Anda di halaman 1dari 21

TUGAS AGAMA ISLAM

MAKALAH TUJUAN DAN FUNGSI SYARIAT ISLAM DALAM


KEHIDUPAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH:

1. Mauliandini Putri A.S. Attamimi (J011191002)


2. Nazila Nur Aulia Sarwansa (J011191005)
3. Siti Az Zahra Bahri (J011191009)
4. Teysha Aurangga Mafri (J011191013)
5. Ilda Khairunnisa (J011191016)
6. Eshin Usami Nur Rahman (J011191019)
7. Muhammad Ali Husain Ardas (J011101022)
8. Nabilah Atikah Putri (J011191026)
9. Elisyah Syamsir (J011191029)
10. Mitha Wijaya Wahyuningrat (J011191034)
KELOMPOK 2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa selesaikan makalah tujuan dan fungsi syariat islam dalam kehidupan
masyarakat

Makalah tematik ini sudah selesai di susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi
makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang tujuan dan fungsi syariat
islam dalam kehidupan masyarakat bisa memberi manfaat ataupun inspirasi pada
pembaca.

Makassar, 7 Oktober 2019

penulis

ii
DAFTAR ISI

KataPengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Syariat Islam 3
2.2 Sumber Syariat Islam 4
2.3 Tujuan Syariat Islam 5
2.4 Fungsi Syariat Islam 7
2.5 Prinsip Syariat Islam 11
BAB III PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
Daftar Pustaka 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum merupakan suatu peraturan yang di buat untuk mengatur,mengikat,


dan memaksa masyarakat untuk mematuhi suatu hal yang
dianggap baik dan perlu oleh suatu lembaga. Hukum juga erat kaitannya deng
an masyarakat. Hukum dalam islam, merupakan sebuah pedoman atau batas
bagi diri untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hukum dalam
islam bukanlah buatan dari makhluk-Nya seperti hukum yang
ada dan berkembang selama ini di masyarakat. Melainkan hukum islam itu ada
dan berdasar darimajaran dan pedoman yang Allah SWT berikan, yaitu berupa
perantara, Al-Quran misalnya yang merupakan pedoman tertinggi bagi umat
islam diseluruh semesta ini.
Di Negara kita, Indonesia, juga memiliki hukum tertinggi
dalam pelaksanaan kepemerintahannya, yaitu UUD 1945. Di dalam pembukaa
n UUD 1945 terdapat kutipan bahwasanya Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hal inimenyatakan bahwa Negara kita Indonesia meyakini adanya hukum
agama yang berjalan dan bersikap menindak dalam kehidupan rakyatnya.
Kutipan tersebut juga menyatakan bahwa Indonesia merupakan Negara yang
melegalkan agama.1
Sebagian dari syariah islam terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah
khusus maupun ibadah umum. Sumber syariah adalah Al Quran dan As Sunnah,
sedangkan hal hal yang belum diatur secara pasti didalam kedua sumber
tersebut digunakan ra’yu. Syariah dapat dilaksanakan apabila pada diri
seseroang telah tertanam aqidah atau keimanan.2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari syariat islam ?
2. Jelaskan tujuan syariat islam !
3. Apa sumber dari syariat islam ?
4. Apa fungsi syariat islam ?
5. Apa prinsip dari syariat islam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perngertian syariat islam
2. Dapat mengetahui tujuan syariat islam
3. Mengetahui apa sumber syariat islam
4. Mengetahui fungsi syariat islam
5. Mengetahui prinsip dari syariat islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian syariat islam

Syariat ( legislasi ) adalah semua peraturan agama yang ditetapkan oleh


ALLAH untuk kaum muslimin, baik yang ditetapkan dengan Al-Qur’an
maupun dengan sunnah Rasul ( Muhammad Yusuf Musa,1998:131). Menurut
Ali dalam Nurhafni dan Maryam (2006:61) syariat islam secara harfiah adalah
jalan (ketepian mandi), yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslum,
syariat merupakan jalan hidup muslim, syariat memuat ketetapan Allah dan
Rasulnya, baik berupa larangan maupun suruhan yang meliputi seluruh aspek
manusia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa syariat islam merupakan keseluruhan


peraturan atau hokum yang mengatur tata hubungan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia, manusia dengan alam (lingkungannya), baik yang
diterapkan dalam AL-qur’an maupun hadis dengan tujuan terciptanya
kemashlahatan, kebaikan hidup umat manusia di dunia dan di akhirat.

Syari’at, bisa disebut syir’ah, artinya secara bahasa adalah sumber air mengalir yang
didatangi manusia atau binatang untuk minum. Perkataan “syara’a fiil maa’i” artinya
datang kesumber air mengalir atau datang pada syari’ah. Kemudian kata tersebut digunakan
untuk pengertian hukum-hukum Allah yang diturunkan untuk manusia. Sedangkan arti
syari’at menurut istilah Adalah hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan Allah swt.
melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan ke
dalam terang, danmendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.Jadi Syariat islam adalah
hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi
hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. 3
2.2 Sumber Syariat Islam
Untuk itu sebagai umat Islam yang bertaqwa pada Allah, haruslah paham
dengan syariat Islam sebagai mana yang terdapat dalam Alquran dan Hadist.
Oleh karena itu sumber syariat Islam itu sendiri adalah: Alquran dan Hadist
Pengertian Alquran menurut istilah dan bahasa adalah :

Secara bahasa (etimology) – Alquran berasal dari bahasa arab dengan asal
kata qara a– yaqri u – qur a nan. Quran berasal dari kata qur a nan yang
artinya bacaan.
Secara istilah ( terminology)– Alquran adalah perkataan Allah yang
disampaikan melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dalam
bahasa arab yang tertulis di dalam mushaf, diawali dengan surat Al Fatihah dan
di akhiri dengan surat An Nas, yang diriwayatkan secara mutawatir dan ibadah
ketika membacanya.
Pengertian tersebut adalah hasil kesepakatan ulama yang menggambarkan apa
itu Alquran. Hal ini sama dengan firman Allah SWT berikut :

“Dan sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Rab semesta


alam. Ia dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Malaikat Jibril )kedalam hati mu
( Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang dari orang-orang yang
memberi peringatan dengan bahasa arab yang jelas”. (QS. Asy Syu’ara ayat
192-195 )5

2.3 Tujuan Syariat Islam

Tujuan dari syariat adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan


kehidupankita. Secara umum ada 5 hal :

1. Hifdzud diin (menjaga agama)

Agama adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar
martabatnyadapat terangkat lebih tinggi. Beragama merupakan kebutuhan

4
manusia yang harusdipenuhi, karena agamalah yang dapat menyentuh
nurani manusia. Agama islamharus terpelihara dari ancaman orang- orang
yang merusak akidah, syari’ah dan akhlak atau mencampuradukkan agma
islam dengan paham yang bathil. Agama islammemberi perlindungan
kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadah sesuaikeyainannya.
Agama islam juga tidak memaksakan pemeluk agama lain untuk memeluk
agama islam.(Al-Baqarah:256)

2. Hifdzul ‘aql (menjaga akal)

Akal memiliki peranan penting dalam hidup dan kehidupan manusia.


Dengan akalmanusia dapat memahami wahyu Allah baik yang terdapat
dalam kitab suci (ayat-ayatQauliyah) maupun yang terdapat pada alam
(ayat-ayat Kauniyah). Dengan akalmanusia dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seseorang tidak akndapat menjalankan hukum
islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akalyang sehat. Untuk
itu islam melarang keras minuman yang memabukkan danmemberikan
hukuman pada perbuatan orang yang merusak akal. (QS.5:90)

3. Hifdzul maal (menjaga harta)

Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada umat


manusia demikelangsungan hidupnya. Untuk itu manusia dilindungi
haknya untuk memperolehharta dengan cara-cara yang halal, sah menurut
hukum dan benar menurut ukuranmoral.

4. Hifdzun nasl (menjaga keturunan)

Memelihara keturunan di dalam islam adalah hal yang sangat penting.


Karena itu,meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah
menurut ketentuan islamyang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan

5
dilarang melakukan perbuatan zinahukum kekeluargaan dan hukum
kewarisan yang ada dalam Al-Qur’an merupakan hukum yang erat
kaitannya dengan pemurnian keturunan dan pemeliharaan
keturunan.(QS.4:23;QS.17:32)

5.
Hifdzun nafs (menjaga diri).4
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
Islam melarangpembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia
dan melindungi berbagaisarana yang dipergunakan manusia untuk
mempertahankan kemaslahatanhidupnya.(QS.6:151;QS.17:33;QS.25:68).

Setiap aturan islam memiliki orientasi atau tujuan dengan jangkauan yang
luas dan jauh, yang semua jangkauan tersebut berientasi pada tatanan
kehidupan ideal bagi bagi manusia yang menjalani kehidupan dunia. Tujuan-
tujuan syari’at islam secara khusus diabahas oleh Asy-Syatibi (w.790 H) dalam
kitabnya al-Muwafaqat fi Usbul al-Ahkam Asy-Syatibi lah yang dikenal
sebagai ulama yang telah memperkenalkan konsep atau teori maqabih asy-
syari’ah sebagai al-illah (argumentasi atau motif) atau setiap pensyari’atan
dalam ajaran islam, yaitu bahwa ada nilai-nilai kemashlatan yang agung dalam
setiap dimensi hukum syari ah.
Menurut Asy-Syatibi, pada dasarnya syariat ditetapkan untuk mewujudkan
kemashlatan hamba (mashalih al-ibad) baik di dunia maupun
diakhirat.kemashlatan inilah, dalam pandangan beliau, menjadi maqashid asy-
syari’ah (tujuan-tujuan) syariat. Dengan kata lain, penetapan syariat-baik
secara keseluruhan (jumlatan) maupun secara rinci (tafshilan) yaitu
mewujudkan kemashlatan manusia.
Selanjutnya, imam asy-syatibi membagi maqashid menjadi tiga
bagian,yaitu: dharuriyat, hajiyat dan tahsinat. Dharuriyat artinya harus ada
demi kemashlatan hamba, yang jika tidak ada, akan menimbulkan kerusakan,
misalnya rukun islam. Hajiyat maksudnya sesuatu yang dibutuhkan untuk

6
menghilangkan kesempitan, seperti rukhsah (keringanan) tidak berpuasa bagi
orang sakit. Tahsinat artinya sesuatu yang telah diambil untuk kebahagian
kehidupan dan menghindarkan keburukan, semisal akhlak yang mulia,
menghilangkan najis, dan menutup aurat.

2.4 Fungsi Syariat Islam


Fungsi syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia
dalam berpijak dan berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola hidup di
dunia agar sampai ke kampung tujuan terakhir (akhirat) dan tidak sesat.
Dengan kata lain agar manusia dapat membawa dirinya di atas jalur syari’at
sehingga pada gilirannya dia akan hidup teratur, tertib dan tentram dalam
menjalin hubungannya baik dengan Khalik (pencipta) yang disebut hablum
minallah, hubungan dengan sesama manusia yang disebut hablum minannas,
serta hubungan dengan alam lingkungan lainnya yang disebut hablum minal
alam. Hubungan yang baik ini akan mempunyai nilai ibadah, dan tentu dengan
menjalankan ibadah yang baik berupa ibadah langsung (mahdzah) ini akan
membuahkan predikat baik dari Allah dan pada akhirnya akan hasanah fi
dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia selamat di dunia dan di akhirat
itulah yang menjadi tujuan semua manusia yang beriman.
Manusia dalam hidupnya terkait dengan fungsi syari’ah pada garis
besarnya ada dua macam yaitu:

a. Manusia sebagai hamba di mana harus menghambakan dirinya di


hadapan Khaliq (Allah SWT).

b. Manusia sebagai khalifah di muka bumi (mengurus dan mengatur tatanan


hidup dan kehidupan).

Dan tentu jika hidup berpola pada syari’ah tersebut, akan melahirkan
kesadaran berperilaku sesuai dengan dua fungsi tersebut di atas di mana

7
sebagai hamba mempunyai tugas beribadah, sesuai dengan firmanNya :

ِ ‫سإ ِ ََّل ِل َي ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقت ُ ْٱل ِجنَّ َو‬
َ ‫ٱْلن‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah
Ku”. (QS Adz-Dzariyaat : 56).

Selain itu, manusia juga sebagai khalifah di muka bumi, maka ia memiliki
tugas untuk melaksanakan amanat Allah sesuai dengan firmanNya :

َ‫ض َو ْٱل ِجبَا ِل فَأَبَيْنَ أَن يَحْ ِم ْلنَ َها َوأ َ ْشفَ ْقن‬
ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ َ َ‫ضنَا ْٱْل َ َمانَة‬
َّ ‫علَى ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ َ ‫إِنَّا‬
ْ ‫ع َر‬
ً ۭ ‫ظلُو ًۭما َج ُه‬
‫وَل‬ ِ ْ ‫ِم ْن َها َو َح َملَ َها‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬
َ َ‫س ُن ۖ إِنَّ ۥهُ َكان‬

“Sesungguhnya telah kami amanatkan kepada langit, bumi, gunung-gunung


namun mereka enggan untuk memikulnya, maka manusia menyanggupi untuk
memikulnya amanat tersebut tetapi mereka berbuat aniaya dan berbuat bodoh”.
(QS. Al-Ahzab (33): 72).
Oleh sebab itu maka supaya manusia menjalankan fungsi sebagai khalifah
di muka bumi maka Allah telah menurunkan syari’at Islam yang berguna untuk
mengantarkan manusia guna mendapat ridhoNya supaya mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan ayat Al-Qur’an tersebut di atas.
Adapun ringkasnya fungsi tersebut di atas adalah untuk membuat kehidupan
yang ma’rufat (kebaikan) serta mewujudkan keadilan sesuai dengan
firmanNya :

‫َآء َو ْٱل ُمن َك ِر‬


ِ ‫ع ِن ْٱلفَحْ ش‬
َ ‫َآئ ذِى ْٱلقُ ْربَ َٰى َويَ ْن َه َٰى‬
ِ ‫س ِن َو ِإيت‬ ِ ْ ‫ٱَللَ يَأ ْ ُم ُر ِب ْٱل َع ْد ِل َو‬
َ َٰ ْ‫ٱْلح‬ َّ ‫ِإ َّن‬
‫ظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ ۚ َو ْٱلبَ ْغ ِى‬
ُ ‫يَ ِع‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

8
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl : 90).6

Peranan hokum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup


banyak, tetapi dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan peranan
utamanya saja, yaitu :
1. Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan
kepatuhannya merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi
keimanan seseorang.

2. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Hukum Islam sebagai hokum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup
dan kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan
dengan masyarakat. Sebagai contoh, proses pengharaman riba dan khamar,
jelas menunjukkan adanya keterkaitan penetapan hokum (Allah) dengan
subyek dan obyek hokum (perbuatan mukallaf). Penetap hokum tidak
pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses
pengharamannya. Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi
secara bertahap. Ketika suatu hokum lahir, yang terpenting adalah
bagaimana agar hokum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan
kesadaran penuh. Penetap hokum sangat mengetahui bahwa cukup riskan
kalau riba dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba
dan khamar. Berkaca dari episode dari pengharaman riba dan khamar, akan
tampak bahwa hokum Islam berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali
sosial. Hukum Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar hokum
tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas. Secara langsung, akibat buruk
riba dan khamar memang hanya menimpa pelakunya. Namun secara tidak
langsung, lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu,
kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat tahapan

9
pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat disebut amar ma’ruf nahi
munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hokum Islam, yakni
mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di
dunia maupun di akhirat kelak.

3. Fungsi Zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang
disertai dengan ancaman hokum atau sanksi hokum. Qishash, Diyat,
ditetapkan untuk tindak pidana terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak
pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah),
dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut.
Adanya sanksi hokum mencerminkan fungsi hokum Islam sebagai sarana
pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman
serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi hokum Islam ini dapat
dinamakan dengan Zawajir.

4. Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah


Fungsi hokum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur
sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga
terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal
tertentu, hokum Islam menetapkan aturan yang cukup rinci dan mendetail
sebagaimana terlihat dalam hokum yang berkenaan dengan masalah yang
lain, yakni masalah muamalah, yang pada umumnya hokum Islam dalam
masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya.
Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan pihak-pihak yang
berkompeten pada bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan
berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut. Fungsi ini
disebut dengan Tanzim wa ishlah al-ummah. Ke empat fungsi hokum Islam
tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hokum tertentu,
tetapi satu dengan yang lain saling terkait.

10
2.5 Prinsip Syariat Islam
Syari’ah Islam mempunyai prinsip-prinsip yang secara keseluruhan
merupakan kekhususan (spesifikasi) yang membedakan dengan peraturan-
peraturan lainnya. Prinsip-prinsip dasar tersebut ada tiga, yaitu :

a. Tidak Memberatkan

Hal ini berarti bahwa syari’ah Islam tidak membebani manusia


dengan kewajiban di luar kemampuannya, sehingga tidak berat untuk
dilaksanakan. Firman Allah SWT antara lain :
“... dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. “ (QS. Al Hajj: 78).
“... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu ... “. (QS. Al Baqarah : 185).
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa):”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkau-lah penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir”. (QS. Al Baqarah: 286).
Ayat-ayat yang bersifat umum tersebut telah dijadikan pokok dan
dasar syariat. Berdasarkan ayat-ayat yang demikian itu, diadakan
rukhshah, yakni aturan-aturan yang meringankan agar jangan
menempatkan orang Islam dalam keadaan yang sulit dan berat. Antara
lain dalan Al Qur’an disebutkan :

11
1) Keringanan berbuka puasa bagi orang yang sedang sakit atau dalam
perjalanan :
“... Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan
wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya ...” (QS. Al
Baqarah: 184).

2) Keringanan bertayamum bagi orang yang tidak boleh


menggunakan air :
“...dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Maidah: 6).

3) Keringanan membolehkan memakan bangkai atau makanan


lainnya apabila dalam keadaan terpaksa :
“Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah, tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.” (QS. Al Baqarah:
173).

b. Menyedikitkan Beban

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan


(kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan

12
menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu
diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan
(kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.” (QS. Al Maidah: 101).
Kandungan ayat tersebut menunjukkan bahwa hal-hal yang tidak
disebutkan dalam syari’at Islam tidak perlu dipertikaikan bagaimana
ketentuan hukumnya, hal itu merupakan rahmat Allah SWT untuk tidak
memperbanyak beban kepada umat manusia.
Sabda Rasulullah SAW :

َ‫ت ذَ ُر ْونِ ْي َما ت َر ْكت ُ ْم فَ ِانَّ َما َهلَكَ َم ْن َكان‬ ْ ‫ لَ ْو قُ ْلتُ نَ َع ْم لَ ْو َج َب‬:َ‫ع ِن ْال َح ِّجِ افِى ُك ِِّل َع ٍام؟ فَقَال‬ ُ ْ‫َوقَد‬
َ ‫سئِ َل‬
ْ ‫َو‬
‫اختِالَفِ ِه ْم‬ ‫سائِ ِل ِه ْم‬
َ ‫َم‬ ‫بِ َكثْ َر ٍة‬ ‫قَ ْبلَ ُك ْم‬
)‫ا َ ْنبِيَا ِئ ِه ْم (الحديث‬
“Rasulullah SAW. telah ditanya tentang haji: Apakah haji itu harus
dilakukan setiap tahun ? Rasulullah SAW menjawab : Jika aku
katakan ya, pasti akan menjadi wajib, maka biarkanlah apa yang aku
tidak kerjakan bagimu, karena hancurnya orang-orang umat sebelum
kamu karena banyaknya pertanyaan mereka dan perbedaan pendapat
mereka terhadap Nabi mereka.” (Al Hadits).

c. Berangsur-angsur Dalam Menetapkan Hukum

Pada awal ajaran Islam diturunkan, Allah SWT belum


menetapkan hukum secara tegas dan terperinci, karena bangsa Arab
pada waktu itu telah menggunakan adat kebiasaan mereka sebagai
peraturan dalam kehidupan. Pada saat itu adat mereka ada yang baik
dan dapat diteruskan, tetapi ada pula yang membahayakan dan tidak
layak untuk diteruskan. Oleh karena itu syari’ah secara berangsur-
angsur menetapkan hukum agar tidak mengejutkan bangsa yang baru
mengenalnya, sehingga perubahan itu tidak terlalu dirasakan yang
akhirnya sampai pada ketentuan hukum syari’ah yang tegas.

13
Tahapan-tahapan dalam menetapkan syari’ah Islam menempuh
cara sebagai berikut :
1). Berdiam diri, yakni tidak menetapkan hukum kepada sesuatu,
karena buat sementara masih perlu diperkenankan, yang
kemudian akan diharamkan. Cara ini dilakukan antara lain dalam
masalah warisan. Islam tidak segera membatalkan hukum
warisan jahiliyah, tetapi akhirnya diganti dengan hukum warisan
Islam dan sekaligus membatalkan hukum warisan Jahiliyah
tersebut.
2). Mengemukakan permasalahan secara mujmal, yakni
dikemukakan secara terperinci. Hal ini dapat dilihat antara lain
dalam hukum peperangan, Firman Allah SWT :
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya
Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,” (QS. Al
Hajj: 39).

3). Mengharamkan sesuatu secara berangsur-angsur, sebagaimana


ditemui dalam cara mengharamkan khamar (arak). Rasulullah
SAW. pernah ditanya tentang khamar dan maisir (Judi), yang
sudah menjadi kebiasaan dikalangan masyarakat Arab waktu itu.
Firman Allah SWT :

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.


Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang
mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supaya kamu berfikir,” (QS. Al Baqarah: 219).

14
Dengan ayat tersebut, syari’ah belum menetapkan arak dan judi
haram, tetapi dengan menyebut dosanya lebih besar, ada kesan
melarangnya.

Baru pada tahap berikutnya Allah mengharamkannya dengan perintah


untuk meninggalkannya. Firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 90).

d. Memperhatikan kemaslahatan manusia dalam menetapkan hukum

Allah dalam menetapkan hukum selalu memepertimbangkan


kemaslahatan hidup umat manusia. Oleh karena itu dalam proses
penetapan hukum senantiasa didasarkan pada tiga aspek :
1). Hukum ditetapkan sesudah masyarakat membutuhkan hukum-
hukum tersebut.
2). Hukum ditetapkan hanya menurut kadar kebutuhan masyarakat.
3). Hukum hanya ditetapkan oleh lembaga pemerintah yang berhak
menetapkan hukum.

e. Keadilan yang merata

Menurut syariat Islam kedudukan semua orang adalah sama


dihadapan Allah, yang membedakan adalah tingkatan taqwa mereka.
Oleh karena itu orang yang kaya dengan orang yang miskin sama
dihadapan Allah dalam hal pengadilannya. Hal ini dijelaskan oleh
Allah dalam QS. Al Maidah: 8

15
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah,
Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al Maidah: 8).7

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas bahwa tujuan dan fungsi hukum islam bagi kehidupan

masyarakat adalah untuk kemashalatan bagi ummat serta bisa menjalankan

syrariat allah sesuai yang di syariatkan melalui alqur’an dan sunnah

rasulaullah SAW,agar menjadi manusia yang mulia di hadpan allah dan

makhluknya.

3.2 Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa

dipertanggungkanjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki

makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya

mengenai pembahasan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

1. Andriani L. Makalah agama fungsi hukum islam dalam kehidupan


masyakat. 2019. Dapat diakses memalui :
https://www.academia.edu/9823453/MAKALAH_AGAMA_FUNGSI_H
UKUM_ISLAM_DALAM_KEHIDUPAN_MASAYARAKAT. Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2019.
2. Rachmawati DW. Makalah pendidikan agama islam syariat islam.2016.
dapat diakses melalui :
https://www.slideshare.net/kartikadwirachmawati/makalah-pendidikan-
agama-islam-syariat-islam. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2019.
3. Shazmel A. Pengertian syariat islam. 2019. Dapat diakses melalui :
https://www.academia.edu/26884505/Pengertian_syariat_islam. Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2019.
4. Sholehah FD. Makalah agama islam “syariat”. 2015. Dapat diakses
melalui :
https://www.academia.edu/35016700/MAKALAH_AGAMA_ISLAM_SY
ARIAT_DISUSUN_OLEH. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2019.
5. Safitra K. Sumber syariat islam. 2016. Dapat diakses melalui
https://dalamislam.com/landasan-agama/sumber-syariat-islam. Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2019.
6. Latiah L. Syariah islam. 2014.dapat diakses melalui
https://lutfilatifah2909.wordpress.com/2014/04/08/makalah-pai-kep-s1_-
syariah-islam/. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2019.
7. Yasin M. Prinsip prinsip syariat dalam islam. 2013. Dapat diakses melalui
: http://yasinadventure.blogspot.com/2013/07/prinsip-prinsip-syariat-
dalam-islam.html. Diakses pada tanggal 07 oktober 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai