Anda di halaman 1dari 7

WAKTU ADALAH NAFAS YANG TAKKAN KEMBALI

Allah berfirman artinya : “apakah kalian mengira bahwa kami menciptakan kalian
untuk main-main dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami ?” (Al
Mukminun :115)
“dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka
beribadah kepada-Ku” (Adz-Dzariyat :56). Modal setiap manusia di dunia adalah
waktu yang singkat, nafas yang terbatas dan hari-hari yang berbilang. Maka
barangsiapa menggunakan kesempatan dan saat-saat itu dalam kebaikan dan
ibadah beruntunglah dia, dan barangsiapa yang menyia-nyiakannya maka dia telah
merugi dan waktunya tidak akan pernah kembali lagi.

Alangkah banyak orang yang merugi! Betapa banyak orang-orang di kota pada
zaman ini yang siang malam sibuk bekerja, rapat, berpolitik, dan urusan-urusan
dunia lainnya, bahkan orang-orangtua yang sudah berkepala enam atau lebih malah
sangat bersemangat dalam urusan dunianya dan menjauhi akhiratnya, seakan hidup
seribu tahun lagi, tak memikirkan apa persiapannya untuk menghadap Allah yang
tinggal dalam hitungan hari, tak mengambil pelajaran dari kematian kawan-
kawannya yang kadang berada di bawah usianya. Semua waktunya habis tersita
untuk dunianya. Demikian pun dengan yang masih muda, seakan mereka yakin
bakal mencapai usia tua…subhanallah.

Dalam surat Al Ashr Allah bersumpah dengan waktu, yakni waktu keberuntungan
dan amal shalih bagi orang yang beriman dan waktu menderita sengsara bagi
orang-orang yang ingkar dan berpaling.

Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari umur. Sedangkan umur manusia begitu
pendek, tak lebih dari beberapa puluh tahun. Lalu kelak dia akan ditanya atas setiap
detik waktu yang dilaluinya, dan apa yang ia lakukan di dalamnya. Rasulullah SAW
bersabda, artinya : “tidak akan beranjak kedua telapak kaki hamba pada hari kiamat
hingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia dihabiskan, tentang ilmunya, apa
yang telah dia amalkan, tentang hartanya darimana ia dapat dan bagaimana ia
membelanjakannya, dan tentang fisiknya, untuk apa dia pergunakan.” (HR. At-
tirmidzi, hasan shahih)

Ibnu Abbas Radhiallahu anhu berkata : ada dua nikmat yang sering membuat
kebanyakan manusia tertipu, yakni kesehatan dan waktu luang.

Ibnul Khazin berkata : nikmat adalah sesuatu yang membuat nyaman dan enak,
sedang tertipu artinya membeli sesuatu dengan harga berlipat, atau menjual sesuatu
tidak sesuai dengan harganya. Maka barangsiapa yang sehat badannya dan
memiliki waktu luang, tetapi ia tidak berusaha untuk kebaikan akhiratnya maka ia
laksana orang yang tertipu dalam jual beli. Ironinya, kebanyakan manusia tidak
memanfaatkan kesehatan dan waktu luangnya, bahkan sebaliknya malah
menggunakannya tidak pada tempatnya. Rasulullah SAW bersabda artinya: “raihlah
lima perkara sebelum datangnya lima perkara, masa mudamu sebelum dating masa
tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu
sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu”. (HR. Al-Hakim dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani).

Umur manusia adalah masa tanam di dunia, sedangkan masa panennya adalah di
akhirat. Karena itu, sungguh amat merugi jika manusia menyia-nyiakan waktunya
dan membelanjakan modalnya untuk sesuatu yang tidak berguna. Barangsiapa yang
tidak mengetahui besarnya nilai waktu, sungguh akan datang kepadanya suatu
masa tentang nilai dan mahalnya waktu serta nilai beramal di dalamnya. Tetapi itu
terjadi setelah waktu itu sendiri berlalu. Yang pasti semua manusia akan menyesal
dalam dua kondisi, entah menyesal karena keingkarannya atau karena sedikit
amalnya. Namun penyesalan itu sudah tiada berguna lagi.

Pertama saat sakaratul maut. Ketika itu setiap manusia menginginkan agar diberi
sejenak waktu lagi dan diakhirkan ajalnya supaya bias memperbaiki hidupnya yang
rusak atau meraih kebaikan yang dahulu ia remehkan.

Kedua di akhirat. Yakni ketika setiap amal manusia dibalas, dan ahli syurga
dimasukkan ke dalam syurga serta ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka. Ketika
itu setiap ahli neraka menginginkan jika dikembalikan lagi ke dunia dan memulai
hidup baru dengan amal shalih tapi ketika itu semua sudah terlambat, masa amal
telah berakhir, yang tinggal hanya pembalasan.

Namun saying hal ini tidak diperdulikan oleh kebanyakan umat manusia. Bahkan
pada saat ini orang begitu masa bodoh dengan nilai waktu dan sering menyia-
nyiakannya. Hari-hari berlalu tanpa diperhitungkan pertanggungjawabannya.
Padahal tidak sedikitpun waktu berlalu kecuali kita akan ditanya dengan apa
mempergunakan detik-detik itu.

Ada memang manusia yang begitu perhatian dengan waktu, bahkan dalam
benaknya waktu 24 jam sehari semalam itu kurang, namun semuanya mereka
habiskan untuk urusan dunia. Jika demikian maka ia adalah orang yang bodoh.
Mempersiapkan untuk sesuatu yang singkat dan meninggalkan sesuatu yang abadi.
Dia bekerja keras siang malam tak seimbang dengan kemanfaatan yang di dapat
untuk dirinya. Paling-paling hanya sekedar nikmatnya makanan di lidah atau
kenikmatan materi sesaat lainnya. Dan sesungguhnya itulah gaya hidup orang-orang
kafir. Allah SWT berfirman : “dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia)
dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat
tinggal mereka.” (QS:Muhammad:12)
Ironinya tak sedikit umat islam yang terbuai dengan gaya hidup ini, sekedar
bersenang-senang dan mereguk kenikmatan.
Karakteristik waktu
Cepat berlalunya
Perputaran dan pergantian waktu begitu cepat bagai angin, baik waktu sedih
maupun gembira. Jika dikatakan hari-hari sukacita begitu cepat berlalu dan hari-hari
duka bergerak amat lambat, itu hanya perasaan belaka, bukan keadaan
sebenarnya. Dan meskipun dalam hidup ini seseorang berumur panjang,
sebenarnya pendek belaka karena pasti akan berakhir dengan kematian. Seorang
penyair berkata, bila akhir dari umur adalah kematian maka panjang pendeknya
umur adalah adalah sama, sebab manakala maut datang, masa-masa panjang yang
pernah dilalui seseorang hanya akan merupakan masa-masa pendek yang berlalu
laksana kilat menyambar.
Allah SWT berfirman : “Dan ingatlah akan hari (yang di waktu itu) Allah
mengumpulkan mereka, (mereka pada hari itu) seakan-akan tidak pernah tinggal (di
dunia) melainkan hanya sesaat saja di siang hari (yang di waktu itu) mereka saling
berkenalan”. (QS:Yunus:45).

Waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali dan tidak dapat diganti
Setiap hari berlalu, setiap jam terlewati dan setiap kesempatan berjalan, yang
semuanya tak mungkin kembali lagi atau dapat digantikan. Ada penyair
bersenandung, seseorang hanyalah pengendara di atas pundak umurnya, berkelana
mengikuti hari dan bulan, ia lalui siang dan malam, semakin jauh dari kehidupan,
semakin dekat dengan kuburan, dan alangkah malangnya orang yang senang
dengan pertambahan umurnya dengan mengadakan ulang tahun atau acara-acara
lain yang justru tidak pernah diajarkan islam. Bagaimana ia bias senang, sementara
hari-harinya melenyapkan bulannya, bulannya melenyapkan tahunnya, dan
tahunnya melenyapkan umurnya lalu berhentinya umur mengusungnya kepada
kematian, bagaimana engkau bisa tak sedih dengan umurmu yang pergi tanpa
ganti? Manusia sejak diciptakan adalah terus berjalan sebagai musafir, tidak ada
tempat berhenti baginya selain syurga atau neraka.

Waktu adalah yang termahal yang dimiliki manusia


Karena waktu berlalu dengan cepat dan tidak akan kembali lagi bahkan tidak ada
gantinya, maka waktu adalah harta yang paling mahal dan paling berharga yang
dimiliki manusia. Waktu merupakan saat dan tempat yang menampung semua
pekerjaan dan hasilnya, dan waktulah modal sesungguhnya bagi manusia, individu
maupun masyarakat.

Waktu tidaklah berharga emas semata, sebagaimana kata pepatah, namun ia lebih
berharga dari emas, intan, berlian atau sesuatu yang lain yang sangat mahal, sebab
waktu adalah kehidupan. Al Hasan Bashri berkata, wahai anak Adam,
sesungguhnya kamu hanyalah merupakan kumpulan hari-hari, setiap hari berlalu
akan berlalu pula bagian umurmu.

Karena itu pergunakanlah hidupmu dengan sebaik-baiknya, sebab umur yang


tersisa amatlah pendeknya dan setiap saat daripadanya adalah tak ternilai
harganya, tak ada gantinya. Sungguh kehidupan yang singkat ini akan berubah
nikmat atau adzab. Dan jika engkau membandingkan hidupmu di dunia ini dengan
kekekalan akhirat maka engkau akan mengetahui bahwa setiap tarikan nafasmu
akan sama dengan lebih dari seribu tahun hidup di akhirat, bahkan tak terhinggakan.
Karena itu, umurmu ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat, maka
jangan menyia-nyiakannya tanpa amal. Sungguh, seandainya engkau kehilangan
mutiara pasti engkau tenggelam dalam duka, bahkan meski hanya seribu rupiah,
mungkin itu telah membuatmu gundah. Namun mengapa tidak demikian ketika
engkau kehilangan waktumu?

Betapa banyak orang yang membuang-buang waktunya dengan percuma,


mengobrol yang tidak berfaedah atau bahkan malah berbuat maksiat, sementara
umurnya terus merambat menuju kematian tanpa ia sadari bahkan hingga ia
berumur 60 tahun. Seyogyanya umur seperti ini cukup membuatnya waspada untuk
selalu mengejar pahala, menjauhi maksiat dan senantiasa bertaubat. Nabi SAW
bersabda artinya : Allah SWT memberi kesempatan kepada seseorang dengan
ditangguhkan umurnya hingga mencapai umur 60 tahun. (HR. Bukhari)

Apalah artinya tinggal di dunia di bandingkan dengan keabadian di akhirat. Dan


apalah artinya umur di dunia, yang separuh daripadanya untuk tidur dan selebihnya
untuk kesia-siaan dan kelalaian. Menyia-nyiakan waktu adalah lebih dari kematian,
sebab menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan kampung akhirat,
sedang kematianmu hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.

Karena itu setiap orang hendaknya menjaga waktunya sebagaimana ia menjaga


hartanya, bahkan lebih dari itu. Ia harus benar-benar memanfaatkan waktunya,
untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.
Wahai orang yang sibuk dengan dunia serta terpedaya dengan angan-angan,
kematian itu datangnya tiba-tiba dan kuburan adalah peti amalan.

Sungguh amat mengherankan orang yang yakin adanya kematian, tetapi dia
bergelimang suka cita, dan sungguh amat mengherankan orang yang yakin adanya
neraka, tapi ia tertawa-tawa.

Pandangan para Shalihien tentang waktu


Abu Darda Radhiallahu anhu berkata, seandainya bukan karena tiga hal tentu aku
tidak suka hidup, meski hanya sehari; kehausan kepada Allah di terik siang hari,
sujud kepada Allah di tengah malam dan duduk-duduk bersama orang shalih yang
selalu memilih yang baik-baik dalam pembicaraan, sebagaimana memilih korma
yang bagus-bagus.
Syumaith bin Ijlan berkata, manusia terbagi menjadi dua; mereka yang berbekal di
dunianya atau mereka yang tenggelam menikmati dunianya. Lihatlah, kamu
termasuk dimana? Aku menyaksikanmu begitu cinta untuk tinggal di dunia, mengapa
cinta? Jika engkau mentaati Allah dan beribadah sebaik-baiknya serta mendekatkan
diri kepada-Nya dengan amal shalih, maka engkau orang yang beruntung. Tetapi
jika untuk sekedar makan, minum, bersenang-senang, mengumpulkan dunia serta
menikmati hidup bersama isteri dan anak-anak maka alangkah buruk tinggalmu di
dunia.

Imam Syafii Rahimahullah membagi waktunya menjadi tiga bagian:sepertiga untuk


menulis, sepertiga untuk shalat malam dan sepertiga lainnya untuk tidur.

Yahya bin Muadz berkata, malam itu panjang maka jangan pendekkan dengan
tidurmu dan siang itu begitu jernih maka jangan kotori dengan dosa-dosamu.

Wahb bin Al ward berkata, jika engkau bisa agar tidak seorang pun mendahului mu
menuju ketaatan kepada Allah maka lakukanlah.

Seorang salaf berkata: keuntungan terbesar di dunia ini adalah jika engkau
menyibukkan dirimu setiap saat dengan sesuatu yang utama dan bermanfaat untuk
akhiratmu, dan yang lain berkata, waktu adalah sesuatu yang paling berharga yang
hendaknya engkau jaga, namun aku melihat ia sebagai sesuatu yang paling
gampang engkau sia-siakan.

Al Jariri berkata, aku berdiri dekat kepala Al Junaid saat beliau sekarat, dan ketika
itu beliau membaca Al Qur’an. Maka kukatakan kepadanya, kasihanilah dirimu! Ia
menyahut, wahai Abu Muhammad (panggilan Al Jariri), apakah engkau melihat ada
orang yang lebih membutuhkan Al Qur’an daripadaku saat ini. Lihatlah, buku amal
catatanku dilipat, beliau telah mengkhatamkan Al Qur’an, lalu memulai membaca
lagi surat Al Baqarah, setelah membaca 70 ayat, beliau Rahimahullah wafat
(thabaqat Asy-Syafi’iyah, 4/283).

Dunia ini seluruhnya adalah bulan puasanya orang-orang yang bertaqwa, sedang
hari rayanya adalah hari pertemuan dengan Rabb-Nya. Dan sesungguhnya
sebagian besar puasa di siang harinya telah lewat dan hari raya pertemuannya telah
dekat (Lahaiful Ma’arif, hal.43)

Sungguh terlalu mulia jika waktu disia-siakan meski hanya sesaat. Rasulullah SAW
bersabda :”Barangsiapa mengucapkan Subhanallahil Adzimi Wabihamdih, niscaya
karenanya akan ditanam untuknya sebuah pohon kurma di syurga.” (HR. Al-
Bukhari).

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin


Ibrahim Al Harbi, seorang muhaddits berkata, aku menemani Imam Ahmad bin
Hambal selama 20 tahun, musim gugur maupun musim semi, musim dingin maupun
musim panas, di malam dan di siang hari, sungguh aku tidak mendapati suatu hari
kecuali hari itu lebih bertambah kebaikannya dari hari kemarin.

Berlomba dalam kebaikan


Ketika para sahabat mendengar firman Allah SWT : “Berlomba-lombalah dalam
kebaikan” (Al Baqarah:148) mereka memahami bahwa yang dimaksudnya adalah
masing-masing hendaknya bersungguh-sungguh untuk bisa mengalahkan kawannya
dalam hal kebaikan. Jika salah seorang dari mereka melihat ada orang yang mampu
berbuat baik yang tidak kuasa ia melaksanakannya, ia takut jangan-jangan orang
itulah yang menang atasnya (dalam kebaikan), sehingga ia bersedih karena tidak
bisa mendahuluinya. Perlombaan mereka adalah dalam mendapatkan derajat
akhirat. Setelah itu datang suatu generasi yang persaingan mereka dalam urusan
dunia dan kenikmatannya yang fana. Maka tepatlah nasihat Hasan Al Bashri, jika
engkau melihat ada orang mengalahkanmu dalam urusan dunia maka kalahkan ia
dalam urusan akhirat (Ightanim Faraghak, hal.64-65).

Dan tidaklah umur manusia itu kecuali tiga hari saja;


hari yang telah berlalu dengan segala yang ada di dalamnya, berlalu kenikmatannya
dan masih terdapat pertanggungjawabannya,

hari dinanti yang tiada lain ia ada dalam angan-angan,


dan hari yang anda berada di dalamnya sedang telah ada yang berteriak
memanggilmu untuk mati, karena itu bersabarlah di dalamnya dari ajakan hawa
nafsu, sebab jika kesabaran telah sampai pada yang dicintainya, semua menjadi
mudah. (At-Tabshirah:2/102).

“orang yang cerdik adalah orang yang dapat menundukkan hawa nafsunya dan
berbuat untuk kepentingan setelah mati, sedang orang yang lemah (bodoh) adalah
orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah dengan
angan-angan yang kosong”. (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah).

Mulailah sekarang
Banyak orang yang berniat untuk bertaubat, berbuat baik, meninggalkan
kemaksiatan dan sebagainya, tetapi semuanya terhenti pada niat, keinginan ,
harapan dan angan-angan. Akan, mudah-mudahan, semoga…..
Seorang penyair berkata, tak akan kutunda pekerjaan hari ini hingga hari esok
karena malas, sungguh esok adalah hari bagi para pemalas.

Keputusan ini ada di tanganmu, meniti jalan Allah dengan melakukan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sekarang, atau engkau tetap
tenggelam dalam kemaksiatan. Ya Rahman, Bimbinglah kami ke Jalan kebenaran.

(Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Lc)

Anda mungkin juga menyukai