agama
adalah pedoman, arah, dasar pijakan, tuntunan utama bagi manusia dalam menjalankan segala
aktivitas hidupnya. Agama membuat hidup manusia menjadi terarah. Agama adalah pegangan
hidup bagi manusia. Agama berisi nilai-nilai kebaikan yang membawa keselamatan bagi manusia
dalam melakoni kehidupannya di dunia ini. Penilaian awal kita terhadap orang lain adalah
dengan melihat agama yang dianut orang tersebut.

Bait ke 2 dan 3 :

Barang siapa mengenal yang empat,


maka ia itulah orang ma'rifat

Penjelasannya adalah:
Gurindam Dua Belas sarat dengan nilai-nilai tasauf. Ini dapat dilihat dalam bait ke 2 dan
3 yang mana 4 hal yang dimaksud adalah 4 permasalahan dalam kehidupan yaitu Allah, diri,
dunia dan akhirat. Namun dapat juga bermakna syariat, hakikat, tarekat dan makrifat sesuai
dengan kajian yang ada dalam ilmu tasauf. Adapun ma'rifat bermakna mengetahui rahasia-
rahasia Allah dan mengetahui tentang peraturan- peraturan yang ada. Intinya adalah dalam
kehidupan ini manusia wajib mengenal penciptanya yaitu Allah, mengenal dirinya sendiri,
mengenal dunia sebagai tempat tinggal manusia dan mengenal akhirat sebagai tempat
kembalinya manusia.

Bait ke 5 dan 6:
Barang siapa mengenal Allah.
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Penjelasannya adalah:
Dengan mengenal Allah SWT sebagai pencipta maka manusia akan melaksanakan semua
yang diperintahkan olehNya dan meninggalkan semua laranganNya. Awal takwa adalah
mengenal Allah, selanjutnya timbulkan rasa iman kepada Allah SWT sehingga apapun yang
dilakukan di niatkan kepada Allah SWT semata.

Bait ke 7 dan 8:
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Penjelasannya : Pada bait ini mengajak manusia agar mengenal dirinya sendiri. Manusia
adalah makhluk yang memiliki unsur jasmani dan rohani. Manusia harus menggunakan kedua
unsur tersebut untuk kebaikan dirinya dengan berlandaskan kepada perintah dan larangan sang
penciptanya yaitu Allah SWT. Keberadaan manusia di dunia ini sebagai khalifah. Harus tertanam
keyakinan dalam diri manusia bahwa apa tujuan hidupnya yang sebenarnya.

Bait 9 dan 10:


Barang siapa mengenal dunia
tahulah barang yang terpedaya

Penjelasannya: Pengajaran yang terdapat dalam bait-bait ini adalah bahwa dunia adalah
tempat tinggal sementara bagi manusia untuk itu manusia jangan terlena dan larut dengan segala
kesenangan yang ada di dunia karena kehidupan dunia tidak kekal. Kehidupan yang kekal adalah
akhirat, maka persiapkan bekal terbaik selagi masih di beri umur di dunia ini.

Bait 11 dan 12:


Barang siapa mengenal akhirat,
tahuilah ia dunia mudarat

Penjelasannya: Akhirat adalah tujuan akhir dari kehidupan manusia dan dunia adalah
tempat persinggahan, walaupun demikian manusia harus berusaha untuk memenuhi segala
kebutuhan hidupnya di dunia ini, tetapi tidak larut dan tidak terpedaya dengan segala kesenangan
yang ada di dunia.. Bait-bait ini mengajarkan agar manusia bekerja, beramal dan beribadah
dengan sebaik-baiknya. Kehidupan di dunia menawarkan kesenangan yang penuh tipu daya dan
keburukan-keburukan yang dapat menyesatkan manusia.

2. Gurindam Pasal Kedua


Bait utuh dari Pasal Kedua Gurindam Dua Belaas adalah sebagai berikut:

Barang siapa mengenal yang tersebut,


tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa.
tidaklah mendapat dua temasya

Barang siapa meninggalkan zakat,


tiadalah hartanya beroleh berkat

Barang siapa meninggalkan haji,


tiadalah ia menyempurnakan janji

Penjelasan dari bait-bait dari pasal kedua adalah sebagai berikut: Pasal kedua ini secara
umum menjelaskan tentang rukun Islam yang menjadi keyakinan umat Islam. Dimana Islam
dibangun dalam lima pondasi dasar yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Syahadat
merupakan ikrar atau janji akan eksistensi Allah SWT sebagai Rabb atau pencipta dan Nabi
Muhammad SAW sebagai manusia utusanNya kepada seluruh alam. Kedua keyakinan ini wajib
tertanam dalam diri setiap Muslim.

Adapun sholat adalah aktivitas yang berisi ibadah kepadaNya sebagai bukti tanda
ketundukan. Sholat dalam pembagiannya ada sholat wajib dan ada sholat sunat. Sholat adalah
gerakan badan dengan syarat, rukun tertentu dan memiliki banyak manfaat baik itu secara
jasmani maupun secara rohani bagi manusia. Begitu juga dengan puasa, puasa adalah menahan
diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa itu sendiri. Puasa juga terbagi menjadi
dua yaitu puasa wajib dan puasa sunah. Dimana kedua puasa ini memiliki banyak manfaat bagi
manusia. Dalam hadist shohih di sebutkan bahwa ada dua kebahagian yang akan diterima oleh
orang berpuasa yaitu kebahagian saat berbuka puasa dan kebahagiaan saat menghadap sang
PenciptaNya.

Rukun Islam berikutnya adalah zakat. Zakat bermakna mengeluarkan sebagian harta ynag
dimiliki untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya yaitu delapan asnab. Tujuan
dikeluarkannya zakat adalah untuk membersihkan harta yang dimiliki dengan harapan
mengharapkan ridho Allah SWT semata. Harta yang dizakatkan tersebut juga memiliki aturan
dan waktu tertentu, seperti zakat fitrah yang dikeluarkan pada bulan suci Ramadhan dan zakat
mall juga berkaitan harta yang dikeluarkan. Kedua zakat ini memiliki ketentuan dan syaratnya.
Rukun Islam yang terakhir adalah haji. Haji adalah kegiatan berkunjung ke baitullah. Haji ini
ditujukan kepada umat Islam yang mampu. Haji juga memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku
didalamnya.

3. Gurindam Pasal Ketiga:


Bait utuh dari Pasal Ketiga Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut:

Apabila terpelihara mata.


sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping


khabar yang jahat tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah,


nescaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan.


daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh


keluarlah fi'il yang tiada senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat,


di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki,


daripada berjalan yang membawa rugi.
Penjelasan dari bait-bait Pasal Ketiga adalah sebagai berikut:
Inti dari pasal Ketiga ini adalah nasehat bagi manusia dalam menggunakan dan
memanfaakan anggota tubuh atau panca indra yang telah Allah SWT anugrahi pada manusia.
Semua panca indra yang manusia miliki mempunyai tugas, fungsi dan manfaat bagi manusia,
namun apabila tidak dimanfaatkan dengan sebaiknya maka akan mendatangkan penyakit bagi
diri manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Pemanfaatan
panca indra secara individu tentu sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri.

Adapun pemanfaatan secara sosial adalah ketenangan dalam kehidupan sosial manusia.
Untuk itu semua panca indra harus di manfaatkan sesuai fitrahnya. Panca indra mata yang ada
pada manusia digunakan untuk melihat hal-hal yang baik dan positif. Adapun telinga adalah
untuk mendengar maka gunakan sesuai fungsinya yang dapat membawa kebaikan juga. Mulut
dan lidah digunakan untuk membicarakan hal-hal yang positif. selanjutnya tangan digunakan
untuk memberi dan juga menerima dan untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain serta ingkungan sekitarnya. Panca indra perut dan kemaluan yang dimiliki
sebaiknya digunakan untuk hal yang baik juga. Sebagai contoh makan sewaktu lapar dan
berhenti makan sewaktu kenyang, serta menjaga kemaluan dengan cara yang baik. Adapun panca
indra kaki yang digunakan untuk berjalan maka alangkah baiknya langkah kaki yang dituju ke
tempat- tempat yang membawa kebaikan.

4. Gurindam Pasal Ke empat


Bait utuh Pasal Keempat Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut:

Hati kerajaan di dalam tubuh.


jikalau zalim segala anggota pun roboh.

Apabila dengki sudah bertanah,


datanglah daripadanya beberapa anak panah

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,


di situlah banyak orang yang tergelincir

Pekerjaan marah jangan dibela


nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong.


boleh diumpamakan mulutnya itu pekong

Tanda orang yang amat celaka,


aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil jangan diberi singgah,


itupun perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar.


janganlah kelakuannya membuat kasar.

Barang siapa perkataan kotor


mulutnya itu umpama ketur

Di mana tahu salah diri.


jika tidak orang lain yang berperi

Penjelasan dari pasal ke Empat Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut: Semua
ucapan dan perbuatan yang di lakukan oleh manusia akan diminta petanggungjawabannya di
hadapan Allah SWT. Allah SWT menganugrahi penglihatan, pendengaran dan hati kepada
manusia. Manusia wajib menjaga penglihatannya, ucapannya, pendengarannya, langkahnya,
dirinya dan hatinya. Memang tidak di pungkiri bahwa segala perasaan, sikap yang di munculkan
berasal dari hati. Hati yang bersih di tunjukkan dengan sifat-sifat mulia dan hati yang kotor
selalu membawa manusia pada kefasikan. Untuk itu sangat penting untuk selalu berbaik sangka.
5. Gurindam Pasal Kelima
Berikut bait utuh Gurindam Dua Belas pasal Kelima yaitu:

Jika hendak mengenal orang berbangsa


lihat kepada budi dan bahasa.

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,


sangat memeliharakan yang sia-sia

Jika hendak mengenal orang mulia


lihatlah kepada kelakuan dia

Jika hendak mengenal orang yang Berilmu,


bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Jika hendak mengenal orang yang berakal,


di dalam dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai.


lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

Penjelasan dari pasal Kelima adalah sebagai berikut:


Ucapan dan perkataan yang baik menjadi identitas seseorang dalam ber interaksi dan
berkomunikasi orang lain. Selain itu juga perbuatan yang baik akan mendatangkan ketenangan
kepada lingkungan di sekitarnya. Manusia di bekali dengan akal yang pada hakikatnya akal
tersebut di arahkan pada kebaikan. Untuk menjadi pribadi yang berkarakter mulia maka perlu
ditanamkan nilai-nilai kebaikan di dalam diri manusia itu sendiri. Manusia adalah khalifah yang
bertugas untuk memakmurkan bumi dan menjadi pribadi yang memberi manfaat kepada seluruh
isi alam,
6. Gurindam Pasal VI

Cahari olehmu akan sahabat.


yang boleh dijadikan obat

Cahari olehmu akan guru,


yang boleh tahukan tiap seteru

Cahari olehmu akan isteri.


yang boleh menyerahkan diri.

Cahari olehmu akan kawan,


pilih segala orang yang setiawan.

Cahari olehmu akan abdi.


yang ada baik sedikit budi,

Penjelasan dari Pasal Ke enam Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut: Bait-bait
dalam pasal ke enam Gurindam Dua belas diatas adalah berisikan tuntunan bagi manusia dalam
kehidupannya, antara lain tuntunan dalam mencari istri, teman, sahabat, pendidik dan karyawan
atau bawahan. Sebagai makhluk sosial sangat penting dalam menjaga silaturahmi.

7. Gurindam pasal VII

Apabila banyak berkata-kata,


di situlah jalan masuk dusta.

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,


itulah tanda hampir duka

Apabila kita kurang siasat


itulah tanda pekerjaan hendak sesat

Apabila anak tidak dilatih


jika besar bapanya letih

Apabila banyak mencela orang


itulah tanda dirinya kurang.

Apabila orang yang banyak tidur


sia-sia sahajalah umur

Apabila mendengar akan khabar.


menerimanya itu hendaklah sabar

Apabila menengar akan aduan,


membicarakannya itu hendaklah cemburuan

Apabila perkataan yang lemah-lembut.


lekaslah segala orang mengikut

Apabila perkataan yang amat kasar.


lekaslah orang sekalian gusar

Apabila pekerjaan yang amat benar.


tidak boleh orang berbuat onar

Penjelasan dari Pasal Ketujuh Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut: Dalam
kehidupan ini manusia tidak terlepas dengan hubungannya dengan manusia lainnya. Agar
hubungan tersebut harmonis maka manusia wajib menjaga lisannya. Lisan yang tidak terjaga
akan merugikan manusia. Ucapan yang tidak terkendali menjadikan manusia suka berdusta. Bait
ini memberikan saran agar berhati-hati dengan ucapan sehingga manusia tidak terjerumus dalam
kedustaan, sebagaimana disebutkan dalam bait: apabila banyak berkata kata di situ jalan
masuknya dusta.
Dalam kehidupannya rasa suka dan duka merupakan hal yang wajar, namun manusia
harus tetap berada dalam prasangka baik. Ketika berada dalam kebahagiaan (suka) maka tingkah
yang harus diperlihatkan adalah tidak berlebihan dan seadanya saja. Apabila mendapat cobaan
maka kedepankan rasa kesabaran. Selain itu juga dalam mengambil keputusan manusia harus
mencermati baik buruknya keputusan yang diambil tersebut karena berpengaruh untuk
kehidupan manusia itu sendiri. Allah SWT telah menganugrahkan fikiran kepada manusia dan
alangkah baiknya segala permasalahan dalam hidup ini di fikirkan dan di putuskan dengan
tenang.
Adapun berkaitan dengan pola asuh anak, maka orang tua harus mendidik dan mengasuh
anak-anaknya sesuai dengan tuntunan syariat Islam agar ketika anak besar nantinya akan
memberikan manfaat kepada sesamanya dan menjadi kebanggaan orang tuanya. Manusia harus
selalu memperbaiki akhlaknya seperti tidak mencela, mengurangi waktu tidur. menjaga lisannya
serta melakukan kegiatan yang memberikan manfaat kepada sesamanya.

8. Gurindam Pasal VIII

Barang siapa khianat akan dirinya,


apalagi kepada lainnya

Kepada dirinya ia aniaya,


orang itu jangan engkau percaya

Lidah yang suka membenarkan dirinya.


daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar.
biar pada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa


setengah daripada syirik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan


kebaikan diri diamkan

Keaiban orang jangan dibuka,


keaiban diri hendaklah sangka

Penjelasan dari pasal ke Delapan Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut:
Pribadi yang berakhlak mulia adalah pribadi yang selalu berusaha memperbaiki diri dan
tidak menzalimi diri sendiri serta memenului apa saja yang menjadi hak dari jasmani dan rohani
itu sendiri. Akhlak mulia sangit diperlukan dalam kehidupan sosial manusia dengan sesamanya,
sifat-sifat tersebut antaranya adalah jujur, amanah, sabar, berbaik sangka.

9. Gurindam Pasal IX

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan,


bukannya manusia yaitulah syaitan.

Kejahatan seorang perempuan tua,


itulah iblis punya penggawa

Kepada segala hamba-hamba raja,


di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan


di situlah syaitan punya jamuan

Adapun orang tua yang hemat


syaitan tak suka membuat sahabat

Jika orang muda kuat berguru,


dengan syaitan jadi berseleru.

Penjelasan dari pasal ke Sembilan Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut:
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya..Untuk itu
pelaksanaan hak dan kewajiban harus di laksanakan sesuai porsinya. Dalam melaksanakan
kegiatannya manusia hendaklah bersandar pada tuntunan yang telah digariskan agamanya agar
tidak salah arah.

10. Gurindam Pasal Kesepuluh


Bait utuh dari Pasal Kesepuluh Gurindam Dua Belas ini, adalah sebagai berikut:

Dengan bapa jangan durhaka


Supaya Allah tidak murka

Dengan ibu hendaklah hormat


Supaya badan dapat selamat

Dengan anak jangan lah lalai


Supaya boleh naik ke tengah balai
Dengan isteri dan gundik jangan lah alpa
Supaya kemaluan jangan menerpa

Dengan kawan hendak lah adil


Supaya tangannya jadi kapil

Adapun makna penafsiran dan penjelasan dari masing-masing bait yang terkandung di dalam
gurindam pasal kesepuluh ini, dapat diuraikan sebagai berikut:
Bait kesatu (1):

Dengan bapa jangan durhaka


Supaya Allah tidak murka

Menandakan bahwa bait ini mengawali Pasal Kesepuluh Gurindam Dua Belas yang
memulai dengan nasehat kepada anak. Bahwa hendaknya seorang anak janganlah durhaka
kepada bapaknya atau orang tuanya. Sebagaimana yang diajarkan di dalam agama Islam bahwa
jika anak durhaka kepada bapak atau orang tuanya, maka Allah SWT akan murka kepadanya.

Bait Kedua (2):

Dengan ibu hendaklah hormat


Supaya badan dapat selamat

Mengandung penafsiran dan makna sebagaimana bait kesatu terhadap bapak. Maka pada
bait kedua Gurindam Pasal Kesepuluh ini juga memberikan petuah amanah dan nasehat kepada
anak untuk senantiasa hormat kepada ibunya. Dipetuah amanahkan bahwa jika diri anak ingin
selamat, maka hormatlah selalu terhadap ibu. Bagaimanapun latar belakang. sikap, keadaan dan
kekurangan yang dimiliki oleh ibu kita. Maka hendaklah kita selalu hormat kepadanya, karena
dengan tindakan kita yang selalu menghormati ibu, maka Allah SWT akan memberikan rahmat
dan berkahnya kepada kita. Sehingga kita akan diberikan keselamatan di dalam menjalani
kehidupan.
Memaknai bait kesatu dan kedua memberikan amanah kepada anak untuk senantiasa
menghormati ayah dan ibu selaku orang tuanya, sebagai jalan anak memperoleh keselamatan di
dunia dan akhirat, karena jika anak tidak hormat kepada orang tuanya, maka ia akan tergolong
anak durhaka yang dimurkai Allah SWT.
Bait Ketiga (3);

Dengan anak jangan lalai


Supaya boleh naik ke tengah balai

Jika dilihat bait kesatu dan kedua yang merupakan petuah amanah bagi anak. Maka bait
ketiga ini merupakan petuah amanah kewajiban bagi bapak dan ibu selaku orang tua untuk
mendidik anaknya agar menjadi orang yang berhasil meraih kedudukan tinggi di dalam Untuk
mencapai hal tersebut, maka diingatkan kepada orang tua agar jangan lalai terhadap anaknya.
Menjadi orang tua hendaklah selalu mendampingi, membimbingan dan mengajari anak tentang
hal-hal kebenaran dan kebaikan di dalam menjalani kehidupan, serta selalu mengingatkan anak
akan hal-hal yang salah dan keburukan yang harus dihindari atau tidak boleh dilakukannya di
dalam perjalanan hidup si anak.

Oleh karenanya pesan yang diberikan adalah agar bapak dan ibu berhasil membawa
anaknya menjadi orang atau pemimpin yang sukses, baik dan berhasil. Maka tentunya hal
tersebut dapat diraih oleh si anak apabila bapak dan ibunya tidak lalai di dalam memberikan
pendidikan yang baik, teladan dan contoh prilaku yang baik, serta juga menanamkan petuah
amanah yang mendukung dan memotivasi anak untuk tumbuh berkembang menjadi sosok
pribadi manusia yang baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dannegaranya.
Bait Keempat (4):

Dengan istri dan gundik jangan lah alpa


Supaya malu jangan menerpa

Pada bait keempat ini diamanahkan kepada suami untuk tidak alpu atau mengabaikan dan
melupakan keberadaan istrinya. Suami wajib memberikan nafkah lahir dan batin kepada istrinya,
yaitu sebagai hak yang harus diterima oleh istri sebagaimana mestinya. Dikhawatirkan apabila
hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh suaminya, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan
istrinya dapat melakukan tindakan dan perbuatan yang dapat memalukan suaminya.
Bait Kelima (5):

Dengan kawan hendak lah adil


Supaya tangannya jadi kapil

Makna tangannya jadi kapil di dalam bait kelima ini adalah memegang amanah. Sehingga
yang dipetuah amanahkan di dalam bait kelima gurindam kedua belas ini adalah bahwa di dalam
kita berkawan hendaklah kita memperlakukannya secara adil. Sehingga dengan keadilan yang
kita ciptakan, maka kawan tersebut merasa kita sebagai orang yang adil dan bijaksana. Hal ini
akan menjadikannya untuk menghormati dan menghargai kita. Pada akhirnya kawan tersebut
akan senantiasa amanah setiap kepercayaan yang kita berikan kepadanya Maka kita akan
mendapatkan orang kepercayaan yang dapat dijadikan kaki tangan atau wakil kita di dalam
melakukan hal-hal tertentu yang kita inginkan.

11. Gurindam Pasal Kesebelas


Adapun bait seutuhnya dari Pasal Kesebelas Gurindam Dua belas ini, adalah sebagai berikut:

Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa

Hendak jadi kepala Buang


perangai yang tercela

Hendaklah memegang amanat


Buanglah khianat

Hendaklah marah
Dahulukan hujjah

Hendak dimalu
Jangan memaha
Hendak ramai
Murahkan perangai

Makna penafsiran dan penjelasan dari masing-masing bait yang terkandung di dalam
gurindam pasal kesebelas ini, dapat dikemukakan Bait Kesatu (1) sebagai berikut:

Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa

Bait ini memberikan petuah amanah kepada kita semua bahwa sebagai anak bangsa dan
sebagai warga negara hendaknya kita selalu berbuat jasa kepada bangsa dan negara kita.
Memberikan penanaman karakter kepada setiap warga negara untuk cinta akan bangsa dan tanah
air kita sebagai satu persatuan dan kesatuan berbangsa. Maka kita semua wajib untuk membela
bangsa dan tanah air kita. Maknanya bahwa bagaimanapun kondisi dan kemampuan baik yang
kita miliki, maka wajib untuk kita berikan dan persembahkan yang terbaik bagi bangsa dan
negara kita. Dengan kita berjasa dan memberikan jasa kita kepada bangsa dan negara, maka kita
merupakan anak bangsa yang tahu berterima kasih kepada ibu pertiwi serta nusa dan bangsa.
Bait Kedua (2):

Hendaklah jadi kepala


Buanglah perangai yang cela

Memberikan petuah dan amanah kepada kita semua bahwa apabila kita menjadi
pemimpin apakah itu pemimpin formal maupun pemimpin nonformal. Maka hendaklah kita
memiliki perilaku, tingkah laku, sikap dan tindak tanduk yang baik dan berbudi pekerti yang
luhur, serta berperi kemanusiaan yang baik. Oleh karenanya seorang pemimpin hendaknya tidak
memiliki atau terhindar dari perbuatan dan prilaku yang tercela atau tidak baik. Ini juga
mengandung amanah bahwa setiap orang yang akan menjadi pemimpin harus menjadi contoh
dan berprilaku yang dapat menjadi suri tauladan. Maka seorang pemimpin tidak boleh memiliki
sifat, sikap dan prilaku tercela yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan sebagaimana
mestinya.
Bait Ketiga (3):

Hendaklah memegang amanat


Buanglah khianati

Bait di atas memiliki makna bahwa setiap orang di dalam kehidupannya sehari-hari,
hendaklah selalu memegang amanat yaitu menjaga setiap kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Oleh karenanya setiap orang yang memegang amanat, akan senantiasa menjaga
segala kepercayaan yang diterimanya. Hal ini dapat terwujud apabila di dalam menjalankan
amanat yang diberikan, seseorang tersebut tidak akan mengkhianati, tidak akan melanggar dan
tidak akan menyelewengkan segala kepercayaan yang diberikan kepadanya. Orang yang
memegang amanat memiliki sifat dan perbuatan yang selalu menjaga segala kepercayaan yang
diberikan kepadanya dan tidak akan menyalahgunakannya dengan alasan apapun.

Memberikan penanaman karakter dan petuah bagi semua orang untuk senantiasa menjaga
dan memelihara seluruh kepercayaan yang diberikan, serta tidak boleh memiliki dan selalu
membuang jauh-jauh sifat kianat di dalam dirinya didalam menjalankan segala amanat yang
diterima.
Bait Keempat (4):

Hendak marah
Dahulukan hujjah

Bait keempat ini mengandung pengajaran bahwa apabila seseorang ingin marah
kemukakanlah terlebih dahulu hujjah yaitu alasan-alasan. Marah adalah suatu kondisi jiwa yang
tidak stabil dan dalam pemahaman ajaran Islam marah merupakan perbuatan setan. Sehingga
apabila setiap orang yang melakukan marah tanpa diawali dengan alasan, maka dapat berakibat
pada emosi yang tidak dapat terkawal olehnya. Dikarenakan marahnya tersebut dapat kerasukan
setan yang dapat berdampak kepada hal-hal yang tidak baik sebagaimana yang diharapkan.
Jika kemarahan yang tidak didasari dengan alasan yang masuk akal. maka dapat
menimbulkan suatu ketidakbaikan. Sementara jika diawali dengan alasan yang dapat diterima,
maka kemarahan yang muncul tidak akan berapi-api melainkan dapat dikendalikan, sehingga
emosi dapat dikawal dan pihak yang dimarah atau ditegur dapat menerimanya dan terhindar
munculnya pertentangan yang dapat mendatangkan Jadi petuah amanah bait keempat ini adalah
bertujuan untuk mendatangkan kebaikan.
Bait Kelima (5):

Hendak dimalui
Jangan memalui

Makna ungkapan dimalui dalam bait ini dimaknai sebagai disegani, dihargai, dan
dihormati. Sementara ungkapan jangan memalui adalah harus menghargai, harus menghormati,
dan tidak membuat malu orang lain. Petuah amanah dari bait kelima ini mengandung makna
bahwa apabila kita ingin disegani, dihargai dan dihormati orang lain, maka kita harus
menghargai, harus menghormati dan tidak boleh membuat malu orang lain. Oleh karenanya,
didalam kita bertingkah laku sehari-hari, hendaknya selalu memperhatikan untuk tidak dalam
berkata-kata, bersikap, bertindak, dan bertingkah laku.

Bait Keenam (6):

Hendak ramai
Murahkan perangai

Adapun kata "Ramai" dalam bait keenam ini dimaknai dengan disenangi atau disukai
orang banyak. Sementara perangai dimaknai dengan tingkah laku. Oleh karenanya, murah
perangai dimaknai dengan bertingkah laku yang baik, ramah, bersahabat dan sebagainya. Petuah
amanah yang disampaikan adalah bahwa setiap orang apabila ingin disenangi atau disukai orang
banyak, hendaknya senantiasa menjaga sikap dan tingkah lakunya yang baik. Setiap orang harus
memiliki sikap dan sifat ramah, bersahabat, mudah bergaul, empati dan sebagainya sehingga
semua orang akan senang terhadap diri kita.

12. Gurindam Pasal Keduabelas


Bait selengkapnya dari pasal terakhir yaitu Pasal Keduabelas Gurindam Dun belas ini, adalah
sebagai berikut:

Raja mufakat dengan menteri


Seperti kebun berpagarkan duri
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja

Hukum adil atas rakyat


Tanda raja beroleh inayar

Kasihkan orang yang berilmu


Tanda rahmat atas dirimu

Hormat orang yang pandai


Tanda mengenal kasa dan cindai

Ingatkan dirinya mati


Itulah asal berbuat bakti

Akhirat itu terlalu nyata


Kepada hati yang tidak bula

Penafsiran dan penjelasan dari masing-masing bait yang terkandung di dalam pasal
terakhir gurindam ini yaitu pasal keduabelas. dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bait Kesatu (1):

Raja mufakat dengan menteri


Seperti kebun berpagarkan duri

Raja mufakat dengan menteri mengandung makna raja atau kepala dan orang-orang yang
dipimpinnya atau bawahannya selalu sepaham, sehaluan, sepakat dan satu sekata. Kiasan kebun
berpagar duri dimaknai sebagai suatu kesatuan yang kokoh terjamin dari perbagai macam pihak
luar. Mengandung tafsir bahwa seorang raja atau kepala pemerintahan hendaklah senantiasa
searah, memiliki kesepahaman, memiliki satu bahasa, satu pemikiran dan pemahaman yang
serasi dan demi selaras dengan bawahannya di dalam mengelola pemerintahan. Dengan
demikian, maka pemerintahan akan menjadi kunt kokoh, berwibawa, dan bermarwah di dalam
melaksanakan roda pemerintahan mensejahterakan rakyat dan masyarakat, sehingga
pemerintahannya tidak mudah untuk digoyangkan atau dihancurkan oleh pihak lain yang ingin
menghancurkannya.
Bait Kedua (2):

Betul hati kepada Raja


Tanda jadi sebarang kerja

Makna ungkapan betul hati dalam bait kedua ini adalah berbaik sangka, sedangkan
ungkapan sebarang kerja dimaknai dengan semua pekerjaan yang dilaksanakan. Petuah amanah
yang dapat ditafsirkan dalam bait ini adalah hendaknya seluruh rakyat atau seluruh masyarakat
senantiasa berbaik sangka terhadap raja atau kepala pemerintahannya. Maknanya. sebagai rakyat
dan masyarakat hendaknya menghormati dan menghargai seluruh program kerja dan
perencanaan yang telah dibuat dan disusun oleh raja dan kepala pemerintahan. Oleh karenanya
sebagai rakyat dan masyarakat harus bersedia untuk mendukung dan berpartisipasi aktif
melaksanakan seluruh program perencanaan yang telah disusun tersebut, demi kelancaran
operasional pemerintahan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Hal tersebut dapat terwujud apabila rakyat dan masyarakat senantiasa berbaik sangka
kepada raja dan kepala pemerintahannya karena dengan etiket baik tersebut, maka semua
program kegiatan pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakanakan dapat membuahkan
hasil yang baik dan maksimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Bait Ketiga (3):

Hukum adil atas rakyat


Tanda Raja beroleh inayat

Ungkapan hukum adil atas rakyat diartikan sebagai raja atau kepala pemerintahan harus
berlaku adil kepada rakyat atau masyarakat. Makna inayat diartikan sebagai pertolongan Allah
SWT, sehingga bait ketiga ini ditafsirkan bahwa raja atau kepala pemerintahan wajib berlaku adil
kepada rakyat dan masyarakatnya. Apabila hal tersebut diterapkan oleh raja ataupun kepala
pemerintahan di dalam menjalankan kepemimpinannya, maka raja atau kepala pemerintahan
akan senantiasa memperoleh pertolongan dari Allah SWT di dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta terhindar dari segala kesulitan dan persoalan.
Bait Keempat (4):

Kasihkan orang berilmu


Tanda rahmat atas dirimu

Bait keempat ini memberikan petuah amanah kepada kita untuk senantiasa mengasihi,
menyayangi, mencintai orang yang berilmu, karena dengan ilmulah maka peradaban manusia
dapat berkembang. Siapapun yang mengasihi orang yang berilmu, maka dia akan senantiasa
mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
Bait Kelima (5):

Hormat kan orang yang pandai


Tanda mengenal kasa dan cindai

Secara harfiah, makna kata kasa secara harfiah adalah kain yang kasar dan bermutu
rendah, sedangkan kata cindai adalah sutera halus yang bermutu tinggi. Sehingga dalam konteks
ini kasa mengacu kepada makna sesuatu yang tidak berharga, sedangkan cindai berkonotasi
kepada sesuatu yang berharga dan bernilai. Pesan petuah amanah dalam bait kelima ini adalah
bahwa kita semua harus menghormati orang yang pandai atau ahli di dalam bidangnya, karena
dari orang yang pandai atau ahli tersebut maka kita dapat membedakan antara sesuatu yang tidak
berharga atau bernilai dengan sesuatu yang berharga dan bernilai. Bait Keenam (6):

Ingat kan dirinya mati


Itulah asal berbuat bakti

Ingatkan dirinya mati ungkapan ini menyiratkan makna bahwa setiap manusia sudah
tentu menyadari bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Ungkapan asal berbuat bakti
menyiratkan makna untuk menghadapi mati itu, maka manusia harus berbuat kebajikan. Pesan
yang disampaikan di dalam bait keenam ini adalah bahwa kita manusia pasti akan mati. Oleh
karenanya, kita harus senantiasa berbuat kebajikan dan rajin beribadah, schingga senantiasa
mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW dan ridho dari Allah SWT kelak di akhirat.
Bait Ketujuh (7):

Akhirat itu terlalu nyata


Kepada hati yang tidak buta

Ungkapan akhirat itu terlalu nyata dari bait ketujuh ini bermakna bahwa akhirat itu
memang benar-benar ada. Selanjutnya kepada hati yang tidak buta bermakna kepada hati orang
beriman yang menyakini hal-hal gaib. Memberi makna bahwa akhirat itu bukanlah hayalan,
melainkan memang benar adanya. Bahwa hanya orang yang memeiliki iman kokoh yang mampu
menyakininya. Oleh karena itu, di dunia ini kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk
dapat hidup bahagia di akhirat nantinya.

Anda mungkin juga menyukai