Anda di halaman 1dari 12

NIHAIYYAT: Journal of Islamic Interdisciplinary Studies

Vol. 2, No. 2, Agustus 2023


ISSN: xxxx (online)
https://ejournal.tmial-amien.sch.id/index.php/nihaiyyat/index

Cara Beretika dengan Fakir


Miskin Menurut Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani

RIZQIYATUL QONITAH
TMI Al-Amien Prenduan
e-mail: rizqiyatulqonitah@gmail.com
-------------------------------------------------------------------------------

Abstrak
Setiap ciptaan Allah SWT dengan keberadaannya
didunia, memiliki peranan yang bermacam-macam
seperti halnya sebuah pentas drama disebuah
panggung. Tidak semua aktor pemainnya sama,
ada yang berperan sebagai sosok antagonis, ada
juga yang berperan sebagai sosok yang protagonis,
selain itu ada juga yang berperan sebagai
pembantu dan figuran. Dengan adanya tersebut
drama bisa dimainkan dengan baik dan
menarik.Tapi dibalik semua peran itu ada yang
menyutradarai drama tersebut. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an disebutkan
bahwa dunia adalah permainan dan sutradaranya
adalah Allah SWT.Dan manusia disini diciptakan
dengan kelas ekonomi yang berbeda, ada yang
kaya, yang miskin, dan ada yang menengah.
Dan tujuan dari peneliti ini adalah untuk
mengetahui konsep beretika dengan fakir miskin
menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan

119
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

mengetahui kedudukan fakir miskin dihadapan


Allah SWT.
Dengan menggunakan motode kualitatif
pustaka, maka peneliti memperoleh data dari
kumpulan buku-buku dan dokumen tertulis
lainnya.Yaitu dengan metode non-statistik,
sehingga mendapatkan data yang dapat
ditafsirkan.
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti adalah
mengetahui konsep Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
dalam beretika dengan fakir miskin.Syekh Abdul
Qadir mengajarakan kepada kita untuk selalu
menyayangi fakir miskin seperti melunasi hutang-
hutangnya, janganlah berpaling dari fakir miskin
dan melantarkannya, serta memberikan haknya
sebagai penerima zakat.

Kata Kunci: Cara, Etika, Fakir miskin.

PENDAHULUAN
Definisi fakir miskin menurut Syekh An-Nabhani dalam
kitab yang ditulisnya Nidzamul IqtishadiFil Islam, menjelaskan
bahwa orang fakir miskin adalah orang yang punya harta, tetapi
tidak mencukupi kebutuhan pembelanjaan.
Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan
manusia semakin materialistis dan hedonis.Akibat dari itu
adalah semakin banyaknya kaum miskin yang terjadi
dikalangan masyarakat.karena penilaian seseorang terlalu
terfokuskan pada nilai materi dan gaya hidup, fakir miskin pun
dianggap sebagai kalangan masyarakat paling bawah. Letak
tersebut menempatkan fakir miskin ketempat yang terendah,
sehingga Membuat fakir miskin mendapatkan kesejahteraan

120
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

yang kurang, pendidikan kurang, dan penghargaan juga tidak


ada.
Nilai agama dan kepedulian terhadap fakir miskin pun
semakin menipis. Orang fakir miskin pun tidak diperhatikan.
Terkadang penderitaan hidup mereka dimanfaatkan oleh
banyak kepentingan, akan tetapi setelah misi- misinya tercapai,
maka akan dicampakkan begitu saja. Sekalipun demikian fakir
miskin memiliki kedudukan mulia disisi Allah SWT, bahkan
diibaratkan sebagai hiasan diakhirat, seperti halnya sebuah
perhiasan. Oleh karena itu kewajiban bagi kita untuk
menyantuni fakir miskin dan harus memperhatikan tata cara
beretika dengan fakir miskin. “Santunilah agar tidak menjadi kufur
karena kufur sangatlah dekat dengan kekufuran” 1.Terutama sikap
syekh Abdul Qadir yang memuliakan fakir miskin dan
memberikan sebagian harta melunasinya2.
Penelitian serupa juga pernah diteliti oleh saudari Iswatul
Hasanah, program studi Ekonomi Syari’ah, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel pada tahun 2019, yang berupa Tesis
dengan judul “Pemberdayaan Anak Yatim Melalui Program
Santunan Kambing Oleh yayasan Dana Sosial Al- Falah.”
Persamaan dari penelitian itu adalah sama sama dilatar
belakangi oleh kemiskinan yang tidak pernah selesai
dipecahkan. Perbedaannya adalah peneliti tersebut meneliti

1
Ben Akrom Kasyaf S, Dahsyatnya Menyantuni Fakir Miskin (Cipayung:Al-
Maghfiroh, 2013), hal. 5
2
Muchlas Al Farabi, Kitab Nasihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani (Yogyakarta
:Araska, 2018), hal.123

121
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

tentang pemberdayaan atau usaha yang dilakukan untuk anak


yatim dan fakir miskin dengan program santunan kambing,
sedangkan dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang cara
beretika dengan fakir miskin menurut Syekh Abdul Qadir Al
Jailani.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yakni


Kualitatif Pustaka (Library Research) dengan mengambil teori-
teori dan data-data dari buku-buku ilmiah.Adapun jenisnya
yakni komparatif yang membandingkan pendapat dua
perspektif menurut Medis dan Agama Islam.
Sebelum menemukan hasil dari penelitian yang akan
diteliti, maka diperlukan beberapa tahapan untuk memperoleh
hasil dari suatu penelitian. Berikut teknik analisis data yang
digunakan: Pertama Persiapan, yakni mengumpulkan data
mentah. Data mentah yakni merupakan data yang apa adanya,
dan tidak boleh dicampuri dengan pikiran, komentar dan sikap
peneliti3.Kedua, Pengolahan data yakni mengkategorikan data
sesuai kata kunci dan pembahasan yang akan dijabarkan oleh
peneliti. Ketiga, Triangulasi yakni proses chek dan rechek
antara satu sumber data dengan sumber data lainnya4. Hal ini
memugkinkan peneliti untuk mempermudah dalam proses

3
Muhtadin Abdul Mun’im Metodologi Penelitian Untuk Pemula (Sumenep: Pusdilam,
2014)
Hal. 82
4
Ibid Hal. 86

122
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

penyimpulan data akhir. Dan yang keempat, Penyimpulan


Akhir yakni proses analisis data untuk menghasilkan suatu
kesimpulan tertentu terhadap permasalahan yang sedang
diteliti5. Kegiatan ini dilakukan untuk menyimpulkan data akhir
sebagai hasil dari apa yang telah diteliti.

PEMBAHASAN
Didalam agama Islam menjelaskan bahwa orang di
kategorikan fakir miskin adalah mereka yang mempunyai
pekerjaan, tetapi masih belum mencukupi kebutuhan pokoknya
yang berupa sandang, pangan, dan papan. Bisa jadi mereka ada
pakaian untuk menutupi auratnya tapi alakadarnya atau tidak
bagus, makan ala kadarnya meskipun Cuma nasi dan garam,
dan terkadang tidak memiliki rumah untuk berteduh. Atau
mereka memiliki tempat tinggal walapun hanya sekedar
berteduh, bisa juga makan akan tetapi tidak mencukupi
kebutuhan badaniahnya, seperti yang diidealkan dalam
kesehatan, dan sebagainya6.
Didalam Al-qur’an Allah SWT banyak membahas tentang orang
fakir, baik dari hak-hak mereka, gambaran mereka, kedudukan
mereka, dan lain sebagainya. Adapun dalam Al-qur’an
menjelaskan sifat orang fakir sebagaimana berikut :

5
Ibid Hal. 86
6
Ben Akrom Kasyaf S, DahsyatnyaMenyantuni Fakir Miskin (Cipayung: Al-
Maghfiroh, 2013), hal.2

123
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

ْ‫نْ َسيِّآْتِ ُك ْْم‬ ْ ‫َاوتُؤْ ت ُ ْوه‬


ْْ ‫َاالفُقَرآ َءفَ ُه َو َخي ٌْرلَ ُك ْْمْ َويُ َك ِفّ ْر َعنْ ُك ْْمْ ِم‬ َ ‫نْت ُ ْخفُ ْواه‬
ْْ ‫تْفَنِع َّما ِهىْ َو ِإ‬ َّ ‫نْتُبْدواال‬
ِْ ‫ص َدقَا‬ ْْ ‫ِإ‬
ْ‫للاُْبِ َماتَعْ َملُ ْْونَْْ َخ ِبي ٌْر‬
ْ ‫َو‬

Artinya:
”Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik
sekali.Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan
kepada orang orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu. Dan Allah SWT akan menghapuskan dari kamu
sebagian kesalahanmu. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271)
Di dalam Al- Qur’an pembahasan orang miskin sebagaimana
orang fakir, bahkan seringkali disebutkan kata miskin
bersanding dengan kata fakir, pada umumnya menjelaskan
tentang hak dan kewajiban terhadap mereka7. Didalam hadits
Rasulullah SAW menyebutkan agar manusia senantiasa
menyikapi kemiskinan tersebut bukan menjadi musibah, akan
tetapi menjadi sebuah keberkahan, baik itu bagi mereka yang
kaya maupun bagi mereka yang miskin sendiri8.
Dalam riwayat dijelaskan bahwa diakhirat nanti orang orang
miskin lebih banyak yang masuk surga dibandingkan dengan
orang kaya. Sebagaimana penjelasan dalam Shahih Bukhari
diriwayatkan dari Usamah bin Zaid bahwa Nabi SAW,
bersabda, “ Aku berdiri di pintu surga. Maka kebanyakan orang yang
memasukinya adalah orang orang miskin, sedangkan orang orang kaya

7
Ibid, hal: 17
8
Ibid, hal: 25

124
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

tertahan.Hanya saja, para penghuni neraka telah diperintahkan masuk


neraka.” (HR. Bukhari)9.
Menurut pandangan umum, apabila seseorang memiliki
harta benda yang lumayan banyak maka orang tersebut dikenal
orang kaya.Namun sebaliknya, apabila seseorang hanya
memiliki harta benda seadanya maka orang tersebut dikatakan
dengan miskin.Sehingga banyak orang yang berlomba-lomba
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun
keluarga agar terbebas dari kemiskinan.Begitu juga fakir, apabila
miskin dipandang sedemikian itu oleh masyarakat maka fakir
lebih parah dari miskin.Bahkan kata fakir kerap disandingkan
dengan kata miskin untuk menunjukkkan kemiskinan yang
parah seperti “fakir miskin. 10”
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam nasihatnya yang beliau
berpesan, “ Bila anda mencintai diri anda, anda akan memakai
pakaian terbaik, makanan paling lezat, tempat tinggal paling elok,
harta yang banyak, kenapa anda tidak bersikap seperti untuk sahabat
anda yang muslim? Berarti anda sungguh pendusta jika anda mengaku
iman anda telah sempurna.”Di dalam kitab Al-Fuyudhat al-
Rabbaniyyat halaman 28, Syekh Abdul Qadir berkata: “Cukup
bagimu di dunia ini membiasakan dua perbuatan yaitu menyayangi
fakir miskin dan menghormati pemimpin11”

9
Ibid, hal: 26
10
Ibid, hal: 27
11
Muchlas Al Farabi,Kitab Nasihat Syekh Abdul Qadir Al-
Jailani(Yogyakarta:Araska 2018), hal. 108

125
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

Diantara konsep yang telah diajari oleh Syekh Abdul Qadir Al-
Jailani yaitu, pertama melunaskan Hutang-hutangnya karena
suatu kaum disibukkan untuk memberi kepada makhluk,
mereka mengambil dan memberi.Mengambil dari karunia dan
rahmat Allah SWT dan memberikan kaepada fakir miskin yang
ditimpa kesempitan, mereka tunaikan hutang orang yang tiada
kuasa untuk melunaskannya.
Kedua, janganlah Berpaling dari Fakir Miskin, jika ada
seorang pengemis, janganlah berpaling darinya karena itu akan
menghapus keberkahan darimu. Syekh berpesan: “Bantulah
saudara kalian yang fakir dengan sebagian harta kalian, janganlah
menolak pengemis padahal kalian mampu memberikan sesuatu
baginya, baik besar maupun kecil. Raihlah kasih sayang Allah dengan
pemberian kalian.Bersyukurlah kepada Allah yang telah membuat
kalian mampu memberi, jika pengemis adalah hadiah dari Allah,
sementara kalian mampu memberinya mengapa kalian menolak hadiah
itu?”
Ketiga, memberikan Haknya Sebagai Penerima Zakat,
sebagaimana syekh berpesan:”Kalian mempunyai tetangga serta
saudara fakir, dan kalian mempunyai harta lebih yang wajib dizakati.
Mengapa kalian tidak menyisihkan sebagian rezeki untuk
mereka?Padahal mereka, setiap sesuatu yang kalian berikan itu
mengandung keridaan (doa) orang fakir”.12
Kedahsyatan yang kita peroleh ketika kita mencintai dan
menyantuni fakir miskin adalah: pertama, akan mempertebal

12
Ibid, hal: 124

126
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

ketakwaan kepada Allah SWT Rasulullah SAW bersabda: “Saya


wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah SWT, karena
takwa itu adalah pokok dari segala perkara.”(Nasr bin Muhammad
bin Ibrahim)13.Kedua, menjadi orang yang beruntung
Sebagaimana sebuah anonim mengatakan bahwa, “orang bodoh
kalah dengan orang pintar, orang pintar kalah dengan orang licik,
orang licik kalah dengan orang beruntung 14.”Ketiga, membawa
kebahagiaan dunia dan akhirat15.Keempat, menumbuhkan sifat
dermawan16.Kelima, meningkatkan rasa syukur 17. Dan keenam,
membersihkan harta yang kotor.Allah SWT bersabda: “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah SWT Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-
Taubah: 103)18.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kedudukan fakir
miskin dihadapan Allah SWT,di akhirat nanti mereka
akandimuliakan oleh Allah SWT, memasuki surga pertama kali

13
Ben Akrom Kasyaf S, DahsyatnyaMenyantuni Fakir Miskin (Cipayung: Al-
Maghfiroh, 2013), hal.69
14
Ibid, hal: 73
15
Ibid, hal : 74
16
Ibid, hal : 80
17
Ibid, hal : 82
18
Ibid, hal: 89

127
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

karena hisab hartanya lebih sedikit, dan memasuki surga


bersama Rasulullah SAW. Sebagaiman sabda Rasulullah SAW:
“Wahai Aisyah, cintailah orang yang miskin dan akrablah dengan
mereka agar Allah juga akrab dengan engkau pada hari kiamat.” (HR.
Tirmidzi)
Kesimpulan yang kedua, kita harus mengikuti konsep
beretika dengan fakir miskin sebagaimana yang telah diajarkan
oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yaitu:Melunasi hutang-
hutangnya, janganlah berpaling dari fakir miskin dan
menelantarkannya, dan memberikan haknya sebagai penerima
zakat.
Kesimpulan ketiga yang diperoleh adalah kedahsyatan
mencintai fakir miskin yaitu: Mempertebal ketakwaan kepada
Allah SWT, menjadi orang yang beruntung, membawa
kebagiaan dunia dan akhirat, menumbuhkan sifat dermawan,
meningkatkan rasa syukur, dan membersihkan harta yang
kotor.
DAFTAR PUSTAKA
Al-farabi, Muchlas,“Kitab Nasihat Syekh Abdul Qadir Al-
Jailani”,(Yogyakarta: Araska, 2018.)

Almaududy, MHD Rois,“Menyibak Kisah, Menyibak


Hikmah”,(Yogyakarta: Checlist, 2018.)

Bud, Dep, Dik, “Kamus Besar Bahasa Idonesia”, (Jakarta: Balai


Pustaka, 1996.)

Kasyaf S, Ben Akrom,“Dahsyatnya Menyantuni Fakir Miskin”,


(Jakarta Timur: Al- Maghfiroh, 2014.)

128
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

Muhibuddin, Muhammad,“Kisah Kisah Keajaiban Syekh Abdul


Qadir Jaelani”,(Yogyakarta: Araska, 2018.)

Mun’im, Muhtadi Abdul,“Metodelogi Penelitian Untuk Pemula”.


(Prenduan: ALAMIEN printing, 2014.)

Rosihon, Anwar, “Akhlak Tasawuf”. (Bandung: Pustaka Setia,


2010.)

Abdurrahman, Muhammad, “Akhlak Menjadi Seorang Muslim


Berakhlak Mulia”, (Depok: Rajawali Press, 2012.)

Az-Zuhaili, Wahbah, “Tafsir Al-Munir Aqidah Syari’ah Manhaj”,


(Depok: Gema Insani, 2014.)

Al-Jailani, Abdul Qadir,“ Buku Saku Etika Islam Sehari-hari”,


(Jakarta: Zaman klasik, 201.)

129
Rizqiyatul Qonitah | Nihaiyyat (Vol. 2, No. 2, Agustus 2023)

Halaman ini sengaja dikosongkan.

130

Anda mungkin juga menyukai