Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Konsep Kesejahteraan HES (KHIS)

DOSEN PENGAMPU :

Hasbi., S.Ag., M.E

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 11 :

RESKI ANANDA PUTRI (10900122107)

ACHMED ZIAUL HAQ (10900122097)

MUHAMMAD SYARIF HIDAYATULLAH (10900122106)

ILMU FALAK

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR
ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan dalam
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak
akan mampu menyelesaikan maklah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya selalu kita nantikan.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya,sehingga makalah “KONSEP KESEJAHTERAAN HES (KHIS)” dapat diselesaikan.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini
dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, saya memohon maaf.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua orang.

WASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

GOWA, 03 MARET 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1.


A. Latar belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4

A. Defenisi Kesejahteraan ..................................................................................... 4


B. Landasan Filosofis Ekonomi Islam ................................................................... 5
C. Makna Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam .................................................. 6
1. Kesejahteraan Menurut al-Qur’an............................................................... 6
2. Kesejahteraan pada Masa Rasulullah SAW. ............................................... 6

D. Konsep Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam ................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesejahteraan merupakan impian dan harapan setiap manusia, bahkan
menjaditujuan dari setiap negara. Sistem ekonomi yang kini sedang mendominasi
dunia mulai banyak dipertanyakan. Semakin hari semakin bertambah orang-orang
yang beranggapanbahwa ekonomi yang ada sekarang ini mempunyai kerancuan.2
Sistem ekonomikonvensional yang kini mendominasi tersebut ternyata dianggap
gagal oleh berbagaikalangan dengan melihat kondisi riil perekonomian dan dampak-
dampak yang diakibatkandari berlakunya sistem tersebut. Kesejahteraan yang
merupakan cita-cita dari ekonomi itusendiri sulit ditemukan karena pemerataan dan
keadilan sosio ekonomi yang merupakansalah satu syaratnya merupakan angan-angan
kosong dan utopis.
Untuk mengukur kesejahteraan suatu negara, Badan PBB untuk
Pembangunan, yaitu UNDP (United Nations Development Program), setiap tahun
merilis HumanDevelopment Report (HDR).3 Dalam HDR tersebut dirilis banyak
sekali index, salah satu yang paling mendapatkan perhatian adalah Human
Development Index (HDI). HDI dalambahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). HDR Tahun 2014 melaporkan, bahwa
Norwegia di posisi pertama.4 Posisi puncak ini sejak tahun 2010ditempati oleh
Norwegia. Sedangkan di urutan 187 adalah Nigeria. 187 negara yangdilaporkan
tersebut, diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu: pembangunan manusiakategori
sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Kategori-kategori tersebut didasarkanpada
evaluasi atas tiga dimensi utama. Ketiga dimensi tersebut adalah hidup panjang
yangsehat, akses terhadap ilmu pengetahuan, dan standar kehidupan yang layak.
Negara denganIPM tertinggi adalah Norwegia, negara dengan IPM terendah adalah
negara-negar Afrikayaitu Nigeria. Indonesia termasuk ke dalam kategori sedang,
berada pada peringkat.
Data yang tergambar melalui IPM tersebut berhubungan dengan
tingkatkesejahteraan. Indikator pokok IPM menggambarkan tingkat kualitas hidup
sekaliguskemampuan manusia Indonesia. Indikator angka harapan hidup
menunjukkan dimensiumur panjang dan sehat; indikator angka melek huruf dan rata-
rata lama sekolah memperlihatkan keluaran dari dimensi pengetahuan; dan indikator

1
kemampuan daya beli mempresentasikan dimensi hidup layak. Ini maknanya, masih
rendahnya peringkat IPMIndonesia dibanding negara lain menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan manusiaIndonesia masih rendah. Bahkan, karena indikator IPM pada
hakekatnya merujuk pada konsep basic human capabilities, dapat dikatakan bahwa
kemampuan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar
saja ternyata masih mengkhawatirkan.
Bagaimana konsep Islam tentang kesejahteraan? Pada intinya mencakup dsua
halpokok yaitu kesejahteraan yang bersifat jasmani (lahir) dan rohani (batin).
Kesejahteraanlahir dan batin ini harus terwujud dalam setiap pribadi (individu) yang
bekerja untuk kesejahteraan hidupnya sendiri, sehingga akan terbentuk
keluarga/masyarakat dan negeri yang sejahtera. Untuk itulah, makalah ini akan
membahas lebih jauh tetang konsep kesejahteraan dalam ekonomi Islam.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang penulis telah kemukakan diatas maka
beberapa pokok permasalahan yang akan penulis meumuskan adalah :
1. Apa itu kesejahteraan dalam ekonomi islam?
2. Bagaimana konsep Islam tentang kesejahteraan?

C. Tujuan
Kesejahteraan ekonomi syariah bertujuan mencapai kesejahteraan manusia
secara menyeluruh, yaitu kesejahteraan material, kesejahteraan spiritual dan moral.
Konsep ekonomi kesejahteraan syariah bukan saja berdasarkan manifestasi nilai
ekonomi, tetapi juga nilai spiritual dan moral (Anto, 2003). Konsepsi kesejahteraan
dan kebahagiaan (falah) mengacu pada tujuan syariat Islam dengan terjaganya 5
prinsip dalam maqashid syari’ah, yakni terjanganya agama (ad-ddin), terjanganya
jiwa (an-nafs), terjanganya akal (al-aql), terjanganya keturunan (an-nasl) dan
terjanganya harta (al-mal). Secara terperinci, tujuan ekonomi Islam dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kesejahteraan ekonomi mencakup kesejahteraan individu, masyarakat dan negara.
b. Tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat
tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan dan sistem negara yang menjamin
terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil (Sumito, 2010).
c. Penggunaan berdaya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak mubazir.
2
d. Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan
merata.
e. Menjamin kebebasan individu.
f. Kesamaan hak dan peluang.
g. Kerjasamaan dan keadilan

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Kesejahteraan
Menurut kamus bahasa Indonesia, kesejahteraan berasal dari kata sejahtera
yangberarti aman, sentosa, makmur dan selamat. Dapat juga diartikan sebagai kata
atauungkapan yang menunjuk kepada keadaan yang baik, atau suatu kondisi
dimana orang- orang yang terlibat di dalamnya berada dalam keadaan sehat,damai
dan makmur. Dalam arti yang lebih luas kesejahteraan adalah terbebasnya
seseorang dari jeratan kemiskinan,kebodohan dan rasa takut sehingga dia
memperoleh kehidupan yang aman dan tenteram secara lahiriah maupun batiniah.
Dalam UU No. 11 tahun 2011 Tentang Kesejahteraan Sosial dijelaskan bahwa
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,dan perlindungan
sosial.
Pemerintah Republik Indonesia mendefinisikan Kesejahteraan Sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar
dapathidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.
Di antara tujuan diselenggarakannya kesejahteraan sosial adalah Pertama,
meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup. Kedua,
memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian. Ketiga,
meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani
masalah kesejahteraan social. Keempat, meningkatkan kemampuan, kepedulian
dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial secara melembaga dan berkelanjutan. Kelima,
meningkatkankemampuandankepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan. Keenam, meningkatkan
kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

4
Islam sebagai konsep atau sistem hidup menjanjikan sebuah keteraturan,
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan bagi manusia yang meyakininya.13
Islam mengatur aktivitas kehidupan secara moderat dengan asas keadilan dan
keseimbangan, melalui kaidah-kaidah, prinsip, dan aturan spesifik dalam setiap
detail kehidupan manusia, termasuk dalam hal ekonomi. Keberhasilan ekonomi
Islam terletak pada sejauh mana keselarasan atau keseimbangan dapat dilakukan
di antara kebutuhan material dan kebutuhan etika manusia.14 Dalam ekonomi
Islam, keberhasilan suatu cabang ilmu dan kebijakan adalah sejauh mana
kontribusi langsung maupun tidak langsung terhadap terwujudnya kesejahteraan
manusia, secara gamblang inilah tujuan dari Maqashid al- syari ah.

B. Landasan Filosofis Ekonomi Islam


Dalam filsafat ekonomi kapitalis tergambar prinsip laissez faire dan kekuasaan
terselubung, kebebasan bagi individu diberikan seluas-luasnya untuk mengeruk
keuntungan bagi dirinya. Filsafat ini memandang bahwa Tuhan itu tidak ada,
tetapi tidak ikut campur dalam urusan bisnis manusia. Jika kita mengacu pada
konsep segitiga (triangle) filsafat Tuhan-manusia-alam, filsafat ini pada akhirnya
akan membawa manusia kepada kehidupan yang materialistis.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kedua macam filsafat tersebut ternyata
telah menghasilkan ilmu ekonomi yang selain tidak dapat memecahkan
permasalahan ekonomi secara utuh, tetapi juga tidak sanggup memecahkan
permasalahan manusianya, karena manusia hanya dianggap sebagai hewan
ekonomi (homo economicus). Kemudian, apa landasan filosofis ekonomi Islam?
Sistem ekonomi Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sebuah ethical
economy, sedangkan sistem ekonomi lain, baik kapitalisme maupun sosialisme,
berangkat dari kepentingan (interest). Kapitalisme berangkat dari kepentingan
perorangan (selfishness) dan sosialisme berangkat dari kepentingan kolektif
(collectivisme). Dengan ekonomi bedasar etika itu agama tidak menjadi alat bagi
suatu kepentingan. Tugas umat ialah memikirkan bahwa agamanya menghendaki
sebuah ethical economy tetapi tetap tanggap kepada kepentingan-kepentingan
yang nyata.

5
C. Makna Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
Ekonomi Islam kini telah menjadi pembahasan tersendiri pada masa modern
sekarang ini. Kajian-kajian telah banyak dilakukan oleh para ulama mengingat
pada awal pertumbuhan Islam, ekonomi Islam belum muncul sebagai sebuah
disiplin keilmuan. Meskipun demikian, pondasi atau landasan dasarnya telah
terealisasi di dalam sejarah Islam, sehingga hal inilah yang merupakan warisan
yang terus menjadi sumber bagi berkembangnya nilai-nilai ekonomi Islam. Para
ulama berperan besar di dalam memberikan penjelasan kepada para pelaku
ekonomi dalam menjalankan kegiatan muamalahnya.
1. Kesejahteraan Menurut al-Qur’an
Kesejahteraan merupakan tujuan dari ajaran Islam dalam bidang ekonomi.
Kesejahteraan merupakan bagian dari rahmatan lil alamin yang diajarkan oleh
Agama Islam ini. Namun kesejahteraan yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an
bukanlah tanpa syarat untuk mendapatkannya. Kesejahteraan akan diberikan
oleh Allah SWT jika manusia melaksanakan apa yang diperintahkannya dan
menjauhi apa yang dilarangnya.
2. Kesejahteraan pada Masa Rasulullah SAW
Ajaran Islam telah menjelaskan bahwa sesungguhnya tujuan dasar Islam
adalah terwujudnya kesejahteraan baik di dunia maupun akhirat. Dalam
prakteknya, Rasulullah SAW. Membangun suatu perekonomia yang dulunya
dari titik nol menjadi suatu perekonomian raksasa yang mampu menembus
keluar dari jazirah Arab. Pemerintahan yang dibangun Rasulullah SAW di
Madinah mampu menciptakan suatu aktivitas perekonomian yang membawa
kemakmuran dan keluasan pengaruh pada masa itu.
Kegiatan ekonomi telah menjadi sarana pencapaian kesejahteraan atau
kemakmuran. Nabi Muhammad SAW memperkenalkan sistem ekonomi Islam.
Hal ini berawal dari kerja sama antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sistem
ekonomi Islam yang diperkenalkan, antara lain, syirkah, qirad, dan khiyar
dalam perdagangan. Selain itu, juga diperkenalkan sistem musaqah,
mukhabarah, dan muzara’ah dalam bidang pertanian dan perkebunan. Para
sahabat juga melakukan perdagangan dengan penuh kejujuran. Mereka tidak
mengurangi timbangan di dalam berdagang.
Semenjak hijrah ke Madinah, kehidupan telah banyak berubah. Para sahabat
Nabi Muhammad SAW dari kaum Muhajirin bahu membahu dengan penduduk
6
lokal Madinah dari kaum Anshar dalam membangun kegiatan ekonomi.
Berbagai bidang digeluti oleh beliau dan para sahabatnya baik itu pertanian,
perkebunan, perdagangan dan peternakan. Pasar-pasar dibangun di Madinah.
Kebunkebun kurma menghasilkan panenan yang melimpah. Peternakan
kambing menghasilkan susu yang siap dipasarkan maupun hanya sekedar untuk
diminum. Dalam sejarah, dikenal tokoh Islam yang terkenal dengan
kekayaannya dan kepiawaiannya dalam berdagang dan berbagai bidang lainnya

D. Konsep Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam


Islam merupakan agama yang rahmatan lil•alamin, dan tujuan utama syariat
Islam, yaitu mewujudkan kemaslahahan umat manusia, baik di dunia maupun di
akhirat. Al-Syatibi dalam al-Muwafaqt26 menegaskan yang artinya: € Telah
diketahui bahwa syariat Islam itudisyariatkan atau diundangkan untuk
mewujudkan kemaslahahan makhluk secara mutlak•.Dalam ungkapan yang lain
Yusuf al-Qardawi menyatakan yang artinya: € Di mana ada maslahah, di sanalah
hukum Allah.
Dua ungkapan tersebut menggambarkan secara jelas bagaimana eratnya
hubungan antara Syariat Islam dengan kemaslahatan. Ekonomi Islam yang
merupakan salah satu bagian dari Syariat Islam, tujuannya tentu tidak lepas dari
tujuan utama Syariat Islam. Tujuan utama ekonomi Islam adalah merealisasikan
tujuan manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat
(falah), serta kehidupan yang baik, dan terhormat (al-hayah al-tayyibah). Ini
merupakan definisi kesejahteraan dalam pandangan Islam, yang tentu saja berbeda
secara mendasar dengan pengertian kesejahteraan dalam ekonomi konvensional
yang sekuler dan materialistik.
Secara teologis-normatif maupun rasional-filosofis, Islam adalah agama yang
sangat peduli untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Ada beberapa indikator
untuk itu. Pertama, Islam bermakna selamat, sentosa, aman, dan damai. Ini sangat
selaras dengan pengertian sejahtera dalam Kamus Besar Indonesia, yaitu aman,
sentosa, damai, makmur, dan selamat (terlepas) dari segala macam gangguan,
kesukaran, dan sebagainya. Dari sini dapat dipahami bahwa masalah
kesejahteraan sosial sejalan dengan misi Islam itu sendiri.
Kedua, dilihat dari segi kandungannya, terlihat bahwa seluruh aspek ajaran
Islam ternyata selalu terkait dengan masalah kesejahteraan sosial. Hubungan
7
dengan Allah misalnya, harus dibarengi dengan hubungan dengan sesama manusia
(habl min Allah wa habl min an-nas).
Ketiga, konsep kekhalifahan manusia di muka bumi. Upaya mewujudkan
kesejahteraan sosial merupakan misi kekhalifahan yang dilakukan sejak Nabi
Adam As. Keempat, di dalam ajaran Islam terdapat pranata dan lembaga yang
secara langsung berhubungan dengan upaya penciptaan kesejahteraan sosial,
seperti wakaf, infaq dan sedekah, zakat dan sebagainya.
Secara terperinci, tujuan ekonomi Islam dalam bentuk terwujudnya baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama,
Kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting. Kesejahteraan ini
mencakup kesejahteraan individu, masyarakat, dan negara. Kedua, Tercukupinya
kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
kesehatan, pendidikan, keamanan serta sistem negara yang menjamin
terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil. Ketiga, Penggunaan sumber
daya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak membadzir. Keempat,
Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan
merata. Kelima, Menjamin kebebasan individu. Keenam, Kesamaan hak dan
peluang. Ketujuh, Kerjasama dan keadilan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut kamus bahasa Indonesia, kesejahteraan berasal dari kata sejahtera
yangberarti aman, sentosa, makmur dan selamat. Dapat juga diartikan sebagai kata
atauungkapan yang menunjuk kepada keadaan yang baik, atau suatu kondisi
dimana orang- orang yang terlibat di dalamnya berada dalam keadaan sehat,damai
dan makmur. Dalam arti yang lebih luas kesejahteraan adalah terbebasnya
seseorang dari jeratan kemiskinan,kebodohan dan rasa takut sehingga dia
memperoleh kehidupan yang aman dan tenteram secara lahiriah maupun batiniah.

Pada intinya mencakup dua halpokok yaitu kesejahteraan yang bersifat


jasmani (lahir) dan rohani (batin). Kesejahteraanlahir dan batin ini harus terwujud
dalam setiap pribadi (individu) yang bekerja untuk kesejahteraan hidupnya
sendiri, sehingga akan terbentuk keluarga/masyarakat dan negeri yang sejahtera.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran
dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah kami ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aedy, Hasan. 2011. Teori dan Aplikasi Ekonomi Pembangunan Perspektif Islam Sebuah
Studi Komparasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ahmad Zaki Badawi, Mu€ jam Mushthalahatu al-•Ulum al-Ijtima€ iyyah (Beirut, Maktabah
Lubnan: New Impression 1982), h. 445.

Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam (Bandung: Mizan, 1997), h. 135-136. 18 Syed
Nawab Haider Nagvi, Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sintesis Islami (Bandung: Mizan,
1985), h.123.125.

Fadllan, € Konsep Pembangunan Ekonomi Berbasis Islam...•, h. 260. 23 Adiwarman Azwar


Karim, Ekonomi Mikro Islami(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 34

Chapra, The Future of Economics: an Islamic Perspective, h. 121. 16 Veithzal Rivai dan
Andi Buchari, Islamic Economic: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, tetapi Solusi (Jakarta:Bumi
SAksara, 2009), h. 187.

10

Anda mungkin juga menyukai