Anda di halaman 1dari 3

Praktik Bundling yang Diterapkan Oleh Pelaku Usaha Autorized

Apple di Indonesia Berdasarkan Hukum Positif Indonesia


Modern ini dalam praktiknya konsumen selalu berada dalam posisi yang lemah.
Konsumen selalu menjadi objek dalam aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan sebesar-
besarnya oleh pelaku usaha. Para pelaku usaha seringkali lupa bahkan acuh tak acuh dalam
memperhatikan konsumennya dan menjaga kepentingan konsumennya.

YouTuber Depraz membagikan video YouTube Shorts di kanal akun miliknya yang
menampilkan sejumlah keluhan dari para konsumen yang ‘dipaksa’ membeli paket bundling
yang ditawarkan oleh sales untuk dapat meminang iPhone. Padahal, paket bundling yang
ditawarkan oleh sales belum tentu dibutuhkan oleh pelanggannya. Depraz mengatakan bahwa
sejak dahulu praktik tersebut sering terjadi. Bahkan, Depraz menyebutkan jika terdapat kasus
yang mengindikasikan adanya penipuan.

Dalam video tersebut, memperlihatkan seorang konsumen yang ingin membeli iPhone
14 dari salah satu authorized reseller Apple di Indonesia. Kemudian sales dari toko tersebut
‘menawarkan’ paket bundling dengan aksesoris kepada konsumen tersebut. Namun anehnya,
ketika konsumen tersebut menolak penawaran paket bundling tersebut dan hanya ingin
membeli iPhone 14 saja, sales tersebut tidak mengijinkan jika hanya membeli iPhone 14 saja.

Bundling Sebagai Strategi Pemasaran


Bundling adalah suatu strategi pemasaran di mana dua atau lebih produk dalam sebuah
harga khusus yang dipaketkan. Sistem bundling pada umumnya dimanfaatkan oleh pelaku
usaha sebagai suatu strategi untuk bersaing yakni untuk meningkatkan permintaan konsumen
secara keseluruhan dalam setiap lini produk, untuk membangun pasar baru, untuk
meningkatkan posisi produk di pasar, dan untuk membedakan produk tersebut dengan produk
pesaing.

Terdapat beberapa cara pelaksanaan pemanfaatan sistem bundling dalam pemasarannya


yakni dapat dilihat dari bundling berdasarkan jenisnya. Pertama; Pure bundling atau
pemaketan murni merupakan suatu strategi di mana produsen hanya menjual produk tersebut
hanya secara bundle dan tidak secara terpisah hal ini sama layaknya dalam penjualan terikat
(tying). Sejak awal produksi, tujuan produsen adalah menjual barang tersebut secara bundling
apabila barang dijual secara terpisah akan mengurangi manfaat barang secara keseluruhan.
Sehingga apabila konsumen memiliki keinginan untuk membeli produk tersebut maka
konsumen harus membeli produk secara bundle.

Dan yang kedua; Mixed bundling atau pemaketan campuran merupakan strategi dengan
cara produsen menawarkan produknya baik secara single product atau dalam satu paket
menjual produk secara bundle harga lebih murah dan menjualnya secara terpisah dengan harga
lebih mahal. Sehingga konsumen masih memiliki alternatif pilihan dalam membeli produk.

Perlindungan Konsumen
Pada dasarnya, tidak ada ketentuan hukum yang mengatur secara langsung dan jelas
mengenai strategi bundling di Indonesia. Namun bukan berarti strategi bundling dapat
diterapkan seenaknya. Dalam penerapan strategi bundling harus tetap memperhatikan aturan
hukum yang berkaitan agar tidak merugikan produsen maupun konsumen. Strategi bundling
akan menimbulkan masalah ketika strategi ini diterapkan oleh perusahaan yang sudah memiliki
pangsa pasar yang besar dan mengharuskan konsumen membeli produk yang sudah dipaketkan
oleh perusahaan.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(UU Perlindungan Konsumen) menegaskan bahwa konsumen memiliki hak untuk memilih dan
mendapat barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan. Selain itu dalam pasal yang sama pula mengatakan bahwa konsumen berhak atas
kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang.

Sehingga dengan sistem pure bundling yang ditawarkan oleh pelaku usaha authorized
reseller Apple di Indonesia tersebut dapat membuat konsumen tidak nyaman dan kehilangan
hak untuk memilih produk yang mereka inginkan. Apalagi produk yang dibundling dengan
produk utama merupakan aksesoris saja, yang di mana apabila tidak dibundling pun tidak akan
mengurangi manfaat barang secara keseluruhan.

Dalam permasalahan ini juga pelaku usaha juga dapat melanggar aturan Pasal 10 UU
Perlindungan konsumen apabila pelaku usaha tersebut dalam menawarkan barang dan/atau
jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan,
mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai harga
atau tarif suatu barang dan/ atau jasa.

Sistem Bundling dan Ketentuan Persaingan Usaha


Strategi bundling juga dapat melanggar ketentuan UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Hal ini dengan pertimbangan bahwa
penerapan strategi bundling sebagai strategi pemasaran dalam kegiatan bisnis di mana dua atau
lebih pelaku usaha secara bersama-sama menjual produk yang telah memiliki market power
dalam satu paket tentu secara langsung maupun tidak langsung penerapan strategi tersebut
akan berdampak pada persaingan pelaku usaha.

Dalam Pasal 1 angka 2 UU Persaingan Usaha menjelaskan bahwa praktik monopoli


adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan merugikan kepentingan umum.

Apabila dilihat dari kasus praktik bundling dalam penawaran produk Apple yang
dilakukan pelaku usaha authorized reseller Apple di Indonesia dapat memenuhi beberapa unsur
dari praktik monopoli tersebut diantaranya mengakibatkan dikuasainya produksi atau
pemasaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penerapan sistem pure bundling, di mana
konsumen tidak dapat memilih produk yang ditawarkan secara terpisah.

Di sisi lain apabila pelaku usaha akan menjual produknya secara bundling dalam bentuk
perjanjian kerja sama dengan pelaku usaha lain, perjanjian tersebut akan melanggar ketentuan
hukum apabila termasuk dalam kategori perjanjian tertutup. Aturan mengenai perjanjian
tertutup dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat 2 UU Persaingan Usaha yang menjelaskan bahwa
pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan/atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan/atau
jasa lain dari pelaku usaha pemasok.

Sehingga apabila melihat ketentuan tersebut dapat dijelaskan bahwa tindakan


penawaran bundling yang di terapkan pelaku usaha authorized reseller Apple di Indonesia
dapat memenuhi unsur perjanjian tertutup yakni adanya perjanjian dengan pihak lain yang
memuat persyaratan yakni dengan mewajibkan konsumen membeli produk dari authorized
reseller Apple di Indonesia secara paket.

Pada dasarnya pemanfaatan strategi bundling dalam kegiatan pemasaran tidak akan ada
masalah selama konsumen masih memiliki kebebasan untuk memilih produk lain selain produk
yang dijual secara bundling tersebut atau konsumen masih memiliki kesempatan untuk
membeli produk tersebut secara terpisah. Oleh karenanya, seharusnya pelaku usaha authorized
reseller resmi Apple di Indonesia lebih menerapkan sistem mixed bundling dalam penawaran
produk Apple tersebut sehingga konsumen memilki alternatif pilihan dan dapat memilih produk
yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga hak dan kepentingan konsumen pun terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai