Jawab:
Syari‟ah Islamiyah ialah seluruh hukum yang datang langsung dari Allah SWT. dalam al-
Qur‟an dan dari Nabi Muhammad SAW. dalam Hadis (Sunnah) berupa perintah dan larangan
yang telah jelas dan tegas dan tidak memerlukan interpretasi atau penafsiran terhadap ayat al-
Qur‟an dan Hadis (ijtihad), untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, yang wajib
untuk ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh setiap umat Islam agar hidupnya
selamat di dunia dan di akhirat. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT.dalam QS.5:48 dan QS.
45:18.
2. Jelaskan satu contoh hukum dalam syari‟ah Islamiyah yang berbentuk perintah dan
satu contoh hukum yang berbentuk larangan dalam al-Qur‟an?
Jawab:
Contoh hukum dalam syariah Islamiyah yang berbentuk perintah adalah bila dalam keluarga
memiliki banyak anak maka kepala keluarga diperintahkan untuk berlaku adil. Dalam bentuk
larangan contohnya adalah munkar, sesuatu yang merugikan seperti judi, khamar, minuman
keras, narkoba, korupsi, dan sebagainya.
Fungsi syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam adalah untuk mengatur semua aktivitas hidup
muslim. Melaksanakan syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam dalam aktivitasnya bernilai,
ibadah (berpahala) kepada Allah SWT., Melanggarnya syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam
dalam aktivitasnya bernilai maksiyat (berdosa) kepada A;lah SWT.. Aturan dalam Syari‟ah
dan hukum Islam tersebut pada tataran praktis dilaksnakan berdasarkan kepada standar hukum
Islam, tujuan hukum Islam dan sumber hukum Islam.
a. Wajib, ialah suatu perintah yang diwajibkan (dipaksakan) oleh Allah SWT. untuk
mengerjakannya, jika dikerjakan bernilai ibadah kepada Allah SWT. yang mendapat
balasan (pahala) dari Allah SWT. dengan masuk surga di akhirat kelak, dan jika tidak
dikerjakan atau dilanggar diancam hukuman (dosa) oleh Allah SWT. dengan masuk
neraka di akhirat kelak, karena wajib itu menunjukkan kepada sikap manusia yang tidak
boleh tidak mesti dikerjakan oleh setiap manusia, karena merupakan kebutuhan primer
dalam kehidupan. Contoh, kewajiban mendirikan shalat, menunut imu pengetahuan dan
kewajiban berusaha mencari rezeki untuk memanuhi kebutuhan makan/minum, pakaian
dan tempat tinggal, karena ilmu pengetahuan dan rezeki merupakan kebutuhann primer
dalam kehidupan manusia.
b. Sunnat, ialah suatu perintah yang dianjurkan mengerjakannya, jika dikerjakan akan
beruntung dan bernilai ibadah kepada Allah SWT. mendapat balasan (pahala) dari Allah
SWT., jika tidak dikerjakan akan merugi dan tidak mendapat balasan (pahala) dari Allah
SWT. karena yang sunat itu menunjukkan kepada sikap manusia butuh kepadaya,
sehingga sangat dianjurkan untuk dikerjakan karena sebagai kebutuhan sekunder yang
mengandung kebaikan. Contoh, mendirikan shaat sunat dhuha, bersedekah, menolong
orang yang membutuhkan, melaksanakan walimah (persta pernikahan) bagi pasangan
yang baru menikah, yang memiliki kemampuan.
c. Haram, ialah suatu larangan yang diharamkan Allah SWT. mengerjakannya, jika
dikerjakan akan bernilai kedurhakaan (ma‟shiyat) sebagai perlawanan kepada Allah SWT.
yang mendapat ancaman hukuman/dosa oleh Allah SWT. dengan masuk neraka di akhirat
kelak, dan jika ditinggalkan diberi keberuntungan pahala yang mendapat imbalan masuk
surga di akherat kelak, karena haram itu menunjukkan kepada sikap yang tidak boleh
tidak mesti ditinggalkan, sebab perbuatan itu merusak tatanan kehidupan manusia. Contoh
Syrik, durhaka kepada kedua orang tua, berzina, mengkonsumsi naroba dan sejenisnya,
berjudi, karena syrik merusak akidah, durhaka kepada kedua orang tua merusak hubungan
dengan orang tua, berzina merusak kesucian diri merusak struktur keturunan dan dapat
menimbulkan penyakit AID dan HIV, dan narkoba merusak akal dan berjudi merusak
ekonomi.
d. Makruh, ialah suatu larangan yang dianjurkan meninggalkannya, karena jika dikerjakan
dapat menimbulkan kerugian dan dosa di sisi Allah SWT. dengan ancaman masuk neraka
diakherat kelak, sehingga tidak disukai dan tidak disenangi, jika ditinggalkan akan
beruntung dan berpahala di sisi Allah SWT. dengan balasan masuk surga di akherat kelak,
karena menunjukkan kepada suatu sikap yang dianjurkan agar ditinggalkan. Contoh,
merokok, memakan jengkol dan sebagainya.
e. Mubah, ialah suatu perbuatan yang tidak ada hukum yang empat di atas padanya, yaitu
bernilai boleh dikerjakan atau tidak dkerjakan. Dalam filsafat hukum Islam dijelaskan
“boleh adalah hukum asal dari segala sesuatu”. Contoh, semua perbuatan yang belum ada
hukum wajibnya, haramnya, sunatnya dan makruhnya, seperti mengambil ikan di laut,
mengambil air di sungai atau mengambil kayu bakar di hutan, dan sebagainya.
5. Jelaskan tiga tingkatan kemaslahatan pada tujuan hukum Islam, beserta pembagian
dan pengertian masing-masing dan contoh masing-masing?
Jawab:
● Kemashlahatan Dharuriyat
Kemashlahatan yang bersifat dharuriyat (sangat penting) ialah suatu perbuatan yang
mengandung kemashlahatan yang sangat penting, sehingga jika tidak dilaksanakan akan
mengakibatkan kerusakan dan kehancuran hidup manusia dunia dan akhirat, yang terdiri
dari lima tujuan, yaitu:
1) Untuk memelihara ‘Aqidah. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara,
aqidah (keimanannya), maka setiap pribadi umat Islam dilarang syirik. Syirik adalah
dosa besar yang tidak dapat diampuni dosanya oleh Allah SWT. Contoh, ialah
terbunuh dalam memelihara dan mempertahan „aqidah nilai kematiannya sebagai mati
syahid.
2) Untuk memelihara jiwa. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara jiwanya
(hidupnya), maka dilarang membunuh tanpa hak (tanpa alasan huium Islam),
membunuh tanpa hak adalah dosa besar. Contoh, orang terbunuh dalam mempertahan
jiwanya (hidupnya) nilai kematiannya sebagai mati syahid, dan orang yang membunuh
berdosa besar kepada Allah SWT.
3) Untuk memelihara akal. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara
kesehatan akalnya, maka dilarang meminum minuman yang memabukan (khamar)
atau narkoba dan sejenisnya, yang dapat menghilangkan fungsi akal sehat, karena
minum khamar adalah dosa besar. Contoh! Mengunsumsi narkoba dan sejenisnya.
7. Jelaskan pengertian al-Qur‟an dan pengertin Hadis sebagai sumber hukum Islam?
Jawab:
Al-Qur‟an sebagai Sumber Hukum Islam ialah ayat-ayat al-Qur‟an yang mengandung
perintah dan larangan yang belum jelas dan belum tegas serta yang mengandung anjuran yang
masih bersifat umum, yang memerlukan interpretasi dengan ayat-ayat al-Qur‟an yang lain,
dengan hadis atau dengan ijtihad para ahli jitihad.
Hadis sebagai Sumber Hukum Islam ialah Hadis-Hadis yang mengandung perintah dan
larangan yang belum mengandung ketentuan hukum yang jelas dan tegas serta yang
mengandung perintah dan anjuran yang masih berifat umum, yang memerlukan interpretasi
dengan hadis-hadis yang lain, dengan hadis atau dengan ijtihad.
8. Jelaskan fungsi al-Qur‟an dan fungsi Hadis dalam Syari‟ah Islamyah dan dalam
hukum Islam?
Jawab:
Secara khususus al-Qur‟an sebagai sember Syari’ah Islamiyah, berfungsi sebagai sumber
utama, yaitu hukum-hukum dalam bentuk perintah dan larangan yang telah jelas dan tegas
dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur‟an.
Fungsi al-Hadis sebagai sumber dalam Syarai‟ah Islamiyah menjelaskan dan menafsirkan al
Qur‟an dalam menetapkan hokum, Maka Hadis yang dijadikan sebagai sumber syari‟ah
Islamiyah adalah Hadis Mutawatir dan Shaheh. Pada kasus tertentu al-Hadis yang Mutawatir
dan Shahih dapat berdiri sendiri menetapkan hukum tanpa al-Qur‟an, meskipun tidak ada
dijelaskan dalam al-Qur‟an, dengan syarat selama tidak bertentangan dengan lima tujuan
hukum Islam. Karena Hadis tidak boleh bertentangan dengan al-Qur‟an, mendukung hukum
yang terkandung dalam al-Qur‟an.
9. Jelaskan Pembagian tingkatan hadis?
Jawab:
a. Kategori penilaian tingkatan hadis berdasarkan jumlah perawinya:
1) Hadits Mutawatir, ialah hadis yang diriwayatkan oleh semua perawi hadis yang di
terima dari semua perawi hadis, hingga sampai kepada Rasulullah SAW., dan para
perawinya tidak mungkin berbohong.
2) Hadits Masyhur, ialah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, akan tetapi
jumlahnya tidak sampai pada tingkat muttawatir.
3) Hadis Ahad, ialah hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang atau lebih, tapi
tidak mencapai pada tingkat muttawatir.
10. Jelaskan hadis yang boleh dijadikan sebagai sumber syari‟ah Ilamiyah dan hukum
Islam?
Jawab:
Para ulama mujtahid (ulama yang berijtihad) sepakat bahwa Hadis yang dapat dijadikan
sebagai sumber hukum Islam adalah al-Hadis yang mutawatir lagi shahih. Sedangkan Hadis
yang masyhur dan hasan tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam untuk
menetapkan halal atau haramnya sesuatu hukum, dan sah atau batalnya suatu ibadah, akan
tetapi dapat dijadikan sebagai dasar amalan yang bersifat anjuran (sunat). Sementara Hadis
ahad dan dha‟if tidak dapat dijadikan hujjah (dalil) untuk menetapkan hukum sama sekali.
11. Jelaskan pengertin ijtihad sebagai sumber hukum Islam dan contohnya?
Jawab:
Ijtihad ialah kemampuan para ahli hukum Islam dalam menetapkan hukum yang belum
terdapat dalam al-Qur‟an dan al-Hadis secara jelas dan tegas, yang ditetapkan berdasarkan
kepada beberapa metode ijtihad yang disepakati oleh para ahli hukum Islam. Ijtihad timbul
disebabkan karena fenomena alam dan fenomena kehidupan yang mendorong manusia untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat manusia yang selalu dinamis. Berdasarkan
kepada hal yang demikian, timbullah permasalahan-permasalahan baru dalam berbagai aspek
kehidupan manusia yang membutuhkan kepastian hukum, karena pada masa al-Qur‟an di
turunkan masalah tersebut belum terjadi. Ijtihad berfungsi menetapkan hukum- hukum yang
belum terdapat dalam al-Qur‟an dan Sunnah secara rinci, secara jelas dan tegas.
12. Jelaskan dalil yang membolehkan ijtihad sebagai sumber hukum Islam?
Jawab:
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(QS. An-Nissa; 59)
14. Jelaskan pembagian nilai aktivitas manusia menurut syarai‟ah Islamiyah dan hukum
Islam?
Jawab:
Nilai perbuatan manusia menurut syarai‟ah Islamiyah dan hukum Islam dibagi kepada dua,
yaitu perbuatan yang bernilai ibadah dan perbuatan yang bernilai makshiyat.
a. Bernilai ‘ibadah yang berarti ketaatan, pengabdian, dan penyembahan, ialah seluruh
aktifitas hidup manusia dalam bentuk ketaatannya melaksanakan syari‟ah Islamiyah dan
hukum Islam (melaksanakan yang diwajibkan dan meninggalkan yang diharamkan) yang
dinilai oleh Allah SWT. sebagai ‘ibadah kepada-Nya, karena diniyatkan karena Allah
SWT.
b. Bernilai ma’shiyah yang berarti kedurhakaan, pembangkangan dan pengingkaran, ialah
seluruh aktifitas hidup manusia dalam bentuk kedurhakaan melanggar syari‟ah Islamiyah
dan hukum Islam, yatu meningalkan yang perintahkan segala Allah SWT. dan Rasul-Nya
baik yang berupa wajib dan sunnat, dan melaksanakan yang dilarang Allah SWT. dan
Rasul-Nya, baik yang berupa haram dan makruh yang dinilai oleh Allah SWT. sebagai
ma’shiyah kepada-Nya.
15. Jelaskan pembagian ibadah menurut Hukum Islam, beserta pengertian masing-maing?
Jawab:
a. Ibadah Khusus (Ibadah mahdhah)
Ibadah khusus (Ibadah mahdhah) ialah perbuatan langsung antara manusia dengan Allah
SWT. secara vertikal (hablullinallah) dalam memenuhi kebutuhan kehidupan fitrah
beragama yang telah dijelaskan Allah SWT. dalam al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya
secara rinci, jelas dan tegas, sehingga tidak ada peluang bagi manusia untuk menambah
dan menguranginya, seperti mendirikan shalat, berzakat, berpuasa, berhaji, berzikir,
membaca al- Qur,an dan berdo‟a. Prinsip dasar dalam ibadah khusus secara syar‟i ialah:
Hukum asal dalam ibadah khusus adalah melaksanakan dan mengikuti apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah dalam ibadah itu.
b. Ibadah Umum (Ibadah mu’amalah)
Ibadah Mu’amalah (ibadah umum), dalam arti luas, ialah seluruh amal perbuatan manusia
dalam hubungannya memenuhi kebutuhan SDM-nya, dalam hubungan nya dengan diri
sendiri, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitar dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Prinsip dasar ibadah umum(Ibadah mu’amalah) didasarkan kepada
dua, yaitu:
c. Adanya Pembatasan (Hukum Hudud)
Hudud adalah jamak dari kata hadd, berarti hukum pembetasan, hukum pencegahan, hukum
pengekangan, dalam bentuk larangan dalam al-Qur‟an = huduudullah, sebagaimana dalam
Q.S. 2:229 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Hudud ialah dalil hukum
berupa aturan pembatasan atau larangan yang telah ditetapkan menurut Syari‟ah atau Hukum
Islam tentang yang dilarang, yaitu haram, makruh atau syubhatnya hukum suatu benda atau
suatu perbuatan dikerjakan.
d. Boleh (Halal)
Boleh (Halal) adalah rumusan salah satu kaedah Ushul al-Fiqh (dasar-dasar hukum Islam)
sebagai filsafat hukum Islam yang mengatakan: Pada prinsipnya semua perbuatan adalah halal
(boleh), kecuali jika ada ditemukan dalil al-Qur‟an dan hadis atau hasil ijtihad yang
melarangnya. Prinsip ini didasarkan kepada teori ushul fikih: Bahwa segala sesuatu itu halal,
kecuali jika ada dalil yang melarangnya, dan pada kaedah ushul fikih lainnya mengatakan:
halal atau boleh adalah akar dari segala sesuatu. Maksudnya bahwa segala sesuatu yang tidak
dilarang oleh al-qur‟an dan al-Hadis berarti boleh, sebagimana dijelaskan dalam firlam Allah
SWT., Q.S.2:29.
16. Jelaskan hubungan simbiosis antara pelaksanaan ibadah khusus dan pelaksanaan
ibadah mu‟amalah, dengan menganalisis contohnya dalam kehidupan sehari-hari?
Jawab:
Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yaitu harus ada
contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep ibadah ini berdasarkan
kepada mamnu’ (dilarang atau haram). Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan
haji. Sedangkan masalah mu’amalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan
lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan
ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada
larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.
“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam urusan
dunia Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.”
Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau contoh tatacara, atau
aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak ada, maka tindakan
yang kita lakukan dalam ibadah itu akan jatuh kepada bid’ah, dan setiap perbuatan bid’ah
adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya dalam mu’amalah yang harus dan penting untuk diketahui
adalah apakah ada larangan tegas dari Allah dan Rasul-Nya, karena apabila tidak ada, hal
tersebut boleh saja dilakukan.
LAPORAN SEMINAR KELOMPOK 7
> Tidak mendapatkan dosa apapun atau hukumnya mubah karna tidak dapat ditinbang
dengan hukum yang ada.ketika sedang gila, maka segala perbuatannya tidak
ditimbang dan itulah yang menjadi penentu bakal masuk surga atau neraka. Sementara
itu, para ulama berpendapat, orang yang gila sejak kecil hingga meninggal dunia, ia
akan masuk surga selama orangtuanya muslim dan lahir dalam keadaan muslim.
2. Agnes Andrian/2110272011
>Hadis sebagai Sumber Hukum Islam ialah Hadis-Hadis yang mengandung perintah
dan larangan yang belum mengandung ketentuan hukum yang jelas dan tegas serta
yang mengandung perintah dan anjuran yang masih berifat umum, yang memerlukan
interpretasi dengan hadis-hadis yang lain, dengan hadis atau dengan ijtihad.
3. Agnes Andrian/2110272011
>Pada intinya, hukuman mati dalam Islam boleh diberlakukan apabila trekait dengan
hukum hudud, yang terdiri dari qisas, hudud, dan ta'zir. Jika tidak, maka hukuman
mati tidak dibenarkan dalam Islam.
LAPORAN SEMINAR KELAS AGAMA 9 RABU 20 APRIL 2022 JAM 08.00 PAGI
Jawaban:
1. Kemashlahatan Dharuriyat
3. Kemaslahatan Tahsiniyat
https://muhammadiyah.or.id/bagaimana-
menyikapi-budaya-yang-bertentangan-
dengan-syariat/
Sumber:modul 7 hal 2