Anda di halaman 1dari 11

ZAKAT MADU LEBAH MENURUT IMAM AN-NAWAWI DAN YUSUF

QARDAWI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai tugas

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :

OPY KURNIAWAN

Nim: 1813020016

dosen pengampu:

Dr.Yasrul Huda MA

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1441 H/2020 M

ZAKAT MADU LEBAH MENURUT IMAM AN-NAWAWI DAN YUSUF QARDAWI


1.1 Latang Belakang Masalah

Tema dalam penelitian ini adalah Tinjauan hukum islam tentang zakat
mudu lebah. Maksud dari tema penulis angkat adalah kedudukan hukum
islam mengenai zakat madu lebah karena Indonesia merupakan negara yang
menjadikan madu sebagai salah satu produk prioritas hasil hutan bukan
kayu. Kementrian kehutanan memasukan madu sebagai komoditas unggulan
untuk dikembangkan. Madu merupakan salah satu produk hasil hutan yang
sudah lama dikenal oleh masyarakat dan memiliki banyak manfaat,
diantaranya memiliki suplemen kesehatan,kecantikan, anti toksin, obat luka
dan sebagai bahan buku dalam industri makanan dan minuman. Dengan luas
hutan yang mencapai 136,88 juta ha (kementrian kehutanan, 2010) potensi
pengembangan madu diindonesia cukup besar. Sumber daya hutan itu dapat
dikembangkan sebagai ekosistem dan peternakan lebah madu. Diperkirakan
rata-rata produksi madu seluruh indonesia sekitar 4000 ton setiap tahunya,
dan dari produksi tersebut sekitar 75 % dihasilkan dari perburuan madu liar
di hutan.( Novandra,2013:2)

Zakat menurut bahasa berarti tumbuh, berkembang, kesuburan, dan


bertambah (HR.AT_Tirmizi) atau dapat pula berarti membersikan atau
mensucikan (QS. At-Taubah 9: 103)

َ ۡ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ ٰ َولِ ِهم‬


‫ص َدقَ ٗة تُطَهِّ ُرهُمۡ َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersikan dan mensucikan mereka.

Zakat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWTkepada setiap
kaum muslimin. Perintah zakat didalam Al-Quran senantiasa dibandingkan dengan
perintah sholat. Pentingnya menunaikan zakat karena perintah ini mengandung misi
sosial yang memiliki tujuan jelas bagi kemaslahatan umat. Tujuan yang dimaksud antara
lain untuk memecakan problem kemiskinan, meratakan pendapatan,meningkatan
kesejahteraan umat dan negara. In ilah yang menunjukan pentingnya menunaikan zakat
sebagai salah satu rukum islam.

Zakat adalah ibadah maliyyah ijma’iyyah yang memiliki posisi sangat penting ,
stategis dan menentukan, baik dilihat dari ajaran islam maupun dari sisi pembangunan
kesejahteraan umat, hal ini telah dibuktikan bahwa dalam sejarah perkembangan islam,
zakat menjadi sumber penerimaan negara dan berperan sangat penting sarana syiar
agama islam, pengembangan dunia pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu
pengetahuan, pembangunan infrastruktur, penyediaan layanan kesejahteraan sosial
seperti santunan fakir miskin dan layanan sosial lainnya.

Kegiatan sosial terhadap fakir miskin yang meliputi memberi makan, pakaian,
perumahan dan kebutuhan-kebutuhan pokoknya adalah merupakan realisasi dari
keimanan seseorang (Qs, al-Mudatsir). Al-Qur’an tidak hanya mehimbau untuk
memperhatikan dan memberi makan orang miskin, dan mengancam bila mereka
dibiarkan terlunta-lunta, tetapi lebih dari itu membebani setiap orang mukmin untuk
memperhatikan orang-orang miskin, dan menjatuhkan hukuman kafir kepada orang-
orang yang tidak mengerjakan kewajiban itu.

Zakat adalah sebutan atas segalah sesuatu yang dikeluarkan oleh


seseorang sebagai kewajiban kepada allah swt, kemudian diserahkan kepada
orang-orang miskinn( yang berhak menerimahnya ).

Kata zakat adalah bentuk dasar masdar dari kata ‫ زكي‬yang secara
bahasa berarti berkah (al-baraqah), tumbuh, subur dan berkembang (al-
nama’), suci (al-taharah) dan penyucian (al-tazkiyah). Zakat juga berarti
tumbuh, berkembang, kesuburan, dan bertambah (HR.AT-Tirmizi) atau dapat
pula berarti membersikan atau mensucikan (Qs. At-Taubah :103)
َ ‫ص ِّل َعلَ ۡي ِهمۡۖ إِ َّن‬
َ َ‫صلَ ٰوت‬
‫ك‬ َ ۡ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ ٰ َولِ ِهم‬
َ ‫ص َدقَ ٗة تُطَهِّ ُرهُمۡ َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا َو‬
١٠٣ ‫ن لَّهُمۡۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ٞ ‫َس َك‬
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersikan dan mensucikan mereka

Adapun dasar hukum mengenai zakat terdapat dalam (Q.s Al-Baqarah


2:43).

َ ‫ُوا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِع‬


٤٣ ‫ين‬ ْ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َو ۡٱر َكع‬
ْ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬ ْ ‫َوأَقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬

Artinya: “Dan dirikanlah sholat tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta


orang-orang yang ruku’”.(Q.S Al-Baqarah 2:43).

Zakat merupakan salah satu rukun islam dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat islam. Oleh sebab itu hukum zakat aalah wajib
(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori ibadah 9 seperti sholat, haji dan puasa ) yang
telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah,
sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

Adapun zakat madu menurut Badan Amil zakat Nasional adalah


termasuk sebagai harta yang masih dipersoalkan kewajiban zakatnya. Maka
keberadaannya dikembalikan kepada orang yang memiliki harta (sahibu al-
mal), pendapat mana yang mau diambil . dengan demikian , baznas tidak
memberikan peryataan secara jelas bagaimana keputusan yang diambil
baznas sendiri terhadap hukum zakat madu.
Zakat madu dan sesuatu yang dihasilkan dari binatang terdapat dalam
kompilasi hukum ekonomi syariah pasal 667 ayat 1 berbunyi; Zakat wajib
dikeluarkan pada madu jika telah mencapai 70 kg setelah dikurangi biaya
produksi dengan besarnya zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 5 %
(Fauzan,2009:210).

Pendapat Yang Mewajibkan Zakat Madu antara lain Yusuf Qardawi di


dalam kitabnya, Al-Zakah

Hadits dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi SAW:

‫انه تخذمن العسل العشر‬

artinya:"sesungguhnya rasulullah mengambil zakat madu sebesar


sepersepuluh",Diriwayatkan oleh Ibnu Majah Daruquthi berkata bahwa hadits
itu diriwayatkan dari Abd Rahman bin haris dan Ibnu luha'ah dari Amr bin
Syu'aib sebagai hadits musnad,dan diriwayatkan oleh Yahya bin sa'Id, Anshari
dari Amru bin Syu'aib sebagai hadits mursal . Hafiz berkata : bahwa cacat hadits
tersebut adalah Abdur Rahman dan Ibnu Luhai'ah tidak dipercaya penuh ,namun
keduanya diikuti oleh Amru bin al Haris yang sangat di percaya kejujurannya,
serta diikuti pula oleh Usman bin Zaid dari sumber Amru bin Syu'aib dari Ibnu
Majah dan lainnya.

Dan mazhab Al-hambali menetapkan bahwa zakat madu sebesar


seperpuluh.

pendapat yang tidak mewajibkan zakat madu antara lain an-Nawawi


dalam kitabnya Raudhatu Ath-Thalibin wa Umdatu Al-Muftiyyin
‫ العسل ال زكاة فيه على الجديد وعلق القول فيه على‬:‫ومنها‬
‫القديم وقطع أبو حامد وغيره بنفي الزكاة فيه قديما وجديدا‬

Di antaranya madu. Tidak ada kewajiban zakat atas madu dalam qaul
jadid. Ada yang bilang dalam qaul qadim diwajibkan. Namun Abu Hamid Al-
Ghazali dan ulama lain menampik bahwa tidak ada kewajiban zakat madu
baik dalam qaul qadim ataupun qaul jadid. 

Melihat permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti


permasalahan tersebut yang dituangkan ke dalam bentuk proposal dengan
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG ZAKAT MADU LEBAH MENURUT ABU
ZAKARIA MUHYUDDIN AN-NAWAWI DAN YUSUF QARDAWI ”

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dirumuskan masalah


penelitian ini sebagai berikut, penyebab perbedaan pendapat antara imam
an-nawawi dengan ibnu qudamah tentang zakat madu lebah, dengan
demikian rumusan masalah penelitian ini adalah“TINJAUAN HUKUM ISLAM
TENTANG ZAKAT MADU LEBAH MENURUT IMAM AN-NAWAWI DAN YUSUF
QARDAWI ”

1.3 pertanyaan penelitian

1.2.1 Mengapa berbeda pendapat antara iman an-nawawi dengan Yusuf


Qardawi tentang zakat madu lebah .
1.2.2 Mana pendapat yang shahih antara imam an-Nawawi dengan Yusuf
Qardawi tentang zakat madu lebah.

1.4 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui dalil yang di gunakan 0leh imam an-Nawawi dengan
Yusuf Qardawi mengenai zakat madu lebah.
1.3.2 Untuk mengetahui Mana pendapat mana yang shahih dari imam an-
Nawawi dengan Yusuf Qardawi mengenai zakat madu lebah.

1.5 Signifikansi Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1.4.1 Untuk menambah pengetahuan tentang teknik pelaksanaan


hukum dari Mazhab Hambali dan Mzhab Syafi’iyah.
1.4.2 Untuk menambah referensi perpustakaan UIN Imam Bonjol
Padang tentang teknik pelaksanaan hukum tentang zakat madu
lebah.
1.4.3 Untuk menjawab permasalahan yang terjadi di masyarakat
mengenai zakat madu lebah yang terjadi pada zaman sekarang.

1.6 Studi Literatur

Studi literatur Ahmad Rifa’i (2017) Program Studi Perbandingan


Mazhab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang “Zakat Madu Dalam
Pandangan Ulama ( Studi Perbandingan Kitab Bada’i Al-Sona’i dan Kitab Al-
Majmu`”.dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa antara imam al-
kasani dan imam nabawi terdapat kesamaan dalam menentukan hukum
adat madu. Berdasarkan nash Al-Qur’an tidak ada yang secara spesifik
menjelaskan zakat madu, yang ada hanya dalam hadis dan pendapat sahabat
di sini akar perbedaannya. Adapun perbedaan antara keduanya bahwa
menurut imam al-kasani zakat madu hukumnya wajib karena ada beberapa
hadis, pendapat sahabat, dan qiyas. Bagi imam nabawi hadis yang
dikemungkakan serta pendapat tersebut hukumna lemah sehingga tidak
dapat dijadikan dalil wajibnya zakat madu.
Study literatur Jabbar Sabil, Wiwin Guslianita, Edi Yuhermansyah
(2018) tentang “Hakikat Madu Sebagai Komoditi Yang Dizakati: Kajian
Ontologi Keserupaan Madu Dengan Gandum dan Susu”. Hasil penelitianya
bahwa zakat madu menurut imam al-syafi’i hukumnya ada dua pendapat
yang pertama (dalam qaul qadim) wajib dikeluarkan zakatnya karena
berpedoman pada pendapat yang telah diriwatkan oleh bani syababah yang
mengeluarkan zakatnya sebesar 10 %. Yang kedua (dalam qaul jadid-nya)
berpendapat bahwa madu tidak wajib dikelurkan zakatnya, karena madu
bukanlah makanan pokok, dan tidak wajib pula pada madu itu dikeluakan
zakatnya. Abu hanifah berpendapat bahwa zakat madu dianologikan dengan
hasil tanaman dab buah-buahan, karena setiap penghasilan yang diperoleh
dari bumi, dinilai sama dengan penghasialan yang diperoleh dari lebah,
sebab madu yang terbentuk dari intisari tanaman dan bunga-bungaan yang
terus menerus ditimbun itu wajib dikeluarkan zakatnya. Madu dapat
dijadikan sebagai zakat pertanian menganalogikan madu dengan gandum
dikarenakan bersumber dari tanaman . zakat perdangangan didasarkan pada
madu yang diternak secara khusus dan diperjualkan.

Berdasarkan penulisan di atas, maka penulis meneliti tentang “ZAKAT


MADU LEBAH MENURUT IMAM AN-NAWAWI DAN YUSUF QARDAWI”.

1.6 Landasan Teori

Landasan teori adalah penjelasan dari tema penulis, seperti defenisi,


atau konsep yang telah disusun rapi, dan sistematis dalam suatu penelitian,
dan landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam penelitian yang
dilakukan. (Mestika 2004, 21).
Menurut bahasa zakat berarti membersikan dan berkembang. Adapun
menurut syara’ zakat adalah memberikan harta tertentu kepada orang lain
yang berhak dengan syarat tertentu.

Anjuran mengeluarkan zakat , Allah berfirman (QS. At-Taubah : 103)

١٠٣‫ن لَّهُمۡۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ٞ ‫صلَ ٰوتَكَ َس َك‬


َ ‫ص ِّل َعلَ ۡي ِهمۡۖ إِ َّن‬ َ ۡ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ ٰ َولِ ِهم‬
َ ‫ص َدقَ ٗة تُطَهِّ ُرهُمۡ َوتُزَ ِّكي ِهم بِهَا َو‬

Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersikan dan mensucikan mereka”

Selanjutnya Allah berfirman (QS. Al-Hajj : 41)

ْ ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَ ُو ْا ٱل َّز َك ٰوةَ َوأَ َمر‬ ْ ‫ض أَقَا ُم‬ ‫أۡل‬ ٰ
‫ُوا‬ َّ ‫وا ٱل‬ ِ ‫ين إِن َّم َّكنَّهُمۡ فِي ٱ َ ۡر‬ َ ‫ٱلَّ ِذ‬
ُ ۡ ۡ
٤١ ‫ور‬ ِ ‫بِٱل َم ۡعرُوف َونَهَ ۡو ْا َع ِن ٱل ُمن َك ۗ ِر َوهَّلِل ِ ٰ َعقِبَةُ ٱأۡل ُم‬
Artinya : “ (yaitu) orng-orng yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyeruh
berbuat yang baik dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan
kepada Allah-lah kembali segalah urusan”.

Macam-macam zakat terbagi atas dua yaitu zakat mal ( harta ) yang
terdiri atas zakat sapi, zakat kambing, zakat emas dan perak, zakat barang
dagangan, zakat tanaman dan buah dan zakat fitrah, zakat fitra adalah wajib
dengna syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat wajibnya ada tiga, yaitu
islam, merdeka dan memiliki nisab yang lebih dari kebutuhan.

1.7 Metode penelitian

a. Jenis Penelitian
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis
penelitian studi kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan adalah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode penggumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengelola bahan penelitian dari kitab
raudhatu ath-thalibin wa umdatu al muftiyyin karangan an-nabawi jilid 2 ,kitab
fiqh al-zakah karangan Yusuf Qardawi dan yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian penulis.

b. Sumber Data

Sumber data penelitian ini, penulis menggunakan dua macam data, yaitu :

1. Sumber data primer

Penulis mendapatkan data primer tentang teknik pelaksanaan zakat madu


lebah dalam Kitab Raudhatu ath-Thalibin wa Umdatu al Muftiyyin karangan An-
nabawi jilid 2,Kitab Figh al-zakah karangan yusuf qardawi,

2. Sumber data sekunder

Penulis mendapatkan data sekunder tentang teknik pelaksana zakat madu


lebah pada kitab antaranya: Skolopedia hukum islam, Fiqih Sunnah, serta buku–
buku yang berkaitan dengan tema penulis.

c. Teknik pengumpulan data

Langkah yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data yaitu membaca


kitab-kitab dan menterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, mengabungkannya
serta direduksikan dan buku-buku yang berhubungan dengan membahas zakat
madu lebah.

d. Teknik Pengolah Data


Teknik pengolah data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
teknik komperatif, yaitu membandingkan masing-masing pendapat mengenai
zakat madu lebah. Kemudian penulis menganalis masing-masing pendapat
tersebut dan memilih pendapat manakah yang lebih kuat dari masing-
masingpendapat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

An-Nawawi, Raudhatu Ath-Thalibin Wa Umdatu Al-Muftiyyin,jilid 2.

Yusuf qardawi, al-zakah.

Muchtar Asmaji, Dialog lintas Mazhab,Jakarta, 2015

Dahlan, A.A, Ensiklopedia Hukum Islam, jakarta : Ictiar baru Van Hoeve

Fauzan, kompilasi hukum ekonomi syariah, Jakarta, Kencana:2009

Novandra Alex, Peluang Pasar Produk Perlebahan Indonesia, Jakarta: Balitbang


kementan: 2013

Anda mungkin juga menyukai