Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KESEJAHTERAAN UMAT, PENGELOLAAN ZAKAT


DAN WAKAF

Nama : Wanti Asih (60120053)


Yunita Ariyani (60120054)
Kelas : Akuntansi C I
UNIVERSITAS SELAMAT SRI
2020
Alamat : Gondoarum, Jambearum, Kec. Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa
Tengah 51351
Telp.(0294) 3690577

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha


Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan agama
islam dengan judul “Kesejahteraan Umat, Pengelolaan Zakat dan Wakaf” tepat
pada waktunya.

Penyusunan makalah ini kami lakukan semaksimal mungkin, tak lupa


kami mengucapkan terimakasih kepada semua rekan-rekan mahasiswa yang telah
ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami sangat menerima kritik, saran yang bersifat membangun untuk


memperbaiki makalah ini dan akhirnya kami sangat berharap semoga dari
makalah ini bisa bermanfaat untuk semua.
Kendal, 25 Desember 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Maksud dan Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kesejahteraan Umat

2. Zakat

3. Wakaf

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang bercorak sosial ekonomi.
Dengan zakat, disamping ikrar tauhid (syahadat) dan sholat, seseorang barulah sah
masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya. Hal tersebut
berdasarkan firman Allah dalam Surat Taubat ayat 11 yang terjemahnya sebagai
berikut: “jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka
mereka ini adalah saudara-saudaramu seagama. Dan kami menjelaskan ayat-ayat
itu bagai kaum yang mengetahui (DEPAG, Al-Quran dan terjemahnya). Menurut
Yusuf al-Qardawi (2011 : 3) mengatakan bahwa: zakat, sekalipun di bahas di
dalam pokok bahasan “ibadah”, karena dipandang bagian yang tidak terpisahkan
dari sholat. Sesungguhnya merupakan bagian sistem sosial ekonomi Islam dan
oleh karena itu, dibahas dalam buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi
Islam.

Sementara wakaf yang didefinisikan sebagai perbuatan hukum wakaf


untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariah (UU No. 41 Th. 2004 : 1). Secara teks dan jelas wakaf tidak terdapat
dalam al-Qur‟an dan as-Sunah, namun makna dan kandungan wakaf terdapat
dalam dua sumber hukum Islam tersebut. Di dalam aturan sering menyatakan
wakaf dengan ungkapan yang menyatakan tentang derma harta (infaq) demi
kepentingan umum. Sedang dalam hadis sering kita temui ungkapan wakaf
dengan ungkapan “tahan” (hadis) (Depag RI, 2004 : 25).

Dari lintasan sejarah sudah jelas bahwa potensi zakat dan wakaf sangat
penting dalam rangka pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.
Permasalahannya adalah sejauh mana umat Islam di Indonesia memahami makna
zakat dan wakaf, mengetahui potensi zakat dan wakaf, peran zakat dan wakaf
untuk kesejahteraan umat dan bangsa serta problema zakat dan wakaf saat ini
dalam meningkatkan kesejahteraan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini :

1. Apa pengertian kesejahteraan umat?


2. Bagaimana kesejahteraan umat menurut Islam?
3. Adakah Nash Quran tentang kesejahteraan umat?
4. Apa pengertian zakat?
5. Bagaimana hukum menunaikan zakat?
6. Apa syarat-syarat zakat?
7. Apa manfaat zakat?
8. Apa pengertian wakaf?
9. Tujan, hikmah, jenis-jenis wakaf apa saja?

C. Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui pengertian Kesejahteraan umat
2. Mengetahui pandangan islam tentang kesejahteraan umat
3. Mengetahui Nash Quran tentang kesejahteraan umat
4. Mengetahui pengertian zakat
5. Mengetahui Hukum menunaikan zakat
6. Macam-macam manfaat zakat
7. Mengetahui arti wakaf
8. Mengetahui tujuan, hikmah dan jenis-jenis wakaf
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kesejahteraan Umat


Definisi Istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman
sentosa dan makmur dan dapat berarti selamat terlepas dari gangguan. Sedangkan
pengertian kesejahteraan dapat diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera,
keamanan, keselamatan dan ketentraman.

1.1 Kesejahteraan dalam Islam


Kesejahteraan dalam perspektif al-Qur’an dan Hadits Islam datang sebagai
agama terakhir yang bertujuan untuk mengantarkan pemeluknya menuju kepada
kebahagiaan hidup yang hakiki, oleh karena itu Islam sangat memperhatikan
kebahagiaan manusia baik itu kebahagiaan dunia maupun akhirat, dengan kata
lain Islam (dengan segala aturannya) sangat mengharapkan umat manusia untuk
memperoleh kesejahteraanmateri dan spiritual.

Al-Qur’an telah menyinggung indikator kesejahteraan dalam Surat


Quraisy ayat 3-4, “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah
ini (Ka’bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut” berdasarkan
ayat di atas, maka kita dapat melihat bahwa indicator kesejahteraan dalam Al-
Qur’an tiga, yaitu:

1. Menyembah Tuhan (pemilik) Ka’bah


Indicator ini merupakan representasi dari pembangunan mental, hal ini
menunjukkan bahwa jika seluruh indicator kesejahteraan yang berpijak
pada aspek materi telah terpenuhi, hal itu tidak menjamin bahwa
pemiliknya akan mengalami kebahagiaan, kita sering mendengar jika ada
orang yang memiliki rumah mewah, kendaraan banyak, harta yang
melimpah namun hatinya selalu gelisah dan tidak pernah tenang bahkan
tidak sedikit yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, padahal
seluruh kebutuhan materinya telah terpenuhi. Karena itulah
ketergantungan manusia kepada Tuhannya yang diaplikasikan dalam
penghambaan (ibadah) kepada-Nya secara ikhlas merupakan indicator
utama kesejahteraan (kebahagiaan yang hakiki) seseorang sebagaimana
yang dialami oleh penduduk Bhutan, Negara yang memiliki indeks
kebahagiaan tertinggi dan merupakan negara paling aman di dunia.

2. Hilangnya rasa lapar


Statemen tersebut menunjukkan bahwa dalam ekonomi Islam
terpenuhinya kebutuhan konsumsi manusia yang merupakan salah satu
indicator kesejahteraan hendaknya bersifat secukupnya (hanya untuk
menghilangkan rasa lapar) dan tidak boleh berlebih-lebihan apalagi sampai
melakukan penimbunan demi mengeruk kekayaan yang maksimal, terlebih
lagi jika harus menggunakan cara-cara yang dilarang oleh agama, tentu hal
ini tidak sesuai anjuran Allah dalam surat Quraisy di atas, jika hal itu bisa
dipenuhi, maka kita tidak akan menyaksikan adanya korupsi, penipuan,
pemerasan, dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya (Athiyyah, 1992: 370).

3. Hilangnya rasa takut


Yang merupakan representasi dari terciptanya rasa aman, nyaman, dan
damai. Jika berbagai macam kriminalitas seperti perampokan,
pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, dan kejahatan-kejahatan lain
banyak terjadi di tengah masyarakat, hal itu menunjukkan bahwa
masyarakat tidak mendapatkan ketenangan, kenyamanan dan kedamaian
dalam kehidupan, atau dengan kata lain masyarakat belum mendapatkan
kesejahteraan.
1.2 Nash Quran yang menjadi rujukan untuk kesejahteraan
 An-nisaa’ ayat 9
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.

Berpijak pada ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kekhawatiran


terhadap generasi yang lemah adalah representasi dari kemiskinan, yang
merupakan lawan dari kesejahteraan, ayat tersebut menganjurkan kepada
manusia untuk menghindari kemiskinan dengan bekerja keras sebagai
wujud ikhtiyar dan bertawakal kepada Allah, sebagaimana hadits
Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi “Sesungguhnya Allah
menyukai seseorang yang melakukan amal perbuatan atau pekerjaan
dengan tekun dan sungguh-sungguh (profesional)” (Qardhawi, 1995: 256).

Pada ayat di atas, Allah juga menganjurkan kepada Amirus Sodiq 392
Jurnal Ekonomi Syariah manusia untuk memperhatikan generasi
penerusnya (anak keturunannya) agar tidak terjatuh dalam kondisi
kemiskinan, hal itu bisa dilakukan dengan mempersiapkan atau mendidik
generasi penerusnya (anak keturunannya) dengan pendidikan yang
berkualitas dan berorientasi pada kesejahteraan moral dan material,
sehingga kelak menjadi SDM yang terampil dan berakhlakul karimah,
mengingat anak adalah asset yang termahal bagi orang tua (Ar- Razi,
1981: 206).

 An Nahl ayat 97
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
Telah mereka kerjakan”.

Yang dimaksud dengan kehidupan yang baik pada ayat di atas adalah
memperoleh rizki yang halal dan baik, ada juga pendapat yang
mengatakan kehidupan yang baik adalah beribadah kepada Allah disertai
memakan dengan rizki yang halal dan memiliki sifat qanaah, ada pendapat
lain yang mengatakan kehidupan yang baik adalah hari demi hari selalu
mendapat rizki dari Allah Swt. Menurut Al-Jurjani, rizki adalah segala
yang diberikan oleh Allah Swt. Kepada hewan untuk diambil manfaatnya
baik itu rizki halal maupun haram (Al- Jurjani, 1983: 70).

 Al-hadid ayat 20
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu”.

Berkaitan dengan ayat tersebut, Al-Mawardi menjelaskan bahwa orang-


orang jahiliyah dikenal sebagai masyarakat yang sering berlomba-lomba
dalam hal kemewahan harta duniawi dan bersaing dalam hal jumlah anak
yang dimilikinya, karena itu bagi orang yang beriman dianjurkan untuk
berlomba-lomba dalam hal ketaatan dan keimanan kepada Allah Swt.
Karena kita juga mengetahui bahwa berlomba-lomba dalam hal
kemewahan duniawi dapat menjerumuskan manusia ke dalam
kesombongan kebinasaan.
2. Zakat

Zakat berasal dari bahasa Arab ‫ زكاة‬atau zakah yang berarti bersih, suci, subur,
berkat, dan berkembang. Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta yang wajib
dikeluarkan oleh umat Muslim dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Pengertian zakat tertulis dalam QS Al-
Baqarah 2:43,

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬

Artinya: “dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’”

Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang beragama Islam lalu mengerjakan
salat secara benar dan menunaikan zakat, mereka termasuk dalam orang-orang
yang ruku’, yakni tergolong sebagai umat Nabi Muhammad SAW.

2.1 Hukum Menunaikan Zakat


Zakat merupakan bentuk ibadah seperti salat, puasa, dan lainnya yang
telah diatur berdasarkan Al Quran dan sunnah. Ibadah ini termasuk dalam rukun
Islam yang keempat dan menjadi salah satu unsur penting dalam syariat Islam.
Karena itu, hukum membayarkan zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat zakat. Selain ibadah wajib, zakat juga merupakan
kegiatan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusian yang dapat perkembang
sesuai dengan perkembangan umat manusia.
2.2 Syarat-syarat Wajib Zakat

Setiap orang wajib menunaikan zakat jika memiliki syarat-syarat wajib


zakat seperti tertulis di bawah ini.
1. Islam
Zakat hanya dikenakan kepada orang-orang yang beragama Islam.
2. Berakal dan Baligh
3. Dimiliki secara sempurna
Harta yang akan dizakatkan merupakan milik sendiri di tangan individu dan
tidak berkaitan dengan hak orang lain, atau harta tersebut disalurkan atas
pilihannya sendiri.
4. Mencapai nisab
Nisab adalah batasan antara apakah kekayaan itu wajib zakat atau tidak.
Jadi, harta yang dimiliki seseorang telah mencapai nisab, maka kekayaan
tersebut wajib dizakatkan.

2.3 Hikmah dan Manfaat Zakat


            Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan
manfaat yang demikian besar  dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang
berzakat (muzakki), penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya,
maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Hikmah dan manfaat tersebut antara
lain dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Sebagai perwujudan  keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-
Nya, menumbuhkan akhlaq mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan
ketenangan hidup sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta
yang dimiliki sebagaimana dalam surah At-Taubah ayat 103 dan surah Ar-
Ruum ayat 39.
Dengan bersyukur terhadap harta dan nikmat yang dimiliki akan semakin
          

bertambah dan berkembang nikmat yang diberikan Allah SWT. Firman Allah:
QS. Ibrahim:7
‫َوِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئن َشكَرْ تُ ْم َأل ِزي َدنَّ ُك ْم َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Se- sungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

2. Zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,


membantu dan membina mereka terutama fakir miskin, kearah kehidupan
yang lebih baik dan lebih sejahtera sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT,
terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan rasa iri, dengki
dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika mereka
melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak. Zakat
sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan para mustahik,
terutama fakir miskin yang bersifat komsumtif dalam waktu sesaat, akan
tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan kepada mereka, dengan
cara menghilangkan ataupun memperkecil penyebab kehidupan mereka
menjadi miskin dan menderita.

Kebakhilan dan keengganan membayar zakat, disamping akan menimbulkan


sifat hasad dan dengki dari orang-orang miskin dan menderita juga akan dapat
mengundang azab Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT Surah An-Nisaa:
37

َ َّ‫الَّ ِذينَ يَ ْب َخلُونَ َويَْأ ُمرُونَ الن‬


‫اس بِ ْالب ُْخ ِل َويَ ْكتُ ُمونَ َما آتَاهُ ُم هّللا ُ ِمن فَضْ لِ ِه َوَأ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكافِ ِرينَ َع َذابًا ُّم ِهينًا‬
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan
menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan
Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.

3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang


berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya
digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya
tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan
berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya sebagaimana
firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 273

ِ ُّ‫اء ِمنَ التَّ َعف‬ŒŒَ‫ ُل َأ ْغنِي‬Œ‫بُهُ ُم ْال َجا ِه‬Œ‫ض يَحْ َس‬
‫ف‬ ِ ْ‫رْ بًا فِي اَألر‬Œ‫ض‬ َ َ‫تَ ِطيعُون‬Œ‫بِي ِل هّللا ِ الَ يَ ْس‬Œ‫ُوا فِي َس‬
ْ ‫ر‬Œ‫حص‬ ِ ‫راء الَّ ِذينَ ُأ‬Œ َ Œَ‫لِ ْلفُق‬
‫وا ِم ْن َخي ٍْر فَِإ َّن هّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬
ْ ُ‫اس ِإ ْل َحافًا َو َما تُنفِق‬
َ َّ‫ْرفُهُم بِ ِسي َماهُ ْم الَ يَ ْسَألُونَ الن‬
ِ ‫تَع‬

 (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka
orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.

Disamping sebagai pilar amal bersama, zakat juga merupakan salah satu
bentuk kongkrit darti jaminan sosial yang disyariatkan oleh ajaran Islam yang
dengannya dapat memberikan perhatian dan kepeduliaan kepada fakir miskin
sebagaimana firman Allah QS. Al-Maidah: 2

ِ ‫وا هّللا َ ِإ َّن هّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬


‫ب‬ ْ ُ‫وا َعلَى اِإل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َواتَّق‬
ْ ُ‫اون‬
َ ‫وا َعلَى ْالب ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َع‬
ْ ُ‫َوتَ َعا َون‬

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Juga dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak dikatakan  (tidak sempurna) iman seseorang, sehingga ia mencintai
saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri.”

4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun


prasarana yang harus dimiliki ummat Islam seperti sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus untuk
pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim. Hampir semua
ulama sepakat bahwa orang yang menuntut ilmu berhak menerima zakat
atas nama golongan fakir dan miskin maupun sabilillah.

5.  Kelima, Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu


bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan
bagian dari hak orang lain dari harta yang diamanahkan kepada kita yang
kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim.
“Allah SWT tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang didapat
secara tidak sah.”

6. Meningkatkan pembangunan kesejahteraan , Zakat merupakan salah satu


instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan
baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus
pemerataan pendapatan. Menurut Monzer Kahf[14] mengatakan bahwa
zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada distribusi harta yang
egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari zakat harta akan selalu beredar.
Sedangkan menurut  Mustaq ahmad[15] zakat adalah sumber utama kas
negara dan sekaligus merupakan soku guru perekonomian. Menurut
penulis zakat dapat dijadikan instrument fiskal sebagaimana dengan pajak
karena sejarah aplikasi zakat serta potensi yang cukup besar. Zakat akan
mencegah terjadinya akumulasi   harta apada satu tangan dan pada saat
yang sama mendorong manusia untuk melakukan investasi dan
mempromosikan distribusi sehingga terjadi keadilan dan pergerakan
ekonomi.  Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Hasyr: 7
‫َك ْي اَل يَ ُكونَ دُولَةً بَ ْينَ اَأْل ْغنِيَاء ِمن ُك ْم‬

“..Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu…”

7. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang beriman


untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran
Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga
memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan
hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki. Zakat
yang dikelola dengan baik akan mampu membuka lapangan kerja dan
usaha yang luas, sekaligus penguasaan asset-aset oleh umat Islam.

8. Mengeluarkan zakat akan memberikan keberkahan dan pengembangan


harta baik bagi orang yang berzakat maupun pengembangan ekonomi
secara luas. Sebab dengan terdistribusinya harta secara adil akan dapat
menggerakkan roda ekonomi sehingga produksi, komsumsi dan distribusi
dapat bergerak yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.

Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 261

َ ‫نبُلَ ٍة ِّمَئةُ َحبَّ ٍة َوهّللا ُ ي‬Œ ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُك ِّل ُس‬
‫ا ِعفُ لِ َمن‬Œ ‫ُض‬ ْ ‫يل هّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأنبَت‬
ِ ِ‫َّمثَ ُل الَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسب‬
‫يَ َشاء َوهّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah [17] adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

2.4 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Zakat


Dalam pengelolaan zakat terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus
diikuti dan ditaati agar pengelolaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan,
diantaranya :
1. Prinsip Keterbukaan, artinya dalam pengelolaan zakat hendaknya
dilakukan secara 
     terbuka dan diketahui oleh masyarakat umum.
2. Prinsip Sukarela, artinya bahwa dalam pemungutan atau pengumpulan
zakat hendaknya senantiasa berdasarkan pada prisip sukarela dari umat
Islam yang menyerahkan harta zakatnya tanpa ada unsur pemaksaan atau
cara-cara yang dianggap sebagai suatu pemaksaan. Meskipun pada
dasarnya ummat Islam yang enggan membayar zakat harus mendapat
sangsi sesuai perintah Allah.
3. Prinsip Keterpaduan, artinya dalam menjalankan tugas dan fungsinya
harus dilakukan secara terpadu diantara komponen-komponen yang
4. Prefesionalisme, artinya dalam pengelolaan zakat harus dilakukan oleh
mereka yang ahli dibidangnya., baik dalam administrasi, keuangan dan
sebaginya.
5. Prinsip Kemandirian, prinsip ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
prinsip prefesionalisme, maka diharapkan lembaga-lembaga pengelola
zakat dapat mandiri dan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya tanpa
perlu menunggu bantuan dari pihak lain.
2.5 Pengelolaan zakat dan Pengalokasian zakat professional dan
produktif
            Dalam literature zakat, baik literature klasik maupun modern, selalu
ditemukan bahwa pengumpulan zakat adalah kewajiban pemerintah di negara
Islam. Penguasa berkewajiban memaksa warga Negara yang beragama Islam dan
mampu memabayar zakat atas harta kekayaannya yang telah mencapai haul dan
nisab. Kewajiban membayar zakat ini diikuti dengan penerapan dan pelaksanaan
pengelolaan zakat yang professional. Ketidakberhasilan ini disebabkan karena
persoalan manajemen kelembagaannya. Olehnya itu perlunya penerapan prinsip-
prinsip manajemen secara professional. Salah satu model pendayagunaan zakat
dengan sistem Surplus zakat Budged. Yaitu zakat diserahkan muzakki kepada
Amil, dana yang dikelola akan diberikan kepada mustahiq dalam bentuk uang
tunai dan sertifikat. Dana yang diwujudkan dalam bentuk sertifikat harus
dibicarakan dan mendapat izin dari mustahiq yang menrimanya. Dana dalam
bentuk uang cash akan digunakan sebagai pembiayaan pada perusahaan, dengan
harapan perusahaan tersebut akan berkembang dan dapat menyerap tenaga kerja
dari masyarakat ekonomi lemah termasuk mustahiq. Disamping itu perusahaan
akan memberikan bagi hasil kepada mustahiq yang memiliki sertifikat pada
perusahaan tersebut. Dari bagi hasil yang diterima mustahiq tersebut jika telah
mencapai nishab dan haulnya diharapkan mustahiq tersebut dapat membayar zakat
atau memberikan sadaqah. Tugas amil adalah membentu mustahiq dalam
mengelola dana zakat dan selalu memberi pengarahanatau motivasi serta
pembinaan sampai mustahiq dapat memanfaatkan dana yang dimiliki dengan baik.

3. Wakaf
Dalam bahasa Arab terdapat tiga kata-kata yang mempunyai makna yang
sama, yaitu, dan Semuanya berarti menahan.1 Rasulullah Muhammad Saw
menggunakan kata-kata dan dalam hadisnya tentang wakaf. Mayoritas ahli fiqh
(pendukung mazhab Hanafi, Syafii dan Hambali) merumuskan pengetiannya
menurut syara’ ialah sbb.:2 “Penahanan (pencegahan) harta yang mungkin
dimanfaatkan, tanpa lenyap bendanya, dengan cara tidak melakukan tindakan
pada bendanya, disalurkan kepada yang mubah (tidak terlarang) dan ada”.

3.1 Rukun Wakaf

Berikut ini terdapat beberapa rukun wakaf, yakni sebagai berikut:

1. Zaqif, ialah seseorang yang mewakafkan sebagain hartanya.


2. Mauquf, ialah harta yang akan diwakafkan.
3. Mauquf alaih, ialah orang yang menerima wakaf.
4. Sigat, ialah orang yang menyerahkan barang ataupun benda yang
diwakafkan.

3.2 Dalil Wakaf

Berikut ini terdapat dalil wafak yang ada di Al-qur’an, berikut firman
Allah SWT. dalam Q.S. Ali 'Imran: 92 yang artinya:

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan


sebagaian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal
itu, sungguh Allah Maha mengetahui”.

3.3 Hikmah Wakaf


Berikut ini terdapat beberapa hikmah dari wakaf, yakni sebagai berikut:

1. Mengumpulkan dana bagi peningkatan dan kesinambungan syariat Islam


di suatu tempat.
2. Membagikan kemungkinan kepada umat Islam untuk mengumpulkan amal
jariah yang waktunya nisbi lama dan bisa digunakan masyarakat umum.
3. Dengan wakaf, banyak peserta masyarakat yang tertolong karena wakaf
ialah salah satu bagian pengamalan kebersamaan dan tenggang rasa
sesama manusia, umumnya sesama muslim.
4. Bila ditampak dari bentuk hukum, ibadah wakaf berselisih dengan zakat
yang hukumnya wajib. Wakaf hukumnya ialah sunah ataupun bisa disaran
bagi orang-orang yang sanggup saja.

3.4 Tujuan Wakaf

Berikut ini terdapat beberapa tujuan dari wakaf, yakni sebagai berikut:

1. Menambah harta untuk kegunaan umum dan umumnya sehingga


membentuk tindakan manusia tidak terputus pahalanya sampai ajak
menjemputnya.
2. Pembagian wakaf ialah sumber dari ikhlasnya hati yang tidak dibaur oleh
kebimbangan, karena keadaan tersebut menjadi bukti terdapatnya kebaikan
individu dengan rasa jujur dan ikhlas.
3. Memperbesar seluruh jalan yang berasal pada kecintaan seseorang yang
membagian hartanya.

3.5 Jenis- Jenis Wakaf

Berikut adalah jenis-jenis wakaf antara lain yaitu:

1. Wakaf Berdasarkan Peruntukan

Berdasarkan peruntukan, terdapat 2 wakaf yang mesti diketahui, yakni:


a. Wakaf Ahli
Wakaf Ahli sendiri adalah wakaf yang tujuannya diperuntukan untuk
kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan kerabat sendiri dan
keluarga.
b. Wakaf Khairi
Sedangkan wakaf Khairi adalah wakaf yang dilakukan untuk kepentingan
agama atau kemasyarakatan (kebajikan umum).

2. Wakaf Berdasarkan Jenis Harta

Wakaf berdasarkan jenis harta dibagi ke dalam 3 kelompok, yakni:

a. Benda Tidak Bergerak


 Hak atas tanah: hak milik strata title, HGB/HGU/HP;
 Bangunan/bagian bangunan/satuan rumah susun;
 Tanaman dan benda yang berhubungan dengan tanah; dan
 Benda tidak bergerak lainnya.

b. Benda Bergerak selain Uang


 Benda yang dapat berpindah;
 Benda yang bisa dihabiskan dan yang tidak;
 Air dan bahan bakar minyak;
 Benda bergerak karena sifatnya yang bisa diwakafkan;
 Surat berharga;
 Hak atas kekayaan intelektual; dan
 Hak atas benda bergerak lainnya.

c. Benda Bergerak Berupa Uang


 Wakaf tunai
 Cash Waqf
3. Wakaf Berdasarkan Waktu

Terdapat 2 macam wakaf berdasarkan waktu, yakni:

 Muabbad: wakaf yang diberikan untuk selamanya.


 Mu’aqqot: wakaf yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.

4. Wakaf Berdasarkan Penggunaan Harta yang Diwakafkan

Berdasarkan penggunaan harta yang diwakafkan, wakaf dikelompokan


menjadi 2 macam, yaitu ubasyir/dzati dan mistitsmary.

 Ubasyir/dzatiadalah harta wakaf yang bermanfaat bagi pelayanan


masyarakat dan bisa digunakan secara langsung seperti madrasah dan
rumah sakit.
 Mistitsmary adalah wakaf yang ditujukan untuk penanaman modal dalam
produksi barang dan hasilnya diwakafkan sesuai keinginan pewakaf.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam lintasan sejarah Islam dan juga realita di Negara kita Indonesia
sudahlah jelas bahwa zakat dan wakaf memiliki peran yang sangat tinggi dalam
meningkatkan kesejahteraan umat dan bangsa. Namun problemnya adalah masih
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melaksanakan zakat dan wakaf,
sehingga hasilnya belum maksimal. Sementara itu problem sumber daya manusia
yang meliputi Muzzaki, Wakif, pengelolaan zakat dan wakaf perlu ditingkatkan
agar masyarakat tergerak untuk melakukan zakat dan wakaf, sementara
pengelolaan zakat dan wakaf semakin professional, sehingga mendapat
kepercayaan dari masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan
tokoh agama melalui penerbitan UU zakat dan wakaf dan sosialisasi di
masyarakat pada waktu khotbah jumat dan pengajian-pengajian serta pelatihan-
pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Agama.
DAFTAR PUSTAKA

AL-Alabiji, Adjad, 1989. Perwakafan tanah Indonesia. Jakarta : Rajawali.

Al-Qordowi, Yusuf. 2011, Hukum Zakat, Pengantar Bogor : Pustaka Lintera Antarnusa.

Depag RI, 1995. Al-Qur‟an dan terjemahnya. Jakarta.

Depag Kanwil Jatim, 2007. Undang-undang nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

Depag RI, 2004. Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf. Jakarta : Dirjen
baimas Islam

Anda mungkin juga menyukai