MATERI MANUSIA
Basyariyah , Insaniyah, Unsur Insaniyah KEHIDUPAN budaya modern dunia-
akhirat -Perspektif Islam
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dianugerahi potensi-potensi
kesempurnaan, baik pada dimensi basyariyah (fisik) maupun insaniyah
(kemanusian). Kedua dimensi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab
hilangnya salah satu dari kedua unsur tersebut, berakibat pada hilangnya ciri utama
sebagai manusia.
Historis Penciptaan Manusia Komponen-
komponen Penciptaan
Manusia dalam Al-Qur’an kerap kali disebut Bani Adam (anak adam).
Firman Allah SWT Artinya: “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang
indah disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Transformasi morfologi terjadi dalam cara yang selaras dan seimbang
berkat adanya suatu organisasi yang amat terencana.
Komponen pembentukan manusia sesuai
firman Allah:
Tiin yaitu tanah lempung Tiinul-Laazib yaitu tanah lempung yang pekat
Salsalun yaitu lempung yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar),
Salsalun min hamain masnun yaitu lempung dari Lumpur yang
dicetak/diberi bentuk Sulaalatun min tiin yaitu dari sari pati lempung
dari air yang dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan.
Tahap pertama dalam proses penciptaan manusia adalah sperma, dimana
sperma memiliki desain khusus untuk perjalanannya menuju indung
telur perempuan, terdiri atas kepala, leher, dan ekor. Dimana pada kepala
banyak mengandung genetis bayi, sedangkan sel telur yang telah matang
diindung telur ditinggalkan dirongga perut, kemudian ditangkap oleh
tuba falopi, yang siap dibuahi.
Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang terhebat dan tercanggih, dimana tubuh
manusia memiliki kemampuan yan sangat mengesankan. Misalnya, pancaindra, dimana
yang sudah difirmankan Allah SWT:
Artinya: “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai
atap dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan
sebagaimana yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. AL-Mu’min : 64)
Quran Surat Al-Mu’min Ayat 64
ۚٱُهَّلل ٱَّلِذ ى َجَعَل َلُك ُم ٱَأْلْر َض َقَر اًر ا َو ٱلَّس َم ٓاَء ِبَنٓاًء َو َص َّو َر ُك ْم َفَأْح َس َن ُص َو َر ُك ْم َو َر َز َقُك م ِّم َن ٱلَّطِّيَٰب ِت
َٰذ ِلُك ُم ٱُهَّلل َر ُّبُك ْم ۖ َفَتَباَر َك ٱُهَّلل َر ُّب ٱْلَٰع َلِم يَن
Artinya: “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit
sebagai atap dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu
rezki dengan sebagaimana yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah
Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. AL-Mu’min : 64)
Insaniyah atau potensi yang terdapat manusia:
Dunia adalah ibarat suatu jembatan yang pasti kita lalui dalam perjalanan hidup kita
menuju akhirat. Islam menegaskan, bahwa dunia ini ada dengan sebenarnya (haq).
Yang dijelaskan pada firman Allah : Artinya : “Tidak Kami jadikan langit dan bumi
beserta segala sesuatu yang terletak diantara keduanya berpura-pura (bathil), yang
demikian itu hanyalah sangkaan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang
kafir itu kelak di dalam neraka”. (QS. Shaad : 27).
Surat Shaad Ayat 27
َٰذ
َو َم ا َخ َلْقَنا الَّس َم اَء َو اَأْلْر َض َو َم ا َبْيَنُهَم ا َباِط اًل ۚ ِلَك َظُّن اَّلِذ يَن َك َفُرواۚ َفَو ْيٌل ِلَّلِذ يَن َك َفُروا ِم َن الَّناِر
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. ( QS. Shaad :
27 )
Kehidupan Akhirat adalah kepastian yang akan dialami manusia. Hal bisa
dibuktikan secara akal sekaligus naql (tekstual). Kehidupan akhirat,
puncak penetrapan keadilan Allah SWT.
Yang dijelaskan pada firman Allah : Artinya : Sesungguhnya hari kiamat
itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri
itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (QS. Thaha : 15)
Hikmah mempercayai hari akhir:
Memahaminya dan meyakini akan ada pertanggungjawaban atas segala
perbuatan di dunia. Psikologi manusia yang cenderung materialis akan
memperioritaskan usahanya pada amal-amal utama yang berpengaruh
pada kebahagiannya diakhirat kelak. Kehidupan dunia haruslah
seimbang dengan kehidupan akhirat.
Keseimbangan Hidup dunia Akhirat
Dalam penggambaran banyak ayat ataupun hadis tentang kehidupan dunia dan akhirat,
mengesahkan seakan keduanya berdiri terpisah. Dimana sesuai dengan hadis nabi
SAW mengajak beramal untuk dunia seakan hidup selamanya, untuk akhirat seakan
mati besok. Bila diamati kecenderungan manusia sangat bertolak belakang dimana
yang satu manajerial dunia dan yang satunya lagi berkaitan dengan praktek-praktek
ibadah.
Ayat Al-Qur’an berikut memberikan bimbingan yang jelas kepada dua arah tersebut:
Surat Al-Qashash Ayat 77
َو ٱْبَتِغ ِفيَم ٓا َء اَتٰى َك ٱُهَّلل ٱلَّد اَر ٱْل َء اِخ َر َةۖ َو اَل َتنَس َنِص يَبَك ِم َن ٱلُّد ْنَياۖ َو َأْح ِس ن َك َم ٓا َأْح َس َن ٱُهَّلل ِإَلْيَك ۖ َو اَل
َتْبِغ ٱْلَفَس اَد ِفى ٱَأْلْر ِضۖ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب ٱْلُم ْفِس ِد يَن
Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan jangannlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi dan perbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan lah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (QS. AlQashash : 77)