Anda di halaman 1dari 14

BAB VIII

Aspek Hukum dan Kode Etik


dalam Periklanan

5.1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen


Sampai saat ini undang-undang yang mengatur secara khusus tentang periklanan belum
ada. Meskipun demikian, beberapa undang-undang banyak pasal-pasalnya yang mengatur
mengenai periklanan, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen yang mengatur beberapa pasal mengenai periklanan. Dalam pasal 1 disebutkan bahwa
”Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang
dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang
akan dan sedang diperdagangkan.”
Kemudian, tentang Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha, seperti yang terdapat
dalam Pasal 9 yang menjelaskan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan
dan mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar dan atau seolah-olah produk
tersebut memiliki potongan harga, keadaannya baik, memiliki sponsor, tidak mengandung cacat
tersembunyi, merendahkan produk lain yang sejenis, menggunakan kata-kata berlebihan, dan
mengandung janji yang belum pasti.
Pasal 10 berkenaan dengan informasi iklan yang membuat pernyataan yang tidak benar
dan menyesatkan, baik menyangkut harga, kegunaan, kondisi, jaminan/garansi, maupun daya
tarik potongan harga (discount) yang belum tentu benar.
Pasal 12 tentang iklan yang menawarkan, mempromosikan produk dengan tarif khusus,
dalam waktu dan jumlah tertentu. Pasal 13 tentang iklan produk barang dan jasa dengan
memberikan janji pemberian souvenir atau hadiah secara gratis, tetapi ketika produk dibeli, janji
tersebut tidak dipenuhi dengan dalih persediaan sudah habis. Pasal 14 yang berkenaan dengan
janji iklan dalam undian yang tidak dipenuhi pelaku usaha atau mengganti dengan hadiah lain,
bahkan sering kali undian tersebut ternyata tidak ada atau kalaupun ada tidak diumumkan secara
patut melalui media yang diketahui kosumen secara luas.
Pasal 15 tentang penawaran barang secara paksa, baik fisik maupun psikis. Pasal 16
tentang produk melalui pesanan yang tidak sesuai dengan kesepakatan semula atau waktu
pengiriman pesanan seperti yang dijanjikan. Secara khusus Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku
Usaha Periklanan diatur dalam Pasal 17 ayat (1) dengan memproduksi iklan yang dapat:
1. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan, dan harga barang
dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa.
2. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa
3. Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa
4. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang dan/atau jasa
5. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan
yang bersangkutan.
6. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan.
Dari ketentuan pasal-pasal seperti yang tersebut di atas, ada beberapa hal yang patut dikaji terkait
dengan aspek hukum periklanan, yaitu:
1. Definisi
Iklan diidentikkan dengan kata promosi sebagai suatu kegiatan pengenalan dan
penyebarluasan informasi untuk menarik minat beli konsumen. Apabila dianalisis, definis
tersebut lebih menekankan pada pengenalan informasi untuk menarik minat beli konsumen.
Secara dengan facto, pemahaman terhadap definisi tersebut sering kali ditafsirkan pelaku
usaha menjadi semacam alat, dengan menghalalkan muatan informasi apa saja semata-mata
untuk menggugah konsumen membeli. Tanpa disadari bahwa secara hukum ada informasi-
informasi yang dilarang, meskipun menurut pertimbangan teknis pemasaran (marketing)
sangat mungkin menggugah konsumen untuk membeli.
2. Hak Konsumen
Hak konsumen untuk mengakses infromasi dari penayangan iklan sudah diatur secara tegas,
yaitu berupa informasi-informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa. Ketiga muatan informasi (benar, jelas dan jujur), yang wajib diberikan
pelaku usaha secara hukum mutlak harus diinformasikan. Meskipun di sisi lain, ukuran-
ukuran dari ketiga muatan informasi tersebut tidak begitu jelas. Persoalan ukuran
diperkenankan atau dilarang, secara hukum menjadi hal yang sensitif bagi dunia usaha agar
dapat bersaing dalam iklan dan promosi secara sehat dan fair.
3. Kewajiban Pelaku Usaha
Sebagai timbal balik hak konsumen sebagaimana yang tersebut dalam butir 2 di atas, maka
sebagai kewajiban bagi pelaku usaha untuk menginformasikannya. Akan tetapi seringkali
dalam prakteknya pelaku usaha tidak menginformasikan dalam iklan, baik cetak maupun
elektronik, tentang kondisi yang sebenarnya dari produk yang ditawarkan, misalnya rumah
yang dibeli konsumen dengan fasilitas kredit yang dipromosikan secara berlebihan. Ternyata
setelah konsumen menempati rumah tersebut tidak sesuai dengan informasi atau promosi
iklannya.
4. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Khusus untuk usaha periklanan, dalam hal ini dapatlah dipersamakan dengan Perusahaan
Periklan (advertising) atau Biro Iklan.
Menurut Pasal 20 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, pelaku usaha bertanggung jawab
atas iklan yang diproduksinya dan bertanggung jawab pula terhadap segala akhibat yang
ditimbulkan oleh iklan tersebut.

5.2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1982 Tentang Kesehatan menyebutkan dalam Pasal 21
bahwa pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari
makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau persyaratan
kesehatan. Dalam ayat (2) dipertegas lagi bahwa setiap makanan dan minuman yang dikemas
wajib diberi tanda atau label yang berisi: bahan yang dipakai; komposisi setiap bahan; tanggal,
bulan, tahun kadaluarsa. Sedangkan dalam ayat (3) disebutkan bahwa pelanggaran terhadap ayat
(1), maka produk makanan dan minuman tersebut dilarang diedarkan dan ditarik dari peredaran
serta disita untuk dimusnahkan. Sejalan dengan pembatasan iklan produk yang secara langsung
maupun tidak langsung merusak kesehatan dapat dilihat pada iklan produk rokok. Pembatasan
iklan rokok secara ketat termasuk juga di dalamnya perlindungan dari asap rokok, pelarangan
menjual rokok bai anak-anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun, kemudian pencantuman
label ”low” atau ”mild” yang dinilai menyesatkan, juga harus ditiadakan. Sebab ada
kecenderungan bahwa low atau mild itu tetap saja kandungan tar dan nikotinnya bersifat
akumulatif jadi bahayanya tetap sama saja.
Di samping itu, ketentuan tentang periklanan juga diatur dalam Pasal 17 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan yang
menyebutkan bahwa iklan dan promosi rokok hanya dapat dilakukan oleh setiap orang yang
memproduksi rokok dan atau yang memasukkan rokok ke dalam wilayah Indonesia. Dalam ayat
(2) dinyatakan bahwa iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di media
cetak dan atau media luar ruangan. Kemudian, Pasal 18 menyebutkan materi iklan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dilarang: merangsang atau menyarankan orang untuk
merokok; menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi
kesehata; memperagakan atau menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan atau gabungan
keduanya, rokok atau orang sedang merokok atau mengarah pada orang yang sedang merokok;
ditujukan terhadap atau menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan anak dan atau wanita
hamil; mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah rokok.
Akan tetapi, kemudian ketentuan tersebut direvisi dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2000 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan seperti yang termuat dalam Penjelasan Pasal
17 ayat (2) yang membolehkan iklan rokok ditayangkan di media elektronik dengan ketentuan
jam tayang antara pukul 21.30 hingga pukul 05.00 waktu setempat. Namun iklan rokok yang
nyata-nyata telah dilarang tersebut masih sering ditemui di sejumlah media cetak dan sesekali
muncul pada prime time media televisi.

5.3. Beberapa Contoh Iklan yang Menyesatkan


Pentingnya informasi-informasi tentang kualitas dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
produk yang ditawarkan juga diharpkan dapat memproteksi konsumen dari praktek-praktek iklan
yang mengandung unsur-unsur kecurangan dan penipuan (deception). Beberapa bentuk iklan
yang mengandung unsur penyesatan dan penipuan, antara lain:
1. Iklan Pancingan (Bait and Switch)
Yaitu iklan yang sebenarnya tidak berniat untuk menjual produk yang ditawarkan, tetapi
lebih ditujukan untuk menarik minat konsumen berkunjung ke tempat usaha tersebut. Setelah
konsumen datang, mereka diberi tahu kalau barang tersebut telah habis atau mutunya kurang
baik. Kemudian konsumen dialihkan perhatiannya pada produk lain. Biasanya alat yang
dipergunakan untuk “memancing” adalah tawaran potongan harga atau hadiah yang menarik.
2. Iklan Menyesatkan (Mock-up-ad)
Iklan jenis ini selalu mengesankan “kemampuan” suatu barang dengan cara
mendemonstrasikannya. Pada iklan ini, suatu keadaan atau keampuhan produk digambarkan
dengan cara berlebihan dan menjurus ke arah menyesatkan. Pada umumnya media yang
digunakan adalah televisi karena tayangan di layar kaca tampak lebih mengesankan.
Di Indonesia, iklan-iklan yang cenderung menyesatkan bahkan mengandung unsur penipuan juga
banyak dijumpai, baik melalui media cetak maupun elektronik. Beberapa di antaranya adalah:
1. Iklan perumahan yang menyatakan: ”Jarak lokasi 15 (lima belas) menit ke pusat kota”.
Ukuran 15 menit itu apakah untuk mereka yang berjalan kaki, naik sepeda, motor, mobil,
ataukah kendaraan lainnya, tidak disebutkan secara jelas.
2. Produk kecantikan yang banyak diiklankan melalui media televisi. Umumnya iklan tersebut
hanya menonjolkan hal-hal yang bersifat menjanjikan kebaikan dan keberhasilan pemakaian
produk tersebut. Akan tetapi di sisi lain, iklan tersebut tidak menginformasikan akibat buruk
atau efek samping yang dapat merugikan si pemakai (konsumen).
3. Iklan rokok yang menggambarkan kemeriahan pesta di sebuah gedung harus terhenti karena
listrik padam. Kemudian seorang pria segera menarik penjepit rambut seorang wanita untuk
mengagnti sekering lampu yang putus setelah tersambar petir. Dari sudut teknologi
kelistrikan maka iklan itu membahayakan orang lain. Kalau listrik korsleting, penjepit
rambut dari logam tersebut bukan memutuskan aliran listrik melainkan justru menjadi
penghantar listrik.
Pada prakteknya iklan-iklan yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab masih tetap berjalan
dan resiko dari iklan tersebut tetap dipikul oleh pihak konsumen. Banyak aspek yang
mempengaruhi sulitnya penegakan hukum dalam praktek periklanan ini. Baik dari kalangan
konsumen sendiri, pelaku usaha, maupun belum adanya political will dari pemerintah.

5.5. Tata Krama dan Tata Cara Periklanan di Indonesia


Sejak tahun 1981, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Penerangan, telah
berhasil menyusun kode etik dalam periklanan. Dan yang lebih menarik, ternyata pemerintah di
sini lebih bersifat sebagai moderator dalam penyusunannya.
Kode etik yang diberi nama Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia tersebut
disusun dalam suatu konvensi yang melibatkan pelbagai pihak, yakni:
1. ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantunan Iklan Indonesia), mewakili kepentingan
pengiklan.
2. P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) mewakili biro iklan
3. BPMN/SPS (Badan Periklanan Media Pers Nasional / Serikat Penerbit Surat Kabar),
mewakili pemilik media cetak
4. PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia), mewakili pemilik media radio
5. GPBSI (Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia), mewakili pemilik media bioskop
Sedangkan pihak pemerintah diwakili oleh Direktorat Bina Pers dan Grafika, Departemen
Penerangan RI.
Kode etik ini merupakan tuntutan bagi terbinanya suatu dunia periklanan yang tertib,
sehat, dan bertanggung jawab. Kode etik tersebut juga merupakan landasan untuk masyarakat
dan berfungsi mengatur kehidupan periklanan yang dilaksanakan oleh masyarakat periklanan
Indonesia.

TATA KRAMA DAN TATA CARA PERIKLANAN INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


1. Periklanan sebagai salah satu sarana pemasaran dan sarana penerangan, memegang peranan
penting di dalam pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia. Sebagai sarana
penerangan dan pemasaran, periklanan merupakan bagian dari kehidupan media komunikasi
yang vital bagi pengembangan dunia usaha serta harus berfungsi menunjang pembangunan.
2. Demi tanggung jawab sosial dan perlindungan nilai-nilai budaya bangsa yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945, perlu dibentuk pola pengarahan periklanan nasional yang
konsepsional. Pola pengarahan periklanan itu harus menunjang asas trilogi pembangunan
nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, termasuk kemajuan dunia
usaha, periklanan nasional, dan media komunikasi massa.
BAB II
TATA KRAMA

A. Asas-asas Umum
□ Iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
□ Iklan tidak boleh menyinggung perasaan dan atau merendahkan martabat agama, tata
susila, adat, budaya, suku dan golongan
□ Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat
B. Penerapan Umum
□ Iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
a. Jujur:
Iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak
benar, mengelabui dan memberikan janji yang berlebihan
b. Bertanggung jawab
Iklan tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan dan merugikan masyarakat.
c. Tidak bertentangan dengan hukum:
Iklan harus mematuhi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku.
d. Isi Iklan:
Pernyataan dan janji mengenai produk dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e. Kesaksian konsumen:
Harus dilengkapi dengan pernyataan tertulis berdasarkan pengalaman yang
sebenarnya. Nama dan Alamat pemberi kesaksian harus dinyatakan dengan jelas dan
sebenarnya
f. Pencantuman harga:
Bilamana harga suatu produk dicantumkan dalam iklan, maka harga harus jelas
sehingga konsumen mengetahui barang apa yang akan diperoleh dengan harga
tersebut.
g. Perbandingan Harga
Bila dilakukan suatu perbandingan harga atas satu produk dengan produk lainnya,
maka harga dasar perbandingan tersebut harus sama dan jelas
h. Pemakaian kata ”cuma-cuma” atau sejenisnya
Kata cuma-cuma atau sejenisnya tidak boleh dicantumkan dalam iklan, bila ternyata
konsumen harus membayar sejumlah uang di luar biaya pengiriman yang sebenarnya.
Bila biaya pengiriman ini akan dibebankan kepada konsumen, maka harus
dicantumkan dengan jelas.
i. Janji pengembalian uang:
Bila suatu iklan menjanjikan pengembalian yang ganti rugi (warranty) untuk
pembelian suatu produk yang ternyata mengecewakan konsumen, maka:
1. Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus jelas dan lengkap dicantumkan,
antara lian batas-batas resiko iklan, jenis-jenis kerusakan/kekurangan yang
dijamin, dan jangka waktu berlakunya pengembalian uang.
2. Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum
j. Janji jaminan mutu atau garansi:
Bila suatu iklan menjamin mutu suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus
dapat dipertanggung jawabkan
k. Rasa takut / takhayul
Iklan tidak boleh mempermainkan rasa takut dan kepercayaan orang terhadap
takhayul tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
l. Kekerasan
Iklan tidak boleh merangsang atau membenarkan tindakan-tindakan kekerasan.
m. Keselamatan
Iklan tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan tidak boleh menampilkan
adegang yang berbahaya atau membenarkan pengabaian segi-segi keselamatan,
terutama yang tidak ada hubungannya dengan produk yang diiklankan.
n. Perlindungan hak-hak pribadi
Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa ada persetujuan
terlebih dahulu. Ketentuan ini tidak berlaku untuk penampilan masal atau sebagai
latar belakang di mana seseorang dapat dikenal, kecuali jika penampilan tersebut
dapat dianggap merugikan.
o. Anak-anak
Iklan yang ditujukan atau yang mungkin melihatkan anak-anak tidak boleh
menampilkan dalam bentuk apap untuk hal-hal yang dianggap dapat mengganggu
atau merusak jasmani atau rohani mereka, mengambil manfaat atas
kemudahpercayaan, kekurangan pengalaman atau kepolosan hati mereka.
p. Istilah ilmiah dan statistik
Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan statistik untuk
menciptakan kesan yang berlebihan
q. Ketiadaan produk
Iklan hanya boleh dipasang bolah telah ada kepastian tentang tersedianya produk
yang diiklankan di pasar.
□ Iklan tidak boleh menhyunggung perasaan atau merendahkan martabat agama, tata susila,
adat, budaya, suku dan golongan
a. Tidak boleh menyinggung perasaan
1. Iklan harus berselera baik dan pantas
2. Iklan harus menggunakan bahasa yang baik dan istilah yang tepat
b. Agama/kepercayaan
Iklan tidak boleh merendahkan dan atau mencemoohkan agama/kepercayaan
c. Tata susila, adat dan budaya
Iklan tidak boleh melanggar norma-norma tata susila, adat dan budaya bangsa
d. Suku dan golongan
Iklan tidak boleh menyinggung atau mempertentangkan suku/golongan
e. Pahlawan/monumen
Pahlawan dan monumen tidak boleh dipakai untuk iklan secara tidak layak
□ Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat
a. Penggunaan kata-kata yang berlebihan
Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata ”ter", ”paling”, ”nomor satu” dan
sejenisnya tanpat menjelaskan dalam bidang apa keunggulan itu
b. Perbandingan langsung
Iklan yang baik tidak mengadakan perbandingan langsung dengan produk-produk
saingannya. Apabila perbandingan semacam ini diperlukan, maka dasar perbandingan
harus sama dan jelas. Konsumen tidak disesatkan oleh perbandingan tersebut.
c. Merendahkan
Iklan tidak boleh secara langsung atau pung tidak langsung merendahkan produk-
produk lain.
d. Peniruan
Iklan tidak boleh meniru iklan lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan
penyesatan. Hal ini meliputi merek dagang, logo, komposisi huruf dan gambar,
slogan posisioning, cara penampilan dan jingle.
C. Penerapan Khusus
1. Anak dalam iklan
a. Tidak boleh memperlihatkan anak dalam adegan yang berbahaya, menyesatkan atau
tidak pantas dilakukan oleh anak-anak.
b. Anak-anak tidak boleh dipakai untuk mengiklankan produk yang tidak layak
dikonsumsi oleh anak-anak.
2. Pemakaian tenaga profesional
Dokter, ahli farmasi, tenaga medis dan paramedis lainya atau atribut profesinya tidak
boleh dipakai untuk mengiklankan produk obat-obatan dan alat-alat kesehatan
3. Dana amal
Iklan yang menyebut sumbangan amal harus menerangkan dengan jelas jumlah badan
amal yang akan menerima sumbangan
4. Kesempatan berusaha/investasi
Iklan yang menawarkan kesempatan berusaha/investasi tidak boleh menyesatkan serta
harus jelas dan lengkap menyatakan sifat dan bentuk investasi
5. Minuman keras
a. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk mulai minum
minuman keras
b. Iklan tidak boleh menggambarkan penggunaan minuman keras dalam kegiatan-
kegiatan yang memerlukan konsentrasi serta penggunannya dapat membahayakan
keselamatan
c. Iklan tidak boleh ditujukan terhadap anak di bawah usia 16 tahun dan atau wanita
hamin, atau menampilkan mereka dalam iklan
6. Rokok
a. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk mulai merokok
b. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa tidak merokok adalah hal yang tidak wajar
c. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa merokok adalah sehat atau bebas dari
gangguan kesehatan
d. Iklan tidak boleh ditujukan terhadap anak di bawah usia 16 tahun dan atau wanita
hamil atau menampilkan mereka dalam iklan
7. Pengiklanan lewat pos
a. Pengiklanan harus mencantumkan alamatnya dengan jelas dan lengkap sehingga
dapat dihubungi pada jam-jam kerja
b. Syarat-syarat pembayaran dan penukaran/pengembalian barang harus jelas dan
lengkap dicantumkan dalam iklan atau katalog yang ditunjuk iklan tersebut.
8. Real estate
a. Syarat-syarat pembayaran, lokasi, status tanah dan bangunan harus jelas dan lengkap
dicantumkan dalam iklan atau katalog yang ditunjuk iklan tersebut.
b. Perincian pembayaran harus jelas dicantumkan dalam iklan atau katalog yang
ditunjuk iklan tersebut, sehingga konsumen mengetahui hal dan kewajibannya.
9. Obat
a. Iklan harus sesuai dengan indikasi porduk yang disetujui Departemen Kesehatan RI
b. Iklan tidak boleh menggunakan kata/ungkapan/penggambaran yang menjanjikan
penyembuhan penyakit, tetapi hanya boleh menyatakan membantu menghilangkan
gejala penyakit
c. Dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya, ahli farmasi serta atribut-atribut profesi
masing-masing termasuk rumah sakit tidak boleh memberikan presentasi audia dan
visual yang menggambarkan atau menimbulkan kesan pemberian advis, keterangan
atau rekomendasi penggunaan obat tertentu.
d. Iklan harus memperhatikan keamanan penggunaan obat-obat yang diiklankan,
terutama terhadap anak-anak.
e. Iklan tidak boleh menganjurkan pemakaian obat secara berlebihan
f. Iklan tidak boleh menganjurkan bahwa suatu obat merupakan syarat mutlak untuk
mempertahankan kesehatan tubuh
g. Iklan tidak boleh memanipulasi rasa tankut seseorang terhadap sesuatu penyakit bila
tidak mempergunakan obat yang diiklankan
h. Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti: ”aman”, ”tidak
berbahaya”, ”tidak mengandung resiko”, dan sebagainya tanpa keterangan yang
lengkap
i. Iklan tidak boleh menawarkan diagnosa. Pengobatan atau perawatan melalui surat-
menyurat harus dihindarkan.
j. Iklan tidak boleh menawarkan pengembalian uang dalam pengiklanan obat
10. Pengobatan
Jasa-jasa pengobatan dan perawatan tidak boleh diiklankan kecuali merupakan
pengumuman tentang buka, tutup dan pindah praktek, sesuai dengan kode etik profesi
masing-masing.
11. Vitamin/mineral
a. Iklan harus sesuai dengan indikasi jenis produk yang disetujui oleh Departemen
Kesehatan RI
b. Iklan tidak boleh menyatakan/memberi kesan bahwa vitamin/mineral selalu
dibutuhkan untuk melengkapi makanan yang sudah sempurna nilai gizinya
c. Iklan tidak boleh menyatakan/memberi kesan bahwa penggunaan vitamin/mineral
adalah syarat mutlak bagi semua orang
d. Iklan tidak boleh menyatakan bahwa kesehatan, kegairahan dan kecantikan akan
dapat diperoleh hanya dari menggunakan vitamin/mineral
e. Iklan tidak boleh mengandung pernyataan tentang peningkatan kemampuan seks
secara langsung atau tidak langsung
12. Kosmetika
a. Iklan harus sesuai dengan indikasi jenis produk yang disetujui oleh Departemen
Kesehatan RI
b. Iklan tidak boleh menjanjikan penyembuhan mutlak terhadap kelainan-kelainan yang
pengendaliannya hanya tercapai bila penggunaan kosmetika tersebut dilakukan secara
teratur dan terus-menerus
c. Iklan tidak boleh menawarkan pengobatan yang penyembuhannya sebenarnya berada
di luar jangkauan kosmetika
13. Alat kesehatan
Iklan harus sesuai dengan indikasi jenis produk yang disetujui oleh Departemen
Kesehatan RI
14. Promosi dari rumah ke rumah
Juru jual dalam kegiatan ini harus menghargai hak konsumen untuk menolak
penawarannya
15. Undian dan hadiah langsung
a. Iklan mengenai undian dan hadiah langsung yang mengundang partisipasi konsumen
harus jelas dan lengkap menyebut syarat-syarat bagi peserta, hadiah yang ditawarkan
dan jumlah hadiah tersebut.
b. Iklan tersebut harus mencantumkan tanggal penarikan dan cara mengumumkan
pemenangnya
16. Kursus dan lowongan kerja
a. Iklan yang menawarkan kursus tidak boleh mengandung janji:
1. Pekerjaan atau penghasilan tertentu
2. Pencapaian kemahiran dalam waktu tertentu
b. Iklan yang menawarkan pekerjaan tidak bolehL
1. Secara berlebihan menyatakan janji dan tunjangan yang ditawarkan
2. Menunjukkan adanya preferensi mengenai suku bunga, warna kulit dan golongan
tertentu

Anda mungkin juga menyukai