Anda di halaman 1dari 19

Tugas Individu PAI

.
.
.

Disusun Oleh

Nama : Dzaky Musyary


Nim : 2110112211
Kelas : Agama Islam 103
Prodi : Ilmu Hukum
Fakultas : Hukum
Dosen Pengampuh : Dr.H.Izharman, M.Ag

Tahun Pelajaran 2021/2022

Universitas Andalas
Tugas Pilihan 1
Modul 7

1. Jelaskan pengertian syari‟ah berdasarkan analisis arti dalil ayat al-Qur‟an?


Jawabanya :
Syari’ah secara etimologis berarti jalan yang lempang, Islamiyah berarti selamat, jadi
Syari‟ah Islamiyah bererti jalan yang selamat. Secara terminologis Syari‟ah Islamiyah ialah
seluruh hukum yang datang langsung dari Allah SWT. dalam al-Qur‟an dan dari Nabi
Muhammad SAW. dalam Hadis (Sunnah) berupa perintah dan larangan yang telah jelas dan
tegas dan tidak memerlukan interpretasi atau penafsiran terhadap ayat al-Qur‟an dan Hadis
(ijtihad), untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, yang wajib untuk ditaati dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh setiap umat Islam agar hidupnya selamat di dunia dan
di akhirat. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT.dalam QS.5:48 dan QS. 45:18.
Kata syir’atan dan syari’ah yang terdapat dalam kedua ayat tersebut berarti atauran atau
peraturan/hukum. Maka syari‟ah Islamiyah ialah peraturan atau hukum yang datang dari Allah
SWT. secara langsung yang perupa perintah dan larangan yang telah jelas dan tegas yang tidak
memerlukan interpretasi atau penafsiran, seperti perintah mendirikan shalat dan membayar zakat
dan shalat berjama‟ah, sebagai dalam firman Allah SWT, dalam QS. 2:43

2. Jelaskan satu contoh hukum dalam syari‟ah Islamiyah yang berbentuk perintah dan satu
contoh hukum yang berbentuk larangan dalam al-Qur‟an? Jelaskan pengertian hukum
Islam, beserta contoh penetapan hukumnya dalam al-Qur‟an?
Jawabanya : Islamiyah berarti selamat, jadi Syari‟ah Islamiyah bererti jalan yang selamat. Secara
terminologis Syari‟ah Islamiyah ialah seluruh hukum yang datang langsung dari Allah SWT.
dalam al-Qur‟an dan dari Nabi Muhammad SAW. dalam Hadis (Sunnah) berupa perintah dan
larangan yang telah jelas dan tegas dan tidak memerlukan interpretasi atau penafsiran terhadap
ayat al-Qur‟an dan Hadis (ijtihad), untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, yang wajib
untuk ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh setiap umat Islam agar hidupnya
selamat di dunia dan di akhirat.
Contohnya : Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah.

3. Jelaskan fungsi syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam dalam kehidupan?


Jawabanya : Fungsi syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam adalah untuk mengatur semua
aktivitas hidup muslim. Melaksanakan syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam dalam
aktivitasnya bernilai „ibadah (berpahala) kepada Allah SWT., Melanggarnya syari‟ah
Islamiyah dan hukum Islam dalam aktivitasnya bernilai maksiyat (berdosa) kepada A;lah
SWT.. Aturan dalam Syari‟ah dan hukum Islam tersebut pada tataran praktis dilaksnakan
berdasarkan kepada standar hukum Islam, tujuan hukum Islam dan sumber hukum Islam.

4. Jelaskan standarisasi hukum Islam, beserta pengertian dan contoh masing-masing?


Jawabanya :
• Wajib, ialah suatu perintah yang diwajibkan (dipaksakan) oleh Allah SWT. untuk
mengerjakannya, jika dikerjakan bernilai ibadah kepada Allah SWT. yang mendapat
balasan (pahala) dari Allah SWT. dengan masuk surga di akhirat kelak, dan jika tidak
dikerjakan atau dilanggar diancam hukuman (dosa) oleh Allah SWT. dengan masuk
neraka di akhirat kelak, karena wajib itu menunjukkan kepada sikap manusia yang tidak
boleh tidak mesti dikerjakan oleh setiap manusia, karena merupakan kebutuhan primer
dalam kehidupan. Contoh, kewajiban mendirikan shalat, menunut imu pengetahuan dan
kewajiban berusaha mencari rezeki untuk 3 memanuhi kebutuhan makan/minum, pakaian
dan tempat tinggal, karena ilmu pengetahuan dan rezeki merupakan kebutuhann primer
dalam kehidupan manusia.

• Sunnat, ialah suatu perintah yang dianjurkan mengerjakannya, jika dikerjakan akan
beruntung dan bernilai ibadah kepada Allah SWT. mendapat balasan (pahala) dari Allah
SWT., jika tidak dikerjakan akan merugi dan tidak mendapat balasan (pahala) dari Allah
SWT. karena yang sunat itu menunjukkan kepada sikap manusia butuh kepadaya,
sehingga sangat dianjurkan untuk dikerjakan karena sebagai kebutuhan sekunder yang
mengandung kebaikan. Contoh, mendirikan shaat sunat dhuha, bersedekah, menolong
orang yang membutuhkan, melaksanakan walimah (persta pernikahan) bagi pasangan
yang baru menikah, yang memiliki kemampuan.

• Haram, ialah suatu larangan yang diharamkan Allah SWT. mengerjakannya, jika
dikerjakan akan bernilai kedurhakaan (ma‟shiyat) sebagai perlawanan kepada Allah
SWT. yang mendapat ancaman hukuman/dosa oleh Allah SWT. dengan masuk neraka di
akhirat kelak, dan jika ditinggalkan diberi keberuntungan pahala yang mendapat imbalan
masuk surga di akherat kelak, karena haram itu menunjukkan kepada sikap yang tidak
boleh tidak mesti ditinggalkan, sebab perbuatan itu merusak tatanan kehidupan manusia.
Contoh Syrik, durhaka kepada kedua orang tua, berzina, mengkonsumsi naroba dan
sejenisnya, berjudi, karena syrik merusak akidah, durhaka kepada kedua orang tua
merusak hubungan dengan orang tua, berzina merusak kesucian diri merusak struktur
keturunan dan dapat menimbulkan penyakit AID dan HIV, dan narkoba merusak akal dan
berjudi merusak ekonomi.

• Makruh, ialah suatu larangan yang dianjurkan meninggalkannya, karena jika dikerjakan
dapat menimbulkan kerugian dan dosa di sisi Allah SWT. dengan ancaman masuk neraka
diakherat kelak, sehingga tidak disukai dan tidak disenangi, jika ditinggalkan akan
beruntung dan berpahala di sisi Allah SWT. dengan balasan masuk surga di akherat
kelak, karena menunjukkan kepada suatu sikap yang dianjurkan agar ditinggalkan.
Contoh, merokok, memakan jengkol dan sebagainya.

• Mubah, ialah suatu perbuatan yang tidak ada hukum yang empat di atas padanya, yaitu
bernilai boleh dikerjakan atau tidak dkerjakan. Dalam filsafat hukum Islam dijelaskan
“boleh adalah hukum asal dari segala sesuatu”. Contoh, semua perbuatan yang belum ada
hukum wajibnya, haramnya, sunatnya dan makruhnya, seperti mengambil ikan di laut,
mengambil air di sungai atau mengambil kayu bakar di hutan, dan sebagainya.

5. Jelaskan tiga tingkatan kemaslahatan pada tujuan hukum Islam, beserta pembagian dan
pengertian masing-masing dan contoh masing-masing?

Jawabanya :
1. Kemashlahatan yang bersifat dharuriyat (sangat penting) ialah suatu perbuatan
yang mengandung kemashlahatan yang sangat penting, sehingga jika tidak
dilaksanakan akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran hidup manusia dunia
dan akhirat, yang terdiri dari lima tujuan.

• Untuk memelihara ‘Aqidah. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara


„aqidah (keimanannya), maka setiap pribadi umat Islam dilarang syirik. Syirik
adalah dosa besar yang tidak dapat diampuni dosanya oleh Allah SWT. Contoh,
ialah terbunuh dalam memelihara dan mempertahan „aqidah nilai kematiannya
sebagai mati syahid.

• Untuk memelihara jiwa. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara


jiwanya (hidupnya), maka dilarang membunuh tanpa hak (tanpa alasan huium
Islam), membunuh tanpa hak adalah dosa besar. Contoh, orang terbunuh dalam
mempertahan jiwanya (hidupnya) nilai kematiannya sebagai mati syahid, dan
orang yang membunuh berdosa besar kepada Allah SWT.

• Untuk memelihara akal. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara


kesehatan akalnya, maka dilarang meminum minuman yang memabukan
(khamar) atau narkoba dan sejenisnya, yang dapat menghilangkan fungsi akal
sehat, karena minum khamar adalah dosa besar. Contoh! Mengunsumsi narkoba
dan sejenisnya.

• Untuk memelihara keturunan. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban


memelihara kesucian nasab (tali darah) keturunannya, maka dilarang berzina,
karena berzina adalah dosa besar.
• Untuk memelihara harta. Setiap pribadi umat Islam berkewajiban memelihara
harta miliknya dan harta milik orang lain, maka dilarang boros dan mencuri,
karena boros mencuri adalah dosa besar.

2. Kemashlahatan Hajiyat Kemaslahatan Hajiyat ialah sesuatu yang sangat


dibutuhkan oleh manusia sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia,
sehingga hukumya menjadi wajib, misalnya manusia butuh makan, maka berusaha
dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan makan hukumnya adalah wajib.

3. Kemaslahatan Tahsiniyat Kemaslahatan Tahsiniyat ialah sebagai suatu nilai


keindahan dan kebaikan yang juga dibutuhkan oleh setiap manusia yang normal
sebagai asesoris kehidupan, sehingga hukumnya menjadi sunat, seperti mencat rumah
dengan warna yang sejuk dan indah, dan membuat pakaian yang indah, sebagaimana
contohnya pakaian sebagai perhiasan sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam
QS.7:26

6. Jelaskan pengertian al-Qur‟an dan pengertin Hadis sebagai sumber syari‟ah Islamiyah?
Jawabannya:
• Al-Qur‟an ialah wahyu berupa perkataan Allah SWT. (kalamullah) yang diturunkan-
Nya (diwahyukan) kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan
Malaikat Jibril, sebagai mukjizat bagi kerasulannya (mukjizat ialah mengalahkan
terhadap siapa yang menentangnya), yang sampai kepada kita secara utuh (mutawatir),
sebagai petunjuk bagi manusia dan bagi orang yang bertaqwa untuk melaksanakan
seluruh aktivitas kehidupannya di dunia dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat, dan membacanya bernilai ibadah kepada Allah SWT. Al-
Qur‟an itu adalah wahyu Allah SWT., bukan bahasa pribadi Nabi Muhammad SAW.
sendiri, karena keaslian wahyu Allah SWT itu dijamin oleh Allah SWT. sebagaimana
dijelsakan dalam Q.S. 53:3-5 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Al-
Qur‟an diwahyukan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril, karena tidak seorangpun
yang dapat berbicara dengan Allah SWT. secara langsung kecuali atas kehendak-Nya dan
melalui perantraan malaikat yang diutus-Nya. Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab
karena manusia yang dihadapi oleh Rasulullah yang pertama sekali bangsa Arab yang
berbahasa Arab, dan bahasa Arab adalah bahasa manusia yang paling lengkap dan dalam
maknanya, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 12:2.
• Sunnah (Hadis) ialah ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah SWT. dalam
menjelaskan dan melaksanakan ajaran al-Qur‟an berupa hukum-hukum dalam bentuk
perintah dan larangan yang telah jelas dan tegas dari Rasulullah SAW. yang menjadi
aturan yang mengikat bagi kehidupan, baik bagi kehidupan individu maupun dalam
kehidupan bermasyarakat bagi orang Islam.
7. Jelaskan pengertian al-Qur‟an dan pengertin Hadis sebagai sumber hukum Islam?
Jawabanya :
• Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Al-Qur‟an sebagai Sumber Hukum Islam ialah
ayat-ayat al-Qur‟an yang mengandung perintah dan larangan yang belum jelas dan belum
tegas serta yang mengandung anjuran yang masih bersifat umum, yang memerlukan
interpretasi dengan ayat-ayat al-Qur‟an yang lain, dengan hadis atau dengan ijtihad para
ahli ijtihad
• Hadis sebagai Sumber Hukum Islam ialah Hadis-Hadis yang mengandung perintah dan
larangan yang belum mengandung ketentuan hukum yang jelas dan tegas serta yang
mengandung perintah dan anjuran yang masih berifat umum, yang memerlukan
interpretasi dengan hadis-hadis yang lain, dengan hadis atau dengan ijtihad.

8. Jelaskan fungsi al-Qur‟an dan fungsi Hadis dalam Syari‟ah Islamyah dan dalam hukum
Islam?
Jawabanya :
Secara umum al-Qur‟an sebagai sumber Syarilah Islamiyah memilki berbagai berfungsi
berdasarkan kepada petunjuk al-Qur‟an sendiri, sebagai berikut:
• Al-Qur‟an sebagai sebagai petujuk hidup bagi manusia secara umum (Hudan linnas),
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS:2:185 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya).
• Al-Qur‟an membeikan penjelasan dari petunjuk tentang hal-hal pokok (Baiyinat Minal-
Huda), sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS:2:185.
• Al-Qur‟an sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah (Furqan), sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam QS:2:185.
• Al-Qur‟an sebagai petujuk hidup bagi orang bertaqwa secara khusus (Hudan lil-
muttaqin), sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.2:2 (Baca artinya dalam al-
Qur‟an dan Terjemahannya).

Hadist
• Fungsi al-Hadis sebagai sumber dalam Syarai‟ah Islamiyah menjelaskan dan
menafsirkan al-Qur‟an dalam menetapkan hokum, Maka Hadis yang dijadikan sebagai
sumber syari‟ah Islamiyah adalah Hadis Mutawatir dan Shaheh. Pada kasus tertentu al-
Hadis yang Mutawatir dan Shahih dapat berdiri sendiri menetapkan hukum tanpa al-
Qur‟an, meskipun tidak ada dijelaskan dalam al-Qur‟an, 8 dengan syarat selama tidak
bertentangan dengan lima tujuan hukum Islam. Karena Hadis tidak boleh bertentangan
dengan al-Qur‟an, mendukung hukum yang terkandung dalam al-Qur‟an.

9. Jelaskan Pembagian tingkatan hadis?


Jawabanya :
Para ahli Hadis membagi tingkatan hadis dan kekuatannya sebagai sumber Hukum Islam kepada
dua kategori.
• Kategori penilaian tingkatan hadis berdasarkan jumlah perawinya:
• Hadits Mutawatir, ialah hadis yang diriwayatkan oleh semua perawi hadis yang di terima
dari semua perawi hadis, hingga sampai kepada Rasulullah SAW., dan para perawinya
tidak mungkin berbohong.
• Hadits Masyhur, ialah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, akan tetapi
jumlahnya tidak sampai pada tingkat muttawatir.
• Hadis Ahad, ialah hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang atau lebih, tapi tidak
mencapai pada tingkat muttawatir.
• Kategori penilaian tingkatan hadis berdasarkan kualitasnya (diterima atau ditolak) :
• Hadis shahih, ialah hadits yang sanadnya (sumber orang yang menyampaikannya) tidak
terputus, diriwayatkan oleh orang-orang yang adil, kuat ingatan dan hafalannya, tidak
cacat dan tidak bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih kuat.
• Hadits hasan, ialah hadis yang memenuhi syarat hadits shahih, akan tetapi perawinya
kurang kuat ingatannya dan kurang baik hafalannya.
• Hadis dha’if, ialah hadits yang tidak lengkap syarat-syaratnya, atau hadits yang tidak
memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada hadis shahih dan hasan.

10. Jelaskan hadis yang boleh dijadikan sebagai sumber syari‟ah Ilamiyah dan hukum Islam?
• Jawabanya : Para ulama mujtahid (ulama yang berijtihad) sepakat bahwa Hadis
yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam adalah al-Hadis yang
mutawatir lagi shahih. Sedangkan Hadis yang 9 masyhur dan hasan tidak dapat
dijadikan sebagai sumber hukum Islam untuk menetapkan halal atau haramnya
sesuatu hukum, dan sah atau batalnya suatu ibadah, akan tetapi dapat dijadikan
sebagai dasar amalan yang bersifat anjuran (sunat). Sementara Hadis ahad dan
dha‟if tidak dapat dijadikan hujjah (dalil) untuk menetapkan hukum sama sekali

11. Jelaskan pengertin ijtihad sebagai sumber hukum Islam dan contohnya?
Jawabanya : Ijtihad ialah kemampuan para ahli hukum Islam dalam menetapkan hukum
yang belum terdapat dalam al-Qur‟an dan al-Hadis secara jelas dan tegas, yang
ditetapkan berdasarkan kepada beberapa metode ijtihad yang disepakati oleh para ahli
hukum Islam. Ijtihad timbul disebabkan karena fenomena alam dan fenomena kehidupan
yang mendorong manusia untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat manusia
yang selalu dinamis. Berdasarkan kepada hal yang demikian, timbullah permasalahan-
permasalahan baru dalam berbagai aspek kehidupan manusia yang membutuhkan
kepastian hukum, karena pada masa al-Qur‟an di turunkan masalah tersebut belum
terjadi.

12. Jelaskan dalil yang membolehkan ijtihad sebagai sumber hukum Islam?
Jawabanya : Ijtihad berfungsi menetapkan hukum-hukum yang belum terdapat dalam al-
Qur‟an dan Sunnah secara rinci, secara jelas dan tegas. Berbagai metode ijtihad dalam
menetapkan dan merumuskan hukum baru yang belum terdapat di dalam al-Qur‟an dan
Sunnah. Ijtihad dijadikan sebagai sumber hukum berdasarkan kepada dalil al-Hadis:
Ketika Rasulullah Saw. mengutus Mu‟az bin Jabal ke Yaman, beliau berkata kepada
Mu‟az: Rasul.: Dengan pedoman apa anda memutuskan suatu urusan? Mu‟az: Dengan
Kitabullah (al-Qur‟an al-Karim). Rasul: Kalau tidak ada dalam al-Qur‟an? Mu‟az:
Dengan Sunnah Rasulullah. Rasul: Kalau dalam sunnah juga tidak ada? Mu‟az: Saya
berijtihad dengan pikiran saya. Rasul: Maha suci Allah swt. yang telah memberikan
bimbingan kepada utusan rasul-Nya, dengan suatu sikap yang disetujui oleh rasul-Nya.
(H.R. Abu Daud dan Tirmidzi). Karena ijtihad merupakan usaha para ahli hukum Islam
(mujtahid) dalam mempergunakan seluruh potensi kecerdasannya semaksimal mungkin
dalam menetapkan sesuatu hukum yang belum terdapat di dalam al-Qur‟an dan Hadis
(Sunnah) secara jelas dan tegas

13. Jelaskan metode-metode ijtihad beserta pengertian dan contohnya masing-masing dalam
kehidupan?
metode-metode ijtihad, antara lain sebagai berikut:
• Qiyas secara etimologis berarti analogi atau membandingkan/mengukur sesuatu
yang baru dengan sesuatu yang sudah ada berdasarkan persamaan atau
persesuaian, fungsi, sifat dan keadaan. Seperti mengqiyaskan padi dengan
gandum tentang wajib zakat. Di zaman Rasulullah di Arab yang ada waktu itu
hanya gandum sebagai makanan pokok, sedangkan beras (padi) tidak ada. Untuk
orang Asia makanan pokoknya adalah beras (padi), maka diqiyaskanlah zakat
padi kepada gandum karena mempunyai persamaan fungsi, sifat dan keadaan.
• Istihsan dan istislah secara etimologis berarti menganggap baik. Istihsan ialah
mengambil keputusan hukum didasarkan atas kepentingan umum dan keadilan
selama tidak bertentangan dengan jiwa al-Qur‟an dan sunnah. Istislah ialah
sesuatu hukum yang diambil dengan menarik kesimpulan atas dasar pertimbangan
kebaikan untuk umum selama tidak bertentangan dengan jiwa al-Qur‟an dan
Sunnah. Seperti penetapan undang-undang lalu lintas oleh negara.
• Istidlal, secara etimologis berarti menarik kesimpulan. Istidlal ialah menetapkan
hukum berdasarkan adat dan kebiasaan selama tidak bertentangan dengan hukum
yang sudah jelas dan tegas dalam al-Qur‟an dan Sunnah. Seperti busana baju
kurung wanita Minangkabau, yang telah menunup aurat juga sebelum Islam
masuk ke Minangkabau, maka busana minangkabau tersebut tetap dilestarikan
dalam masyarakat Minangkabau yang menganut falsafah hidup: Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
• Ijma’, ialah kesepakatan pendapat para ahli hukum Islam (mujtahid) dari abad
tertentu tentang hukum sesuatu, karena belum terdapat hukumnya secara jelas dan
tegas dalam al-Qur‟an dan Sunnah dan tidak bertentangan dengan tujuan syari‟ah
dan prinsip al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Secara praktis Ijmak tiga bentuk, yaitu:
pertama Ijma‟ dengan ucapan, ialah kesepakatan para mujtahid dari abad tertentu
tentang hukum sesuatu dengan mengeluarkan pendapat yang sama. Kedua Ijma‟
dengan perbuatan ialah kesepakatan para mujtahid dari abad tertentu tentang
hukum sesuatu, sebahagian mengeluarkan pendapat dan sebahagiannya
melakukannya. Ketiga Ijma‟ dengan diam ialah sebahagian para ulama
mengeluarkan pendapat dan sebahagiannya diam sebagai tanda setuju. Seperti
penetapan fatwa MUI tentang hukum haramnya memakai enzim babi untuk
membantu peroses pembuatan resep makanan, haramnya SMS berhadiah, kerana
mengandung unsur judi.
• Saduzzari’ah, ialah mencegah suatu perbuatan yang dapat membawa kepada
perbuatan dosa. Seperti dalam QS. 24:30-31.

14. Jelaskan pembagian nilai aktivitas manusia menurut syarai‟ah Islamiyah dan hukum Islam?
Jawabanya : Nilai perbuatan manusia menurut syarai‟ah Islamiyah dan hukum Islam dibagi
kepada dua, yaitu perbuatan yang bernilai ibadah dan perbuatan yang bernilai makshiyat.
a. Bernilai ‘ibadah yang berarti ketaatan, pengabdian, dan penyembahan, ialah seluruh aktifitas
hidup manusia dalam bentuk ketaatannya melaksanakan syari‟ah Islamiyah dan hukum Islam
(melaksanakan yang diwajibkan dan meninggalkan yang diharamkan) yang dinilai oleh Allah
SWT. sebagai ‘ibadah kepada-Nya, karena diniyatkan karena Allah SWT.
b. Bernilai ma’shiyah yang berarti kedurhakaan, pembangkangan dan pengingkaran, ialah
seluruh aktifitas hidup manusia dalam bentuk kedurhakaan melanggar syari‟ah Islamiyah dan
hukum Isam, yatu meningalkan yang perintahkan segala Allah SWT. dan Rasul-Nya baik yang
berupa wajib dan sunnat, dan melaksanakan yang dilarang Allah SWT. dan Rasul-Nya, baik
yang berupa haram dan makruh yang dinilai oleh Allah SWT. sebagai ma’shiyah kepada-Nya.

15. Jelaskan pembagian ibadah menurut Hukum Islam, beserta pengertian masing-maing?
Jawabanya: Secara garis besar ibadah dapat diklasifikasikan kepada dua bentuk, yaitu
ibadah mahdhah (ibadah khusus) dan ibadah mu’amalah (ibadah umum).
• Ibadah Khusus (Ibadah mahdhah) Ibadah khusus (Ibadah mahdhah) ialah
perbuatan langsung antara manusia dengan Allah SWT. secara vertikal
(hablullinallah) dalam memenuhi kebutuhan kehidupan fitrah beragama yang
telah dijelaskan Allah SWT. dalam al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya secara rinci,
jelas dan tegas, sehingga tidak ada peluang bagi manusia untuk menambah dan
menguranginya, seperti mendirikan shalat, berzakat, berpuasa, berhaji, berzikir,
membaca al-Qur,an dan berdo‟a. Prinsip dasar dalam ibadah khusus secara syar‟i
ialah: Hukum asal dalam ibadah khusus adalah melaksanakan dan mengikuti apa
yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam ibadah itu.
• Ibadah Umum (Ibadah mu’amalah) Ibadah Mu’amalah (ibadah umum), dalam
arti luas, ialah seluruh amal perbuatan manusia dalam hubungannya memenuhi
kebutuhan SDM-nya, dalam hubungan nya dengan diri sendiri, dengan sesama
manusia dan dengan alam sekitar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya

16. Jelaskan prinsip dasar dalam masing-masing pembagian ibadah, beserta contoh masing-
masing?
Jawabanya : Prinsip dasar ibadah umum(Ibadah mu’amalah) didasarkan kepada dua,
yaitu:
• Adanya Pembatasan (Hukum Hudud) Hudud adalah jamak dari kata hadd,
berarti hukum pembetasan, hukum pencegahan, hukum pengekangan, dalam
bentuk larangan dalam al-Qur‟an = huduudullah, sebagaimana dalam Q.S. 2:229
(Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Hudud ialah dalil hukum
berupa aturan pembatasan atau larangan yang telah ditetapkan menurut Syari‟ah
atau Hukum Islam tentang yang dilarang, yaitu haram, makruh atau syubhatnya
hukum suatu benda atau suatu perbuatan dikerjakan.
• Boleh (Halal) Boleh (Halal) adalah rumusan salah satu kaedah Ushul al-Fiqh
(dasar-dasar hukum Islam) sebagai filsafat hukum Islam yang mengatakan: Pada
prinsipnya semua perbuatan adalah halal (boleh), kecuali jika ada ditemukan dalil
al-Qur‟an dan hadis atau hasil ijtihad yang melarangnya. Prinsip ini didasarkan
kepada teori ushul fikih: Bahwa segala sesuatu itu halal, kecuali jika ada dalil
yang melarangnya, dan pada kaedah ushul fikih lainnya mengatakan: halal atau
boleh adalah akar dari segala sesuatu. Maksudnya bahwa segala sesuatu yang
tidak dilarang oleh al-qur‟an dan al-Hadis berarti boleh, sebagimana dijelaskan
dalam firlam Allah SWT., Q.S.2:29.

17. Jelaskan hubungan simbiosis antara pelaksanaan ibadah khusus dan pelaksanaan ibadah
mu’amalah, dengan menganalisis contohnya dalam kehidupan sehari-hari?
Jawabanya : Antara pelaksanaan ibadah khusus dan pelaksanaan ibadah mu‟amalah
terdapat hubungan simbiosis yang saling mempengaruhi dan menimbulkan dampak
positif, seperti pelaksanaan shalat berdampak langsung kepada kebersihan, kesehatan,
berbusana dan ekonomi produktif untuk menyediakan perlengkapan shalat. Pelaksanaan
zakat berdampak langsung kepada ekonomi umat dalam penanggulangan kemiskinan.
Pelaksanaan ibadah haji berdampak langsung kepada sektor ekonomi transportasi dan
kebutuhan pelaksanaan ibadah haji lainnya, dan lain-lain sebagainya. Jika syari‟ah ibadah
khusus telah dikerjakan dengan sempurna, maka akan berpengaruh terhadap
implementasi ibadah mu‟amalah dalam kehidupan sehari-hari.

SUMBER : Modul 7 (SYARIAH ILAMIYAH DAN HUKUM ISLAM) Terjemahan Aplikasi Muslim Pro
JUDUL :
KONTROL DISKUSI/SEMINAR TGL=.... NAMA=.......... BP................
PERTANYAAN SAYA TERHADAP MATERI MODUL KULIAH YANG BELUM
SAYA PAHAMI
1.
2.
3.
4.
5.
PERTNYAAN PESERTA SEMINAR DAN JAWABANNYA
MODERATOR DISKUSI/SEMINAR:NAMA:.........................BP:.........................
N NAMA NO. BP ISI RINGKASAN JAWABAN
O PERTANYA
AN
1 Dinda 211011310 Jelaskan Qur‟an sebagai Sumber Hukum Islam
Aulia 3 mengenai al- ialah ayatayat al-Qur‟an yang
qura'n sebagai mengandung perintah dan larangan
sumber yang belum jelas dan belum tegas serta
hukum islam ! yang mengandung anjuran yang masih
(Paragraf 1 bersifat umum, yang memerlukan
Halaman 8 interpretasi dengan ayat-ayat alQur‟an
yang lain, dengan hadis atau dengan
ijtihad para ahli jitihad

Sumber : (Paragraf 1 halaman 8)


2 Nurul 211071101 Bagaimana Cara membedakan hadis yang shahih
Izzah 9 cara dan tidak shahih yaitu : 1.Sanadnya
Azhari membedakan bersambung hingga Nabi Muhammad
hadis yang Umumnya, hadis yang kita terima
shahih dan sekarang sudah dalam bentuk
tidak shahih? ringkasnya. Namun, sebenarnya, suatu
Materi hadis dapat ditakar sahih atau tidaknya
halaman 7 adalah dari ketersambungan sanadnya
sampai ke Rasulullah SAW.Sanad
sendiri adalah rentetan perawi hadis
hingga sampai ke Nabi Muhammad
SAW. 2. Perawi yang mengabarkan
hadis itu kredibel dan bisa
dipercayaUntuk bisa dipercaya
perkataannya, perawi hadis itu harus
diteliti kredibilitasnya. Penelitian
mengenai sumber informasi ini dapat
dilakukan dengan bertanya pada orang-
orang-orang yang pernah bertemu
dengan perawi hadis itu. 3. Hapalan
perawinya kuat kualitas ingatan dan
hapalan perawi juga perlu ditakar.
Jikalau seorang perawi sering lupa,
maka hadisnya tidak bisa dikatakan
sahih, paling jauh masuk dalam kategori
hasan karena hapalannya tidak sekuat
yang sahih. Dalam konteks hapalan
hadis, ada perawi yang hapalannya kuat
di waktu muda, namun seiring
bertambah usianya, hapalannya sering
tertukar tukar. 4. Tidak ada syadz atau
pertentangan dengan perawi lainnya.
Dalam kasus tertentu, ada dua hadis
yang sama-sama sahih, namun ternyata
makna hadisnya bertentangan satu sama
lain. Jika demikian, maka hadis itu
mesti ditentukan salah satu yang akan
diterima. Caranya adalah dengan
menguji masingmasing perawi.
Kemudian, perawi yang paling kredibel
dan kuat hapalannya yang
diprioritaskan. Selain itu, makna hadis
itu juga perlu dikonfirmasi dengan
riwayat lainnya agar tidak ada syadz
dengan yang lain. 5. Tidak ada illah atau
kecacatan, baik pada sisi perawi
ataupun isi hadis tersebut. Dalam
keilmuan hadis (ilmu musthalahah
hadis), terdapat istilah illah yaitu cacat
yang dapat merusak hadis.Cacat ini
umumnya implisit (tidak terlihat) dan
hadis itu terkesan sahih, namun setelah
diteliti lebih cermat lagi, ditemukan
kecacatannya.Salah satu contoh cacat
illah adalah perawi hadis ditemukan
keliru menyebut nama perawi di
atasnya.

Sumber : https://tirto.id/bagaimanacara-
mengetahuikesahihan-hadis-ggFR
3 Davinna 211072203 Pada Metode-metode ijtihad yaitu: • Qiyas
Tiara 1 fenomena secara etimologis berarti analogi atau
Meljo pandemi membandingkan/mengukur sesuatu
sekarang ini yang baru dengan sesuatu yang sudah
apakah ada ada berdasarkan persamaan atau
hukum ijtihad persesuaian, fungsi, sifat dan keadaan.
yang Seperti mengqiyaskan padi dengan
terbentuk ?. gandum tentang wajib zakat. Di zaman
jika ada, Rasulullah di Arab yang ada waktu itu
metode ijtihad hanya gandum sebagai makanan pokok,
apa yang sedangkan beras (padi) tidak ada. Untuk
digunakan orang Asia makanan pokoknya adalah
dalam beras (padi), maka diqiyaskanlah zakat
pembentukan padi kepada gandum karena mempunyai
hukum persamaan fungsi, sifat dan keadaan. •
tersebut ? Istihsan dan istislah secara etimologis
(Modul 7 : berarti menganggap baik. Istihsan ialah
Halaman 9 mengambil keputusan hukum
paragraf didasarkan atas kepentingan umum dan
terakhir) keadilan selama tidak bertentangan
dengan jiwa al-Qur‟an dan sunnah.
Istislah ialah sesuatu hukum yang
diambil dengan menarik kesimpulan
atas dasar pertimbangan kebaikan untuk
umum selama tidak bertentangan
dengan jiwa al-Qur‟an dan Sunnah.
Seperti penetapan undangundang lalu
lintas oleh negara. • Istidlal, secara
etimologis berarti menarik kesimpulan.
Istidlal ialah menetapkan hukum
berdasarkan adat dan kebiasaan selama
tidak bertentangan dengan hukum yang
sudah jelas dan tegas dalam al-Qur‟an
dan Sunnah. Seperti busana baju kurung
wanita Minangkabau, yang telah
menunup aurat juga sebelum Islam
masuk ke Minangkabau, maka busana
minangkabau tersebut tetap dilestarikan
dalam masyarakat Minangkabau yang
menganut falsafah hidup: Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. •
Ijma’, ialah kesepakatan pendapat para
ahli hukum Islam (mujtahid) dari abad
tertentu tentang hukum sesuatu, karena
belum terdapat hukumnya secara jelas
dan tegas dalam alQur‟an dan Sunnah
dan tidak bertentangan dengan tujuan
syari‟ah dan prinsip al-Qur‟an dan
Sunnah Rasul. Secara praktis Ijmak tiga
bentuk, yaitu: pertama Ijma‟ dengan
ucapan, ialah kesepakatan para
mujtahid dari abad tertentu tentang
hukum sesuatu dengan mengeluarkan
pendapat yang sama. Kedua Ijma‟
dengan perbuatan ialah kesepakatan
para mujtahid dari abad tertentu tentang
hukum sesuatu, sebahagian
mengeluarkan pendapat dan
sebahagiannya melakukannya. Ketiga
Ijma‟ dengan diam ialah sebahagian
para ulama mengeluarkan pendapat dan
sebahagiannya diam sebagai tanda
setuju. Seperti penetapan fatwa MUI
tentang hukum haramnya memakai
enzim babi untuk membantu peroses
pembuatan resep makanan, haramnya
SMS berhadiah, kerana mengandung
unsur judi. • Saduzzari’ah, ialah
mencegah suatu perbuatan yang dapat
membawa kepada perbuatan dosa.
Allah melarang berpandang-pandangan
dengan lawan jenis, atau berdua-duan
dengan wanita bukan muhrim di tempat
sepi karena dapat mendorong kepada
perbuatan zina.
4 Yulia 211072102 Apabila Jadi sumber hukum yang harus diambil
Mona 3 Sumber suatu dari alqur’an karena al-qur’an adalah
Lisa hukum sumber pertama dan tertinggi dari
terdapat pada segala sumber hukum, selain itu al-
Alquran dan qur’an harus dijadikan pedoman dalam
Qiyas yang kehidupan.
saling
bertentangan,
maka kita
harus
mengambil
sumber
hukum dari
mana?
5 Davinna 211072203 Manakah Hadits Shahih, ialah hadits yang
Tiara 1 yang lebih sanadnya (sumber orang yang
Meljo utama ijma menyampaikannya) tidak terputus,
atau hadist diriwayatkan oleh orang-orang yang
shahih di adil, kuat ingatan dan hafalannya, tidak
dalam cacat dan tidak bertentangan dengan
menentukan dalil atau periwayatan yang lebih kuat.
suatu perkara?

Ijma’, ialah kesepakatan pendapat para


ahli hukum Islam (mujtahid) dari abad
tertentu tentang hukum sesuatu, karena
belum terdapat hukumnya secara jelas
dan tegas dalam alQur‟an dan Sunnah
dan tidak bertentangan dengan tujuan
syari‟ah dan prinsip al-Qur‟an dan
Sunnah Rasul. Jadi menurut pendapat
saya yang lebih utama adalah hadis
shahih karena sumber hadisnya tidak
terputus dari rasulullah dan
periwayatannya lebih kuat.
6 Davinna 211072203 Bagaimana Arti QS.al-a’raf ayat 26 yaitu “Wahai
Tiara 1 maksud dari anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami
Meljo penjelasan di telah menyediakan pakaian untuk
q.s 7:26 menutupi auratmu dan untuk perhiasan
tentang bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah
kemashlataha yang lebih baik. Demikianlah sebagian
n tanda-tanda kekuasaan Allah,
tahsiniyat(no mudahmudahan mereka ingat” Jadi
5.3 hal 4) Kemaslahatan Tahsiniyat ialah sebagai
suatu nilai keindahan dan kebaikan yang
juga dibutuhkan oleh setiap manusia
yang normal sebagai asesoris
kehidupan, sehingga hukumnya
menjadi sunat, seperti mencat rumah
dengan warna yang sejuk dan indah, dan
membuat pakaian yang indah,
sebagaimana contohnya pakaian
sebagai perhiasan.
7

JUDUL :
KONTROL DISKUSI/SEMINAR TGL=.... NAMA=.......... BP................
PERTANYAAN SAYA TERHADAP MATERI MODUL KULIAH YANG
BELUM SAYA PAHAMI

1.
2.
3.
4.
5.

PERTNYAAN PESERTA SEMINAR DAN JAWABANNYA

MODERATOR DISKUSI/SEMINAR:NAMA:.........................BP:.........................

NO NAMA NO. BP ISI RINGKASAN


PERTANYAAN JAWABAN

1 Davinna Tiara 2110722031 Jelaskan mengenai Al-Qur‟an sebagai


Meljo alqura'n sebagai Sumber Hukum
sumber hukum Islam ialah ayat-ayat
islam ! (Paragraf 1 al-Qur‟an yang
Halaman 8) mengandung
perintah dan larangan
yang belum jelas dan
belum tegas serta
yang mengandung
anjuran yang masih
bersifat umum, yang
memerlukan
interpretasi dengan
ayatayat al-Qur‟an
yang lain, dengan
hadis atau dengan
ijtihad para ahli
jitihad.
2 Aurelia 2110112121 Bagaimana maksud “Wahai anak cucu
Mutiara Salsa dari penjelasan di Adam!
Q.S 7:26 tentang Sesungguhnya Kami
kemashlatahan telah menyediakan
tahsiniyat(no 5.3 pakaian untuk
hal 4) menutupi auratmu
dan untuk perhiasan
bagimu. Tetapi
pakaian takwa, itulah
yang lebih baik.
Demikianlah
sebagian tandatanda
kekuasaan Allah,
mudahmudahan
mereka ingat.”

(Q.S 7:26)

Anda mungkin juga menyukai