Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/314054297

AGAMA DAN KEMISKINAN

Chapter · March 2011

CITATIONS READS

0 2,778

1 author:

Wardani Wardani
Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin
48 PUBLICATIONS   22 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Penelitian di UIN Antasari 2015 View project

Penelitian di UIN Antasari 2017 View project

All content following this page was uploaded by Wardani Wardani on 26 February 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISTAM DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN
Dr. Wardani, M.Ag.l

lK@*;,ruxl"#.
liki harta benda atau serba keku-
rangan, karena berpenghasilan
rendah. Sedangkan, kata "fakir"
bermakna orang yang sangat
I Penulis sekarang adalah tenaga administrasi (staf pembantu
bidang akademik kemahasiswaan) pada Fakultas Ushuluddin
IAIN Antasari Baniarmasin. Meraih gelar doktor di Pascasarjana
IAIN Sunan Ampel Surabaya, alumnus Pendidikan Kader Mufassir
(PKM) di Pusat Studi al-Qur'an (PSQ) selama enam bulan di
fakarta (2009) dan dua bulan di Cairo (2010), dan pemah mengikuti
kursus singkat (short course) menulis akademik (acailzmic writing)
di Universitas Leipzig Jerman (2010). Memperoleh penghargaan:
sebagai wisudawan sarjana (S1) terbaik (1998), wisudawan pro-
gram magister (S2) terbaik dengan penyelesaian studi tepat
waktu, penghargaan "Mitra Pembangunan Banua" dari Gubemur
Kalimantan Selatan (2004), award tesis terbaik nasional (2006)
dari Direktorat Pendidikan Islam Kementrian Agama, anugerah
Intlonesian Scholar Dissertation Award (ISDA) dari The Indonesian
lnternational Erlucation Foundation (IIEF) Jakarta (20{0),
penghargaan direktur Program Pascasarjana, Rektor, dan BTN
sebagai wisudawan program doktor (S3) terbaik (2010), dan pemah
memenangkan beberapa lornba karya tulis ilmiah. Karyanya,
antara lain, adalah "Epistemologi Kalam Abad Pertengahan"
(Yogyakarta, LKIS, 2003). Email: mwardanibjm@gmail.com;
wardani.anwar@yahoo.co.id.

85
AMmalan Kemiskiuau
rskvn lau P eugent'asan Kewisfunnn

kekurangan, atau sangat miskin. Standar hidup


yang menjadi indikator kemiskinan adalah dunia yang tentu juga akan mengalami
pergeseran, seperti apakah $2 perorang perhari
pendapatan. Jika pendapatan tidak bisa
mencukupi untuk keperluan pokok.
memenuhi kebutuhan standar, maka yang
bersangkutan disebut miskin. Secara sederhana, Dalam al-Qur'an, orang miskin dan orang
kita bisa mengukur kemiskinan dengan menga_ fakir disebut sebagai orang-orang yang berhak
cu ke standar upah minimum provinsi tahun menerima zakat, padahal zakat yang dikelola
201.0 (untuk Kalimantan Selatary Rp1.024.50e_ dengan model pengelolaan selama ini hanya bisa
perbulan), sekalipun standar pemerintah dalam meringankan penderitaan kemiskinan sewaktu-
upah dan, khususnya, standar minimal penda_ waktu saja. Dalam al-Qur'an terdapat anjuran
patan terendah dalam mengukur tingkat agar umat Islam mencari karunia atau kelebihan
kesejahteraan rakyat Indonesia bisa saja lebih dari Allah SWT (QS. a1-|umu'ah:L0). Dalam QS.
politis, karena dengan menetapkan standar al-Duha:8, dalam konteks pujian terhadap Nabi
terendah atau malah standar yang tidak jelas, Muhammad, "Bukankah Allah telah mendapati-
sebagaimana kritik sebagian kalangan, hanya mu miskin, kemudian Dia menganugerahkan
unhrk menutupi sejumlah angka orang miskin kepadamu kecukupan?", terdapat anjuran
yang terdata di Indonesia. Ukuran garis kemis_ secara implisit agar umat Islam berupaya
kinan nasional adalah besarnya pendapatan mencapai kehidupan yang berkecukupan,
yang diperoleh oleh setiap individu untuk karena dalam keadaaan berkecukupan dalam
memenuhi kebutuhan makanan sebesar 2.L00 ayat ini disebut sebagai anugerah dan pujian.
kalori perhari perorang dan untuk memenuhi Bahkaru Atlah SWT mencela orang-orang yang
non-makanary berupa perumahary kesehatan, mengharamkan hiasan-hiasan duniawi yang
pendidikan, pakaian, transportasi, barang, dan telah diciptakan olehAllah SWT untuk manusia
jasa. Standar yang digunakan oleh Badan pusat (QS. al-Araf:32). Dalam QS. al-Baqarah:268,
Statistik untuk mengukur kemiskinan tentu dinyatakan dalam ungkapan berlawanan, yaitu
harus mengalami penyesuaian setiap ada Allah SWT menjanjikan ampunan dan anuge-
pergeseran tuntutan kebutuhan pokok. Di rah, sedangkan setan menjanjikan kekafiran.
samping itu, ada standar kemiskinan versi bank
Begitu juga, dinyatakan bahwa mencari

86
87
Agavna ban Kewisfonau rcIavn bau Pengeutasan Kemiskiunn

kelebihan dari Allah SWT atau mencari nafkah akan bertentangan dengan semangat umum
tidak dilarang untuk dilakukan selama musim ajaran Islam, baik dalam al-Qur'an maupun
haji (QS.al-Baqarah:198). dalam hadits-hadits Nabi yang lain. Pemahaman
Begitu kuatnya penekanan bahwa kemis- tekstual terhadap ungkapan itu akan berten-
kinan harus diberantas, sehingga dikenal ung- tangan, misalnya, dengan sabda Nabi yang
kapan: "Hampir saja kefakiran menjadi keku- memohon perlindungan dari Allah SWT agar
furan". Hal itu karena kefakiran atau kemiskin- terhindar dari cobaan akibat kemiskinan (al-
an bisa menjadi penyebab orang tidak bisa ber- Bukhari dari Aisyah) dut dengan sabda beliau
konsentrasi untuk beribadatu dan pada tingkat yang memohon agar diberi sikap dengan
kemiskinan yang parah, akan rentan pindah kehormatan diri dengan tidak menunjukkan
agama karena alasan ekonomi. Bagaimanapun, keperluan ('iffoh) dan kekayaan (ghina). Beliau
keberagamaan berkaitan erat dengan kemam- juga berkata kepada Sa'd, "Sesungguhnya Al-
puan ekonomi. Islam mengajarkan tidak hanya lah mencintai hamba yangberkecukupan (kaya)
pemeluknya saleh dari agama, melainkan juga yang bertaqwa dan tidak menonjolkan diri" dan
memiliki kekuatan dari segi ekonomi. Di ber- kepada Amr bin Ash, 'Alangkah baik harta
bagai belahan dunia, umat-umat Islam tampak yang baik di tangan orang yang baik pula".
masih tertinggal. Karena penekanan dalam Menurut Yusuf al-Qaradhawi, yang dimaksud
pemberantasan kemiskinan ini, sumber-sumber dengan kata "miskin" dalam ungkapan di atas
agama, seperti sabda Nabi dalam doabeliau, "Ya adalah sikap tawadhu' dan rendah hati. Nabi
Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, Muhammad SAW sendiri berdoa, "Ya Allah, aku
matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan berlindung dari kekufuran dan kekafiran"
kalau lah aku di akherat nanti bersama orang- (Hadits riwayat Abu Daud). Beliau juga berdoa,"
orang miskin" (Ibn Majah dari Abu Sa'id al- Ya Allah, aku berlindung dari kefakiran, keku-
Khudri dan al-Thabrani dari 'Ubadah bin al- rangan, dan kehinaan, dan aku berlindung pula
Shamit) perlu dijelaskan konteks sesungguhnya dari menganiaya dan dianiaya" (Ibnu Majah dari
apa yang diinginkan oleh Nabi, karena al-Hakim).
pemahaman tekstual terhadap ungkapan itu

88 89
Agawa bau Kevniskinan rslaw b an P engent^asau Kevniskinan

Kemiskinan: Akar dan Pemecahannya antara pandangan teologis dengan semangat


Umat Islam dari segi kuantitas adalah yang ekonomi. Melalui ajaran Calvin, orang-orang
terbanyak (mayoritas). Meski demikian, banyak Protestan diajarkan bahwa mereka memiliki
dari umat Islam yang masih jauh dari standar kemungkinan sama dalam hal selamat atau
ekonomi, padahal Islam memiliki konsep untuk celaka. Soal keselamatan ini melahirkan sikap
mengentaskan kemiskinan. Tentu, ada sesuatu asketisme keduniaan. Ketidakpastian dalam
yang salah dalam memahami ajaran Islam, keselamatan tersebut mendorong kalangan
mengelola atau rnemanage potensi besar umat Calvinis untuk menabung perolehan kerja
Islam ini. Akar dan solusi atas problematika mereka dalam bentuk modal. Ada tanggung
kemiskinan pada dasarnya adalah sebagai jawab bagi setiap individu agar hidup di alam
berikut. Pertama, teologi aktivisme. Kita perlu ini seakan-akan ia selamat. Kajian ini setidaknya
memperbarui berbagai pandangan-pandangan menunjukkan adanya kaitan antara semangat
keagamaan Islam yang berimplikasi tidak kerja dengan pandangan keagamaan, meskipun
memiliki visi etos kerja yang baik. Harus diakui semangat kapitalisme tersebut juga berkaitan
bahwa kemiskinan berkaitan erat dengan dengan ketidakpastian teologis. Namun, dalam
prestasi kerja, kreativitas, dan etos kerja. Dengan banyak haf terutama dalam Islam, etos kerja
ungkapan lain, etos kerja yang baik akan berkaitan erat dengan "kepastian" teologis,
melahirkan tingkat ekonomi yang baik pula. seperti apakah perbuatan diciptakan secara
Pandangan teologis atau keyakinan yang hakiki oleh tuhan atau manusia sendiri, apakah
berorientasi fatalisme harus diperbaharui, takdir keberuntungan-ketidakberuntungan/
karena hanya akan menciptakan angan-angan. termasuk kaya-miskin, seluruhnya atau sebagi-
Kita memerlukan pandangan teologis yang annya ditentukan oleh tuhan atau manusia
berbasis aktivis dan progresif, karena hanya sendiri, apakah manusia adalah agen yang
dengan itu, umat Islam akan memiliki visi merekayasa masa depannya, dst.
ekonomi yang bagus. Max Weber dalam The Jawaban teologis terhadap permasalahan ini
Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism telah bukanlah kategori ketat bahwa seseorang yang
membuktikan bahwa memang ada kaitan beretos kerja tinggi harus menjadi seorang

90 97
rcIavn ban Pengentnsau Kewisfunan
Lgwna lan Kewisfuuan

penganut teologi Asy'ariyyah atau Mu'taztlah, melainkan juga menekankan pandangan


karena kedua teologi ini, atau teologi-teologi lain aktivisme.
yang berkecenderungan sama, sama-sama Kedua, fiqh pemberdayaan masyarakat
memiliki kelemahan. Yang pertama terlalu miskin. Fiqh tidak hanya berkaitan dengan
teosentris, sedangkan kedua terlalu rasionalis- pengaturan harta, seperti tampak dalam Kitab
kaku. Sebagai gantinya pandangan-pandangan al-Amwal karya Abu 'Ubayd, melainkan juga
teologis, sebagaimana pernah disarankan oleh memiliki uraian tentang pemberdayaan
Fazlur Rahman dalam lslam and Modernity, masyarakat miskiru antara lairy melalui zakat.
tentang perlunya melakukan rekonstruksi Al-Qur'an menegaskan tujuan diwajibkannya
sistematis ilmu-ilmu Islam, seperti teologis, fiqtu zakat adalah " agar harta tidak beredar di
dan sufisme, harus dikembalikan kepada uraian- kalangan orang-orang di antara kalian saia".
uraian al-Qu1an sendiri tentang keyakinan dan Ajaran Islam tentang pemberian bantuan
dasar-dasar moralnya. Hal itu karena al-Qur'an (filantropi), seperti melalui zakat, perlu dikelola
memiliki pandangan antropologis yang jelas secara profesional. Zakat perlu diarahkan secara
tentang manusia sebagai makhluk yang maksimal ke arah "memberi kail" ketimbang
dip erhadapkan dengan pencipta, serta memiliki "memberi makan". Kesadaran ini sebenarnya
uraian yang seimbang tentang ayat-ayat tentang sudah ada di hrdonesia melaluiZakat,Infak, dan
peran tuhan (yuog kemudian terlalu ditekankan Shadaqah (ZIS) atau Badan Amil Zakat (BAZ).
oleh kalangan fatalis, jabariyyah) dan Peran Persoalannya adalah apakah pengelolaannya
manusia (yang kemudian terlalu ditekankan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan
oleh kalangan rasion abs, q adariyy ah). Idealny a, sejak semula dan secara profesional? Begitu juga
teologi pekerja, seperti teologi para petani, yang apakah pengelolaannya dipertanggungjawab-
pernah dilontarkan oleh Prof. Dr. M. Zurkani kan kepada publik pemberi zakat? Apakah
Iak ja, dengan bertolak dari ayat seperti "apakah sudah tepat sasaran? Di masyarakat kita
kalian tidak memperhatikan aPa yang kalian umumnya, zakat dianggap sebagai ibadah yang
tartatn?", tidak hanya menekankan fondasi dipentingkan di dalamnya semata keselamatan
teologi bagi aktivitas keseharian mereka, akhirat, sehingga cukup diberikan secara Per-

93
92
ulaw ban Pengentawu Kemishnnn
Lgawn dan Kewnsfunan

sonaf dan sebagai akibahrya hanya mencapai Hal itu karena potensi besar ini tidak dikelola
tujuan minimal (konsumtif, seperti disabdakan dengan manajemen modern. Sebagian umat
Islam yang kaya hanya mementingkan dirinya
oleh Nabi Muhammad bahwa suPaya tidak ada
orang yang kelaparan pada hari raya ada zakat dan mementingkan nasibnya di akherat,
fitrah). jika tujuan zakat hanya itu, bagaimana sehingga sibuk dengan haji dan umrah yang
umat Islam yang masih berada di garis sudah ditunaikanbeberapa kali. Padahal dari 3,6
juta penduduk Kalimantan Selatan, misalnya,
kemiskinan yang memerlukan pertolongan
harus dibantu di hari-hari lairu sedangkan ajaran di mana mayoritasnya muslim, terdapat para
Islam yang lain (sedekah) tidak diperhatikan. pengusaha yang seandainya bisa mengurangi
jumlah haji dan umrah akan menolong saudara-
Pola keberislaman kita selama ini lebih banyak
menganut " akhiratisme" (cuma mementingkan saudaranya sesama muslim yang hidup di
akhirat) dan pola pikir seperti pepatah Arab kolong-kolong jembatan, menolong Pem-
"Telor hari ini lebih baik daripada ayam besok" bangunan lembaga-lembaga pendidikary panti
(bidhatul yaum khair min dajajatil ghad)- Pola asuharL dan para orang funa wisma. Pola keber-
keberislaman yang keliru seperti inilah yang agamaan yang terlalu akheratisme tersebut
menyebabkan umat Islam tertinggal diban- disebabkan karena mereka lebih peka pada
dingkan umat-umat lain. Minoritas yang pahala ritual dibandingkan "pahala" sosial- Umat
dikelola dengan baik akan menjadi lebih berdaya Islam lebih suka menghabiskan dana untuk
dibanding mayoritas yang tercerai-berai. Nah, haulan, misalnya yang menghabiskan banyak
jika zakat diarahkan kepada "memberi ka7L", rupiah dibandingkan ibadah sosial.
seperti permodalan, itu lebih memberdayakan Ketiga, sufisme baru (neo-sufism). Fazlur
umat Islam. Wacana fiqh sudah sering dilontar- Rahman, dalam lslamic Methodology in History,
kan, tidak hanya soal perluasan harta-harta yang mengkiritik banyak ajaran sufisme lama yang
wajib dtzakatt, seperti zakat penghasilan (lihat sebenarnya bertentangan ide-ide moral al-
misalnya Sahal Mahfudtu Nuansa Fiqh Sosial, Qur'an yang seharusnya menjadi dasarnya.
1,42-1,43), melainkan juga pengelolaannya. Menurutnya, banyak ajaran sufisme yanghanya
Sangat mengherankan bahwa umat Islam yang menumbuhkan sifat fasivisme dan fatalisme.
merupakan mayoritas di tanah air justeru rapuh.
95
94
Agaw ban Kevnisfuuan uktn ban Peu1ent"asan Kevnishuan

Padahal, ajaran al-Qur'an yang otentik tentang fatalisme dalam ajaran sufisme tersebu. Al-
konsep-konsep kunci etika menekankan Syarbashi (Mawsu'ah, h. 194) mengkritik
aktivisme. Oleh karena itu, ajaran-ajaran anggapan bahwa sabar adalah etika penegasian
sufisme lama yang berkecenderungan negasi (khuluq salbi) dalam pengertian hanya
kehidupan dunia harus dilakukan "rekonstruksi menekankan menahan penderitaan dengan
sistematis" dengan cara mengembalikan ide-ide sikap pasrah, ridha dengan keadaan, tidak
etika keagamaan yang ditafsirkan oleh para sufi mengatasi permasalahan, dan berupaya
secara keliru ke ajaran-ajaran otentik al*Qur'an menghindar dari kesulitan. Sabar, menurutrya,
dengan memahami tujuan moralnya yang adalah "menahan diri agar tetap sesuai dengan
prinsipil. Sebagai perbandingan, uraian-uraian tuntutan agama dan/atau akal rasional". Al-
Ahmad al-Syarbashi dalam Mawsu'ah Akhlaq al- Qur'an (Ali'Imran:L25) pernah menggunakan
Qur'an (Ensiklopedi Akhlak al-Qur'an) yang ungkapan sabar dan takwa yang, menurut
terdiri dari enam volume, seperti pandangan al- sebagian penafsir al-Qur'an, berkaitan perintah
Qur'an tentang sabar, dengan uraian-uraian Nabi agar pasukan panah bertahan dan
sufisme sangat berbeda. Ibn Atha'illah meng- rnenuruti strategi perang beliau ketika perang
artikan sabar sebagai "menerima segala bencana Uhud. Perang yang berakhir dengan kekalahan
dengan adab yang ba7k", dan ada pula yang bagi kaum muslimin itu adalah karena mereka
mengartikannya sebagai lebur (fana') dalam tidak mau bertahan di pos-pos pertahanan di
bencana tanpa keluhan. Memang, menerima atas gunung dan tidak menuruti petunjuk Nabi.
bencana tanpa keluhan bisa dimengerti sebagai Sabar dalam konteks ini sama sekali tidak
ajaran moral al-Qur':rn. Akan tetapr, titik-tekan berkonotasi fasif dan fatalis, melainkan bertahan
definisi sufi adalah sikap menerirna, karena sabar sebagai strategi perang. Predikat sabar pemah
menjadi tahapan menuju tawakkal yang dilekatkan pada pasukan kaum muslim yang
dipahami sebagai sikap pasrah di hadapan diperintahkan untuk menghadapi musuh yang
tuhan, menghilangkan kehendak pribadi, jumlahnya sepuluh kali lipat (QS. 8/88:65-66).
seperti mayat atau seperti benda yang hanya Dengan demikian, al-Qur'an memiliki struktur
bergerak jika digerakkan oleh tuhan seke- etika yang otentik, yang kemudian terdistorsi
hendak-Nya. Ada penekanan fasivisme dan di tangan para sufi. Muhammad Abdullah
96 97
AWwA ban Kewisktnan x[am ban Pengentasavt Kevnisfunan

Dartaz, seorang dosen Universitas al-Azhar, pandangan sufisme. Nama-nama seperti Ibn
menulis disertasi, Dustur al-Atrchlaq fi al-Qur'an Taimiyah, Ibn Qayyim al-lauziyah, Ibn
(Norma Etika dalam al-Qur'an). Al-Qur'an Qudamah, Ibn al-lawzi yang seluruhnya
memiliki norma-norma etika (ethical norms) merupakan mata rantai ulama Hanbali, dan al-
yang sifatnya lebih universal yang menjadi Ghazali adalah tokoh-tokoh yang menyerukan
"payung" etika baik-buruk di bawahnya. perlu sufisme yang berorientasi syariat. Inti
Persoalan ini menjadipenting untuk memahami gerakan revivalisme ini adalah mengembalikan
bahwa al-Qu1an memiliki konsep etika religius tendensi asketik, fatalisme, dan fasivisme ke
yang menekankan aktivisme, bukan fatalisme, syariat yang memuat hukum-hukum formal.
sebagaimana dipahami oleh para sufi. Mema- Kesalehan religius tidak mungkin dicapai secara
hami norma etika ini juga menjadi penting sempurna tanpa pemberdayaan ekonomi.
dalam konteks memahami ajaran-ajaran al- Bagaimana para sufi menerapkan perintah al-
Qur'an yang spesifik. Qur'an untuk bersedekah, atau berjihad dengan
Neo-sufisme menjadi penting dalam harta, jika mereka tidak memiliki harta?
konteks ini, karena kita perlu membangkitkan Bagaimana seseorang bisa menyedekahkan harta
semangat umat Islam yang selama ini sebagian yang bukan miliknya? Pertanyaan ini pernah
dibutakan oleh pandangan sufisme yang fasif dilontarkan oleh Fazlur Rahman. ]adi, terdapat
dan fatalisme. Orang bisa saja dengan enteng pertentangan dalam konsep zuhud yang
menyatakan bahwa keadaan sekarang yang melucuti semua keinginan dunia dengan
tidak berkecukupan sudah menjadi kehendak anjuran berderma yang juga digaungkan oleh
Tuhan (sikap teologi.+), dan kita harus meneri- para sufi. Ada baik memperhatikan kehidupan
manya secara pasrah (sikap sufisme fatalis), baik para sufi yang terlihat dari nama-namanya yang
ucapan itu dilontarkan oleh seorang Penguasa sebagian berprofesi sebagai pengusaha. Sufisme
yang ingin menutupi kebijakan-kebijakan perkotaan (urban sufism) sekarang menjadi
politiknya yang tidak pro rakyat miskin tuntutan. Serban dan jubah bisa digantikan
maupun dilontarkan oleh masyarakat miskin dengan dasi, jas, dan topi. Bukankah kedekatan
sendiri yang mengakui sikap tersebut sebagai dengan Tuhan ukurannya adalah kedekatan
hati, bukan simbol? Kritik ini hanya ditujukan

98 99
Agawaban Kevniskinau rc[avn bau Pengentasan Kewifunan

kepada sebagian ajaran sufume lama. Di sisi lain, halnya di kota-kota lain di Indonesia. Keber-
ada ajaran sufisme yang tidak seperti itu, yang adaan lslamic Center (Pusat Islam) berfungsi
diusung oleh kalangan Ahl al-Hadits. gand4 seperti: pertama, pusat kajian dan infor-
Keempat optimalisasi peran sosial institusi- masi tentang Islam di Kalimantan. Mengapa hal
institusi Islam. Selama ini, institusi Islam, terlebih ini diperlukan? Karena apa yang disebut kajian
institusi pemerinta[ lebih cenderung bergerak Islam kawasan (area studies), dalam hal ini
menurut jalur birokratis, formaf dan cenderung Kalimantan, belum tercover secara mendalam
hanya menjadi "pekerja program". Begitu juga, dan memadai di perguruan-perguruan tinggi
tempat ibadah (masjid dan mushalla) sebaiknya Islam, seperti IAIN dan Sekolah Tinggi Agama
juga tidak difungsikan hanya sebagai tempat Islam (STAI) baik aspek kepercayaan Islam
shalat, melainkan menjadi pusat pemecahan wama lokal maupun tradisi yang hidup secara
masalah-masalah umat. Jika kita mengamati sosio-antropologis. Kajian-kajian ini tidak hanya
arah pembangunan di Kalimantan Selatary baik diperlukan dalam konteks kajian Islam Indone-
di Kota Banjarmasin sendiri maupun di luar sia, tapi juga sebagai informasi yang objektif
Banjarmasrn, pembangunan cenderung ke arah bagi pengkaji Islam di dunia. Kedua, pusat pem-
pembangunan fisik, seperti mall dan ruko. berdayaan ekonomi Islam yang secara lengkap
Kebijakan ini hanya menguntungkan kalangan dan komprehensif diarahkan kepada penguatan
atas dan para pemilik modal yang menyuburkan ekonomi umat Islam, tidak hanya di tingkat
kapitalisme, karena pedagang kecil yang atas, melainkan juga di tingkat bawah (masya-
merupakan komunitas terbesar menghadapi rakat akar rumput). Pusat ini menjadi penyedia
masalah permodal:n. Pembangunan pusat- fasilitas pendidikan kewirausahaan, pemben-
pusat perbelanjaan tersebut seharusnya tukan visi ekonomi Islam, penyerapan modal
diimbangi dengan keberpihakan dengan rakyat dan memberikan kredit kepada pengusaha-
kecil dengan menyediakan lembaga-lembaga pengusaha kecil, kerjasama dengan lembaga-
Islam yang menyediakan kredit permodalan. Di lembaga ekonomi lairy melakukan riset dalam
Kalimantan Selatan, saya kira, sudah saatnya bidang ekonomi Islam, seminar, implementasi
dibangun Islamic Center (Pusat Islam) seperti konsep, dll. Khusus tentang pengkreditan
modal, selama ini sangat diperlukan lembga Is-

100 101
Agama dan yevnisfuuau rckw dan P engeutnwn Kewisfuuan

lam yang benar-benar berpihak kepada rakyat pat hal-hal yang positif secara tidak terasa.
dengan cara (prosedur, angsuran, dll.) yang Ketiga, pusat kebudayaan Islam, termasuk di
mudah dan terjangkau, bukan pinjaman yang dalamnya pengembangan seni Islam warna
justeru menyulitkan rakyat kecil. Jadi, dengan lokal. Ini juga memiliki nilai jual tersendiri di
model penanganan yang komprehensif terha- bidang pariwisata di Kalimantan Selatan. Seni-
dap problem-problem umat (ibadah rituaf pen- seni lokal yang tumbuh di masyarakat, seperti
didikaru seminar dan workshop, pembinaan madihin, bapantun, dan panting yan:g memiliki
ekonomi kerakyatan, pusat informasi dan pesan moral melalui pusat kebudayaanlslam ini
dokumentasi, dan penelitian), lslamic Center bisa "diadopsi dan diadaftasi" serta diharmo-
idealnya dirancang menawarkan pemberdayaan nisasikan dengan seni-seni "Islam" yang tum-
umat di semua tingkatan. Jika masyarakatberju- buh global.Natu fungsi terpenting di antara tiga
bel-jubel memadati ke mall-mall untuk berwi- fungsi penting Islamic Center (Pusat Islam)
sata-belanja dan itu artinya mereka mengeluar- tersebut adalah fungsinya sebagai pusat pem-
kan uang yang menguntungkan "raksasa" berdayaan ekonomi Islam, karena jika ekonomi
ekonomi di negeri ini yang sudah kuat,lslamic Islam telah menjadi kuat, maka aspek-aspek lain
Center juga idealnya dirancangkan dengan bisa dibangun dengan sendirinya. Di era oto-
model mall, di mana orang bisa menikmati nomi daerah sekarang ini pemerintah daerah
kenyamanan transaksi seperti halnya berwisata. bisa menangani proyek sosial-kemanusiaan
Bedanya, jika mereka ke mall hanya untuk sekaligus secara ekonomis menjanjikan jika
menghabiskan uang, kini di "rrrall" Islamic Cen- dikelola dengan baik. Tiga fungsi (ekonomi,
fer mereka justru bertransaksi untuk mem- pengetahuan, dan budaya) yang ditopang oleh
bangun wirausaha-wirausaha yang bisa meng- penguasaan teknologi menjadikan umat Islam
hasilkan uang. Di samping itu, mereka tidak akan berdaya. Ilmu pengetahuan adalah kekuat-
hanya disuguhkan berbagai macam bimbingan an (power), sedangkan budaya adalah identitas.
dan peluang usah4 tapi mereka juga dicerdaskan Kelim4 problem budaya. Harus kita akui
dengan pengetahuan agama dan umum. bahwa kemiskinan bukan semata persoalan
Semuanya dirancang menarik sebagai konsep struktural (seperti kebijakan pemerintahan),
"wisata", sehingga menyenangkan dan menda-

t02 103
Agawalau Xewisfuunu rckw ban Pengeutasau Kewnshnan

melainkan penyebab pentingnya mengendap dan perlakuan terhadap warga negara berkaitan
dalam semangat atau etos dan budaya kerja dengan kesempatan yang merata terhadap hak
masyarakat; bagaimana mereka memandang mendapat pendidikan sama/ sarana dan pra-
kerja dan pola kerja mereka sehari-hari. Ada sarana. Orang Papua mungkin tidak memiliki
beberapa contoh kasus yang menggambarkan kesempatan yang sama dalam mendapatkan
kemiskinan bukan sebagai problem struktural, pendidikan yang layak dibandingkan orang-or-
melainkan kultural (budaya). Upaya-upaya ang di Pulau Jawa. Wajar jika orang-orang Papu4
pemberdayaan yang dilakukan bisa terhenti misalnya, kalah dalam persaingan merebut
karena problem kultural. Masyarakat yang kesempatan kerja yang standamya disamakan,
kehilangan etos kerja adalah seperti orang yang sedangkan pendidikan antara keduanya masih
sedang tertidur nyenyak; tidak sadar dengan timpang. Oleh karena itu, perlu kesetaraan
ketertinggalannya. Kemiskinan ekonomi akibat (equality) dalam perlakuan terhadap semua
"kemiskinan kultural" ini bisa diatasi dengan warga negara. ]ohn Rawls, dalam A Theory of
berbagai pendekatan, seperti pendekatan agama. lustice, pemah mengemukakan teori keadilan
Pemah ditemukan fakta bahwa penduduk Desa distributif. Salah satu prinsip keadilan, menu-
menjual alat-alat pertukangan untuk Karang rutnya adalah kesetaraan yang tidak memihak
Taruna yang telah diberikan oleh pemerintah, dalam memperoleh kesempatan (fair equality
hanya untuk kepentingan sesaat. Hal itu karena of opportunity). Keadilan adalah ketidakber-
mereka terbiasa dengan pemberian bantuan pihakan kepada suatu kelmpok tertentu.
makanan yang dikonsumsi habis beberapa hari Dalam al-Qur'aru ajaran tentang keadilan
dibandingkan memikirkan masa depan lebih sangat ditekankan, seperti dinyatakan "Apa saia
jauh. harta rampasan (fai') yang diberikan Allah
Keenam, kemiskinan stuktural (structural kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang
poaerty). Persoalan kemiskinan tidak hanya berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
persoalan kultural, .melainkan juga persoalan unfuk Allah, unfuk Rasul, kaum kerabat, anak-
struktural, karena kemiskinan berkaitan erat anak yatim, orang-orang miskin dan orang-or-
dengan kebijakan pemerintah, undang-und*& ang yang dalam perjalanan, supaya harta itu

104 105
A#mA ban Xwyn&rwt n[aw ban Pengeut^asan Kewisfuunn

jangan bereilar ili antara otang-otang kaya snja "IJrunan Kematian" atau "LIrunan
di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul Kehidupan"?
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang Sebagaimana disinggung sebelumnya,
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bahwa umat Islam umum lebih peka dengan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah akheratisme, persoalan mati, dibandingkan
amat keras hukumannya." (QS. al-Hasyr:7). dengan persoalan masa depan di dunia. Berje-
Amin Rais mungkin tidak bermaksud untuk jalnya para pendaftar haji sururat (haji kedua dan
berapologi, tapi hanya menyebutkan paralelitaq seterusnya) dan umrah di satu sisi, dan
dengan menyatakan bahwa Islam mengaiarkan terbengkalainya agenda-agenda sosial, seperti
"keadilan distributif" (distibutiae justice), yaitu pembangunan pesantren, lembaga sosial,
bagaimana agar kesejahteraan bisa dirasakan pendidikan, keterbelakangan, dan rendahnya
oleh anggota masyarakat, meski tidak berarti derajat kesehatan di sisi lairy menjadi indikasi
sama rata. Dengan ajaran ini,Islam mengingin- kuat bahwa mereka lebih peka dengan urusan
kan agar tidak ada masyarakat yang terlalu kaya, keselamatan di akherat. Di lingkungan kita di
sementara anggota masyarakat yang lain terlalu tingkat RT dan RW, biasanya ada "urunan
miskin. Ungkapan "supaya harta itu jangan kematian", yaitu pengumpulan dana sosial
beredar di antara orang-orang kaya saja ili antara untuk menyelenggarakan Proses keagamaan
kamu" menuniukkan ajaran Islam tentang menguburkan orang muslim yang meninggal,
keadilan sosio'ekonomi. Islam mengakui adanya untuk membikin peti mati, memberi upah
kepemilikan hak pritradi, tapi juga mengajarkan penggali liang lahat, memberi upah orang yang
kepedulian kepada iesama. Atas dasar inilah, memandikan mayat, dan para petugas
misalnya, diajarkan berbagai macam bentuk keagamaary seperi pembaca talqin di kalangan
kedermawanan (charity'1, tidak hanya dalam masyarakat NU. Penjaminan sosial dari tingkat
bentuk zakat (wajib), melainkan juga sedekah paling bawah itu, sebagaimana usul Noorhalis
(sunat). Karena al-Qur'an menyatakan "Dalam Majid (LK3), seharusnya ditindaklanjuti dengan
harta-hartamu ada kewajiban yang telah memperluasnya ke "urunan kehidupan", seperti
ditentukan. Bagr orang yang minta-minta dan pengumpulan dana masyarakat yang diatur
yang tidak berpunya".
107
106
Agawn ban Kevnisktunu

secara lebih profesional untuk mengatasi


persoalan-persoalan kehidupan sehari-hari
seperti kesehatan, kebutuhan sandang, pangan,
pengembangan simpan pinjam untuk usaha,
dan sebagainya. Sebagian persoalan ini memang
telah diambilalih oleh penyelenggara profesional
seperti asuransi kesehatan dan KUD, tapi tentu
saja dengan harga yang tidak semurah dan
mekanisme semudah jika hal itu dikordinasi
oleh masyarakat sendiri. Begitu jtga, dana
pinjaman untuk usaha memang telah disediakan
oleh bank atau unit usaha swasta tertentu
dengan iklan menggrurkan, tapi akan menjerat
masyarakat dengan kapitalisme karena harus
membayar bunga pinjam yang cukup besar. Di
masyarakat perdesaan, sebenarnya sudah ada
model sederhana yang sebenarnya bisa
dikembangkan, seperti urunan untuk membeli
alat-alat dapur, atau sekadar membeli gula
untuk menyongsong bulan Ramadhan.
Akhimya, mayoritas umat Islam ini akan
menjadi berdaya jika potensi kuantitas tersebut
dikelola dengan baik agar ekonominya lebih
kuat baik dengan pendekatan kultural maupun
struktural. Saleh secara agama dan sosial, dan
memiliki keberdayaan secara eknomi adalah
harapan yang dituju.tl

108
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai