Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perekonomian Islam adalah cabang penting dalam ekonomi yang berfokus
pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang ditemukan dalam agama Islam. Pada
dasarnya, ekonomi Islam didasarkan pada etika, keadilan, dan kepatuhan
terhadap hukum-hukum agama. Salah satu elemen utama dalam memahami
dan mengembangkan perekonomian Islam adalah melalui analisis tafsir ayat
Al-Qur'an dan Hadits yang berhubungan dengan masalah ekonomi.
Sejak awal sejarah Islam, Al-Qur'an dan Hadits telah menjadi pedoman
bagi umat Muslim dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal
ekonomi. Ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits menyediakan panduan tentang
pengelolaan kekayaan, pengelolaan sumber daya, zakat, infaq, wakaf,
larangan riba, dan banyak aspek lainnya yang relevan dengan konteks
ekonomi. Oleh karena itu, analisis tafsir ayat Al-Qur'an dan Hadits menjadi
penting dalam merumuskan solusi untuk permasalahan ekonomi yang
dihadapi oleh masyarakat Muslim.
Di berbagai belahan dunia, masyarakat Muslim dihadapkan pada sejumlah
permasalahan ekonomi, termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan ekonomi,
pengentasan sosial, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam
rangka mengatasi permasalahan-permasalahan ini, penting untuk memahami
prinsip-prinsip ekonomi Islam yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadits. Namun,
pemahaman ini perlu diiringi dengan analisis yang mendalam dan kontekstual
untuk diterapkan secara efektif dalam realitas ekonomi kontemporer.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki peran analisis tafsir ayat Al-Qur'an
dan Hadits dalam memecahkan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh
masyarakat Muslim. Kami akan menjelajahi konsep-konsep seperti zakat,
infaq, wakaf, dan larangan riba yang ditemukan dalam sumber-sumber

1
agama dan mencoba mengaplikasikan prinsip-prinsip ini ke dalam konteks
ekonomi yang nyata. Dengan cara ini, kami berharap dapat memberikan
panduan yang bermanfaat untuk mendukung upaya pengentasan
kemiskinan, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, dan pencapaian
tujuan ekonomi Islam.
Penelitian ini memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks
perekonomian Islam yang semakin penting dalam perdagangan global.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam
dan analisis yang kontekstual, kita dapat membantu memecahkan
permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Muslim dan
berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai
agama.
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang relevan dalam konteks ini adalah:
1. Bagaimana konsep zakat, infaq, dan wakaf dalam Al-Qur'an dan Hadits
dapat diterapkan dalam konteks ekonomi modern untuk mengatasi
permasalahan kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi?
2. Apa peran analisis tafsir ayat Al-Qur'an dan Hadits dalam memberikan
wawasan tentang masalah ekonomi ?
3. Bagaimana pemahaman prinsip-prinsip ekonomi Islam yang ditemukan
dalam Al-Qur'an dan Hadits dapat memengaruhi kebijakan ekonomi ?
C. Tujuan
1. Memahami konsep zakat, infaq, dan wakaf dalam Al-Qur'an dan Hadits
serta aplikasinya dalam konteks ekonomi modern untuk mengatasi
masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi.
2. Menganalisis tafsir ayat Al-Qur'an dan Hadits untuk mendapatkan
wawasan tentang masalah ekonomi

2
3. Menyelidiki pengaruh pemahaman prinsip-prinsip ekonomi Islam yang
ditemukan dalam Al-Qur'an dan Hadits terhadap kebijakan ekonomi dan
praktik bisnis di masyarakat Muslim.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Zakat, Infaq, Dan Wakaf Dalam Al-Qur'an Dan Hadits


Zakat termasuk salah satu rukun Islam, Zakat mulai disyari’atkan pada
bulan Syawal tahun ke 2 Hijriah sesudah pada bulan Ramadhannya
diwajibkan zakat fitrah. Jadi mula-mula diwajibkan zakat fitrah, baru
kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan.1
Zakat diwajibkan atas orang Islam yang mempunyai kekayaan yang cukup
nishab, yaitu jumlah minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Jika
kurang dari itu kekayaan belum dikenai zakat. Adapun saat haul ialah waktu
wajib mengeluarkan zakat yang telah memenuhi nishabnya (dimiliki cukup
dalam waktu setahun).2
Di dalam al-Qur’an, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan
shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini dapat disimpulkan secara deduktif bahwa
setelah shalat, zakat merupakan rukun islam terpenting. Zakat dan shalat
dalam al-Qur’an dan al-Hadist dijadikan sebagai perlambang keseluruhan
ajaran islam. Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seorang
dengan Tuhannya, sedang zakat adalah lambang harmonisnya hubungan
antara sesama manusia. Oleh karena itu zakat dan shalat merupakan pilar-
pilar berdirinya bangunan Islam. Jika keduanya hancur, Islam sulit untuk
bertahan.3
Zakat menurut menurut asal kata, zakat yang berasal dari kata ‫ ةز‬berarti
berkah, bersih, baik dan meningkat4. Sedangkan secara bahasa, berarti

1
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas Islam Dan Penyelenggara Haji Depag RI,
Pedoman Zakat, 2003, 108
2
Ibid., Hlm 117
3
Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran Dalam Fiqh Kontemporer, Jakarta: Salemba Diniyah,
2002, hlm. 12.
4
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997, hlm. 577

4
nama’ (kesuburan), thaharah (kesucian), barakah (keberkahan), dan berarti
juga tazkiyah (mensucikan).5 Penjelasan makna secara harfiah tersebut
mengerucut pada pengertian zakat sebagai proses pembersihan diri yang
didapatkan setelah pelaksanaan kewajiban membayar zakat.6
Menurut Yusuf Qardawi, arti dasar dari kata zakat ditinjau dari segi bahasa
adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Semuanya digunakan dalam Qur’an
dan hadist. Tetapi yang terkuat, kata dasar Zaka berarti bertambah dan
tumbuh.7 Zakat merupakan nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah SWT
yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat karena
didalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa
dan memupuknya dengan berbagai kebajikan.8
Para pemikir ekonomi Islam kontemporer mendefinisikan zakat sebagai
harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang kepada
masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa
mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan
kemampuan pemilik harta, yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan
delapan golongan yang telah ditentukan dalam al-Qur’an, serta untuk
memenuhi tuntutan politik bagi keuangan Islam.13
Meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak
berbeda antara satu dan yang lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama,
yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu,
yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada
yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. 14 Hal tersebut
senada dengan pasal 1 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia No 38
Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat yaitu: Zakat adalah harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim
sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.5
5
Saifudin Zuhri, Zakat Kontekstual, Semarang: CV Bima Sejati, Cet. ke-1, 2000, hlm. 81.

5
Selain menggunakan istilah ”zakat”, terdapat beberapa istilah lain yang
berbeda redaksi namun memiliki kesamaan pengertian dengan zakat yang
disebutkan dalam al-Qur’an. Beberapa istilah tersebut di antaranya adalah:
1. Zakat
Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 43 :
‫َو َأِقيُموا الَّص اَل َة َو آُتوا الَّز َك اَة َو اْر َك ُعوا َمَع الَّر اِكِعيَن‬
Artinya : “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah kamu
bersama orang-orang yang rukuk” (QS. al-Baqarah : 43).6
2. Shodaqoh
‫ُخ ْذ ِمْن َأْم َو اِلِه ْم َص َد َق ًة ُتَط ِّهُرُه ْم َو ُتَز ِّك يِه ْم ِبَه ا َو َص ِّل َع َلْي ِه ْم ۖ ِإَّن َص اَل َت َك َس َك ٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا َس ِم يٌع‬
‫َع ِليٌم‬
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk
mereka.(QS. at- Taubah : 103)7
3. Haq
‫َّٰن‬
‫َو ُه َو ٱَّلِذ ٓى َأنَش َأ َج ٍت َّمْع ُروَٰش ٍت َو َغْي َر َم ْع ُروَٰش ٍت َو ٱلَّنْخ َل َو ٱلَّز ْر َع ُم ْخ َت ِلًفا ُأُك ُلُهۥ َو ٱلَّز ْي ُتوَن‬
‫َو ٱلُّر َّماَن ُم َت َٰش ِبًها َو َغْي َر ُم َت َٰش ِبٍهۚ ُك ُلو۟ا ِمن َث َم ِر ِهٓۦ ِإَذ ٓا َأْث َمَر َو َء اُتو۟ا َح َّقُهۥ َي ْو َم َح َص اِدِهۦۖ َو اَل‬
‫ُتْس ِر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن ُهۥ اَل ُيِحُّب ٱْلُمْس ِر ِفيَن‬
Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kebun berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacammacam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak
sama (rasanya) makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan,

6
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-
Quran, Jakarta : PT Bumi Restu, 1976. hlm. 16
7
Ibid., Halm298

6
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihlebihan” (QS. al-
An’am : 141).8
4. Nafaqah
‫َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ِإَّن َك ِثيًر ا ِمَن اَأْلْح َب اِر َو الُّر ْه َب اِن َلَي ْأُك ُلوَن َأْم َو اَل الَّن اِس ِباْلَباِط ِل َو َي ُص ُّد وَن َع ْن‬
‫َأ‬ ‫َّذ‬
‫َس ِبيِل ِهَّللاۗ َو اَّلِذيَن َي ْك ِنُز وَن ال َهَب َو اْلِفَّض َة َو اَل ُيْن ِفُقوَن َه ا ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َف َب ِّش ْر ُه ْم ِبَع َذ اٍب ِليٍم‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya sebagian besar
dari orang-orang Yahudi dan Rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan yang bathil, dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orangorang yang menyimpan emas dan perak
dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka (bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih). (QS. at-Taubah :
34)9
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwasanya zakat
merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam yang memiliki dua sisi nilai.
Sisi nilai yang pertama adalah berhubungan dengan nilai pembersihan diri
dan harta benda bagi umat yang melaksanakan zakat. Hal ini didasarkan
pada tujuan dari pelaksanaan zakat tersebut, yakni membersihkan diri dan
membersihkan harta benda. Sedangkan sisi nilai yang kedua adalah sisi nilai
ibadah sosial, yakni ibadah yang ditujukan untuk perbaikan keadaan sosial.
Hal ini didasarkan pada obyek tujuan pemberian zakat
Kata infaq dapat berarti mendermakan atau memberikan rizqi (karunia
Allah SWT) atau menafkahkan sesuatu pada orang lain berdasarkan rasa
ikhlas karena Allah semata.10 Atau bisa dikatakan infaq adalah menafkahkan
dan membelanjakan harta sesuai dengan tuntunan agama.11

8
Ibid.,Halm 212
9
Ibid.,Halm 283
10
Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta, Jakarta: Bazis, 1993, hlm. 5
11
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve, hlm. 279.

7
Dari dasar Al-Qur’an infaq mengandung dua dimensi, yaitu infaq
diwajibkan secara bersama-sama dan infaq sunah yang suka rela.12
Dalam Al-Qur’an dapat dilihat dalam surat Al-Baqarah ayat 195.
‫َو َأْن ِفُقوا ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َو اَل ُتْل ُقوا ِبَأْيِديُك ْم ِإَلى الَّت ْه ُلَك ِةۛ َو َأْح ِس ُنواۛ ِإَّن َهَّللا ُيِحُّب اْلُمْح ِس ِنيَن‬
Artinya : Dan nafkahkanlah (harta) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan (dirimu sendiri) dengan tanganmu ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah; karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195).13
Infaq digunakan untuk dapat mengeluarkan sebagian kecil harta untuk
kemaslahatan umum dan berarti suatu kewajiban yang dikeluarkan atas
keputusan manusia. Sahri Muhammad menilai bahwa penggunaan istilah
infaq menjadi sangat penting dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Suatu yang menurut pertimbangan suatu saat dikenakan wajib infaq,
mungkin pada tempat waktu yang lain tidak dipandang perlu diwajibkan.
2) Dengan ketentuan infaq yang syarat wajibnya tergantung kemaslahatan
umum tanpa melihat waktu dan tempat serta tanpa melihat ukuran dan
jenis barang yang dikenakan. Dengan demikian aspek infaq dalam
kerangka yang sangat dinamis. Dinamisasi ini memberikan upaya
pengembangan pengetahuan masalah pajak dari sudut teknis
penghitungan infaq.14
Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar, dalam hal ini
dapat dipahami dengan memberikan atau mendermakan sesuatu kepada
orang lain. Dalam hal ini, shadaqah merupakan wujud dari keimanan dan
ketaqwaan seseorang, artinya orang yang suka bersedekah adalah orang
yang benar pengakuan imannya.15
12
Cholid Fadlillah, loc. cit.
13
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 54
14
Sahri Muhammad, Zakat dan Infaq: Pengembangan Zakat Infaq dalam Usaha Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat,Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam, Surabaya: alIkhyar, 1982, hlm. 20-21.
15
Suyitno Heri Yunaidi, Anatomi Fiqh Zakat: Potret Pemahaman BAZIS Sumsel, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004, hlm. 15.

8
Ada sebagian ahli fiqh yang menganggap shadaqah dan infaq adalah
sama. Sebagian lagi berpendapat bahwa di dalam shadaqah tercakup dua
dimensi, yaitu ; infaq wajib dan infaq suka rela. Akan tetapi kalau dilihat dari
ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi akan ditemukan perbedaan antara
infaq dan shadaqah. Sisi perbedaan antara infaq dan shadaqah hanya
terletak pada bendanya. Artinya infaq berkaitan hanya dengan materi,
sedangkan shadaqah berkaitan dengan materi dan non-materi, baik dalam
bentuk pemberian benda atau uang, tenaga atau jasa, menahan diri tidak
berbuat kejahatan, mengucap takbir, tahmid bahkan yang paling sederhana
adalah tersenyum kepada orang lain dengan ikhlas, Nabi Bersabda
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim:
‫ كل معروف صدقة‬: ‫عن ابن حذيفة عن النبي صلي اهللا عليه وسلم قال‬
Artinya : Dari Abu Syaibah, Rasulullah SAW. bersabda : “Setiap kebaikan
adalah sedekah.” artinya apapun yang mendatangkan ridla Allah, maka
pahalanya seperti pahala sedekah ( HR. Muslim ) 16
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa antara zakat, infaq
dan shadaqah memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaan dari ketiganya
adalah sama-sama sebagai pemberian seseorang kepada orang yang
membutuhkan dengan tujuan untuk membantu meringankan beban
kehidupan.

16
Imam Abu Husain Muslim bin Hajaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,.Juz III, Beirut:.Dar al-
Kitab al-Ilmiyah, cet I, 1994, hlm. 464

9
B. Peran Analisis Tafsir Ayat Al-Qur'an Dan Hadits Dalam Memberikan
Wawasan Tentang Masalah Ekonomi
a. Tafsir Al-Qur’an Tentang Masalah Ekonomi
Al-Qur’an adalah petunjuk (pedoman) hidup bagi manusia. Segala aspek
kegiatan manusia tercantum di dalam Al-Qur’an, termasuk kegiatan ekonomi.
Cara mengelola perekonomian yang baik telah Allah jelaskan di dalam Al-
Qur’an.
Agama Islam memiliki tiga aspek utama, yakni aspek aqidah, aspek
syariah, dan aspek akhlak. Bila cakupan ajaran Islam ini digambarkan dalam
skema, maka akan tampak sebagai berikut:
ISLAM
1) SYARIAH (ISLAM)
2) AQIDAH (ISLAM)
3) AKHLAK (IHSAN)
Aqidah disebut juga iman, sedangkan syariah adalah Islam, dan akhlak
disebut juga ihsan. Aqidah menunjukkan kebenaran Islam, syariah
menunjukkan keadilan Islam, dan akhlak menunjukkan keindahan Islam.17
Islam adalah suatu pandangan/cara hidup yang mengatur semua sisi
kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia
yang terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi. Hal yang sangat
mencolok dari sistem ekonomi Islam adalah bagaimana proses distribusi
kekayaan dan kepemilikan serta cara melakukan transaksi terhadap
kekayaan tersebut dan berbagai hal kegiatan ekonomi bahwa dirinya selalu
diawasi oleh Allah (muraqabatullah) dan senantiasa bersama Allah (ma
iyatullah). 18Sikap ini akan muncul dari keimanan seseorang kepada Sang
Khaliq.

17
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 2
18
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics, h. 25

10
Ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal, yaitu:
1. Tauhid (Keesaan Tuhan). Tauhid merupakan fondasi ajaran islam. Allah
pemilik alam semesta beserta isinya. Manusia hanya diberi amanah
memiliki untuk sementara waktu.
2. Adl (Keadilan), yaitu tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Implikasi
ekonomi dari nilai ini adalah bahwa para pelaku ekonomi tidak
dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan
orang lain.
3. Nubuwwah (Kenabian). Dalam kegiatan ekonomi, manusia harus
mengacu pada prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh nabi dan rasul.
4. Khilafah. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. (Hadits: “Setiap
kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap apa yang dipimpinnya.”)
5. Ma’ad (Hasil). Hidup manusia tidak hanya di dunia. Allah melarang kita
terikat pada dunia, sebagaimana firman Allah dalam Surah Luqman (31)
ayat 33:
‫َي ا َأُّي َه ا الَّن اُس اَّتُقوا َر َّب ُك ْم َو اْخ َش ْو ا َي ْو ًما اَل َي ْج ِز ي َو اِلٌد َع ْن َو َلِدِه َو اَل َم ْو ُلوٌد ُه َو َج اٍز َع ْن َو اِلِدِه‬
‫َش ْي ًئ اۚ ِإَّن َو ْع َد ِهَّللا َح ٌّق ۖ َف اَل َتُغ َّر َّنُك ُم اْلَح َي اُة الُّد ْن َي ا َو اَل َي ُغ َّر َّنُك ْم ِباِهَّلل اْلَغ ُرور‬
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang
(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang
anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji
Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan
kamu dalam (mentaati) Allah.
Allah memerintahkan manusia untuk melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Takutlah akan hari akhir. Karena pada saat hari
itu tiba, tak seorang pun yang dapat menolong kita.

11
Asas-asas Perekonomian:19
1. Asas Suka Sama Suka (at-taradi) (QS. 4:29)
2. Asas Keadilan (QS.57:25)
3. Asas saling Menguntungkan (QS. 2:278-279)
4. Asas Tolong Menolong (QS. 5:2).
Pokok-pokok ekonomi menurut Islam terdiri atas lima macam:20
1. Kewajiban berusaha ( ‫)اْلَعَم ِل ُب ُجْو ُو‬
2. Membasmi pengangguran ( ‫)َلِة اْل َب َط ا ُم ْق ُت‬
3. Mengakui hak milik
4. Kesejahteraan agama dan sosial
5. Iman kepada Allah SWT
C. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Dalam Al- Qur’an

Konsep pembangunan ekonomi dalam Islam adalah konsep pembangunan


ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang bersumber dari al-Quran
dan as-Sunnah, dengan kesadaran bahwa keberhasilan pembangunan harus
disertai penerapan tentang konsep-konsep pembangunan klasik dan modern,
serta belajar dari pengalaman negara-negara yang telah berhasil dalam
melakukan usaha pembangunan. Konsep ekonomi Islam mengacu pada
prinsip syariah yang menjadi pedoman masyarakat muslim, sehingga setiap
aktifitas manusia termasuk di dalamnya adalah kebijakan ekonomi dan
pembangunan, serta aktivitas ekonomi masyarakat sudah semestinya
merujuk kepada hukum Islam.21
Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang berbeda dari sistem-sistem
lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki akar dari syariah yang menjadi

19
Aziz Dahlan, Affandi Muchtar, dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve), h. 133.
20
Ibid., h. 83
21
Arie Syantoso, Parman Komarudin, & Iman Setya Budi. (2018). Tafsir Ekonomi Islam Atas Konsep
Adil Dalam Transaksi Bisnis. Al-Iqtishadiyah : Ekonomi Syariah Dan Hukum Ekonomi Syariah, 4(1), 20
—39.

12
sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan aktivitasnya.
Islam mempunyai tujuan-tujuan syariah (maqosid asy-syari’ah) serta petunjuk
operasional (strategi) untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan itu
sendiri selain mengacu pada kepentingan manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat
penting bagi persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi, serta menuntut
tingkat kepuasan yang seimbang antara kepuasan materi dan ruhani.22
Prinsip-prinsip ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal yang
meliputitauhid(keimanan),‘adl(keadilan),nubuwwah(kenabian),khilafah(pemeri
ntah) danma’ad(hasil). Dari kelima nilai universal tersebut, dibangunlah tiga
prinsip derivatif yaitu;kepemilikan multijenis (multiple ownership), kebebasan
bertindak atau berusaha (freedom to act) serta keadilan sosial (social
justice).23
Lima nilai universaltersebutmemiliki fungsisebagai fondasi, yaitu
menentukan kuat tidaknya suatu bangunan.Tauhid(keesaan Allah), memiliki
arti bahwa semua yang kita lakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan
kepada Allah di akhirat kelak.‘Adl(keadilan), memiliki arti bahwa Allah telah
memerintahkan manusia untuk berbuat adil dan tidak menzalimi pihak lain
demi memperoleh keuntungan pribadi.Nubuwwah(kenabian), menjadikan
sifat dan sikap nabi sebagai teladan dalam melakukan segala aktivitas di
dunia. Khilafah (pemerintahan), peran pemerintah adalah memastikan tidak
ada distorsi sehingga perekonomian dapat berjalan dengan baik.Ma’ad(hasil),
dalam Islam hasil (laba) yang diperoleh di dunia juga menjadi laba di akhirat.

22
(Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, hal 10-11).
23
Lutfi Nurlita Handayani, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, PKEBS FEB UGM, (Yogyakarta, 2018).Hlm 4

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini telah menggali peran penting yang dimainkan oleh analisis
tafsir ayat Al-Qur'an dan Hadits dalam pemecahan permasalahan dalam
perekonomian Islam.
Hasil analisis ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan ekonomi, serta
interpretasi Hadits yang terkait dengan perdagangan dan transaksi ekonomi,
memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana Islam memandang
masalah ekonomi. Berbagai pandangan tafsir dan variasi interpretasi Hadits
menunjukkan kompleksitas dan keragaman pemikiran dalam tradisi Islam.
Namun, tantangan tetap ada dalam mengadopsi prinsip-prinsip ini dalam
dunia yang terus berubah. Implementasi prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam
era perdagangan bebas dan ekonomi global memerlukan pendekatan yang
bijak dan adaptasi terhadap dinamika ekonomi modern.
Dalam kesimpulan, analisis tafsir ayat Al-Qur'an dan Hadits adalah alat
penting dalam memecahkan permasalahan dalam perekonomian Islam.
Prinsip-prinsip Islam yang ditemukan dalam sumber-sumber agama
memberikan kerangka kerja etis yang kuat untuk menghadapi tantangan
ekonomi modern dan mempromosikan keadilan ekonomi dalam masyarakat
Muslim.
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca karena penulis
menyadari bahwa didalam sistematika penulis maupun dari segi isi makalah
ini masih banyak kesalahan dan kehilapan saran ini sangat membantu
penulis agar kedepannya bisa menulis makalah lebih baik dan benar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,


Surabaya : Pustaka Progresif, 1997
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
Arie Syantoso, Parman Komarudin, & Iman Setya Budi. (2018). Tafsir
Ekonomi Islam Atas Konsep Adil Dalam Transaksi Bisnis. Al-
Iqtishadiyah : Ekonomi Syariah Dan Hukum Ekonomi Syariah
Aziz Dahlan, Affandi Muchtar, dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve),
Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta,
Jakarta: Bazis, 1993
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas Islam Dan
Penyelenggara Haji Depag RI, Pedoman Zakat, 2003
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Jakarta : PT Bumi Restu, 1976
Departemen Agama RI
Imam Abu Husain Muslim bin Hajaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih
Muslim,.Juz III, Beirut:.Dar al-Kitab al-Ilmiyah, cet I, 1994
Lutfi Nurlita Handayani, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, PKEBS FEB UGM,
(Yogyakarta, 2018).
Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran Dalam Fiqh Kontemporer,
Jakarta: Salemba Diniyah, 2002
Saifudin Zuhri, Zakat Kontekstual, Semarang: CV Bima Sejati, Cet. ke-1,
2000
Sahri Muhammad, Zakat dan Infaq: Pengembangan Zakat Infaq dalam
Usaha Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat,Ilmu Pengetahuan
dan Agama Islam, Surabaya: alIkhyar, 1982

15
Suyitno Heri Yunaidi, Anatomi Fiqh Zakat: Potret Pemahaman BAZIS
Sumsel, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics

16

Anda mungkin juga menyukai