Anda di halaman 1dari 13

REVISI MAKALAH

PENDAPAT ULAMA TENTANG ZAKAT HARTA ANAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Muqaranah Mazhahib Fi al-Ibadat

Dosen Pengampu Dr. Syarif Hidayatullah S.S.I. M.A

Disusun Oleh

Amirul Husein (11190430000069)

Citra Amelia (11190430000109)

Dermawan Rezki Otka (11190430000064)

PRODI PERBANDINGAN MAZHAB

KELAS PM-B
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pendapat Ulama Tentang Zakat Harta
Anak ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami sebagai
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dosen Pengampu Dr. Syarif Hidayatullah S.S.I.
M.A selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kita tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Indonesia, 17 Mei 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
B. Pendapat Para Ulama
C. Sebab Perbedaan Pendapat
D. Istinbath Hukum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah salah satu rukun diantara rukun-rukun Islam. Zakat hukumnya wajib berdasarkan
Al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’, atau kesepakatan umat Islam. Zakat adalah salah satu rukun
yang bercorak sosial ekonomi dari lima rukun Islam, pernyataan tersebut memang benar adanya,
dapat dilihat tujuan dari zakat adalah untuk menolong dan juga membantu orang lain yang lebih
membutuhkan, dalam hal ini fakir miskin adalah salah satu contohnya.

Zakat mempunyai kedudukan yang penting, karena zakat mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai
ibadah mahdah fardiyyah (individual) kepada Allah untuk lebih mendekatkan diri dengan Sang
pencipta, dan sebagai ibadah muamalah ijtimâiyyah (sosial) guna menjaga hubungan sesama
manusia.

Islam adalah sebuah sistem integral yang sempurna. Dengan Islam, Allah memuliakan manusia,
dengan Islam manusia dapat merasakan kebahagiaan selama ia hidup di atas permukaan bumi
ini. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, yaitu dimensi hablun min Allâh
dan hablun min al-Nâs, maka persyariatan zakat dalam Islam sangat memperhatikan masalah-
masalah kemasyarakatan terutama nasib mereka yang lemah secara materi.

Didalam pokok bahasan “Ibadat”, Zakat dipandang bagian yang tidak terpisahkan dari salat,
sesungguhnya merupakan bagian sistem sosial-ekonomi Islam, perintah-perintah seperti di atas
amat sangat sering diulang-ulang dalam Al-Qur’an pada beberapa ayat.

Perihal zakat ini tak kurang diterangkan dalam 32 tempat dalam Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan
bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Baiklah dari uraian di atas dengan demikian kami di sini sebagai pemakalah akan membahas
bagaimana ketentuan para ulama tentang hukum zakat harta anak di dalam islam.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Zakat
2. Pendapat para ulama tentang zakat harta
3. Sebab perbedaan pendapat
4. Istinbath hokum

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian zakat
2. Mengetahui pendapat para ulama tentang zakat harta
3. Mengetahui sebab perbedaan pendapat
4. Istinbath hokum
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Zakat

Zakat menurut etimologi bahasa Arab artinya adalah membersihkan atau menumbuhkan.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’la:

‫َقد َأفَلَح َم ن َز َّك ىَها‬

Artinya: “Sungguh beruntung orang yang membersihkannya” (QS. Asy-Syams: 9)

Sedangkan menurut terminologi para ulama fikih, zakat itu adalah memberikan harta tertentu
yang dimiliki untuk orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Artinya, seorang
hartawan yang hartanya telah mencapai nisab diwajibkan untuk menyisihkan sebagian hartanya
kepada orang-orang fakir atau golongan lain yang berhak untuk menerimanya1.

Zakat adalah sebutan atas segala sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai kewajiban
kepada Allah SWT, kemudian diserahkan kepada orang-orang rniskin (atau yang berhak
menerimanya). Disebut zakat kerena rnengandung harapan untuk memperoleh berkah,
membersihkan jiwa, dan mengembangkan harta dalam segala kebaikan. Asal kata zakat adalah
zaka’ yang artinya tumbuh, suci, dan berkah. Seperti dalam firman Allah Ta’ala:

‫ُخ ذ ِم ن َأمَو ِلِه م َص َد َقًة ُتَطِّهُرُهم َو ُتَز ِّك ِه م ِبَها‬

Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka.” (QS. At-Taubah: 103)2

Tujuannya adalah untuk membersihkan diri mereka dari sikap tamak, rakus, sifat tercela, dan
sifat kejam lainnya terhadap fakir miskin dan orang-orang yang tidak berharta, juga untuk
rnenghilangkan sifat-sifat rendah lainnya. Selain itu, zakat juga bertujuan menyucikan jiwa
mereka (orang yang mengeluarkannya) dengan rnemberi dorongan untuk lebih aktif dalam

1
Abdurrahman al-Juzairi, Fikih Empat Mazhab Jilid 2,hlm 422.
2
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 2 Terjemahan Muhammad Nasiruddin al-Albani, hlm 56.
melakukan amal kebaikan, mengangkat derajat dan keberkahan dari segi moral maupun amal.
Dengan demikian, mereka layak memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.3

B. Pendapat Para Ulama Tentang Zakat Harta Anak


1. Imam Syafi’i, Malik, dan Ahmad

Mereka berpendapat bahwa anak kecil wajib mengeluarkan zakat dari hartanya, dalil yang
mereka gunakan adalah sebagai berikut:

Hadits Rasulullah SAW:

‫َم ن َوِلَي َيِتيمًا َلُه َم اٌل َفلَيَّتِج ر َلًه َو اَل َيتُر كُه َح َّتى َتأُك َلُه الَّصَد َقَة‬

Artinya: “barangsiapa menguasai (menjadi wali) anak yatim yang mempunyai harta, maka
hendaklah dia memperdagangkan untuk anak tersebut dan tidak membiarkannya sehingga
dimakan oleh zakat” (HR. at-Tirmidzi)45

Menurut mereka hadits diatas menjelaskan bahwa anak kecil ataupun anak yatim tetap memiliki
kewajiban melaksanakan zakat, dan adapun yang berkewajiban mengeluarkannya adalah melalui
perantara walinya. Karena pada hakekatnya zakat itu adalah hak yang berupa harta bagi mereka
yang berhak menerimanya. Jadi tidak ada penghalang bagi anak kecil atau anak yatim untuk
mengeluarkan zakat apabila mereka telah memiliki harta6.

Hadits Rasulullah SAW:

‫ِابَتُغوا ِفي َم اِل الَيَتاَم ى اَل َتأُك ُلَها الَّزَك اُة‬

Artinya: “carilah rezeki dengan harta anak-anak yatim. Jangan sampai ia habis dimakan zakat”
(HR. Malik, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni)7

Hadits ini mengharuskan wali dari anak tersebut untuk mengembangkan hartanya si anak agar
nantinya harta tersebut tidak hanya habis dimakan oleh zakat yang selalu mereka keluarkan,

3
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 2 Terjemahan Muhammad Nasiruddin al-Albani, hlm 58.
4
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu Jilid 3, hlm 173.
5
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 2 Terjemahan Muhammad Nasiruddin al-Albani, hlm 70.
6
Muhammad Ma’ruf Baidowi, Studi Komparatif Terhadap Zakat Bagi Orang Gila Menurut Persefektif Abu Hanifah
dan As-Syafi’i, (Skripsi, IAIN Ponorogo: 2018) hlm 71-75.
7
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu Jilid 3, hlm 173.
maka alangkah baiknya harta mereka itu dikelola dengan baik sehingga harta tersebut nanti akan
lebih berguna bagi si anak untuk ke depannya.8

Hadits Rasulullah SAW:

‫ ُتؤَخ ُذ ِم ن َأغِنَياِئِهْم َو ُتَر ُّد َع َلى ُفَقَر اِئِه م‬,‫ُأعِلمُهم ُأَّناَهلل افَتَر َض َع َليِه م َص َد َقًة ِفي َأمَو اِلِه م‬

Artinya: “sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat untuk harta mereka, diambil
dari orang kaya diantara mereka dan dikembalikan kepada orang miskin disekitar mereka”
(HR. al-Bukhari)

Hadits ini menjelaskan bahwa zakat itu diambil dari orang kaya untuk diserahkan kepada orang
miskin. Sementara untuk disebut kaya tidak harus dewasa (baligh), sementara anak kecil yang
punya harta banyak juga termasuk dalam cakupan kategori sebagai orang kaya. Maka dari itu
zakat tetap harus dikeluarkan meskipun statusnya ia masih anak kecil9.

2. Imam Abu Hanifah

Ia berpendapat bahwa anak kecil tidak wajib mengeluarkan zakat, dalilnya adalah sebagai
berikut:

Hadits Rasulullah SAW:

‫ُر ِفُع الَقَلُم َعن َثاَل َثٍة َع ِن الَّناِئْم َح َّتى َيسَتيِقَظ َو َع ِن الَّص ِبِّي َح َّتى َيحَتِلَم َو َع ِن الَم جُنوِن َح َّتى َيعِقُل‬

Artinya: “diangkat pena (catatan dosa) dari tiga orang yaitu: orang tidur hingga ia bangun, anak-
anak hingga ia dewasa (baligh), dan orang gila hingga ia berakal (sehat)” (HR. Abu Dawud, an-
Nasai, dan al-Hakim)10

Hadits ini menunjukan bahwa anak kecil tidak dibebani untuk menjalakan syariat agama Islam
baik itu perintah dan larangannya di dalam agama Islam, dikarenakan ia belum memiliki dosa

8
Muhammad Ma’ruf Baidowi, Studi Komparatif Terhadap Zakat Bagi Orang Gila Menurut Persefektif Abu Hanifah
dan As-Syafi’i, (Skripsi, IAIN Ponorogo: 2018) hlm 76-80.
9
Khoiri’, “Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang Zakat Harta Bagi Anak Kecil Dan Orang Gila”, Akademika: Edisi
Desember 2016, hlm 63.
10
Ibnu Qudamah, Al-Mugnhi Jilid 3 Terjemahan Syafaruddin Khattab, Sayyid Muhammad, dan Sayyid
Ibrahim Shabiq. hlm 513-515.
dan anak kecil juga tidak memiliki kecakapan atau tanggung jawab untuk menjalakan ibadah
wajib seperti shalat, puasa, dan termasuk juga zakat.11

Firman Allah ta’ala:

‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِه ْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك َس َكٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At-
Taubah: 103)

Didalam ayat ini dijelaskan bahwa tujuan dari pemungutan zakat itu adalah untuk membersihkan
dan mensucikan diri dari dosa, sedangkan anak-anak itu tidak berdosa. Maka dari itu zakat tidak
diwajibkan atas anak-anak karena mereka tidak termasuk dalam tuntutan ayat ini.12

C. Sebab perbedaan pendapat

Sebab perbedaan pendapat antara para ulama berpangkal dari perbedaan pemahaman dan
penafsiran zakat secara syariat yang ada di dalam nash Al-Quran dan Hadits, apakah zakat itu
adalah ibadah yang sama kedudukannya dengan ibadah shalat dan puasa, ataukah memang
merupakan hak para fakir miskin yang memang harus dikeluarkan atau dibayarkan oleh orang-
orang kaya. Jika zakat tergolong sebagai ibadah maka syaratnya harus baligh, namun jika zakat
tergolong hak bagi para fakir miskin yang memang harus dikeluarkan atau dibayarkan oleh orang
kaya, maka tidak disyaratkan keharusan baligh.13

D. Istinbath Hukum (Tarjih) tentang Zakat Harta Anak

Setelah membandingkan pendapat yang ada mengenai zakat harta anak dan dalilnya masing-
masing maka dapat disimpulkan bahwa pendapat yang terkuat (Rajih) adalah pendapat dari para
jumhur (mayoritas) ulama yakni imam Syafi’i, Malik, dan Ahmad. Hal ini dikarenakan
pemahaman dan penafsirannya (wajhul istidlal) mereka menurut kami lebih masuk akal terhadap

11
Muhammad Ma’ruf Baidowi, Studi Komparatif Terhadap Zakat Bagi Orang Gila Menurut Persefektif Abu Hanifah
dan As-Syafi’i, (Skripsi, IAIN Ponorogo: 2018) hlm 65-70.
12
Isnawati rais,“Muzakki Dan Kriterianya Dalam Tinjauan Fikih Zakat”, Al-Ihtisad Vol. 1 No. 1 Januari 2009, hlm
100-101.
13
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid 1 Terjemahan Ahmad Abdul Majd, hlm 509-511
dalil tentang zakat, karena menurut mereka Zakat harta merupakan kewajiban yang terkait
dengan harta kekayaan bukan dengan orangnya. Maka dari itu siapa yang mempunyai harta
walaupun ia statusnya masih anak-anak maka ia tetap wajib untuk mengeluarkan zakat bila
sudah memenuhi syarat-syarat untuk mengeluarkan Zakat hartanya seperti sudah mencapai
Nishab dan Haul.

Sedangkan untuk kemaslahatan umat Islam yakni demi menjaga kehati-hatian terhadap
kewajiban berzakat dan melihat dahsyatnya ancaman bagi orang yang tidak mau mengeluarkan
Zakat hartanya, kemudian untuk mengurangi kesenjangan sosial antara para fakir dengan si kaya,
mensejahterahkan dan memakmurkan masyarakat miskin, membangun sarana dan prasarana
pendidikan yang baik, untuk penanganan dan penaggulanagan wabah covid 19 seperti yang
terjadi pada saat ini, dan masih banyak lagi yang lainnya.14

Maka dari itu kami lebih sepakat kepada pendapat para jumhur (mayoritas) ulama yakni imam
Syafi’i, Malik, dan Ahmad yang mengatakan bahwa anak kecil juga diwajibkan untuk
mengeluarkan Zakat hartanya.

14
Khoiri’,“Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang Zakat Harta Bagi Anak Kecil Dan Orang Gila”, Akademika: Edisi
Desember 2016, hlm 65.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Para jumhur (mayoritas) ulama yakni Syafi’i, Malik, dan Ahmad sepakat untuk wajib
mengeluarkan zakat hartanya kepada anak kecil, karena mereka memandang bahwa
zakat itu merupakan hal yang berkaitan dengan harta bukan kepada status orangnya.

2. Sedangkan pendapat imam Abu Hanifah tidak mewajibkan anak untuk mengeluarkan
zakat hartanya, dikarenakan menurutnya dia bahwa anak-anak belum bisa memenuhi
syarat dari diwajibkannya untuk mengeluarkan zakat yaitu mencapai usia dewasa
(baligh).

3. Hal yang menjadi sebab perbedaan pendapat dari para ulama adalah berpangkal dari
perbedaan pemahaman dan penafsiran dalil Al-Quran dan Hadits Rasullah SAW.
Tentang zakat secara syariat islam.

DAFTAR PUSTAKA
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu Jilid 3, Jakarta: Gema Insani dan Darul fikir
2011.

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 2 Terjemahan Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Jakarta:
Cakrawala Publishing 2008.

Ibnu Qudamah, Al-Mugnhi Jilid 3 Terjemahan Syafaruddin Khattab, Sayyid Muhammad, dan
Sayyid
Ibrahim Shabiq. Jakarta: Pustaka Azzam 2013.

Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih Empat Mazhab Jilid 2, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2017.

Muhammad Ma’ruf Baidowi, (2018), Studi Komparatif Terhadap Zakat Bagi Orang Gila
Menurut Persefektif Abu Hanifah dan As-Syafi’i, (Skripsi, IAIN Ponorogo: 2018).

Isnawati rais , 2009, “Muzakki Dan Kriterianya Dalam Tinjauan Fikih Zakat”, Al-Ihtisad Vol. 1
No. 1 Januari 2009.

Khoiri’,“Analisis Pendapat Imam Syafi’i Tentang Zakat Harta Bagi Anak Kecil Dan Orang
Gila”, Akademika: Edisi Desember 2016.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid 1 Terjemahan Ahmad Abdul Majd, Jakarta: Pustaka
Azzam 2011.

Sesi Tanya Jawab


1. Khoirul Anwar (11190430000094): kenapa para ulama berbeda memaknai dalam hal
syarat untuk mengeluarkan zakat harta, ada ulama yang mensyaratkan untuk baligh dan
ada yang tidak padahal dalilnya sama? Dijawab oleh Amirul Husein (11190430000069)
sebagai pemakalah.

2. Fauzan Rosyad (111790430000060): zakat itukan bearti mensucikan dan membersihkan


dosa jadi bisakah zakat untuk menghapuskan dosa-dosa kita? Dijawab oleh Amirul
Husein (11190430000069) sebagai pemakalah.

3. Salman al-Farisi (11190430000008): bagaimana hokum mengeluarkan zakat bagi orang


atau janin yang belum lahir, apakah mereka diwajibkan untuk berzakat atau tidak?
Dijawab oleh Citra Amelia (11190430000109) sebagai pemakalah dan ditambahkan
oleh Khoirul Anwar (11190430000094)

4. Zidan Niam (11190430000077): bagaimana ukuran untuk mengeluarkan zakat harta bagi
anak-anak dengan orang dewasa, apakah jumlah yang harus dikeluarkan sama banyak
atau berbeda? Dijawab oleh Dermawan Rezki Okta (11190430000064) sebagai
pemakalah

Anda mungkin juga menyukai