Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK II sebagai UTS yang dibina
Oleh Drs. Ramin ABD Wahid M.Pd.I

Oleh:
FAIZAL HIDAYAT (201910260311002)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas UTS AIK II

Tentu saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya pembuatan makalah ke depan
nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi.

Akhir kata, saya hanya dapat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk pembaca.

Malang, Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
Latar belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II Pembahasan
Sumber Ajaran Islam
Karakteristik Ajaran Islam
Tujuan Ajaran Islam
Pengertian Akidah
Ruang Lingkup Akidah
Faktor-faktor yang dapat merusak Islam
Tauhid
Syirik
Sukses dalam perspektif Ajaran Islam
BAB III Penutup
Kesimpulan
Saran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


lahir sebagai Agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah
banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri. Islam mempunyai sumber
ajaran utama yaitu al-Qur’an yang mutlak benarnya karena bersumber langsung dari
Allah SWT, yang kedua yaitu Hadits sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an. Di dalam
Islam juga dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran (ijtihad) yang digunakan sebagai
sumber pendukung untuk mendapatkan hukum bila di dalam al-Qur’an dan Hadits tidak
ditemui. Islam juga mempunyai berbagai karakteristik yang sangat luwes dan toleran,
sehingga Islam menjadi sangat menarik bagi pemeluknya. Islam juga memiliki
moralitas yang tangguh dan kuat yang di dalamnya mencakup aspek-aspek dalam
berbagai segi kehidupan. Di dalam Islam juga dikenal pembaharuan atau modernisitas
yang semuanya itu adalah untuk mencapai kekuatan dan kemajuan Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik, sumber dan tujuan ajaran agama islam ?
2. Bagaimana ruang lingkup akidah islam ?
3. Bagaimana faktor-faktor yang dapat merusak iman ?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan ilmu Tauhid ?
5. Bagaimana macam-macam syirik dan bahayanya ?
6. Bagaimana cara hidup suskses dalam perspektif al-Qur’an ?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami karakteristik, sumber dan tujuan ajaran agama islam.
2. Untuk memahami ruang lingkup akidah islam.
3. Untuk memahami faktor-faktor yang dapat merusak iman.
4. Untuk memahami ilmu Tauhid.
5. Untuk memahami macam-macam syirik dan bahayanya.
6. Untuk memahami cara hidup suskses dalam perspektif al-Qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sumber Ajaran Islam


Islam merepukan nama suatu agama yang berasal dari Allah SWT, dikalangan
ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama adalah Al-Qur’an,
sedangkan As-Sunnah sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan
kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al-Qur’an. Ketentuan ini sesuai dengan
agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT, yang
penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ra’yu atau akal
fikiran sebagai alat untuk memahami Al-Qur’an dan As-Sunnnah.
1. Al-Qur’an
Al-quran adalah kitab suci yang isinya mengandung firman allah swt, turunnya
secara bertahap melalui malaikat jibril, pembawanya Nabi Muhammad saw,susunannya
dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas,bagi yang membacanya bernilai
ibadah,fungsinya antara lain sebagai hujjah atau bukti yang kuat atas kerasulan nabi
Muhammad SAW, keberadaannya hingga kini masih terpelihara dengan
baik, permasyarakatannya dilakukan secara berantai dari satu generasi ke generasi lain
dengan tulisan maupun lisan.

Tujuan diturunkannya Al-Qur’an untuk menjadi pedoman bagi kehidupan umat


manusia, sehingga mencapai kesejahteraan didunia maupun diakhirat dan tiada
keraguan didalamnya. Sebagaimana allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah:2

Artinya:“Kitab tersebut (al-quran) tiada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-


orang yang bertaqwa.”(Qs al-baqarah:2).

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hokum yaitu, Hukum I’tiqadiah, yakni


hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang
berkaitan dengan akidah/ keimanan. Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu
yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.Hukum
Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan Allah
SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan
sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum
syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih. Hukum
Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin
dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau
Tasawuf.

2. As-Sunnah
Kedudukan As-Sunnah sebagi sumber ajaran Islam selain didasarkan pada
keterangan ayat-ayat al-Qur’an, Hadits dan juga didasrkan pada kesepakatan para
sahabat Nabi. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajibnya
mengikuti Hadits, baik pada masa rasulullah masih hidup maupun setelah wafat.
Menurut bahasa, As-Sunnah artinya jalan hidup yang dibiasakan apakah jalan tersebut
baik atau buruk. Pengertian As-Sunnah seperti ini sejalan dengan makna Hadits Nabi
Muhammad SAW sebagai berikut: “Barang siapa yang membuat Sunnah (kebiasaan)
yang terpuji, maka pahalalah bagi yang membuat Sunnah itu dan pahala bagi yang
mengikutinya; dan barangsiapa yang membuat Sunnah yang buruk, maka dosalah bagi
orang yang membuat Sunnah yang buruk itu dan dosa bagi yang mengikutinya”
(HR.Muslim). Di dalam Islam ada banyak kitab Sunnah/Hadits yang menjadi rujukan
utama dalam penggalian hukum Islam. Dari sekian banyak kitab Hadits/Sunnah paling
tidak ada 12 kitab hadis yang paling populer. Dua belas kitab Hadits tersebut yaitu,
Sahih Al-Bukhari, Sahih Al-Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmiziy, Sunan an-
Nasaiy, Sunan Ibn Majah, Muwatha’ Imam Malik, Musnad Imam Ahmad, Sunan Ad-
Darimiy, Sunan Ad-Daruquthni, dan Sunan Al-Baihaqiy.

2.2 Karakteristik Ajaran Islam


1. Rabbaniyah
Rabbaniyah artinya bersumber dari Alloh SWT, bukan buatan manusia.Dan
tujuan pertama dan terakhirnya adalah agar manusia menyembah Alloh yang
merupakan tujuan penciptaan manusia (QS (51): 56).
2. Al-Insaniyah
Bersifat kemanusiaan yang universal (al-insaniyah), yaitu diturunkan oleh
Alloh SWT sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia, bukan hanya
dikhususkan untuk suatu kaum atau golongan (QS (21): 107, (34): 28, (7): 158)
3. Kamulah
Lengkap dan mencakup ( kamulah) seluruh aspek kehidupan. Tidak suatu
perkara baik kecil maupun besar kecuali Islam telah menerangkan hukumnya
(QS (6): 38, (16): 89).
4. Sahlah
Ajaran Islam mudah untuk dikerjakan tanpa kesulitan sedikitpun, sebab
Islam tidak membebankan manusia suatu kewajiban kecuali sebatas
kemampunya (QS Al-Baqarah (2): 286)
5. Al-Adalah
Ajaran Islam bertujuan menegakkan keadilan mutlak dan mewujudkan
persaudaraan dan persamaan di tengah kehidupan manusia, serta memelihara
jiwa, kehormatan, harta, akal dan agama mereka (QS (5): 8, (6): 152, (4): 125)
6. Tawazuniyah
Bersifat seimbang (tawazun), di mana seluruh ajaran Islam menjaga
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara jasad
dan ruh, antara dunia dan akhirat
7. Marunah
Perpaduan antara yang tidak berubah (tsabat) dan menerima perubahan.
Ajaran islam tidak berubah pada pokok-pokok dan tujuanya, namun menerima
perubahan pada cabang (furu’), sarana dan cara-caranya, sehingga dengan sifat
menerima perubahan ini Islam dapat menyesuaikan diri dan dapat menghadapi
perkembangan zaman. Dan dengan sifat tidak berubah pada pokok-pokok dan
tujuanya, Islam tidak larut dan tunduk pada perubahan zaman dan perputaran
waktu.

Adapun Aspek-aspek ajaran islam meliputi :


1. Aqidah yang memuat tentang persoalan-persoalan keimanan yang harus
dipedomani.
2. Ibadah yang menjelaskan tentang segala persoalan ritual dalam kaitanya
dengan bagaimana seseorang berhubungan dengan Allah SWT,
seperti:Taharah, Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji.
3. Muamalah Duniawiyah yang mengatur tentang dimensi hubungan manusia
dengan sesama umat manusia, seperti Sistem Keluarga (Perkawinan,
kewarisan), Sistem ekonomi, Sistem Politik, Sistem Hukum, Sistem
Pendidikan.
4. Akhlak yang menjelaskan bagaimana seharusnya manusia mempunyai jiwa
dan etika yang mulia berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah.

2.3 Tujuan Ajaran Islam


Misi ajaran Islam adalah sebagai pembawa rahmat, dapat dilihat dari peran yang
dimainkan Islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi,
politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Dari sejak kelahirannya
lima belas abad yang lalu Islam senantiasa hadir memberikan jawaban terhadap
permasalahan di atas. Islam sebagaimana dikatakan H.A.R. Gibb bukan semata-mata
ajaran tentang keyakinan saja, melainkan sebagai sebuah sistem kehidupan yang
multi dimensial. Dari sejak kelahirannya Islam sudah memiliki komitmen dan respon
yang tinggi untuk ikut terlibat dalam memecahkan berbagai masalah. Islam bukan
hanya mengurusi sosial ibadah dan seluk beluk yang terkait dengannya saja,
melainkan juga ikut terlibat memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi
berbagai masalah tersebut dengan penuh bijaksana, adil, demokratis, manusiawi, dan
seterusnya. Hal-hal yang demikian itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pertama, dalam bidang sosial, Islam memperkenalkan ajaranyang bersifat
egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara manusia dengan manusia
lain. Satu dan lainnya sama-sama sebagai makhluk Allah SWT. Dengan
segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
2. Kedua, misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat
dari ajarannya dalam bidang ekonomi yang bersandikan asas keseimbangan
dan pemerataan. Dalam ajaran Islam seseorang diperbolehkan memiliki
kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah tertentu dalam hartanya terdapat
milik orang lain yagn harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, dan
sedekah.
3. Ketiga, misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dalam bidang politik terlihat
dari perintah Al-Qur’an agar seorang pemerintah bersikap adil, bijaksana
terhadap rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan –
kepentingan rakyat daripada kepentingan dirinya, melindungi dan
mengayomi rakyat, memberikan keamanan dan ketentraman kepada
masyarakat.
4. Keempat, missi rahmatan lil alamin ajaran Islam dalam bidang hukum-
hukum terlihat dari perintah Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 58. Ayat tersebut
memerintah seorang hakim agar berlaku adil dan bijaksana dalam
memutuskan perkara. Penegakan supermasi hukum sangat dianjurkan dalam
ajaran Islam.
5. Kelima, misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dapat pula dilihat dalam
bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari ajaran Islam yang memberikan
kebebasan kepada manusia untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang
pendidikan. Islam menganjurkan belajar sungguhpun dalam keadaan perang,
dan menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat, serta
melakukannya sepanjang hayat. Pendidikan dalam Islam adalah untuk
semua. pemerataan dalam pendidikan adalah merupakan misi ajaran Islam.
Berdasarkan fakta dan analisis sebagaimana di atas, kita dapat mengatakan
bahwa misi ajaran Islam adalah untuk melindungi hak-hak asasi manusia
baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang terkait. Untuk itu
maka Islam sangat menekankan perlunya menegakkan keadaan dunia yang
aman, damai, sejahtera, tentram, saling tolong-menolong, toleransi, adil,
bijaksana, terbuka, kederajatan, dan kemanusiaan. Dengan ajaran yang
demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh
sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.

2.4 Pengertian Akidah


a. Secara Etimologi
kata “akidah” diambil dari kata dasar “al-aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al
ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstuq (menjadi kokoh,kuat), asy-
syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al
itsbaatu (penetapan). Diantaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-
jazmu (penetapan).
Akidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedangkan pengertian akidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti akidah dengan adanya Allah dan
utusan-Nya para Rasul. Bentuk jamak dalam akidah adalah aqa-id.
Akidah Islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, bukan dari
akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya dikenakan untuk memahami apa
yang terkandung pada kedua sumber akidah tersebut yang mana wajib untuk
diyakini dan diamalkan.
b. Secara Terminology
Akidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
akan menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan
kokoh, yang tidak dicampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
c. Menurut Hasan Al-Banna
“aqa-id” bentuk jamak dari akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, dan mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak dicampuri
sedikit dengan keragua-raguan.
d. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia
di dalam hati serta diyakini kesakhikhannya dan keberadaannya secara pasti dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

2.4 Ruang Lingkup Akidah


Menurut Hasan Al-Banna, sistematika ruang lingkup pembahasan akidah adalah
sebagai berikut.
1. Ilahiyyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah.
2. Nubuwat : pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi
dan rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat dan
sebagainya.
3. Ruhaniyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh dan lain-lain.
4. Sam’iyyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam’I (dalil naqli berupa al-quran dan sunnah) seperti alam barzah,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surge dan neraka.

2.5 Faktor – faktor yang Dapat Merusak Islam


Hal – hal yang dapat merusak islam yaitu sebagai berikut :
 Syirik
Syirik adalah menyekutukan Allah dengan yang lain. Syirik dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Syirik akbar/ syirik jalyy: menyekutukan Allah. Seperti menyembah berhala.
Penyembahan berhala dalam sejarah nabi sudah ada sejak Nabi Nuh.
b. Syirik asghar/syirik khafiyy : perbuatan - perbuatan yang berkaitan dengan
amalan keagamaan bukan atas dasar keikhlasan untuk mencari ridha Allah,
melainkan untuk tujuan lain.
 Nifaq
Secara bahasa, nifaq berarti lobang tempat keluarnya yarbu ( binatang sejenis
tikus ) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu, maka ia akan
keluar dari lobang yang lain. Dikatakan pula, kata nifaq berasal dari kata yang
berarti lobang bawah tanah tempat bersembunyi. ( al-Mu’jamul wasith 2/942).
Adapun nifaq menurut syara’ artinya : menampakkan Islam dan kebaikan, tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.
 Kufur
Kufur merupakan kata kerja lampau (fi`il madhi) yang secara bahasa berarti
menutupi. Sedang kata kafir merupakan bentuk kata benda pelaku (isim fa’il) yang
terbentuk dari kata ka-fa-ra yang berarti menutupi. Dalam al-Quran kata kufr
terulang sebanyak 525 kali Penyebab terjadinya kekafiran diantaranya :
o Kepicikan dan kebodohan
o Kesombongan dan keangkuhan
o Keputusasaan dalam hidup
o Kesuksesan dan kesenangan dunia

2.6 Tauhid
A. Pengertian Tauhid
a. Menurut bahasa
Tauhid dari segi bahasa adalah bahasa arab, yaitu bentuk masdar (sifat atau
keadaaan) dari kata yuhid/ wahid yang artinya “menyatukan” atau “meng-esa
kan”. Sebagai bentuk masdar (sifat dan keadaan), kata “ Tauhdi” artinya adalah
“penyatuan” atau “pengesaan”.
b. Menurut istilah
Dari segi istilah islam, perkataan Tauhid adalah berarti esa atau satu, yang
merupakan asma Allah yang menunjukkan sifat ke-Maha Esaan dan ke-Maha
Tunggalannya. Seperti dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Quran.
Contoh :
‫قُ ْل ُه َو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬ 
Katakanlah : Dia-allah yang Maha Esa ( Surat Al-Ikhlas ayat 1)”

‫اح ٌد ۖ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل ه َُو ال َّر ْح ٰ َمنُ ال َّر ِحي ُم‬
ِ ‫م إِ ٰلَهٌ َو‬Uْ ‫َوإِ ٰلَ ُه ُك‬

“Dan Tuhannmu adalah Tuhan yang Maha Esa: tidak ada Tuhan melainkan
Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Surat Al-Baqarah ayat 163)”

 (51)‫ون‬ ْ َ‫اي ف‬
ِ ُ‫ار َهب‬ ِ ‫َوقَا َل هَّللا ُ اَل تَت َِّخ ُذوا إِ ٰلَ َه ْي ِن ا ْثنَ ْي ِن ۖ إِنَّ َما ه َُو إِ ٰلَهٌ َو‬
َ َّ‫اح ٌد ۖ فَإِي‬

“Allah Berfirman : janganlah kamu menyembah Dua Tuhan :. Sesungguhnya


Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka Hendaklah kepadaku saja kamu Takut.
(Surat A-nahl ayat 51)”
Ayat-ayat tersebut dengan tegas menjelaskan bahwa Allah SWT adalah zat
yang Maha Esa (Tunggal). Oleh karena itu, inti ajaran tauhid islam
menyimpulkan dalam sebuah kalimat : Tiada Tuhan Selain Allah. Kalimat ini
bermakna penolakan terhadap segala sesuatu untuk dijadikan Tuhan (tiada
tuhan) dan penetapan hanya satu yang harus dieperuntukkan yaitu Allah SWT.
Perkataan Tuhan (Ilahun) artinya adalah segala sesuatu yang mendominasi
pikiran dan perasaan manusia sedemikian rupa, deikian kuatnya dominasi itu
sehingga manusia terperdaya sehingga bertindak dan berperilaku lebih dominan
karenanya.
Dengan demikian, Tauhid menurut istilah Islam adalah mengakui keesaan
Allah, mengesakan Allah. (Depdikbud RI,1989: 907), dengan cara menyatukan
unsur pikiran, perasaan, lisan dan perbuatan. Jadi Tauhid, dalam konteks agama
islam adalah proses pernyatuan aspek ilmu (kognitif), penghayatan (afektif) dan
tindakan (psikomotorik) dala mengesakan Allah SWT. Atau dengan kata lain
Tauhid adalah penyatuan pengetahuan (knowledge), komitmen dan aktualitas
dalam mengesakan Allah SWT.
B. Hukum Mendalami Ilmu Tauhid
Hukum mendalami ilmu tauhid adalah fardu ’ain atau wajib bagi setiap
mukallaf (orang yang akil dan baliqh), laki laki dan perempuan. Jadi
mempelajari ilmu tauhid adalah wajib atau satu keharusan bagi setiap orang baik
laki laki atau perempuan yang memiliki akal sehat dan telah memasuki umur
dewasa sebelum ia mempelajari ilmu ilmu agama lainnya. Karena ilmu ini
bersangkutan dengan keimanan dan  keberadaan Allah dan para rasul rasul-Nya.
J
Ulu elasnya mempelajari ilmu tauhid adalah wajib bagi setiap mukallaf dan
muslim, karena hal ini bisa membawanya untuk mempercayai bahwa terdapat
beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah dan mempercayai
akan sifat wajib Allah yang dua puluh dan harus diketahui juga sifat mustahil
bagi Allah.
C. Macam – Macam Tauhid
a. Rububiyyah
Rububiyah berasal dari kata Rabb, dari sisi bahasa berarti tuan dan
pemilik. Dikatakan Rabb ad-Dar berarti tuan rumah Secara etimologi yaitu
menumbuhkan, mengembangkan, sedangkan secara terminology berarti
keyakinan bahwa Allah swt. Adalah Tuhan Pencipta semua makhluk dan
alam semesta.
b. Uluhiyyah
Tauhid uluhiyah artinya mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan
yang wajib disembah dan tidak ada tuhan lain selain Dia. Pengakuan dan
keyakinan bahwa Allah swt adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah
yang direalisasikan dalam bentuk ibadah.
c. Mulkiyah
Banyak orang mempertanyakan apakah tauhid mulkiyah itu ada. Tauhid
mulkiyah itu sebenarnya ada, namun oleh sebagian orang disalah-artikan
maksudnya. Sehingga sebagian lainnya menolak adanya tauhid mulkiyah.
Hal ini terjadi karena mereka memunculkan tauhid mulkiyah dengan dalil
yang benar namun diartikan dengan cara yang salah. Adapun dalil adanya
tauhid mulkiyah terdapat pada surat pertama dan terakhir dalam Al-Quran.
Allah berfirman :
َ‫ ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬. ‫َّح ِيم‬
ِ ‫ الرَّحْ َم ِن الر‬. ‫ِّين‬ ِ ِ‫ َمال‬.ُ‫ك نَ ْعبُد‬
ِ ‫ك يَوْ ِم الد‬ َ ‫َوإِيَّاكَ نَ ْست َِعينُ إِيَّا‬
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah
kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”
(QS. Al-Fatihah : 2-5)
Serta firman Allah :

ِ ‫س قُ ْل أَعُو ُذ بِ َر ِّب النَّا‬


ِ ‫س َملِ ِك النَّا‬
‫س‬ ِ ‫إِلَ ِه النَّا‬.
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. (An-Nas : 1-3)
Kedua ayat di atas dengan jelas menyebutkan rububiyah, mulkiyah dan
uluhiyah Allah. Sedangkan pada surat pertama disebut pula asma dan sifat-
Nya.
Tauhid mulkiyah adalah meng-esa-kan Allah dalam segala perbuatan-
Nya di akhirat kelak. Atau dengan kata lain tauhid mulkiyah adalah
menetapkan keesaan Allah dalam kekuasaan-Nya di akhirat, terutama
kekuasaan-Nya dalam menegakkan hari akhir, menyelesaikan segala urusan,
menegakkan keadilan dan membalas semua perbuatan. Selama ini kita telah
mengenal tauhid rububiyah yaitu meng-esa-kan Allah dalam segala
perbuatan-Nya. Namun pada kenyataannya penjabaran tauhid rububiyah ini
lebih kepada perbuatan Allah di dunia seperti mencipta, menguasai dan
mengatur seluruh alam semesta. Sedangkan perbuatan Allah lainnya jarang
sekali disebutkan terutama segala perbuatan-Nya di akhirat kelak.

2.7 Syrik
a. Pengertian
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah
perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang
melakukan syirik disebut musyrik. Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan
terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang seharusnya perbuatan itu
hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan sesuatu selain Allah dengan
menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan
perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.
Perbuatan syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang di
lakukan oleh hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik.
b. Macam – Macam Syirik
Dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya, syirik dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Syirik Akbar (Syirik Besar)
Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan
Allah. Syirik akbar dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Zahirun
Jali (tampak nyata), yakni perbuatan kepada tuhan-tuhan selain Allah atau
baik tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari, batu, gunung,
pohon besar, sapi, ular, manusia dan sebagainya. Demikian pula menyembah
makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin dan malaikat. Yang kedua yaitu
syirik akbar Bathinun Khafi (tersembunyi) seperti meminta pertolongan
kepada orang yang telah meninggal. Setiap orang yang menaati makhluk lain
serta mengikuti selain dari apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-
Nya, berarti telah terjerumus kedalam lembah kemusyrikan.

2. Syirik Asghar (Syirik Kecil)


Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, akan tetapi masih ada
peluang diampuni Allah jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku
syirik asghar dikhawatirkan akan meninggal dunia dalam keadaan kufur jika
ia tidak segera bertaubat. Contoh-contoh perbuatan syirik asghar antara lain:
a. Bersumpah dengan nama selain Allah
Sabda rasulullah SAW:     ‫ك‬ َ ‫َو َم ْن َحلَفَ بِ َغي ِْر هّٰللا ِ فَقَ ْد َكفَ َراَوْ اَ ْش َر‬
Artinya: “Dan barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah,
maka dia telah kufur atau syirik”. (HR. Tirmidzi).
b. Memakai azimat
Memakai azimat termasuk perbuatan syirik karena mengandung unsur
meminta atau mengharapkan sesuatu kepada kekuatan lain selain Allah.
Sabda rasulullah SAW:     ‫ك‬ َ ‫ق تَ ِم ْي َمةًفَقَ ْداَ ْش َر‬َ َّ‫َم ْن تَ َعل‬
Artinya: “Barangsiapa menggantungkan azimat, maka dia telah berbuat
syirik”. (HR. Ahmad).
c. Mantera
Mantera yaitu mengucapkan kata-kata atau gumam-gumam yang dilakukan
oleh orang jahiliyah dengan keyakinan, bahwa kata-kata atau gumam-
gumam itu dapat menolak kejahatan atau bala dengan bantuan jin.
Sabda rasulullah SAW:     ‫ك‬ ٌ ْ‫اِ َّن الرُّ ْقىَ َوالتَّ َما ِٕٕٮِ• َم َوالتَّ َولَةَ ِشر‬
Artinya: ”Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah
perbuatan syirik”. (HR. Ibnu Hibban).
d. Sihir
Sihir termasuk perbuatan syirik karena perbuatan tersebut dapat menipu atau
mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan. Dan dalam sebuah hadits
disebutkan artinya: “Barangsiapa yang membuat suatu simpul kemudian dia
meniupinya, maka sungguh ia telah menyihir. Barangsiapa menyihir,
sungguh ia telah berbuat syirik”. (HR. Nasa’i).
e. Peramalan
Yang dimaksud peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang
hal-hal yang ghaib pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukannya
dengan ilmu perbintangan, dengan membaca garis-garis tangan, dengan
bantuan jin dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda
artinya: “Barangsiapa yang mempelajari salah satu ilmu perbintangan, maka
ia telah mempelajari sihir”(HR. Abu Daud). Yang dimaksud ilmu
perbintangan dalam hadits ini bukanlah ilmu perbintangan yang
mempelajari tentang planet yang dalam ilmu pengetahuan disebut
astronomi.
f. Dukun dan tenung
Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib
pada masa datang, atau memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri
manusia. Adapun tukang tenung adalah nama lain dari peramal atau dukun,
atau orang-orang yang mengaku bahwa dirinya dapat mengetahui dan
melakukan hal-hal yang ghaib, baik dengan bantuan jin atau setan, ataupun
dengan membaca garis tangan. Dalam sebuah hadits diterangkan
artinya: “Dari Wailah bin Asqa’i ra berkata: aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda: Barangsiapa datang kepada tukang tenung lalu menanyakan
tentang sesuatu, maka terhalanglah tobatnya selama empat puluh hari. Dan
bila mempercayai perkataan tukang tenung itu, maka kafirlah ia”. (HR.
Thabrani).
g. Bernazar kepada selain Allah
Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernazar kepada selain Allah.
Misalnya seseorang bernazar, “Jika aku sembuh dari penyakit aku akan
mengadakan sesajian ke makam wali”. Perbuatan seperti itu adalah
perbuatan yang sesat. Firman Allah SWT artinya: “Apa saja yang kamu
nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang
penolongpun baginya”. (QS. Al-Baqarah: 270).
h. Riya
Riya adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji atau
dilihat orang. Riya termasuk syirik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
artinya: “Sesuatu yang amat aku takuti yang akan menimpa kamu ialah
syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, maka beliau menjawab, ialah
Riya”. (HR. Ahmad).
2.8 Sukses dalam Perspektif Islam
A. Pengertian Sukses.
Setiap orang memiliki paradigma yang berbeda tentang arti sebuah kesuksesan
karena pada dasarnya kesuksesan dapat menjadi milik kita semua hanya saja kita
sering tidak tahu bagaimana cara meraihnya.
Kesuksesan adalah derajat keberhasilan seseorang dalam pemenuhan subjective
terhadap kebutuhan hidupnya (material maupun spiritual baik secara Quantitative
maupun Qualitative). Mengejar kesuksean hidup (secara keseluruhan) memang
merupakan idaman bagi setiap orang. Yang menjadi permasalahan, adalah bahwa
kesuksesan itu kerap kali terasa sebagai sesuatu hal yang tidak mudah atau bahkan
sangat sukar sekali untuk dicapai bagi kebanyakan orang. Dan pada skala yang lebih
extreme bahkan dapat terasa sebagai hal yang tidak mungkin dapat dicapai oleh
sekelompok orang tertentu.
Apalagi dalam islam, kesuksesan tidak diukur dari sisi dunia semata melainkan
harus berorientasi pula pada akhirat. Itulah kesuksesan hakiki, saat berjumpa Allah
SWT kelak. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menjamin rezeki bagi setiap mahluk
ciptaan-Nya, dan melebihi kepada sebagaimana diantara mereka sebagai cobaan,atau
ke-Taqwaanya kepada Allah SWT.
Kesuksesan Hakiki dapat diperoleh jika kita adalah pemilik pribadi sukses,yaitu
pribadi yang selalu tenang,terencana,terampil ,tertib,tekun.tegar dan tawadhu(rendah
hati).selain itu,kita juga harus mempunyai kredibilitas yang tinggi. Dipercaya karena
kejujuran kita, kecakapan kita, dan kemampuan kita untuk selalu mengembangkan
diri Dunia-Akhirat.
B. Langkah – Langkah Menuju Sukses dalam Islam
1. Beriman dan beramal shalih.
2. Banyak Mengingat Allah SWT (Berdzikir).
3. Bersandar Kepada Allah dan tawakkal pada-Nya, yakin dan percaya pada-
Nya dan semangat untuk meraih keutamaan-Nya.
4. Berbuat baik kepada mahluk dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan dengan ikhlas kepada Allah dan mengharap pahala-Nya.
5. Ridha terhadap takdir Allah SWT
6. Mencurahkan perhatian dengan apa yang sedang dihadapi disertai
permintaan tolong kepada Allah Shubahanahu wa Ta’ala.
7. Senantiasa mengingat dan menyebut nikmat yang telah diberikan Allah
Subahanahu wa Ta’ala, baik nikmat lahir maupun batin.
8. Selalu melihat orang yang dibawah dari sisi kehidupan dunia.
9. Ketika melakukan sesuatu untuk manusia, jangan mengharapkan ucapan
terima kasih ataupun balasan dari mereka namun berharaplah hanya kepada
Allah SWT.
10. Kekuatan Mental

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi
setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat.Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam
primer dan sekunder. Sumber ajaran agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-
sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad.
Syirik dibagi menjadi dua, yaitu syirik asghar (syirik kecil) dan syirik Akbar (syirik
besar). contoh dari syirik asghar yaitu seperti memakai azimat, pergi ke dukun, dan
sihir, sedangkan contoh dari syirik akbar yaitu menyembah makhluk gaib.
Kemudian, mengenai sumber-sumber hukum Islam dapat kita simpulkan bahwa
segala sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu
berlandaskan Al-qur’an yang merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad secara mutawatir dan diturunkan melalui malaikat Jibril dan
membacanya di nilai sebagai Ibadah, dan Al-Sunnah sebagai sumber hukum yang
kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi kandungan Al-qur’an dan lain
sebagainya.

3.2 Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus
mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri
sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-
sunnah (hadist). Marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-qur’an dan Al sunnah
sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari
hukum agama Islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia
maupun diakhirat nanti.agar hidup yang kita jalani lebih sempurna dan mempunyai
tujuan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Faridl, Miftah dan Syihabudin. 1989. Agus. Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang
Pertama. Bandung : Penerbit Pustaka.
Hamzah, A. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung:
Alfabeta.
Hidayat, N. 2015. Akidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Ombak

Anda mungkin juga menyukai