KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2. Zakat
3. Wakaf
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang bercorak sosial ekonomi.
Dengan zakat, disamping ikrar tauhid (syahadat) dan sholat, seseorang barulah sah
masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya. Hal tersebut
berdasarkan firman Allah dalam Surat Taubat ayat 11 yang terjemahnya sebagai
berikut: “jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka
mereka ini adalah saudara-saudaramu seagama. Dan kami menjelaskan ayat-ayat
itu bagai kaum yang mengetahui (DEPAG, Al-Quran dan terjemahnya). Menurut
Yusuf al-Qardawi (2011 : 3) mengatakan bahwa: zakat, sekalipun di bahas di
dalam pokok bahasan “ibadah”, karena dipandang bagian yang tidak terpisahkan
dari sholat. Sesungguhnya merupakan bagian sistem sosial ekonomi Islam dan
oleh karena itu, dibahas dalam buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi
Islam.
Dari lintasan sejarah sudah jelas bahwa potensi zakat dan wakaf sangat
penting dalam rangka pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.
Permasalahannya adalah sejauh mana umat Islam di Indonesia memahami makna
zakat dan wakaf, mengetahui potensi zakat dan wakaf, peran zakat dan wakaf
untuk kesejahteraan umat dan bangsa serta problema zakat dan wakaf saat ini
dalam meningkatkan kesejahteraan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini :
PEMBAHASAN
Pada ayat di atas, Allah juga menganjurkan kepada Amirus Sodiq 392
Jurnal Ekonomi Syariah manusia untuk memperhatikan generasi
penerusnya (anak keturunannya) agar tidak terjatuh dalam kondisi
kemiskinan, hal itu bisa dilakukan dengan mempersiapkan atau mendidik
generasi penerusnya (anak keturunannya) dengan pendidikan yang
berkualitas dan berorientasi pada kesejahteraan moral dan material,
sehingga kelak menjadi SDM yang terampil dan berakhlakul karimah,
mengingat anak adalah asset yang termahal bagi orang tua (Ar- Razi,
1981: 206).
An Nahl ayat 97
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
Telah mereka kerjakan”.
Yang dimaksud dengan kehidupan yang baik pada ayat di atas adalah
memperoleh rizki yang halal dan baik, ada juga pendapat yang
mengatakan kehidupan yang baik adalah beribadah kepada Allah disertai
memakan dengan rizki yang halal dan memiliki sifat qanaah, ada pendapat
lain yang mengatakan kehidupan yang baik adalah hari demi hari selalu
mendapat rizki dari Allah Swt. Menurut Al-Jurjani, rizki adalah segala
yang diberikan oleh Allah Swt. Kepada hewan untuk diambil manfaatnya
baik itu rizki halal maupun haram (Al- Jurjani, 1983: 70).
Al-hadid ayat 20
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu”.
Zakat berasal dari bahasa Arab زكاةatau zakah yang berarti bersih, suci, subur,
berkat, dan berkembang. Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta yang wajib
dikeluarkan oleh umat Muslim dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Pengertian zakat tertulis dalam QS Al-
Baqarah 2:43,
Artinya: “dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’”
Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang beragama Islam lalu mengerjakan
salat secara benar dan menunaikan zakat, mereka termasuk dalam orang-orang
yang ruku’, yakni tergolong sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
bertambah dan berkembang nikmat yang diberikan Allah SWT. Firman Allah:
QS. Ibrahim:7
َوِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئن َشكَرْ تُ ْم َأل ِزي َدنَّ ُك ْم َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Se- sungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
ِ ُّاء ِمنَ التَّ َعفŒŒَ ُل َأ ْغنِيŒبُهُ ُم ْال َجا ِهŒض يَحْ َس
ف ِ ْرْ بًا فِي اَألرŒض َ َتَ ِطيعُونŒبِي ِل هّللا ِ الَ يَ ْسŒُوا فِي َس
ْ رŒحص ِ راء الَّ ِذينَ ُأŒ َ Œَلِ ْلفُق
وا ِم ْن َخي ٍْر فَِإ َّن هّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم
ْ ُاس ِإ ْل َحافًا َو َما تُنفِق
َ َّْرفُهُم بِ ِسي َماهُ ْم الَ يَ ْسَألُونَ الن
ِ تَع
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka
orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
Disamping sebagai pilar amal bersama, zakat juga merupakan salah satu
bentuk kongkrit darti jaminan sosial yang disyariatkan oleh ajaran Islam yang
dengannya dapat memberikan perhatian dan kepeduliaan kepada fakir miskin
sebagaimana firman Allah QS. Al-Maidah: 2
“..Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu…”
َ نبُلَ ٍة ِّمَئةُ َحبَّ ٍة َوهّللا ُ يŒ َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُك ِّل ُس
ا ِعفُ لِ َمنŒ ُض ْ يل هّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأنبَت
ِ َِّمثَ ُل الَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسب
يَ َشاء َوهّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah [17] adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
3. Wakaf
Dalam bahasa Arab terdapat tiga kata-kata yang mempunyai makna yang
sama, yaitu, dan Semuanya berarti menahan.1 Rasulullah Muhammad Saw
menggunakan kata-kata dan dalam hadisnya tentang wakaf. Mayoritas ahli fiqh
(pendukung mazhab Hanafi, Syafii dan Hambali) merumuskan pengetiannya
menurut syara’ ialah sbb.:2 “Penahanan (pencegahan) harta yang mungkin
dimanfaatkan, tanpa lenyap bendanya, dengan cara tidak melakukan tindakan
pada bendanya, disalurkan kepada yang mubah (tidak terlarang) dan ada”.
Berikut ini terdapat dalil wafak yang ada di Al-qur’an, berikut firman
Allah SWT. dalam Q.S. Ali 'Imran: 92 yang artinya:
Berikut ini terdapat beberapa tujuan dari wakaf, yakni sebagai berikut:
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam lintasan sejarah Islam dan juga realita di Negara kita Indonesia
sudahlah jelas bahwa zakat dan wakaf memiliki peran yang sangat tinggi dalam
meningkatkan kesejahteraan umat dan bangsa. Namun problemnya adalah masih
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melaksanakan zakat dan wakaf,
sehingga hasilnya belum maksimal. Sementara itu problem sumber daya manusia
yang meliputi Muzzaki, Wakif, pengelolaan zakat dan wakaf perlu ditingkatkan
agar masyarakat tergerak untuk melakukan zakat dan wakaf, sementara
pengelolaan zakat dan wakaf semakin professional, sehingga mendapat
kepercayaan dari masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan
tokoh agama melalui penerbitan UU zakat dan wakaf dan sosialisasi di
masyarakat pada waktu khotbah jumat dan pengajian-pengajian serta pelatihan-
pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Agama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qordowi, Yusuf. 2011, Hukum Zakat, Pengantar Bogor : Pustaka Lintera Antarnusa.
Depag Kanwil Jatim, 2007. Undang-undang nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Depag RI, 2004. Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf. Jakarta : Dirjen
baimas Islam