Al-Quran ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
petunjuk bagi manusia menuju jalan kebenaran melalui keterangan-keterangan yang jelas. Al-
Quran juga menjadi pengantar menuju kebajikan dan pembatas antara yang hak dan yang batil
untuk selamanya, sepanjang masa dan sepanjang usia manusia. 1 Dalam menjalankan fungsinya
sebagai petunjuk hidup bagi manusia, pada Al-Quran terdapat kebaikan sebagai jalan yang harus
ditempuh manusia dan perintah kepada manusia untuk menjauhi keburukan. Diantara aspek
kebaikan yang ada dalam Al-Quran ialah menggunakan akal pikirannya dengan cara
memperhatikan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.2
Berdasar amanah sebagai khalifah tersebut, maka manusia harus memaksimalkan potensi
akal yang telah diberikan Allah. Menggunakan akal artinya menggunakan kemampuan
pemahaman baik dalam kaitannya dengan realitas yang konkret maupun realitas spiritual. Musa
Asy’ari memahami bahwa realitas konkrit difahami oleh pemikiran dan realitas spiritual
difahami oleh qalb.4 Dengan mengintegrasikan unsur rasionalitas (akal) dan wahyu (qalb) dapat
menghantarkan manusia pada puncak kesempurnaan manusia.
1
Muhammad Chirzin, Renungan Harian Al-Quran, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2018), Cet. I, h.13
2
Waway Qodratullah, Konsep Ulu al-Albab dalam Al-Quran dan Implikasinya dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Perguruan Tinggi, Jurnal: Sigma-Mu, Vol.8 No.1, 2016, h. 18
3
Kementerian Agama RI & LIPI, Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-ayat Sains dalam AlQuran, (Jakarta: Widya Cahaya,
2014), h. 10
4
Azizah Herawati, Kontekstualisasi Kosep Ulu al-Albab di Era Sekarang, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan, Volume 3, No.1, Juni 2015, h. 125
Sejalan dengan hal tersebut Ginanjar menyatakan bahwa ada 3 jenis kecerdasan, yakni
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiganya saling
berkaitan dan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.5
Dasar pemikiran yang sudah dipaparkan diatas mendorong penulis untuk memahami
lebih dalam tentang Konsep Ulil Albab dan bagaimanakah implementasinya. Ini menjadi
penting, melihat realitas. Maka dengan ini, penulis menyusun makalah yang berjudul “Konsep
Ulu al-Albab dalam Al-Qur’an dan Implementasinya.”
B. RUMUSAN MASALAH
Sejalan dengan apa yang dipaparkan dalam latarbelakang maka penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut;
C. PEMBAHASAN
Istilah ulul albab berasal dari dua kata yakni ulul dan albab, Kata ulul dalam bahasa arab
berarti dzu yaitu memiliki.6 Sedangkan albab berasal dari kata al-lubb yang artinya otak atau
pikiran (intellect),albab di sini bukan mengandung arti otak atau pikiran beberapa orang,
melainkan hanya dimiliki oleh seseorang. Dengan demikian ulul albab artinya orang yang
5
Gilang Wisnu Saputra, dkk., Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kecerdasan (Intelektual, Spiritual,
Emosional, dan Sosial) Studi Kasus: Anak-anak, Studia Informatika: Jurnal Sistem Informasi, 10(2), 2017, h. 87
6
Ahmad Warson al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Pesantren
Krapyak, 1984), h.49
memiliki otak yang berlapis-lapis. Ini sebenarnya membentuk arti kiasan tentang orang yang
memiliki otak yang tajam.7
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Ulul Albab diartikan sebagai orang yang cerdas,
berakal atau orang yang mempunyai kecerdasan tinggi dan berfikiran jernih berdasarkan ilmu
pengetahuan.
Istilah Ulul Albab 16 kali disebut dalam Al-Quran. Namun, sejauh itu Al-Quran sendiri
tidak menjelaskan secara definisi konsepnya tentang ulul albab. Ia hanya menyebutkan tanda-
tandanya saja. Karena itulah, para mufassir kemudian memberikan pengertian yang berbeda-beda
tentang ulul albab. Imam Nawawi, misalnya, menyebut bahwa ulul albab adalah mereka yang
berpengetahuan suci, tidak hanyut dalam derasnya arus. Dan yang terpenting, mereka mengerti,
menguasai dan mengamalkan ajaran Islam.
Sosok ulul albâb merupakan sosok yang ideal yang digambarkan oleh Allah melalui
beberapa ayat dan juga mendapat pujian dari Allah SWT. Al-Quran memberikan penghargaan
dan penghormatan kepada kaum ulil albab. Bentuk penghargaan tersebut, Allah SWT menyebut
ulil albab beberapa kali dalam Al-Quran dan diulang pada periode Makkah dan Madinah.
Sembilan diantaranya diturunkan pada periode Makkah yang disebut dengan ayat-ayat Makkiyah
dan tujuh lainnya diturunkan pada periode Madinah yang sering disebut dengan ayat-ayat
Madaniyah. Periodisasi dari turunnya ayat-ayat yang berkaitan dengan ulil albab memiliki makna
tersendiri dan bentuk perhatian Allah SWT yang lebih atas kepribadian ulil albab.
Ciri-ciri ulil albab menyangkut beberapa aspek kehidupan, baik ritual, sosial, emosional
maupun intelektual. Ciri-ciri tersebut antara lain:
7
Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina,
2002), h 557
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
Menurut Ibn Katsir, selain mampu memahami fenomena alam dengan segenap
hukumnya yang menunjukkan tandatanda keagungan, kemurahan dan rahmat Illahi, ulil
albab juga seorang yang senantiasa berdzikir dan berpikir, yang melahirkan kekuatan
intelektual, kekayaan spiritual dan keluhuran moral dalam dirinya.
Ulil Albab mampu memisahkan yang baik dari yang jahat, untuk kemudian
memilih yang baik. Selalu berpegang dan mempertahankan kebaikan tersebut walau
sendirian dan walau kejahatan didukung banyak orang. Ia tidak hanya asyik dalam acara
ritual atau tenggelam dalam perpustakaan; sebaliknya tampil di hadapan umat. Bertabligh
untuk memperbaiki ketidak beresan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat,
memberikan peringatan bila terjadi ketimpangan dan memprotesnya bila terjadi ketidak-
adilan dan kesewenang-wenangan. Al-Qur’an Surat Al-Maidah [5] ayat 100
menyebutkan:
“Katakanlah: “tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang
berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”
Ulil albab tidak mau taqlid pada orang lain,sehingga ia tidak mau menelan
mentah-mentah apa yang diberikan orang lain, atau gampang mempercayainya sebelum
terlebih dahulu mengecek kebenarannya. Dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 18 Allah
SWT berfirman :
Apabila dikaji lebih dalam sebenarnya masih banyak ciri-ciri dari ulul albab yang diungkap
dalam Al-Qur’an, namun 6 ciri ini saja sudah sangat sulit ditemukan di zaman seperti sekarang
ini.
D. KESIMPULAN
Secara individual, kepribadian ulul albâb mencerminkan satu ciri khas yang berbeda. Ciri
khas tersebut lahir dari usaha dan kesungguhan untuk mencari hakekat segala sesuatu dengan
cara olah pikir dan dzikir. Keluarga berkewajiban untuk mendorong dan menyiapkan generasi
yang akan datang agar memiliki keunggulan tidak semata di sisi manusia, akan tetapi di sisi
Allah. Untuk itulah, perlu memperhatikan unsur-unsur pembentukan kepribadian ulul albâb yang
tertera dalam AlQuran yaitu tafakkur dan tadzakkur, tadabbur (memperhatikan secara seksama),
fokus pada kualitas, bersabar, menjaga kesucian diri dan beribadah. Dari uraian di atas
diharapkan dapat diterapkan dalam mengasah diri menjadi lebih berkualitas, baik yang bersifat
hablun minallah maupun hablun minannas. Sehingga menjadi pribadi yang ditunjuk oleh Allah
SWT sebagai pribadi yang benar-benar terpilih. Amin. Wallahu a’lamu bish-Shawab
E. DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Chirzin, Renungan Harian Al-Quran, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2018)
Waway Qodratullah, Konsep Ulu al-Albab dalam Al-Quran dan Implikasinya dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, Jurnal: Sigma-Mu, Vol.8
No.1, 2016
Kementerian Agama RI & LIPI, Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-ayat Sains dalam AlQuran, (Jakarta:
Widya Cahaya, 2014)
Azizah Herawati, Kontekstualisasi Kosep Ulu al-Albab di Era Sekarang, Fikrah: Jurnal Ilmu
Aqidah dan Studi Keagamaan, Volume 3, No.1, Juni 2015
Gilang Wisnu Saputra, dkk., Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kecerdasan (Intelektual,
Spiritual, Emosional, dan Sosial) Studi Kasus: Anak-anak, Studia Informatika: Jurnal
Sistem Informasi, 10(2), 2017
Ahmad Warson al-Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok
Pesantren Krapyak, 1984)