Anda di halaman 1dari 8

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK KONSUMEN DARI TAMPILAN

IKLAN SUATU PRODUK YANG MENYESATKAN DAN MENGELABUI

Oleh: Rizky Novyan Putra

Abstract
Advertising is the most powerful means of promotion. However, be a problem if the ad
are used as a means to deceive consumers. The consumer is very weak when compared
with businesses. Required the strict law enforcement when there are those businesses
that conduct fraudulent activity on the part of consumers through advertising promotion
of a product. This article will discuss the many issues related to dispute by the consumer.

Keywords: Consumer Law, Protection, Advertisement


penyampaian informasi mengenai
A. Latar Belakang barang dan atau jasa dari pelaku usaha
Era globalisasi terutama terkait kepada konsumennya, maka dari itu
dengan hal perkembangan komunikasi iklan tersebut sangat penting
dan informasi berjalan sangat pesat kedudukannya bagi perusahaan sebagai
seiring dengan laju pembangunan di alat untuk membantu memperkenalkan
segala bidang. Begitu pula dalam hal produk atau jasa yang ditawarkannya
dunia informasi, semakin dinamisnya kepada konsumen. Tanpa adanya iklan
perubahan serta menuntut peran berbagai produk barang dan atau jasa
manusia untuk dapat mengikuti secara tidak dapat mengalir secara lancar ke
cepat dan tanpa kompromi. Globalisasi para distributor atau penjual, apalagi
informasi ternyata juga telah memasuki sampai ke tangan para konsumen atau
bidang politik, ekonomi, sosial dan pemakainya. Hal ini jelas berkaitan
budaya yang mana seiring berjalannya dengan para pihaknya, yakni pihak
waktu pada prosesnya sebagian besar pelaku usaha dan pihak konsumen yang
berkembang dengan baik karena mana sebagai obyek dari tujuan
cepatnya jaringan informasi. Namun, pemasaran suatu produk yang
pesatnya pembangunan disegala bidang dikeluarkan oleh pelaku usaha tersebut.
mendorong meningkatnya mobilitas Dalam praktiknya, produk yang
gerak manusia yang cepat dan dinamis ditawarkan oleh pelaku usaha memiliki
sehingga meminta penyampaian nilai jual yang tinggi ketika hendak
informasi yang cepat dan dinamis pula. dijual ke masyarakat, namun ternyata
Media sebagai salah satu sarana dalam terkadang pelaku usaha menghalalkan
penyampaian informasi mempunyai segala cara. Salah satunya dengan
berbagai jenis seperti media cetak melalui iklan yang memuat janji manis
(koran, majalah, tabloid dan lain-lain) mengenai kegunaan dan manfaat produk
dan media elektronik (televisi, radio, yang sesuai dengan kebutuhan
dan lain-lain). konsumen meskipun pada kenyataannya
Siapapun jelas telah mengetahui bahwa produk tersebut kegunaan dan
keberadaan iklan. Dalam dunia usaha manfaatnya tidak sesuai dengan janji
maupun bisnis, iklan menjadi faktor yang terdapat dalam iklan tersebut.
penting dalam pemasaran suatu produk. Sehingga iklan tersebut telah
Iklan merupakan salah satu bentuk membohongi konsumen atau


Rizky Novyan Putra, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia angkatan 2013 dan
merupakan Head of Competition and Consumer Law Business Law Community Fakultas Hukum UII

20
masyarakat. Hal ini jelas membuat a) Undang-Undang Nomor 21 Tahun
sebagian besar masyarakat resah dan 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
membuat masalah hukum didalamnya Pokok Pers sebagaimana telah
karena telah tertipu oleh janji manis diubah dengan Undang-Undang
buaian suatu iklan produk yang ternyata Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers;
pada aslinya tidak sesuai dengan b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kenyataan. 1992 tentang Kesehatan;
Konsumen sangat rentan dalam c) Peraturan Pemerintah Nomor 69
posisinya jika dibandingkan dengan Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
posisi pelaku usaha. Untuk itu, perlu Pangan;
diberikan perlindungan terhadap pihak d) Peraturan Pemerintah Nomor 81
konsumen dari iklan-iklan yang Tahun 1999 tentang Pengamanan
menyesatkan. Indonesia telah mengatur Rokok Bagi Kesehatan.
terkait hal tersebut. Dalam hal ini telah Meskipun ketentuan mengenai
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 periklanan secara umum telah ada tetapi
Tahun 1999 tentang Perlindungan tidak diatur secara khusus, namun pada
Konsumen. Lemahnya posisi konsumen kenyataannya masih banyak terdapat
dibandingkan posisi pelaku usaha pelanggaran-pelanggaran yang telah
dikarenakan tidak adanya campur dilakukan oleh pelaku usaha yang
tangan konsumen pada proses produksi merugikan konsumen. Tidak sekali dan
barang atau jasa yang diiklankan. Iklan dua kali masalah sengketa konsumen
yang baik haruslah memuat mengenai muncul dalam topik hukum
informasi yang benar, jujur, apa adanya, perlindungan konsumen. Untuk itu,
atau sesuai dengan kenyataan sebab dalam tulisan ini akan memaparkan
mendapatkan informasi yang benar dan pembahasan terkait aspek-aspek
jujur adalah hak konsumen yang wajib perlindungan konsumen terhadap iklan-
diperhatikan oleh para pihak pelaku iklan suatu produk yang menyesatkan
usaha dimanapun.1 dan mengelabui dari sisi hukum
Aturan perundang-undangan perlindungan konsumen dengan
dalam hukum positif Indonesia terkait berdasar pada UUPK dan aturan
periklanan masih belum diatur secara perundang-undangan yang terkait
jelas. Namun, masalah iklan terdapat tersebut.
dalam beberapa pasal di Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang B. Pembahasan
Perlindungan Konsumen (selanjutnya 1. Iklan dan Konsumen
disebut UUPK). Pasal yang mengatur Sebagaimana kita ketahui bahwa
tentang periklanan dalam UUPK bisa adanya suatu tampilan tayangan iklan
dikaitkan dengan sebagai yang banyak kita temui di media cetak
sarana promosi suatu produk barang maupun media elektronik merupakan
atau jasa seperti Pasal 9, Pasal 10, salah satu sarana bagi para pelaku usaha
Pasal 12, Pasal 13, Pasal 17, dan Pasal khususnya untuk mempromosikan,
20. Pada dasarnya, kita juga dapat memperkenalkan, serta menawarkan
melihat terkait aturan-aturan yang suatu produk barang maupun jasa
memiliki keterkaitan erat dalam dunia kepada para konsumen.2 Dengan
periklanan, yakni: kehadiran suatu tampilan iklan ke

1 2
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Bahkan dengan semakin berkembangnya
Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, teknologi dan pemikiran masyarakat, media
Bandung, 2006, hlm. 245. sosial (Facebook, Instagram, Youtube, dll.)

21
hadapan para konsumen akan dengan dan/atau jasa untuk menarik minat beli
mudah membantu para pelaku usaha konsumen terhadap barang dan/atau
untuk memperkenalkan produk jasa yang akan dan sedang
usahanya, tanpa bersusah payah bagi diperdagangkan”. 4
Sudarto, dalam
para pihak pelaku usaha terjun pemikirannya melalui sebuah tulisan
lapangan. Dalam hal ini juga bermanfaat yang berjudul “Periklanan dalam Surat
bagi pihak konsumen untuk mengenali Kabar Indonesia” mengungkapkan
maupun mendapatkan info terkait suatu bahwa menurutnya (definisi) iklan
produk barang maupun jasa yang akan adalah salah satu komunikasi yang harus
dipilihnya guna memenuhi kebutuhan memenuhi ke empat hal berikut:5
sehari-hari. a. Komunikasi tidak langsung;
Iklan merupakan sarana bagi b. Melalui media komunikasi masa;
konsumen untuk mengetahui barang c. Dibayar berdasarkan tarif tertentu;
dan/jasa yang ditawarkan oleh pelaku d. Diketahui secara jelas sponsor atau
usaha dalam hal ini pengiklan, karena pemasang iklannya.
konsumen mempunyai hak, khususnya Jika merujuk pada Kamus Besar
untuk hak untuk mendapat informasi Bahasa Indonesia (KBBI), kata
dan hak untuk memilih. Bagi “menyesatkan” berasal dari kata “sesat”
perusahaan para pebisnis, iklan artinya “salah jalan; tidak melalui jalan
merupakan bagian dari kegiatan yang benar”. Namun apabila kata
pemasaran produknya dan iklan “sesat” ditambah awalan “me-“ dan
dianggap berhasil apabila terdapat akhiran “kan” maka ia akan berubah
peningkatan jumlah pembeli produk menjadi kata “menyesatkan” yang
yang ditawarkannya. Iklan adalah mengandung arti “membawa ke jalan
struktur informasi dan susunan yang salah; menyebabkan sesat (salah
komunikasi nonpersonal yang biasanya jalan)”.6 Sedangkan kata “iklan”
dibiayai dan bersifat persuasif, tentang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
produk-produk (barang, jasa, dan mengandung arti 1) berita pesanan
gagasan) oleh sponsor yang (untuk mendorong, membujuk) kepada
teridentifikasi, melalui berbagai macam khalayak ramai tentang benda dan jasa
media.3 yang ditawarkan; 2) pemberitahuan
Undang-undang Nomor 8 Tahun kepada khalayak ramai mengenai
1999 tentang Perlindungan Konsumen, barang atau jasa yang dijual, dipasang di
dalam ketentuan umum Pasal 1 angka dalam media massa seperti surat kabar
(6) menyebutkan bahwa “Promosi atau majalah.7
adalah kegiatan pengenalan atau Pengertian kata “menyesatkan”
penyebarluasan informasi suatu barang jelas memiliki konotasi yang negatif.

4
melalui sarana elektronik pun semakin marak Lihat Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor
bagi para pelaku usaha untuk mempromosikan 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5
dagangannya secara online. Dengan semakin Sudarto dalam Alo Liliweri, Dasar-dasar
banyak kemudahan pada era ini perlu Komunikasi Periklanan, Balai Citra Aditya
pemahaman kita bersama ternyata membuka Bakti, Bandung, 1996, hlm. 72.
6
banyak permasalahan juga dan sudah menjadi Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa
keharusan bagi para konsumen untuk lebih Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm.
berhati-hati dalam memilih produk yang akan 831.
7
dibeli maupun digunakan dalam kesehariannya. Ibid., hlm. 322.
3
Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami
Iklan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hlm.
22.

22
Tentu pada praktiknya akan berjudul “Hukum Perlindungan
menimbulkan efek tindakan yang sangat Konsumen Suatu Pengantar”,
berbahaya. Terutama jika dikaitkan pengertian konsumen itu terdiri dari:10
pada kasus periklanan saat ini. Iklan a. Konsumen adalah setiap orang yang
yang menyesatkan merupakan suatu mendapatkan barang atau jasa
berita pesanan dari suatu pihak yang digunakan untuk tujuan tertentu;
mendorong atau pun membujuk b. Konsumen antara adalah setiap orang
khalayak ramai (pihak konsumen) yang mendapatkan barang/jasa untuk
mengenai barang atau jasa yang dijual, digunakan dengan tujuan tertentu
dipasang di dalam media massa seperti membuat barang/jasa lain untuk
surat kabar atau majalah, namun isi diperdagangkan (tujuan komersial);
berita yang disajikan belum diketahui c. Konsumen akhir adalah setiap orang
kebenarannya yang pasti sehingga dapat alami yang mendapatkan dan
merugikan konsumen. Maka timbul menggunakan barang dan/atau jasa
pertanyaan, konsumen yang mana untuk tujuan memenuhi kebutuhan
dirugikan akibat iklan yang hidupnya pribadi, keluarga dan atau
menyesatkan tersebut? Kita perlu rumah tangga dan tidak untuk
terlebih dahulu membahas sekilas diperdagangkan kembali.
mengenai apa makna dari konsumen itu Ketentuan-ketentuan di atas
sendiri. memberikan keharusan bagi para pelaku
Konsumen berasal dari usaha untuk mengupayakan adanya
kata consumer (Bahasa Inggris- perdagangan yang tertib dan iklim usaha
Amerika) atau consument/konsument yang sehat guna memastikan produk
(Bahasa Belanda). yang diperjual-belikan dalam
Pengertian consumer atau consument, masyarakat dilakukan dengan cara yang
secara harfiah adalah (lawan dari tidak melanggar aturan hukum.11
produsen/pelaku usaha) setiap orang Dalam UUPK itu sendiri juga telah
yang menggunakan barang dan/atau dijelaskan terkait memberikan
jasa. Tujuan penggunaan pengertian mengenai konsumen dalam
barang dan/atau jasa tersebut nantinya Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 butir 2,
akan menentukan termasuk konsumen yaitu:
manakah pengguna tersebut.8 Pakar ”Konsumen adalah setiap orang
masalah konsumen di Belanda, Hodius pemakai barang dan/atau jasa yang
menyimpulkan, bahwa para ahli hukum tersedia dalam masyarakat, baik bagi
pada umumnya sepakat mengartikan kepentingan diri sendiri, keluarga,
konsumen sebagai pemakai produksi orang lain maupun makhluk hidup lain
terakhir dari benda dan jasa. Dia ingin dan untuk diperdagangkan”.12
membedakan antara kosumen bukan Dalam penjelasan pasal tersebut
pemakai akhir (konsumen antara) dan dijelaskan bahwa di dalam kepustakaan
kosumen terakhir.9 Namun, Menurut ekonomi dikenal istilah konsumen akhir
AZ Nasution dalam bukunya yang dan konsumen antara. Konsumen akhir

8
Az. Nasution, Konsumen dan Hukum, Pusaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm. 25. 11
Ahmadi Miru & Sutarman Yolo, “Hukum
9
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Perlindungan Konsumen”, Cetakan ke-8,
Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2000, hlm.2. Rajawali Press, Jakarta, 2014, hlm. 92.
10 12
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Konsumen Suatu Pengantar, Daya Wedya, tentang Perlindungan Konsumen.
Jakarta, 1999, hlm. 13.

23
adalah pengguna atau pemanfaat akhir dalam kasus ini, pelaku usaha dikaitkan
dari suatu produk, sedang konsumen dengan periklanan yang
antara adalah konsumen yang mempromosikan produk daganannya
menggunakan suatu produk sebagai harus mempertanggung jawabkan atas
bagian dari proses suatu produk lainnya. iklan yang dibuatnya untuk
Pengertian konsumen dalam undang- menawarkan barang dan/atau jasanya
undang ini adalah konsumen akhir. kepada konsumen. Hal ini dilakukan
Konsumen pada kenyataaan dan untuk melindungi konsumen dari
praktinya, selalu berada dalam posisi tindakan-tindakan curang yang
yang lemah. Konsumen merupakan dilakukan pelaku usaha. Perlindungan
objek aktivitas bisnis untuk meraup hukum bagi konsumen atas iklan yang
keuntungan sebesar-besarnya oleh menyesatkan dalam Undang-undang
pelaku usaha melalui kiat promosi, cara Perlindungan Konsumen, yaitu dengan
penjualan serta penerapan perjanjian adanya pengaturan dalam Bab III Pasal
standar yang merugikan konsumen. 4 sampai dengan Pasal 7 mengenai hak-
Oleh karena itu, konsumen harus hak dan kewajiban konsumen dan juga
dilindungi oleh hukum. Salah satu sifat hak dan kewajiban pelaku usaha. Dalam
sekaligus tujuan hukum itu adalah Bab IV merupakan upaya Undang-
memberikan perlindungan undang Perlindungan Konsumen untuk
(pengayoman) kepada masyarakat. melindungi konsumen, yaitu
Hukum perlindungan konsumen terdapatnya aturan mengenai larangan-
merupakan hukum yang mengatur dan larangan bagi pelaku usaha yang
melindungi konsumen. mengiklankan produknya larangan-
Menurut AZ Nasution bahwa larangan tersebut dapat dilihat dalam
hukum perlindungan konsumen Pasal 9, 10, 12, 13, dan 17. Hal ini untuk
merupakan bagian khusus dari hukum melindungi konsumen dari pelaku usaha
konsumen, yaitu keseluruhan asas-asas periklanan yang curang.
dan kaidah-kaidah yang mengatur dan Iklan yang menyesatkan atau yang
melindungi konsumen dan hubungan tidak sesuai dengan kebenarannya
dan masalah penyediaan dan merugikan konsumen, sehingga
penggunaan produk (barang dan/atau menimbulkan sengketa antara
jasa) konsumen antara penyedia dan konsumen yang menuntut haknya
penggunanya, dalam kehidupan terhadap pelaku usaha yang
bermasyarakat. Sedangkan hukum mengiklankan produk yang dijualnya.
konsumen adalah keseluruhan asas-asas Mengenai penyelesaian sengketa ini
dan kaidah-kaidah yang mengatur diatur dalam Bab X
hubungan dan masalah penyediaan dan tentang penyelesaian konsumen.
penggunaan produk (barang dan/atau Upaya-upaya penyelesaian sengketa
jasa) antara penyedia dan penggunanya, dapat ditempuh dengan cara yang
dalam kehidupan bermasyarakat.13 terdapat dalam Pasal 45 ayat (2) yaitu
Undang-Undang Perlindungan penyelesaian sengketa dapat ditempuh
Konsumen isinya adalah mengatur melalui pengadilan atau di luar
prilaku pelaku usaha dengan tujuan agar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela
konsumen terlindungi. Salah satunya para pihak yang bersengketa.
melindungi konsumen atas iklan yang
menyesatkan konsumen. Dilain sisi

13
Az. Nasution, 1999, Op Cit ., hlm. 22

24
2. Pertanggung Jawaban Pelaku Pelaku usaha dalam mengiklankan
Usaha produknya di media cetak atau
Pelaku usaha khususnya pihak elektronik harus mempunyai itikad
yang menjalankan dunia periklanan yang baik dan memenuhi prestasinya
harus mempertanggung jawabkan atas secara baik. Jika kemudian konsumen
iklan yang dibuatnya untuk membeli produk yang diiklankan oleh
menawarkan barang dan atau jasanya pelaku usaha tidak sesuai dengan isi
kepada konsumen. Hal ini dilakukan kebenaran yang ditayangkan dalam
untuk melindungi konsumen dari iklan tersebut, maka pelaku usaha tidak
tindakan-tindakan yang curang yang melakukan prestasi secara benar. Jadi
dilakukan pelaku usaha. Mengenai dengan demikian dapat dikemukakan
pertanggungjawaban ini terdapat bahwa apabila konsumen yang
undang-undang yang mengatur memakai barang yang diiklankan dan
mengenai periklanan walaupun tidak tidak sesuai dengan yang ditawarkan
secara khusus. Pengiklan harus oleh pelaku usaha dalam iklannya,
mempertanggungjawabkan produk maka konsumen dapat menggugat
dan/atau jasa yang ditawarkan, pelaku usaha tersebut berdasarkan
sehingga tanggungjawabnya Pasal 1365 KUH Perdata dan Bab X
berbentuk product Pasal 45 dan Pasal 46 Undang-undang
liability14 dan profesional liability15. Perlindungan Konsumen. Upaya
Perusahaan iklan yang hanya menggugat pelaku usaha karena telah
membantu membuatkan suatu iklan melakukan perbuatan melawan hukum
tanggung jawabnya tidak perlu adanya hubungan langsung
berbentuk profesional liablity. Begitu antara korban dan pelaku usaha, namun
pula media periklanan sebagai konsumen sebagai korban harus
penyedia jasa untuk menayangkan mampu membuktikan bahwa pelaku
iklan pengiklan tanggung jawabnya usaha tersebut:
berbentuk tanggung jawab profesional a. Telah melakukan perbuatan
liability. Jadi pada umumnya tanggung malawan hukum;
jawab atas iklan yang menyesatkan b. Telah melakukan kesalahan;
merupakan tanggung jawab semua c. Telah menimbulkan kerugian
pihak yang terlibat dalam pembuatan terhadap konsumen;
iklan tersebut baik pengiklan, d. Terdapat hubungan kausal antara
perusahaan iklan, media periklanan. perbuatan hukum tersebut dengan
Mengenai bentuk tanggung jawab kerugian yang diderita korban.
dapat berupa product Pada umumnya tangung jawab atas
liability atau profesional liability atau iklan yang menyesatkan merupakan
kedua-duanya tergantung bobot dan tanggung jawab semua pihak yang
sejauh mana pelaku usaha itu terlibat terlibat dalam pembuatan iklan tersebut
dalam pembuatan iklan tersebut. baik pengiklan, perusahaan iklan,
media periklanan. Mengenai bentuk

14
Product liability disini diartikan sebagai keadaan cacat yang berbahaya bagi konsumen
tanggung jawab secara hukum dari produsen dan dan pengguna barang dan/atau jasa.
15
penjual untuk mengganti kerugian yang diderita Dapat diartikan bahwa, seseorang yang
oleh pembeli, pengguna ataupun pihak lain, terlibat suatu pekerjaan, perlu belajar terlebih
akibat dari cacat dan kerusakan yang terjadi dahulu untuk dapat mengerjakannya, atau suatu
karena kesalahan pada saat mendapatkan pekerjaan yang mensyaratkan pelatihan dan
barang, khususnya jika produk tersebut dalam keahlian pada tingkat yang tinggi.

25
tanggung jawab dapat berupa product mengajukan keberatannya itu kepada
liability atau profesional liability atau Pengadilan Negeri, menurut Pasal 58
kedua-duanya tergantung bobot dan UUPK dalam jangka waktu 14 hari
sejauh mana pelaku usaha itu terlibat Pengadilan Negeri yang menerima
dalam pembuatan iklan. keberatan pelaku usaha memutus
perkara tersebut dalam jangka waktu 21
3. Penyelesaian Sengketa hari sejak diterimanya keberatan
2.1 Penyelesaian di Luar Pengadilan tersebut. Selanjutnya kasasi pada
Pasal 47 UUPK mengatur putusan pengadilan negeri ini diberi
mengenai penyelesaian sengketa di luar luang waktu 14 hari untuk mengajukan
pengadilan yang diselenggarakan untk kasasi kepada Mahkamah Agung.
mencapai kesepakatan mengenai bentuk Keputusan Mahkamah Agung wajib
dan besarnya ganti rugi dan/atau dikeluarkan dalam jangka waktu 30 hari
mengenai tindakan tertentu untuk sejak permohonan kasasi.
menjamin tidak akan terjadi kembali
atau tidak terutang kembali kerugian C. Kesimpulan
yang diderita oleh konsumen. Semua pihak yang melakukan suatu
Penyelesaian di luar pengadilan ini pelanggaran harus bertanggung jawab
dapat dilakukan dengan cara, yaitu: sesui dengan bobot keterlibatannya.
a. Penyelesaian secara damai diantara Perlu diperhatikan bahwa posisi
mereka yang bersengketa; konsumen dalam kenyataannya
b. Penyelesaian melalui Badan terbilang sangat lemah jika
Penyelesaian Sengketa Konsumen dibandingkan dengan posisi pihak
(BPSK). pelaku usaha. Perlu diperhatikan
Biasanya, penyelesaian dengan cara seksama bahwa
damai ini jarang tercapai karena pelaku pertanggungjawaban pelaku usaha
usaha sering mengelak karena mereka terhadap iklan yang menyesatkan telah
merasa mempunyai kekuatan yang lebih ada dalam Undang-Undang Nomor 8
besar dari konsumen yang dirugikan. Tahun 1999 tentang Perlindungan
Para pihak cenderung memilih Konsumen (UUPK) khususnya terdapat
penyelesaian sengketa dengan mengadu dalam Pasal 20 meskipun belum adanya
ke pihak BPSK. aturan perundang-undangan yang
2.2 Penyelesaian Melalui Pengadilan mengatur secara detail terkait
Pasal 48 Undang-undng periklanan.
Perlindungan Konsumen mengatakan Sementara itu, perlu adanya
bahwa “penyelesaian sengketa kerjasama antara konsumen, pelaku
konsumen melalui pengadilan mengacu usaha, lembaga-lembaga konsumen dan
pada ketentuan tentang peradilan umum pemerintah agar UUPK dapat
yang berlaku dengan memperhatikan diterapkan dengan baik sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 45. Putusan yang tujuannya serta perlunya kegiatan
dijatuhkan Majelis BPSK bersifat mensosialisasikan UUPK kepada
“final” diartikan tidak adanya upaya masyarakat luas untuk menjamin
banding dan kasasi, yang ada terjaganya kondisi sosial masyarakat
“keberatan”.16 Apabila pelaku usaha yang aman dan sejahtera dari berbagai
keberatan atas putusan yang dijatuhkan macam gangguan dan pemerintah atau
oleh majelis BPSK, maka ia dapat instansi yang berwenang harus

16
Shidartha, Op.Cit., hlm., 143.

26
bertindak secara cepat dan konsisten
sesuai dengan undang-undang yang
berlaku dalam menanggapi pengaduan
atas permasalahan konsumen.

D. Referensi
Buku:
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1990.
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan
Konsumen di Indonesia, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2006.
Ratna Noviani, Jalan Tengah
Memahami Iklan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2002.
Sudarto dalam Alo Liliweri, Dasar-
dasar Komunikasi Periklanan,
Balai Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996.
Az. Nasution, Konsumen dan Hukum,
Pusaka Sinar Harapan, Jakarta,
1995.
Sidharta, Hukum Perlindungan
Konsumen Indonesia, Grasindo,
Jakarta, 2000.
Az. Nasution, Hukum Perlindungan
Konsumen Suatu Pengantar, Daya
Wedya, Jakarta, 1999.
Ahmadi Miru & Sutarman Yolo,
“Hukum Perlindungan
Konsumen”, Cetakan ke-8,
Rajawali Press, Jakarta, 2014.

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.

27

Anda mungkin juga menyukai