Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IKLAN IKLAN TELEVISI BERDASARKAN HUKUM DAN


ETIKA

Dosen Pengampu :

Mus Samhendra,S.pd

Disusun Oleh :

Serana Eliester Manalu

Crespo Immanuel Hutagalung


POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF MEDAN

PROGRAM STUDI HUKUM ETIKA PERIKLANAN

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“IKLAN IKLAN TELEVISI BERDASARKAN HUKUM DAN ETIKA” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Mus Samhendra,S.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Hukum dan Etika Periklanan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Mus Samhendra,S.Pd yang


telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2021


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Latar belakang............................................................................................

1.2 Rumusan masalah............................................................................................

1.3 Tujuan penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................

2.1 Tindakan hukum atas pemasangan iklan di media televisi yang merugikan
konsumen.........................................................................................................

2.2 Perlindungan hukum terhadap konsumen........................................................

A.Kriteria yang menyesatkan............................................................................


1.iklan pancingan...................................................................................
2.iklan menyesatkan.............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan zaman menyebabkan munculnya berbagai jenis


produk yang semakin kompetitif di mata konsumen. Selain selalu meningkatkan
kualitas produknya, agen komersial harus memiliki sistem pemasaran yang baik.
Salah satunya melalui iklan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila suatu perusahaan memasarkan


produk baru atau produk yang belum diketahui konsumen, maka ia mengalokasikan
dana yang cukup untuk mempromosikan produk yang bersangkutan. Pada pasal 1
ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
tidak menyatakn tentang pengertin iklan akan tetapi menjelaskan pengertian promosi
yang menyatakan bahwa : “Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan
informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap
barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.”

Media yang digunakan juga beragam, mulai dari penggunaan televisi, media
cetak, brosur hingga elektronik melalui media sosial. Namun para pelaku usaha
berbagai produk banyak beriklan, namun iklan yang dibuat terkadang terlalu dilebih-
lebihkan dan menyesatkan banyak konsumen, namun pada kenyataannya, produk
tersebut memiliki kegunaan dan manfaat yang tidak sesuai dengan janji yang
ditawarkan. Jadi iklan telah menyesatkan konsumen. Untuk itu, konsumen harus
dilindungi dari iklan yang menyesatkan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK). Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi
dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya, memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan merupakan tanggung jawab dari pelaku usaha.

Siaran iklan menurut Pasal 1 Nomor 5 Undang-Undang Penyiaran Nomor 32


Tahun 2002 (selanjutnya disebut Undang-Undang Penyiaran) adalah siaran informasi
komersial dan publik tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang disediakan
oleh publik dengan atau tanpa kompensasi kepada lembaga penyiaran yang
bersangkutan. Bentuk iklan yang berlebihan dan menyesatkan harus dilawan.
Indonesia sendiri memiliki undang-undang perlindungan konsumen yang membatasi
hal-hal yang tidak boleh dicantumkan dalam iklan.

Selain UU Perlindungan Konsumen, ada juga UU Penyiaran yang mengatur


tentang iklan yang ditayangkan. Iklan yang menyesatkan menurut UU no. 40 Tahun
1999 tentang Pers (selanjutnya UU Pers)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan dengan latar belakang masalah di


atas, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah adalah bagaimana perlindungan
hukum konsumen terhadap iklan di media televisi?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mempelajari tentang perlindungan
hukum terhadap iklan yang menyesatkan di televisi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tindakan Hukum atas Pemasangan Iklan di Media Televisi yang


Merugikan Konsumen

Manusia melakukan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan tersebut,


trend masyarakat saat ini lebih memilih menggunakan cara-cara sederhana untuk
menentukan dan menemukan kebutuhannya, salah satunya dengan menonton produk
yang diiklankan di TV.

Periklanan khususnya pada televisi sudah melekat pada masyarakat indonesia.


Masyarakat Indonesia terbiasa menyaksikan iklan televisi jika acara televisi sedang
ada jeda pariwara. Iklan di televisi yang jenisnya bermacam-macam dapat membuat
penonton bosan ada pula iklan yang mampu membuat penonton tertarik dengan iklan
tersebut,
Iklan televisi memainkan peran penting dalam periklanan yaitu :

i. Iklan televisi berperan penting dalam membangun dan mengembangkan citra


positif bagi suatu perusahaan dan produk yang di hasilkan,
ii. membentuk opini publik yang positif terhadap perusahaan tersebut,
iii. mengembangkan kepercayaan masyarakat terhadap produk konsumsi dan
perusahaan yang memproduksinya,
iv. menjalin komunikasi secara efektif dan efisien dengan masyarakat luas,
sehingga dapat membentuk pemahaman yang sama antara terhadap suatu
produk barang dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat luas.

Namun masyarakat masih ada yang belum mampu menangkap pesan dalam iklan
di televisi. Pesan ini akan berdampak pada mereka, baik secara positif maupun
negatif. Di sisi lain, masyarakat tidak benar-benar mengetahui dan mendalami iklan
yang ditampilkan yang sebenarnya masih menuai kontroversi. Di sisi lain, masyarakat
tidak begitu mengetahui dan mendalami iklan yang sebenarnya masih menuai
kontroversi.

Adapun bentuk perlindungan konsumen terhadap iklan di televisi diatur dalam


UU No. 8 Tahun 1999, namun penerapan aturan tersebut belum memadai karena
banyak pelaku usaha yang melanggar ketentuan tersebut terutama yang tertuang
dalam pasal 8 sampai Pasal 17 sehingga perlindungan terhadap konsumen belum
dirasakan.

Masih banyak iklan yang melanggar ketentuan tentang penyiaran


sebagaimana diatur dalam pasal 36 ayat 1 undang-undang nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran (UU Penyiaran) “ Isi siaran wajib mengandung informasi,
pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral,
kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan
nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.”
Ada juga UU yang memberitahu ciri ciri iklan yang menyesatkan, yang
terdapat dalam UU no. 40 Tahun 1999 tentang Pers (selanjutnya UU Pers) yaitu :

a. Yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu


kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa
kesusilaan masyarakat;
b. Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

2.2 Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Iklan merupakan sarana yang memungkinkan konsumen untuk mengetahui


tentang barang dan/atau jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha khususnya pemasang
iklan, karena konsumen berhak menerima informasi dan berhak memilih.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, terkait dengan periklanan,


telah diatur beberapa larangan, seperti Pasal 17 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen N0.8 Tahun 1999 melarang produksi iklan oleh pelaku usaha periklanan
yang :

Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :


a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan
harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang
dan/atau jasa;
b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;
c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang
dan/atau jasa;
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang
atau persetujuan yang bersangkutan;
f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
periklanan.

UU Perlindungan Konsumen, dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (6)


menentukan bahwa: “Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan
informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen
terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan”.

Namun yang terpenting dari ketentuan periklanan UU no. 8 Tahun 1999


tertuang dalam pasal 20 yang berbunyi sebagai berikut : “Pelaku usaha periklanan
bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan
oleh iklan tersebut.”

Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap iklan yang menyesatkan dalam


UU Perlindungan Konsumen, yaitu ketentuan Bab III dari Pasal 4 sampai dengan
Pasal 7 yang berkaitan dengan hak dan kewajiban konsumen, serta hak dan
kewajiban pelaku usaha. Pada Bab IV upaya Undang-Undang Perlindungan
Konsumen untuk melindungi konsumen yaitu adanya Peraturan 9 terkait larangan
bagi pelaku ekonomi mengiklankan produknya, larangan tersebut dapat dilihat
pada Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 17 Bentuk lain dari
perlindungan konsumen, atau dengan pembentukan Badan Perlindungan
Konsumen Nasional (BPKN) diatur dalam Bab VIII UU Perlindungan Konsumen
dari Pasal 31 sampai dengan Pasal 43.

A. Kriteria Iklan yang Menyesatkan

Pentingnya informasi yang jelas dan lengkap diharapkan dapat melindungi


konsumen dari kerugian yang diakibatkan oleh iklan-iklan yang mengandung unsur
penyesatan dan penipuan. Beberapa bentuk iklan yang mengandung unsur penyesatan
dan penipuan antara lain :

1. Iklan pancingan (bait and switch advertising)


Iklan pancingan adalah iklan sebenarnya tidak berniat untuk menjual
produk yang ditawarkan, melainkan lebih ditujukan pada menarik
kunjungan konsumen ke tempat usaha tersebut. Iklan jenis ini menawarkan
barang-barang tertentu dengan harga khusus semacam diskon atau janji
pemberian hadiah, padahal pelaku usaha tidak berniat melakukan ataupun
jika melakukan dalam jumlah yang tidak wajar, dimana konsumen
kemudian menemukan kenyataan yang tidak sesuai sebagaimana dijanjikan
mengenai hal yang diiklankan.
2. Iklan menyesatkan (mock-up advertising).
Klasifikasi iklan ini sedikit berbeda dengan iklan pancingan. Iklan jenis ini
biasanyahanya ingin menunjukkan
keampuhan suatu produk denganmelalui penggambaran yang berlebihan.

Biasanya iklan yang demikian, dengan menggunakan media televisi akan

menghasilkan efek tayangan yang mengesankan. Dari fenomena di atas

jelas tampak bahwa ternyata informasi telah dimanipulasi sedemikian rupa

sehingga mengaburkan makna informasi yang sebenarnya.28Sedikit

berbeda dengan bentuk iklan yang telah dikemukakan di atas, Pradopo

berpendapat bahwa ada 3 (tiga) tipe iklan yang memperdaya (deceptive

advertising) , yaitu :

a) Fraudulent advertising, iklan yang tidak dapat dipercaya (straight

forwardlie).

b) False advertising, klaim terhadap manfaat produk yang dapat dipenuhi

Berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku‟ (under


certainconditions), yang tidak dijelaskan secara gamblang di iklan.
Misalnya,iklan salah satu provider telekomunikasi terkenal, mengklaim
dirinya paling murah, tetapi tidak pernah dijelaskan secara menyeluruh
bahwa tarif murah itu hanya berlaku berdasarkan syarat dan ketentuan.
Bahkan dalam iklannya pun tidak dituliskan syarat dan ketentuan berlaku.

c) Misleading advertising, iklan ini melibatkan antara klaim dan

kepercayaan. Dengan kata lain, sebuah iklan yang menghubungkan


dengan kepercayaan konsumen. Misalnya, konsumen percaya bahwa

memiliki kulit putih merupakan bagian dari kecantikan. Kepercayaan

konsumen ini dimanfaatkan produsen (pelaku usaha) pemutih kulit merek

terkenal dengan dengan menggunakan produk mereka, kulit akan menjadi


putih dalam waktu 7 (tujuh) hari. Saat ini memang belum ada definisi
maupun penafsiran yang tegas dan jelas mengenai iklan yang menyesatkan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kriteria iklan yang menyesatkan di televisi dan ditinjau dari perspekstif hukum
positif di indonesia antar lain :

 Iklan yang mengelabui konsmen (misleading) mengenai


kualitas,kuantitas,bahan,kegunaan,harga,tarif,jaminan dan garansi barang
dan/atau jasa dimana pelaku usaha tidak memenuhi janji-janji
sebagaimana dinyatakan dalam iklan yang ditayangkan di televisi. Hal lain
yaitu mendeskripsikan/memberikan informasi secara keliru, salah,
maupun tidak tepat (deceptive) mengenai barang dan atau jasa.
Selanjutnya memberikan gambaran secara tidak lengkap (ommision)
mengenai informasi barang dan/atau jasa. Hal lain yang dilarang dan
melanggar ketentuan hukum oleh pelaku usaha adalah memberikan
informasi yang berlebihan (puffery) mengenai kualitas, sifat, kegunaan,
kemampuan barang dan atau jasa dan membuat perbandingan barang
dan/atau jasa yang menyesatkan konsumen;
3.2 Saran
Mengingat perkembangan iklan merupakan media paling efektif dan populer
dalam melakukan kegiatan promosi dan informasi dari produsen kepada konsumen.
Maka sudah seharusnya pemerintah bukan hanya merancang dan mengesahkan
Undang-Undangnya saja, namun dibutuhkan penyuluhan tentang pemahaman yang
mampu membangun pengetahuan konsumen agar konsumen tidak mudah terjebak
oleh iklan di televisi yang menyesatkan. Untuk pelaku usaha/produsen diperlukan
penyuluhan dalam rangka upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran pelaku
usaha/produsen dalam kegiatan beriklannya, agar materi iklan yang di tayangkan
jujur, mendidik dan tidak menyesatkan konsumen. Kemudian di perlukan penerapan
dari aturan-aturan yang telah di buat oleh pemerintah
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/15282/4/BAB_1.pdf

Anda mungkin juga menyukai