Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS MAKNA AL-‘AJILAH MENURUT M. QURAISH


SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH (KAJIAN TAFSIR
TEMATIK)

Diajukan untuk diseminarkan pada Seminar Proposal di Depan


Pembimbing Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Universitas
Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda

Oleh:
ADITYA FIRMANSYACH PUTRA
NIM. 1942115030

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD
IDRIS (UINSI) SAMARINDA
2023
1

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi

Muhammad ‫ ﷺ‬melalui perantara malaikat jibril.1 Al-Qur’an dianggap sebagai kitab

suci yang penuh dengan makna dan pesan yang mendalam, sehingga mempelajari

makna al-Qur’an dari berbagai perspektif dapat memberikan pemahaman yang lebih

dalam tentang ajaran Islam. Misalnya, memahami makna Al-‘Ajilah menurut Sayyid

Quthb.

Pada tahun 2020, terdapat sebuah penelitian yang mengkaji makna Al-‘Ajilah

menurut Sayyid Quthb Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Secara ringkas penelitian

tersebut menyebutkan bahwa al-‘ajilah memiliki makna sesuatu yang cepat dan

hanya sepintas, maka hal tersebut dikaitkan dengan cinta dunia, kesengangan yang

menipu dan sebagainya yang bersifat sedikit dan sementara2. Lebih lanjut, Zainuddin

mengaitkan cinta dunia dengan paham materialisme. Yakni, orang-orang yang

menggunakan waktu hidupnya hanya untuk mencari dan mengumpulkan uang,

makan, minum, tidur dan berfoya-foya.3

Paham materialisme merupakan paham yang menganggap bahwa

kebahagiaan dan kepuasan hidup manusia hanya dapat dicapai melalui kepemilikan

benda materi dan kekayaan. Dalam pandangan materialisme, kekayaan, status sosial,

dan barang-barang mewah menjadi tujuan hidup yang penting4.

1
Eka Safliana, “Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup Manusia”, JIHAFAS, vol. 3, no. 2,
Desember 2020, h. 70.
2
Zainudin, “Al-‘Ajilah menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an”, (Riau:
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2020).
3
Zainudin, Al-‘Ajilah..., h. 1.
4
Umiarso dan Syamsul Rijal, “Kristalisasi Nilai Materialisme dalam Pembentukan Perilaku
Konsemeristik di Kalangan Masyarakat Perkotaan Banda Aceh”, Kontekstualita, vol. 34, no. 1, juli
2019, h. 64-66

1
2

Pengaruh dari paham materialisme terhadap individu adalah dapat memicu

perilaku konsumtif dan hedonistik5 yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Misalnya, adanya dorongan untuk selalu ingin memiliki barang-barang mewah dan

gaya hidup yang serba mengikuti trend, terkadang melampaui batas keuangan.

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan

yang menipu, sebagaimana firman Allah SWT., dalam surah Al-Hadid ayat 20, yang

berbunyi:

ٌۢ
‫اخٌر بَْي نَ ُك ْم َوتَ َكاثٌُر ِِف ْالَ ْوْم َوا ِ َو ْالَْوَل ِۗ َك َمثَ ِل‬ ُ ‫ب موََلٌْو موِزيْنَةٌ موتَ َف‬
ِ
ٌ ‫اْلَٰيوةُ الدُّنْيَا لَع‬ْ ‫اِ ْعلَ ُمْْٓوا اَمَّنَا‬
‫اٌ ََ ِديْ ٌد‬ ِ ٰ ْ ‫ث اَ ْعجب الْ ُكفمار نَباتُهٗ ثُم ي ِهيج فَتَ ٰرىه وْمص َفرا ثُم ي ُكو ُُ ََُاوْما وِِف‬
ٌ ََ ‫الخَرةِ َع‬ َ ‫َ ْ ُ ا‬ ْ ُُ َُْ َ َ َ َ
ٍ ‫َغي‬
ْ
)02 :75/‫اْلَٰيوةُ الدُّنْيَآْ اِمل َوْمتَاعُ الْغُُرْوِر ( اْلديد‬ ْ ‫اّللِ َوِر‬
ْ ‫ض َوا ٌُ َوَوْما‬ ِ ِ
ٰٰ ‫موَوْم ْغفَرةٌ ٰوْم َن‬
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan,
perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba
dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti
hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat
menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari
Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah)
hanyalah kesenangan yang memperdaya”. (Al-Hadid/57:20)

Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa hakikat kehidupan dunia hanyalah

seperti sebuah permainan dan sesuatu yang lucu, menjadi bahan guarauan antara

mereka, menjadi perhiasan untuk melengkapi gaya hidup mereka, yang dengan itu

mendorongnya untuk hidup bermegah-megahan serta berbangga-bangga dengan

harta dan keturunan yang telah dianugrahkan kepadanya.

Di sisi lain, orang yang mengikuti paham materialistik dapat memiliki

dampak buruk, diantaranya:

5
Maria Goreti Hengo, et.al, “Dampak Materialisme, Pengendalian Diri dan Motivasi Pada
Perilaku Pengelolaan Keuangan Keluarga”, JOURNAL OF MANAGEMENT, Vol. 14, no. 1, 2021, h. 47-
48.
3

1. Mengalami kesulitan dalam menempatkan prioritas

Ketika seseorang terlalu terpaku pada keinginan materi, maka dia cenderung

kesulitan menempatkan prioritas dalam hidupnya. Mereka dapat mengabaikan hal-

hal yang lebih penting, seperti kesehatan, keluarga, dan hubungan sesama. Hal ini

dapat menyebabkan kehancuran dalam kehidupan pribadi dan sosial seseorang.

2. Mudah terjerumus pada perilaku konsumtif

Seseorang yang terpengaruh paham ini dapat terjerumus pada praktik boros,

hutang, dan terkadang berusaha mendapatkan uang dengan cara tidak halal.

3. Kehilangan kedamaian batin

Seseorang yang terpengaruh paham materialisme tidak pernah puas dengan

apa yang dimilikinya, selalu ingin memiliki lebih banyak dan lebih mewah. Hal ini

dapat mengakibatkan hilangnya kedamaian batin, karena mereka merasa tidak pernah

merasa cukup dan tidak pernah merasa puas.6

Dalam Islam, kehidupan dunia dan akhirat tidak dipandang sebagai dua hal

yang terpisah, melainkan saling berkaitan. Seharusnya, sikap seorang muslim

terhadap kehidupan dunia adalah menjadikan dunia sebagai bekal untuk kehidupan

akhirat. Sebab, kehidupan akhirat adalah tujuan akhir dan abadi bagi setiap manusia.

Di akhirat, manusia akan memperoleh balasan atas amal yang dilakukan di dunia.7

Untuk saat ini, peneliti ingin melaksanakan penelitian dengan topik yang

sama. Akan tetapi, tidak berdasarkan penafsiran Sayyid Quthb, melainkan

berdasarkan penafsiran M. Quraish Shihab yang merupakan salah satu tokoh tafsir

6
Lailatul Fitriah, “Jangan Terlalu Materialistik! Materialsme Sebagai Tolak Ukur Kepuasan
Hidup”, PSIKOVIDYA, Vol. 20, No. 1, April 2016, h. 1-6.
7
Deni Sopiansyah, et.al, “Kehidupan Dunia dan Akhirat Dalam Perspektif Pendidikan Islam”,
AS-SYAR’I, Vol. 3, No. 2, 2021, h. 135-141.
4

terkemuka. Penelitian ini penting dilakukan untuk membantu dalam memperkaya

wawasan keislaman dan memperluas pengetahuan tentang makna al-‘ajilah yang

terdapat di dalam Al-Qur’an. Di tambah lagi, M. Quraish Shihab merupakan seorang

ulama dan cendekiawan muslim yang memiliki pandangan yang khas dalam

memahami teks-teks keagamaan.8 Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis makna al-‘ajilah menurut pandangan M. Quraish Shihab, serta

mengkaji nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dalam Al-Qur’an, terdapat 33 ayat Al-‘Ajilah/Isti’jal/dan seterusnya dalam

bentuk kata yang beragam9. Namun, setiap ayat yang bentuk katanya berbeda,

memiliki konteks yang berbeda-beda. Dengan demikian, peneliti memfokuskan

terhadap kata yang berbentuk َ‫اجلَة‬ ْ Agar penelitian ini tidak mengambang, maka
ِ َ‫الع‬.

perlu difokuskan untuk menemukan metode yang tepat guna mendapatkan

pemahaman yang baik dan akurat. Berkaitan dengan kata Al-’Ajilah, terdapat 3

ayat dalam 3 surah berbeda dalam Al-Qur’an, diantaranya QS. Al-Isra’ ayat 18,

Al-Qiyamah ayat 20, dan Al-Insan ayat 2710. Keseluruhan ayat inilah yang

menjadi objek penelitian ini.

Setidaknya, ada dua permasalahan pokok yang harus diteliti dalam ayat-ayat

ini. Pertama, kajian tekstual terhadap ayat-ayat tersebut berdasarkan penafsiran

8
Endad Musaddad, “Metode dan Corak Tafsir Quraish Shihab: Tela’ah Atas Buku Wawasan
Al-Qur’an”, AL-QALAM, Vol. 21, No. 100, Januari-April 2004, h. 69-71.
9
Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an, (Al-Qahirah:
Dar al-Fikr, 1996), h. 447.
10
Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, Al-Mu’jam..., h. 447.
5

M. Quraish Shihab. Kedua, menemukan nilai-nilai yang diperoleh dari penafsiran

M. Quraish Shihab. Sub bahasan kedua inilah epilog dari pembahasan

sebelumnya. Ditempatkan di akhir pembahasan, karena menjadi pembahasan

subtansi dari penelitian ini.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana yang telah dijelaskan

di muka, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagaimana penafsiran Al-‘Ajilah menurut M. Quraish Shihab?

2) Apa saja nilai-nilai yang terkandung di dalamnya?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Adapun tujuan pokok yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengkaji makna Al-‘Ajilah menurut perspektif M. Quraish Shihab;

2) Untuk mendapatkan pemahaman terkait nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya;

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu keislaman, khususnya dalam bidang Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir. Sebagai salah satu tokoh tafsir terkemuka, pemikiran dan pandangan M.

Quraish Shihab dalam memaknai al-‘ajilah dapat dijadikan referensi dan acuan

bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat

diaplikasikan dalam konteks kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memahami

dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.


6

D. Penegasan Istilah

1. Analisis

Analisis merupakan proses pemecahan atau penguraian suatu masalah atau

fenomena dengan cara memeriksa dan mengkaji setiap unsur atau komponen

yang terkait dengan masalah atau fenomena tersebut. Analisis dapat dilakukan

dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang sesuai tujuan dan

jenis penelitian yang dilakukan.

Dalam penelitian, analisis sering dilakukan untuk mengkaji data atau

informasi yang terkait dengan topik penelitian, seperti analisis teks, analisis data

kualitatif, analisis data kuantitatif dan sebagainya. Hasil analisis ini kemudian

digunakan untuk membuat kesimpulan yang berkaitan dengan topik penelitian.

2. Al-‘ajilah

Kata al-‘ajilah dalam kamus al-maany disebutkan dari akar kata ‫ عجل‬yang

artinya ketercepatan, keterburu-buruan, ketergesa-gesaan11. Adapun dalam Al-

Qur’an disebutkan sebanyak 33 kali dalam bentuk kata yang berbeda-beda12

sesuai dengan teks ayatnya. Misalnya ayat yang berbicara tentang azab, seperti:

َُ ‫مه ْم بَ ْغتَةا موُه ْم َل يَ ْشعُُرْو‬


‫ن‬ ‫ي‬ِ‫اٌ ولَوَلْٓ اَجل ُّوْمسمى مَّل ۤاءهم الْع ََاٌ ولَيأْت‬
ِ ِ َ َ‫ويستَ ْع ِجلُون‬
ُ َ َ َ ُ َ ُ َُ َ َ ٌ َ ْ َ ََ ‫ك ِبلْ َع‬ ْ ْ ََ
“Mereka minta agar engkau menyegerakan (datangnya) azab. Kalau bukan karena

waktunya telah ditetapkan, niscaya azab datang kepada mereka. (Azab itu) benar-

benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak

menyadarinya”. (Al-Ankabut: 53).

11
Lihat kamus Al-Maany
12
Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, Al-Mu’jam..., h. 447.
7

Ayat di atas menggunakan bentuk kata (‫ )يستعجلون‬yang digunakan dalam

meminta menyegerakan adzab. Dalam hal ini, peneliti tidak akan mengkaji secara

keseluruhan kata yang berasal dari ‫ عجل‬, melainkan fokus mengkaji makna al-‘ajilah

(َ‫اجلَة‬ ْ menurut penafsiran M. Quraish Shihab. Sehingga tujuan dari penelitian ini
ِ َ‫)الع‬

tercapai secara baik.

3. Kajian Tafsir Tematik

Tafsir tematik adalah salah satu pendekatan dalam studi tafsir Al-Qur’an yang

berfokus pada tema-tema tertentu yang ada dalam Al-Qur’an. Pendekatan ini

bertujuan untuk membantu pemahaman terhadap pesan-pesan Al-Qur’an yang

disampaikan melalui tema-tema yang diungkapkan13.

Dalam kajian tafsir tematik, peneliti akan memilih tema tertentu, kemudian

mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut.

Setelah itu, ayat-ayat tersebut dianalisis secara mendalam untuk mengungkapkan

makna dan pesan yang terkandung di dalamnya14.

Pendekatan tafsir tematik dapat membantu dalam memahami keseluruhan

pesan Al-Qur’an terkait tema-tema tertentu seperti keimanan, akhlak, sosial,

politik, ekonomi, dan sebagainya15. Dalam memahami tema-tema tersebut

peneliti dan pembaca diharapkan dapat memperoleh wawasan baru dan

pemahaman yang lebih komprehensif tentang Al-Qur’an. Oleh karena itu, sangat

penting bagi peneliti untuk memperhatikan konteks ayat-ayat tersebut agar dapat

memahami pesan-pesan Al-Qur’an secara utuh.

13
H. Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 159.
14
Miftah Khilmi Hidayatulloh, “Konsep dan Metode Tafsir Temarik”, Al-Bayan, Vol. 3, No.
2, Desember 2018, h. 133.
15
Lajnah KEMENAG RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat,
Dan Berpolitik, Lajnah Pentasshihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI,
2009.
8

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Berangkat dari permasalahan yang diangkat dan data yang akan

dihimpun, maka tampak jelas bahwa jenis penelitian ini tergolong penelitian

kepustakaan16 (library reseach) dengan subyek dan objeknya, semuanya

berasal dari bahan-bahan kepustakaan (literatur) berupa kitab-kitab tafsir,

kitab-kitab hadis, kitab-kitab ilmu tafsir dan ilmu hadis dan sebagainya.

Kondisi data yang demikian sudah cukup untuk dijadikan bahan baku

penelitian, sehingga tidak kesulitan dalam melakukan analisa untuk

mengambil kesimpulan yang merupakan hasil penelitian17. Jika demikian,

maka penelitian ini tidak memerlukan data lapangan karena yang ingin dicari

ialah pemikiran, teori, atau konsep yang dikemukakan oleh para ulama dan

ilmuwan yang tertuang dalam karya-karya tulis mereka. Oleh karena itu,

tanpa data lapangan hasil penelitian ini sudah cukup representatif dan dapat

dijadikan pegangan.18

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk kategori penelitian terapan (applied reseach)

karena tidak dimaksudkan untuk menemukan sebuah teori atau konsep,

melainkan menerapkan hasil yang sudah ditemukan oleh penelitian dasar19.

Penelitian ini sangat diperlukan untuk kebutuhan praktis.

16
Nursapia Harahap, “Penelitian Kepustakaan”, Iqra’, Vol. 08, no. 01, 2014, h. 68.
17
H. Nashruddin Baidan dan Hj. Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir,
(Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2016), h. 152.
18
H. Nashruddin Baidan, Metodologi..., h. 152.
19
H. Nashruddin Baidan, Metodologi..., h. 107.
9

2. Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa langkah yang akan ditempuh dalam pengumpulan data

penelitian ini sebagai berikut:

a. Persiapan Teknis

Persiapan teknis yang dimaksud ialah mempersiapkan segala sesuatu

yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, baik perangkat keras

(hardware), kelengkapan alat-alat administrasi, misalnya kertas, pensil,

ballpen, flash disc dan sebagainya. Atau perangkat lunak (software), aturan

yang diperlukan, surat keputusan dan lain sebagainya. Semua peralatan yang

disebutkan itu harus tersedia sebelum memulai proses penelitian.

b. Pelacakan Ayat

Proses penting dalam penelitian ini ialah melacak keberadaan ayat-

ayat yang memiliki makna tergesa-gesa dalam mushaf. Artinya, memerlukan

proses yang panjang dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun,

sekarang terdapat buku yang memuat indeks ayat-ayat Al-Qur’an sehingga

dapat memudahkan peneliti untuk melacaknya. Buku yang dimaksud ialah

Al-Mu’jam Al-Muhfaras li Alfazh Al-Qur’an, karya Muhammad Fu’ad ‘Abd

al-Baqi, semoga Allah merahmatinya.

Setelah ditemukan ayat-ayat yang terkait dengan tergesa-gesa, maka

dilakukan pemilahan berdasarkan kebutuhan dalam penelitian ini, yaitu ayat

tergesa-gesa dalam mementingkan urusan dunia dibandingkan akhirat. jadi,

ayat-ayat yang tidak sesuai dengan kriteria dan kategori yang ditetapkan itu,

maka tidak dimasukkan ke dalam tabel indetifikasi ayat tergesa-gesa.


10

c. Identifikasi Ayat Al-‘Ajilah Dalam Al-Qur’an

Proses penting dalam pelaksanaan penelitian ini ialah melakukan

ِ ‫ )الْع‬yang
identifikasi terhadap ayat dalam bentuk kata Al-‘Ajilah (َ‫اجلَة‬ َ

terdapat di dalam mushaf Al-Qur’an. Untuk memudahkan melakukan

pemeriksaan, peneliti memuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Bentuk kata yang


No. Teks dan terjemahan ayat
digunakan
ۤ
1.
‫اجلَةَ َع مج ْلنَا لَهٗ فِْي َها َوْما نَ َشا ُء‬ ِ ‫﴿ وْمن َكا َُ ي ِري ُد الْع‬
َ ُْ َْ
‫ص ٰل َىها َوْم َْ ُوْم ْواوْما موْم ْد ُُ ْوارا‬ َۚ ِ
ْ َ‫ل َم ْن نُِّريْ ُد ثُم َج َع ْلنَا لَهٗ َج َهن َمم ي‬
﴾ ٨١
Terjemahan Kemenag 2019
ِ ‫الْع‬
َ‫اجلَة‬
18. Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi) Kami segerakan baginya di (dunia) ini
َ
apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami
kehendaki. Kemudian, Kami sediakan baginya
(neraka) Jahanam. Dia akan memasukinya dalam
keadaan tercela lagi terusir (dari rahmat Allah).
(Al-Isra'/17:18)

2. ِ ‫﴿ َك مَّل بل ُُِتبُّو َُ الْع‬


﴾ ٠٢ َ‫اجلَة‬ َ ْ َْ
ِ ‫الْع‬
Terjemahan Kemenag 2019
20. Sekali-kali tidak! Bahkan, kamu mencintai َ‫اجلَة‬ َ
kehidupan dunia,
(Al-Qiyamah/75:20)

3. ۤ ِ ‫﴿ اِ مُ ْٰٓهؤَ ۤل ِء ُُِيبُّو َُ الْع‬


‫اجلَةَ َويَ ََ ُرْو َُ َوَراءَ ُه ْم يَ ْواوْما ثَِقْي اَّل‬ َ ْ ُ
﴾ ٠٢
Terjemahan Kemenag 2019 ِ ‫الْع‬
َ‫اجلَة‬
27. Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) itu َ
mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan di
belakang mereka hari yang berat (akhirat).
(Al-Insan/76:27)
11

3. Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data berdasarkan sumbernya, maka penelitian ini

mengumpulkan data primer dan sekunder sebagai berikut:

1) Data primer

Yaitu suatu data yang diperoleh dari sumber asli.20 Hubungannya

dengan penelitian ini adalah usaha dalam pencarian data dari kitab tafsir Al-

Misbah karya M. Quraish Shihab yang di dalamnya terdapat data untuk

menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

2) Data skunder

Data skunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sebagai data pendukung21 seperti dari sumber-sumber yang telah ada

sebelumnya seperti buku-buku, jurnal, artikel dan karya ilmiah lainnya yang

berkaitan dengan objek yang dikaji.

4. Metode Analisa Data

Dalam tahap ini, langkah yang diterapkan adalah melihat dan mengumpulkan

teks yang akan dikaji dengan saksama. Supaya pesan yang diinformasikan oleh

ayat tersebut dapat dipahami dengan baik dan benar agar dapat ditafsirkan sesuai

perkembangan zaman yang semakin modern dengan teknologi informasi yang

canggih.

Apabila konteks pembicaraan ayat tidak jelas, apalagi tidak diketahui sama

sekali, maka peluang bagi terjadinya kekeliruan dalam memahaminya menjadi

20
Child Narbuko dan Abu Ahmad, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 43
21
Rahmadi, Pengantar Metode Penelitian, (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), h. 93.
12

lebih besar. Dalam hal ini, Ibn Taimiyah menegaskan bahwa seorang mufassir

harus menguasai tiga aspek utama berkenaan dengan keberadaan sebuah teks ayat

Al-Qur’an sebelum melakukan penafsiran. Ketiga aspek itu ialah 1) Siapa yang

menyabdakannya (mutakallim bihi); 2) Kepada siapa teks itu diturunkan; dan 3)

Apa yang dibicarakannya (mutakallim fihi)22.

Dengan demikian, semua data akan diuji melalui beberapa metode tafsir

maudhu’i (Tafsir tematik) dengan langkah-langkah yang akan dilalui dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Menetapkan al-‘ajilah sebagai tema pembahasan

2. Mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan al-‘ajilah

3. Menganalisis ayat-ayat tersebut di dalam kitab tafsir Al-Misbah

4. Mendeskripsikan pandangan ulama tafsir tentang al-‘ajilah

5. Melengkapi pembahasan dengan pemahaman hadis bila diperlukan, sehingga

pembahasan menjadi semakin sempurna

6. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara sistematik dan menyeluruh dengan

cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian yang sama

F. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melakukan tinjauan terhadap beberapa kajian penelitian, ada

beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian saat ini.

untuk memudahkan pembedaan kajian pustaka, peneliti memuat dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

22
H. Nashruddin Baidan, Metodologi..., h. 166.
13

Nama, Judul dan Tahun Perbedaan


No.
Penelitian Penelitian terdahulu Penelitian saat ini
1. Robi’ah ‘Afifah, “TABIAT 1. Penelitian ini berfokus 1. Dari kesamaan,
MANUSIA DAN pada tabiat manusia penelitian ini
TERAPINYA DALAM AL- dan terapinya pada menggunakan
QUR’AN (Kajian Tematik surah Al-Ma’arij ayat kajian tematik
Surah Al-Ma’arij Ayat 19- 19-34 2. Dari sisi
34)”, 2021. 2. Penelitian ini perbedaan, objek
menggunakan metode penelitian ini
tematik terhadap ayat Al-
‘Ajilah
2. Ulfa Mardiyani, 1. Penelitian ini meneliti 1. Dari sisi
“KARAKTERISTIK SIFAT tentang karakteristik persamaan,
NEGATIF MANUSIA sifat negatif manusia penelitian ini
DALAM AL-QUR’AN”, dalam Al-Qur’an mengumpulkan
2022. 2. Mengumpulkan ayat ayat berdasarkan
berdasarkan tema tema (kajian
(kajian tematik/maudhu’i)
tematik/maudhu’i) dan meneliti yang
berkaitan dengan
manusia
2. Dari sisi
perbedaan,
penelitian ini
meneliti tentang
makna Al-‘Ajilah
dalam Al-Qur’an
3. Siti Zakiyatul Mufidah, 1. Penelitian ini meneliti 1. Dari sisi
“TERGESA-GESA tentang sifat tergesa- persamaan,
DALAM AL-QUR’AN gesa dalam Al-Qur’an penelitian ini
(Wawasan dan Implikasinya yang secara menggunakan
dalam Realita Fenomena keseluruhan berjumlah metode maudhu’i
Keagamaan di Masyarakat”, 33 atau tematik dalam
2022 2. Penelitian ini penelitian
menggunakan metode 2. Dari sisi
maudhu’i, kontekstual perbedaan,
penelitian ini tidak
mengkaji tergesa-
gesa, melainkan
mengkaji makna
Al-‘Ajilah
4. Nikmah, “TAFSIRAN M. 1. Penelitian ini mengkaji 1. Dari kesamaan,
QURAISH SHIHAB makna masabih dalam penelitian ini
TERHADAP MAKNA menggunakan
14

MASABIH DALAM Al-Qur’an berdasarkan metode tafsir


ALQURAN”, 2022 tafsi Al-Misbah maudhu’i
2. Metode yang (tematik) dalam
digunakan dalam melaksanakan
melaksanakan penelitian. Dan
penelitian adalahsumber data yang
metode tafsir maudhu’idigunakan
(tematik) memiliki
kesamaan yaitu
menggunakan
tafsir Al-Misbah
karya M. Quraish
Shihab
2. Dari perbedaan,
peneliti ini tidak
mengkaji makna
masabih,
melainkan
mengkaji makna
Al-‘Ajilah dalam
Al-Qur’an
5. Zainudin, “AL-‘ĀJILAH 1. Penelitian ini mengkaji 1. Dari kesamaan,
MENURUT SAYYID makna Al-‘Ajilah penelitian ini
QUTHB DALAM TAFSIR menurut Sayyid Quth menggunakan
FI ZHILALIL QUR’AN”, dalam Tafsir Fi Zhilalil metode
2020. Qur’an tematik/maudhu’i
2. Penelitian ini dalam
menggunakan metode melaksanakan
tematik/maudhu’i penelitian
dalam penelitian 2. Dari perbedaan,
penelitian ini
mengkaji makna
Al-‘Ajilah
menurut M.
Quraish Shihab
dalam tafsir Al-
Misbah

Berdasarkan deskripsi di atas, peneliti menemukan empat penelitian yang

memiliki kemiripan dengan penelitian saat ini. Untuk penjelasan lebih lanjut,

peneliti akan menguraikan hasil pembahasan dari masing-masing penelitian

terdahulu, yaitu:
15

1. Robi’ah ‘Afifah, mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2021.

Dengan judul, “TABIAT MANUSIA DAN TERAPINYA DALAM AL-

QUR’AN (Kajian Tematik Surah Al-Ma’arij ayat 19-34)”. Penelitian ini

merupakan penelitian kepustakaan (library reseach) dan metodologi yang

digunakan studi tematik (maudhui).

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam surah Al-Ma’arij

disebutkan tabiat buruk manusia diantaranya ialah berkeluh kesah apabila

ditimpa kesusahan dan kikir apabila diberi kelebihan, kemudian Allah

mengecualikan orang-orang dari tabiat buruk, yakni orang-orang yang

mengerjakan 10 perkara, yaitu sholat terus menerus, membayar zakat,

membenarkan hari pembalasan, takut kepada azab Allah, menjaga diri

dan menjaugi perkara keji, menjalankan amanah, memenuhi janji,

memberikan kesaksian yang benar, dan menjaga kesempurnaan sholat. 10

perkara tersebut dapat dijadikan terapi dalam menghilangkan tabiat-tabiat

buruk manusia yang terkumpul dalam surah Al-Ma’arij.23

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa fokus penelitian

ini yaitu menjelaskan tabiat buruk manusia dan terapinya yang terdapat

dalam surah Al-Ma’arij. Sehingga, penelitian tersebut berbeda dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan. Yakni mengkaji makna Al-‘Ajilah

dalam Al-Qur’an.

23
Robi’ah Afifah, “Tabiat Manusia dan Terapinya Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik Surah
Al-Ma’arij ayat 19-34)”, (Riau: Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, 2021).
16

2. Ulfa Mardiyani, mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

2022. Dengan judul, “KARAKTERISTIK SIFAT NEGATIF MANUSIA

DALAM AL-QUR’AN”. Penelitian ini menggunakan jenis kepustakaan

(library reseach) dan metode yang digunakan adalah metode maudhu’i.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa manusia secara umum

memiliki karakteristik negatif pada dirinya, walaupun sifat tersebut

berbeda pada setiap orang. Diantara sifat negatif yang disebutkan adalah

al-Da’fu (lemah), al-Gaflah (Lalai), al-Israf (berlebih-lebihan dan

melampaui batas), al-Ya’su (putus asa), dan lain sebagainya. Diantaranya

disebutkan juga sifat al-‘Ajal (tergesa-gesa). Adapun solusi Al-Qur’an

yang disebutkan yaitu mensucikan jiwa dari pekatnya hawa nafsu serta

meningkatkan takwa dengan melatih diri mengembangkan sifat-sifat

positif, sehingga kecenderungan pada sifat negatif bisa melemah, mencari

lingkungan yang baik, bergaul dengan orang-orang sholeh.24

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa fokus penelitian

ini yaitu menjelaskan karakteristik sifat negatif manusia dan menjelaskan

solusinya. Akan tetapi, penelitian tersebut membahas sifat negatif

manusia secara luas, sehingga tidak mengkaji makna Al-‘Ajilah secara

rinci. Oleh karena itu, dapat diketahui perbedaan penelitian tersebut

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

24
Ulfa Mardiyani, “Karakteristik Sifat Negatif Manusia Dalam Al-Qur’an”, (Bandung:
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung 2022).
17

3. Siti Zakiyatul Mufidah, mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Kediri

2022. Dengan judul, “TERGESA-GESA DALAM AL-QUR’AN

(Wawasan dan Implikasinya dalam Realita Fenomena Keagamaan di

Masyarakat”. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (Library

reseach) dan metode yang digunakan yaitu deskriptif analitis, maudhu’i,

dan kontekstual.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa tergesa-gesa adalah

sebuah keinginan besar dalam diri manusia untuk memperoleh sesuatu

sebelum waktunya. Dalam al-Qur’an, tergesa-gesa disebutkan sebanyak

33 kali dengan berbagai formulasi. Lebih lanjut, peneliti menyebutkan

tergesa-gesa terbagi menjadi dua, yakni tergesa-gesa yang terpuji dan

tercela. Tergesa-gesa yang terpuji diantaranya memberi makan tamu,

mengubur jenazah, menikahkan anak perawan, membayar utang, dan

bertaubat dari segala dosa. Implikasi tergesa-gesa pada fenomena

keagamaan diantaranya sholat tidak khusuk, tidak bisa memahami dan

menghayati bacaan sholat, do’a, maupun zikir yang dibaca ketika sholat.

Dan implikasinya bagi kesehatan yaitu berpotensi mengagetkan jaringan

otot dan otak sehingga bisa menyebabkan persendian terkilir, melukai

pembulu darah dan lainnya.25

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa fokus penelitian

ini menjelaskan sifat tergesa-gesa secara luas sehingga mencakup

25
Siti Zakiyatul Mufidah, “Tergesa-gesa Dalam Al-Qur’an wawasan dan Implikasinya dalam
Realita Fenomena Keagamaan di Masyarakat”, (Kediri: Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Kediri 2022).
18

penjelasan tergesa-gesa yang terpuji. Kemudian tergesa-gesa yang tercela

berdampak buruk dari segi kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Oleh

karena itu, dapat diketahui letak perbedaan penelitian tersebut dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan. Yakni, peneliti tidak akan

menjelaskan sifat tergesa-gesa secara luas dan dalam bentuk kata yang

beragam, melainkan fokus mengkaji makna Al-‘Ajilah yang terdapat di

dalam Al-Qur’an.

4. Nikmah, mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an Tafsir Fakultas Ushuluddin

dan Studi Islam Universitas Islam Negeri Sumatra Utara Medan 2022.

Dengan judul, “TAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP

MAKNA MASABIH DALAM ALQURAN”. Penelitian ini disusun

menggunakan metode metode tafsir maudhu’i (tafsir tematik).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kata masabih dalam Al-

Qur’an diartikan sebagai bintang yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu

masabih, Al-Najm, Al-Buruj, At-Tariq, dan Al-Khunnas. Makna masabih

menurut M. Quraish Shihab ialah masabih sebagai hiasan langit dan

pelempar setan, masabih sebagai bahan perumpamaan dan masabih

sebagai hiasan langit26.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui secara jelas perbedaan

antara penelitian yang dilakukan oleh Nikmah dan penelitian yang akan

diteliti oleh peneliti saat ini. Dan persamaannya terletak pada sumber

kitab tafsir yang digunakan yaitu Tafsir Al-Misbah karya dari M. Quraish

26
Nikmah, “TAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP MAKNA MASABIH
DALAM ALQURAN”, (Skripsi: Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam Universitas Islam Negeri
Sumatra Utara Medan 2022).
19

Shihab. Adapun maksud peneliti memasukkan dalam kajian pustaka

adalah karena peneliti ingin menegaskan bahwa kitab Tafsir Al-Misbah

biasa digunakan dalam penelitian untuk mengungkap sebuah makna yang

terkandung di dalam Al-Qur’an.

5. Zainudin, mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Pekanbaru 2020. Dengan judul, “AL-‘ĀJILAH MENURUT SAYYID

QUTHB DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR’AN”. Penelitian ini

disusun menggunakan metode tafsir tematik atau maudhu’i.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa tergesa-gesa (Cinta

Dunia) terdapat dalam 3 surah dalam Al-Qur’an, yaitu Al-Isra’ ayat 18,

Al-Qiyamah ayat 16 dan 20, dan Al-Insan ayat 27. Ayat tersebut memiliki

makna sesuatu yang sepintas, maka dikaitkan kepada cinta dunia, seperti

kesenangan yang menipu, dunia seperti air hujan (sedikit dan sementara).

Lebih lanjut, Zainuddin menyebutkan penerapan kata Al-‘Ajilah dalam

Al-Qur’an dimaknai dengan terlena dengan kenikmatan semesta,

kurangnya rasa iman dan syukur, dunia sebagai tujuan hidup.27

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan terkait penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan. Dalam penelitian Zainuddin, penelitian difokuskan untuk

mendeskripsikan Al’Ajilah berdasarkan penafsiran Sayyid Quthb dalam

tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Oleh karena itu, dapat diketahui perbedaan

27
Zainudin, “Al-‘Ajilah menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an”, (Riau:
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2020).
20

penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yakni

penelitian saat ini mengkaji makna Al-‘Ajilah berdasarkan penafsiran M.

Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbah. Dengan demikian, terlihat

jelas bahwa penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dan belum

pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu.


21

G. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini tersusun secara sistematis, maka peneliti akan membagi

penelitian ini menjadi 5 (lima) bab, dan setiap bab akan terbagi ke dalam masing-

masing sub bab seperti berikut ini:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah dan

sistematika penulisan.

Bab II merupakan landasan teori yang terdiri dari al-‘ajilah ditinjau dari

aspek etimologi, ditinjau dari aspek terminologi, identifikasi Ayat, pendapat ulama

tafsir klasik dan kontemporer terkait al-‘ajilah.

Bab III merupakan deskripsi tentang biografi M. Quraish Shihab, Tafsir Al-

Misbah, metode dan corak tafsir Al-Misbah.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang

analisis makna al-‘ajilah menurut M. Quraish Shihab dan nilai-nilai yang terkandung

di dalamnya.

Bab V adalah penutup yang memuat kesimpulan dan saran.


22

H. Daftar Pustaka

Buku:
Child Narbuko dan Abu Ahmad. (1997). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

H. Nashruddin Baidan dan Hj. Erwati Aziz. (2016). METODOLOGI KHUSUS PENELITIAN
TAFSIR. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

H. Rifa'i Abubakar. (2021). Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: SUKA-Press.

H. Rosihon Anwar. (2009). Pengantar Ulumul Qur'an. Bandung: Pustaka Setia.

Hj. Siti Maryati dan Syarif Hidayatullah. (2015). AL-MUGHNI (AL-QUR'AN TERJEMAH DAN
TAJWID WARNA). Bekasi: Mulia Abadi.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI. (2009).
Tafsir Al-Qur’an Tematik: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, Dan Berpolitik.
Indonesia: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kementrian
Agama RI.

M. Alfatih Suryadilaga, et. al. (2005). METODOLOGI ILMU TAFSIR. Yogyakarta: Penerbit
TERAS Ngawen Maguwoharjo Sleman.

M. QURAISH SHIHAB. (2002). TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an,
Volume 14. Jakarta: Lentera Hati.

M. Quraish Shihab. (2002). TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an,
Volume 7. Jakarta: Lentera Hati.

M. Quraish Shihab. (2017). Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam. Tangerang:
PT. Lentera Hati.

Al- .Al-Mu'jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Qur'an .)6991( .Muhammad Fu'ad 'Abd al-Baqi
.Qahirah: Dar al-Fikr

Rahmadi. (2011). Pengantar Metode Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press.

SAMARINDA, T. P. (2015). PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH IAIN SAMARINDA.


Samarinda: TIM PENYUSUN PEDOMAN KARYA TULIS ILMIAH IAIN SAMARINDA.

Jurnal:

Deni Sopiansyah, et.al. (2021). Kehidupan Dunia dan Akhirat Dalam Perspektif Pendidikan
Islam. AS-SYAR'I, Vol. 3, No. 2, 2021.

Eka Safliana. (2020). AL-QUR'AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP MANUSIA. JIHAFAS, Vol. 3,
no. 2, Desember 2020.
23

Endad Musaddad. (2004). METODE DAN CORAK TAFSIR QURAISH SHIHAB: Tela'ah Atas
Buku Wawasan Al-Qur'an. AL-QALAM, Vol. 21, No. 100, Januari-April 2004.

Fuadi. (2015). Metode Historis: Suatu Kajian Filsafat Materialisme Karl Marx. Substantia,
Vol. 17, no. 2, oktober 2015.

Lailatul Fitriah. (2016). JANGAN TERLALU MATERIALISTIK! MATERIALISME SEBAGAI TOLAK


UKUR KEPUASAN HIDUP. PSIKOVIDYA, Vol. 20, No. 1, April 2016.

Maria Goreti Hengo. (2021). DAMPAK MATERIALISME, PENGENDALIAN DIRI DAN


MOTIVASI PADA PERILAKU PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA. JOURNAL OF
MANAGEMENT, Vol. 14, No. 1.

Miftah Khilmi Hidayatulloh. (2018). KONSEP DAN METODE TAFSIR TEMATIK (STUDI
KOMPARASI ANTARA AL-KUMI DAN MUSTHOFA MUSLIM). Al-Bayan, vol. 3, no. 2.

Miza Nina Adlini, et. al. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul, vol.
6, no. 1.

Munawar Rahmat. (2012). MANUSIA MENURUT AL-QUR'AN CENDERUNG


MEMPERTUHANKAN HAWA NAFSUNYA. Pendidikan Agama Islam - Ta'lim, vol. 10,
no. 2.

Nursapia Harahap. (2014). Penelitian Kepustakaan. Iqra’, Vol. 08, no. 01.

Umiarso dan Syamsul Rijal. (2019). Kristalisasi Nilai Materialisme dalam Pembentukan
Perilaku Konsemeristik di Kalangan Masyarakat Perkotaan Banda Aceh.
Kontekstualita, vol. 34, no. 1, juli 2019.

Skripsi:

Nikmah. (2022). TAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP MAKNA MASABIH DALAM


ALQURAN. Skripsi: FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA MEDAN.

Robi'ah Afifah. (2021). TABIAT MANUSIA DAN TERAPINYA DALAM AL-QUR'AN (Kajian
Tematik Surah Al-Ma'arij ayat 19-34). Skripsi: Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Siti Zakiyatul Mufidah. (2022). TERGESA-GESA DALAM AL-QUR'AN Wawasan dan


Implikasinya dalam Realita Fenomena Keagamaan di Masyarakat. Skripsi:
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Kediri.

Ulfa Mardiyani. (2022). KARAKTERISTIK SIFAT NEGATIF MANUSIA DALAM AL-QUR'AN.


Skripsi: Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.

Zainudin. (2020). Al-'Ajilah menurut Sayyid Quthb Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. Skripsi:
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultas Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
24

Website:
Al-Maany. (t.thn.). Al-Maany. Diambil kembali dari Al-Maany.com:
https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%B9%D8%AC%D9%84/#meaning
25

I. Outline

“ANALISIS MAKNA AL-‘AJILAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB

DALAM KITAB TAFSIR AL-MISBAH (KAJIAN TAFSIR TEMATIK)”

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maasalah

B. Batasan dan Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Penegasan Istilah

E. Metode Penelitian

F. Tinjauan Pustaka

BAB II : KAJIAN MAKNA AL-‘AJILAH

A. Pengertian Makna Al-A’jilah

1. Ditinjau Dari Aspek Etimologi

2. Ditinjau Dari Aspek Terminologi

3. Al-‘Ajilah dalam Al-Qur’an

B. Deskripsi Ayat Al-‘Ajilah Yang Menjadi Fokus Kajian

1. Identifikasi Ayat

2. Pendapat Ulama Tafsir Terkait Al-‘Ajilah

a. Pendapat Ulama Tafsir Klasik

b. Pendapat Ulama Tafsir Kontemporer

BAB III : BIOGRAFI MUHAMMAD QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL-

MISBAH

A. Biografi M. Quraish Shihab dan Karya-karyanya


26

B. Mengenal Tafsir Al-Misbah

C. Metode dan Corak Tafsir Al-Misbah

BAB IV : AL-‘AJILAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DALAM

TAFSIR AL-MISBAH

A. Ditinjau dari Aspek Bahasa

B. Hasil Penafsiran M. Quraish Shihab

C. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Tafsir Al-Misbah

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai