Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA

FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN


DOSEN :
Ettri Wahyuni, S. Pi, M.MT

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

KELOMPOK 2 :

1. MEYLANI ZASQIA ( 2248201004 )


2. ZULFA RAHMA PUTRI ( 2248201007 )
3. ADINDA RIYADI ( 2248201011 )
4. AHMAD ARIA SANDO ( 2248201013 )
5. AISYAH FADILLA ZAHRA ( 2248201017 )
6. ANDI PRATAMA ( 2248201022 )
7. ARY PANGESTUNING TIYAS ( 2248201031 )
8. AURA SUCHY RAMAHDANY ( 2248201034 )
9. DHIYA ULHAQ ( 2248201051 )
10. DINA AULIA HAQIQI ( 2248201052 )
11. DINI AULIYA PUTRI ( 2248201053 )

KELAS : 1A
PRODI : FARMASI
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt atas rahmat dan hidayah-nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul fungsi agama dalam kehidupan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam. Penulisan makalah
ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang terkait sehingga makalah ini bias selesai sesuai waktu yang ditentukan.

Menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersi’at membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berekepentingan.

Bukittinggi, 27 September 2022

penulis
DAFTAR ISI
Halaman sampul
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
Bab 2 pembahasan
1. Konsep islam mengatur berbagai kehidupan
2. Islam tidak memisahkan dunia dan akhirat
3. Islam tidak memaksakan kehendak
4. Islam agama pemersatu
Bab 3 Penutup
1. Kesimpulan
2. Daftar pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN
 Latar belakang memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang mengkaji dan
mengulas tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan. Kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini.

Agama Islam, hakikatnya, adalah sistem keyakinan dan prinsip-prinsip hukum serta petunjuk
prilaku manusia, yang didasarkan pada al-Qur’an, Hadis dan Ijtihad ulama dalam rangka
menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berdasarkan hal ini, Islam, paling tidak,
mempunyai empat fungsi agama, berikut ini:

Islam berfungsi sebagai tuntunan bagi manusia agar memiliki al-akhlāq al-karīmah (perangai
yang mulia dan terpuji). Agama Islam itu berfungsi sebagai jalan untuk mengapai kemaslahatan,
ketenangan dan kedamaian serta keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Semua ajaran
Islam bertujuan untuk menciptakan kondisi dan situasi semacam itu. Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ini setelah Allah memperbaikinya ...”
(Q.S. al-A‘raf: 56). Ada banyak ayat lain dan hadis Nabi Saw yang memerintahkan kita untuk
menjaga jiwa, kehormatan dan harta kita dan orang lain dari bahaya apapupun bentuknya.

Untuk mengkaji dan mengulas tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan, maka
diperlukan sub pokok bahasan yang saling berhubungan, berikut adalah beberapa fungsi agama
dalam kehidupan. Makalah yang berjudul peran dan fungsi islam dalam kehidupan ini menjalani
kehidupan di dunia, makalah Peran dan Fungsi Agama dalam Kehidupan.

Rumusan Masalah

Melihat uraian diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Konsep islam mengatur berbagai aspek kehidupan


2. Islam tidak memisahkan dunia dan akhirat
3. Islam tidak memaksakan kehendak
4. Islan agama pemersatu
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Konsep islam mengatur berbagai aspek kehidupan

Islam telah mengatur berbagai hal dalam kehidupan kita, bahkan perkara yang berkaitan
dengan harta peninggalan atau warisan juga telah diatur dan mengatur nya juga dengan detail
demi menjaga hubungan antar manusia. Islam juga bukan hanya sebatas agama, tetapi islam
juga semua tatanan luas yang mengatur segala aspek kehidupan yang mencangkup ilmu
pemerintahan, ekonomi, sosial dan lain-lainnya.
Misalnya islam mengatur aspek pemerintahan, disini islam menganggap pemerintahan
sebagai salah satu dasar sistem social yang dibuat untuk manusia dan mengubah tatanan
kehidupan masyarakat yang lebih baik. Islam tidak menghendaki kekacauan atau anarkis dan
tidak memberikan satu jamaah tanpa pemimpin.
Selanjutnya contoh islam mengatur aspek ekonomi, ekonomi islam mempunyai prinsip
kesucian, prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip profesionalisme, prinsip keseimbangan
dan prinsip universal.
Dalam ranah aqidah atau keyakinan,Islam telah memberikan sebuah konsep agar
penganutnya tidak memiliki dua sisi dalam pengabdian tidak boleh seorang muslim
berkeyakinan terhadap konsep syaitoni, tetapi menerapkan konsep illahi. Seorang muslim
tidak diperkenankan berpandangan tathoyyur ( beranggapan sial terhadap sesuatu ) yang
dilihat, dialami, dan dikerjakan. Misalnya, seorang muslim tidak boleh beranggapan buruk
dan akan berakibat fatal suatu perjalanan bisnisnya atau usahanya bila dia sedang bepergian
lalu bertemu dengan mayat diusung, dan berjumpa dengan ular yang melintas. Tetapi harus
berpandangan bahwa hal itu suatu hal yang biasa dan hal yang lumrah terjadi dalam
kehidupan.
Dalam ranah ibadah agama ini telah member konsep yang dogmatis. Tidak diperkenankan
seorang muslim membuat kosep pendekatan diri kepada Tuhannya dengan mereka-reka
sendiri dan merasakan sendiri kelezatan hubungannya dengan Penciptanya. Bentuk
pendekatan diri itu telah digariskan dan dipaparkan oleh yang empunya agama ini, yaitu
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
2. Islam tidak memisahkan dunia dan akhirat

Jika seseorang bertanya untuk apa manusia diciptakan di dunia ini? Sebagai seorang muslim
tentu akan mudah untuk menjawab nya, yaitu untuk beribadah. Karena tujuan penciptaan
memang telah jelas dititahkan oleh Allah SWT yaitu dalam firman-Nya pada surah Adz-Dzariyat
ayat 56. Ayat ini berlaku umum menjelaskan bahwa tugas pokok kita sebagai manusia pada
dasar nya adalah untuk beribadah semata. Namun demikian, apakah yang dimaksud dengan
ibadah disini hanya seperti yang kita bayangkan yaitu melaksanakan rukun islam semata, atau
hanya berdiam di masjid berdzikir kepada Allah tanpa henti? Tentu tidak. Ketentuan bahwa satu-
satunya tugas kita sebagai makhluk ciptaan Allah adalah untuk beribadah memang tidak dapat
didustakan, namun kenyataan bahwa kita hidup di dunia juga tidak dapat di kesampingkan.
Setiap manusia di dunia memiliki jalan takdir hidupnya masing-masing. Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW menerangkan bahwa nasib manusia pada
hakikatnya sudah ditentukan, termasuk rezeki, ajal, amal, kesedihan, dan kebahagiaannya. Hal
ini seharusnya meniscayakan adanya iman kepada Allah bahwa Dia lah satu-satunya yang
berkuasa dan tiadalah manusia melakukan sesuatu apapun kecuali ditujukan untuk menggapai
ridha-Nya.
Setiap manusia di dunia memiliki jalan takdir hidupnya masing-masing. Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah saw. menerangkan bahwa nasib manusia pada
hakikatnya sudah ditentukan, termasuk rezeki, ajal, amal, kesedihan, dan kebahagiaannya. Hal
ini seharusnya meniscayakan adanya iman kepada Allah bahwa Dia lah satu-satunya yang
berkuasa dan tiadalah manusia melakukan sesuatu apapun kecuali ditujukan untuk menggapai
ridha-Nya.
Dari Anas ra. ia berkata, Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi saw. untuk bertanya
tentang ibadah beliau. Setelah diberitahukan, mereka menganggap ibadah mereka sedikit sekali.
Mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan Nabi saw., padahal beliau sudah
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang.” Salah seorang dari mereka
mengatakan, “Aku akan melakukan shalat malam seterusnya.” Lainnya berkata, “Aku akan
berpuasa seterunya tanpa berbuka.”  Kemudian yang lain juga berkata, “Sedangkan aku akan
menjauhi wanita dan tidak akan menikah.”
Melihat kepada potongan hadis di atas, tentu ada rasa kagum bagaimana semangat ibadah para
sahabat yang sangat tinggi. Namun ternyata, setelah kabar ketiga sahabat tersebut sampai kepada
Nabi saw., beliau memiliki tanggapan yang berbeda. Beliau menegaskan bahwa telah berlebih-
lebihan dalam melakukan ibadah sehingga melupakan aspek kehidupan dunia, padahal amalan
yang demikian tidak dicontohkannya. Pada lanjutan hadis dijelaskan bahwa Rasulullah saw.
mendatangi mereka seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu?
Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling
bertaqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat
(malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka siapa yang tidak menyukai
sunahku, ia tidak termasuk golonganku.” Sebaliknya, terlalu memperhatikan dunia hingga
melupakan akhirat tentu juga tidak baik. Manusia memang diciptakan dengan akal dan dihiasi
dengan keinginan (syahwat) pada keindahan-keindahan duniawi.
Islam menganjurkan keseimbangan dalam menyikapi kehidupan dunia dan akhirat. Tidak
berlebihan pada dunia, sebaliknya juga tidak berlebihan pada akhirat. Dalam surat Al-Qashash
ayat 77 Allah swt. berfirman, “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

3. Islam tidak memaksa kehendak

Allah SWT telah menegaskan dalam Alquran bahwa manusia dalam beragama atau menganut
kepercayaan, tak boleh memaksa manusia lainnya agar sama seperti dirinya. Tidak ada paksaan
dalam menganut agama. Allah SWT berfirman dalam Al-quran surah Al-Baqarah ayat 256 yang
artinya ;  "Tidak ada paksaan untuk menganut agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada gantungan tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Prof Quraish Shihab dalam kitabnya Tafsir Al-Mishbah, Beliau menegaskan, dalam tafsirnya,
yang dimaksud dengan kalimat tidak ada paksaan dalam menganut agama adalah menganut
akidahnya. Hal ini berarti jika seseorang telah memilih satu akidah, maka yang bersangkutan
terikat dengan tuntutan-tuntutan di dalamnya.

Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Beliau menjelaskan, agama Islam
dinamai Islam yang berarti damai. Kedamaian tidak dapat diraih jika jiwa tidak damai. Paksaan
menyebabkan jiwa tidak damai karena itu tidak boleh ada paksaan dalam menganut keyakinan
agama Islam. Telah jelas jalan yang lurus dan batil. Itu sebabnya, kata beliau, orang gila dan
yang belum dewasa atau yang tidak mengetahui tuntunan agama, tidak berdosa jika melanggar
atau tidak menganutnya. Sebab, bagi mereka-mereka itu belum jelas jalan kebenarannya.

Sebagai contoh, pada tahun keenam Hijrah, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dalam
jumlah yang besar bertolak dari Madinah. Dalam rombongan ini, mereka membawa 70 ekor unta
untuk dijadikan hewan kurban. Niat beliau dan para sahabat untuk melaksanakan ibadah haji.
Akan tetapi, saat itu Ka'bah di Makkah masih dikuasai kaum musyrikin Quraisy. Golongan ini
jelas-jelas memusuhi Nabi SAW.

Di tengah perjalanan, tepatnya di Hudaibiyah, rombongan Nabi SAW mendapatkan kabar, kaum
Quraisy Makkah menolak kedatangan mereka. Alasannya, rombongan Nabi SAW dituding
bukan berniat haji, tetapi hendak menyerang penduduk Makkah. Nabi SAW meyakinkan.
Rombongan ini semata-mata datang untuk beribadah haji. Agar lebih yakin lagi, Nabi SAW
memotong sebagian unta yang dibawa sebagai kurban. Namun, kaum Quraisy tetap tidak
membolehkan Nabi SAW untuk memasuki Kota Makkah. Mereka baru akan mengizinkan beliau
melaksanakan haji pada tahun berikutnya. Akhirnya, Nabi SAW menerima permintaan itu.
Inilah teladan Rasulullah SAW yang penuh kesabaran. Beliau memiliki kestabilan emosi untuk
tidak memaksakan kehendak meskipu dalam rangka beribadah. Demi menjaga kedamaian, beliau
mengambil sikap bersahabat.

4. Islam agama pemersatu

Agama adalah sesuatu yang sakral yang tidak bisa dijadikan alat propaganda dalam menciptakan
permusuhan ataupun dijadikan sebagai permainan. Masih banyak diantara kita yang masih belum
mengerti apa hakikat dari pada agama, sehingga berbagai tindakan yang pada dasarnya tidak
mencerminkan misi dari pada agama tersebut kerap kali mereka lakukan dengan dalih agama.
Bukan suatu hal yang baru jika saat ini ramai diperbincangkan tentang teroris yang identik
kaitanya dengan membela agama yang dianutnya, padahal tindakan semacam ini merupakan
tindakan yang keliru, berapa banyak orang yang mati tanpa dosa dan kesalahan karena ulah dan
aksi nekad mereka, karena jihad yang mereka persepsikan itu hanya sebatas serang dan perang
saja.

Alasan yang tidak logis yang mereka paparkan adalah karena perbedaan agama antara dirinya
dengan yang lain, sehingga yang lain tersebut harus mereka perangi dengan alasan menegakan
agama serta amar ma’ruf nahi munkar, padahal dalam Al-Quran Allah swt telah menegaskan
bahwasanya tidak ada paksaan dalam beragama, termasuk juga memilih agama yang mereka
yakini masing-masing. Lalu mengapa kita sebagai hambanya justru tidak paham dengan apa
yang dimaksud oleh ayat tersebut, bukankah Allah telah menurunkan agama Islam ini melalui
risalah Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi semesta alam.

Islam adalah agama yang penuh dengan cinta kasih, ramah bukan marah, damai bukan
pertikaian. Oleh karenanya misi dari pada agama itu adalah menciptakan kedamaian dan
kerukunan diantara perbedaan yang ada, bukan justru sebaliknya saling mencaci dan mencela
satu sama lain dengan mengganggap agama lain adalah salah dan agamanya lah yang paling
benar. Hal semacam inilah yang memicuh munculnya ketidakharmonisan dan konflik antar
agama. Sebagaimana firman Allah SWT “Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan
yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui
batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik setiap
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb mereka kembalinya mereka, lalu dia memberitakan
kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” Qs. Al-an’am: 108

Jika hal yang demikian tetap terjadi maka hancurlah negeri pertiwi ini, seharusnya kita sebagai
umat yang beragama mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam agama itu
sendiri. Diantaranya adalah nilai toleransi, perdamaian, dan cinta kasih di tengah kemajemukan
yang ada. Dengan konsep inilah maka akan terciptanya persatuan dan kerukunan yang akan
menghasilkan sebuah kekuatan yang besar, dan dari kekuatan yang besar inilah maka akan
terciptanya sebuah perdamaian.

Anda mungkin juga menyukai