Anda di halaman 1dari 62

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN


INTEGRITAS  PROFESIONALISME  SINERGI  PELAYANAN  KESEMPURNAAN

Peran Perbendaharaan
Dalam Pengelolaan Keuangan
Negara dan Pembangunan
OUTLINE
• Selayang Pandang Ditjen Perbendaharaan

• Kedudukan DJPb Dalam Struktur Organisasi Kemenkeu RI

• Tusi dan Struktur Organisasi DJPb

• Siklus Anggaran dan APBN

• Peran Strategis Kanwil DJPb di Daerah

2
Selayang Pandang Ditjen
Perbendaharaan Video

3
Kedudukan DJPb Dalam SOTK
Kemenkeu RI

4
Tusi dan Struktur Organisasi DJPb

6
Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 262/PMK.01/2016

Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal


Direktorat Jenderal Perbendaharaan
FUNGSI PERBENDAHARAAN

Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara;

Pengelolaan piutang dan utang negara;

Pengelolaan investasi dan kekayaan negara;

Penyelenggaraan akuntansi, dan sistem informasi manajemen keuangan


negara;
Perumusan standar, sistem dan prosedur di bidang perbendaharaan
negara;

Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN.


Direktorat PA

Direktorat PKN

Direktorat SITP

Setditjen Direktorat SMI

Direktur Jenderal
Direktorat PPKBLU

Direktorat APK

Direktorat SP

Kanwil DJPb
Siklus Anggaran dan APBN

12
Belanja Negara

16
Belanja Pemerintah Pusat
Berdasarkan Fungsi
Pendapatan Negara

19
Peran Strategis Kanwil DJPb di
Daerah

23
Peran Strategis Kanwil dan KPPN dalam
Pelaksanaan Anggaran Tahun 2018

Memastikan K/L melaksanakan Belanja dengan efektif,


efisien dan optimal serta taat azas, untuk menjamin
tercapainya program strategis nasional dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menjaga kredibilitas pelaksanaan APBN, dengan


menjamin ketepatan waktu belanja negara selaras
dengan kecukupan penerimaan dan ketersediaan kas
Pemerintah

24
Melakukan reviu atas perencanaan kegiatan, penyerapan, dan
capaian kinerja :
1 1. Mereviu target capaian output, penyerapan anggaran dan jangka waktu pelaksanaan
a) memperbaiki informasi Rencana Penarikan Dana dan Rencana Penerimaan;
b) memperbaiki Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk pencapaian target kinerja;
c) menyampaikan informasi tersebut kepada BUN/Kuasa BUN (KPPN)
2. Melakukan revisi halaman III DIPA
3. Memastikan rencana pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana penarikan dana
pada halaman III DIPA sebagai dasar pencairan dana.
4. Memperhatikan capaian output dan tidak hanya fokus pada penyerapan anggaran

2
Meningkatkan ketertiban penyampaian data kontrak ke KPPN
1. Memastikan data supplier tidak terdapat kesalahan, untuk menghindari proses
pembayaran yang gagal dilakukan oleh KPPN.
2. Memastikan penyampaian data perjanjian/kontrak paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak.
3. Data kontrak yang terlambat diajukan oleh Satker, pendaftaran kontrak dapat diproses
setelah memperoleh dispensasi KPPN.

25
3
Memastikan ketepatan waktu penyelesaian tagihan
1. Tidak menunda proses pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai
2. Penyelesaian tagihan terpenuhi sesuai dengan ketentuan, mengendalikan dan
mengawasi setiap tagihan.
3. Norma waktu penyelesaian tagihan :
a. Tagihan kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih
kepada negara.
b. Proses penyelesaian SPP oleh PPK kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja
c. Penerbitan SPM oleh PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak SPP diterima.
4. Memastikan KPPN menerima SPM selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah
penerbitan SPM

Pengendalian pengelolaan UP / TUP


4 1. Pengajuan UP agar dilakukan secara rasional sesuai kebutuhan operasional Satker satu bulan.
2. Segera melakukan revolving UP telah mencapai minimal 50%.
3. Apabila memerlukan dana lebih besar dari UP yang dimiliki, :
a. Mempercepat frekuensi Penggantian Uang Persediaan (GUP);
b. Mengajukan TUP sesuai norma, yaitu:
1) Pengajuan TUP disertai dengan rincian penggunaan TUP;
2) TUP habis digunakan dalam 1 (satu) bulan;
3) TUP digunakan untuk kebutuhan yang sangat mendesak dan tidak bersifat LS;
c. Pertanggungjawaban TUP harus sesuai dengan rencana penggunaan TUP;
d. Apabila penggunaan TUP tidak sesuai rencana KPA memberikan penjelasan kepada KPPN.
4. Pengelolaan UP/TUP akan direviu oleh Kanwil DJPB/atau KPPN.  dasar pencairan UP/TUP

26
Tiap
Reviu atas perencanaan kegiatan,
penyerapan, dan capaian output Satker
Triwu
Reviu atas rencana kegiatan :
lan
1 1. KPPN meminta Satker untuk mereviu rencana kegiatan berdasarkan jenis belanja pada DIPA
2. KPPN meminta Satker untuk mereviu rencana kegiatan berdasarkan kategori output pada kertas kerja RKA-KL/POK
Reviu atas rencana penyerapan/penarikan dana
2
1. KPPN dan Satker melakukan reviu deviasi Halaman III DIPA Satker setiap awal Triwulan menggunakan data yang
disediakan pada tool ME Budget Execution untuk menilai kesesuaian rencana penarikan dana dengan realisasi Satker.
2. Meminta Satker untuk menyusun perbaikan rencana penyerapan/penarikan dana pada Halaman III DIPA untuk Triwulan
selanjutnya.
3. Hasil reviu dan perbaikan rencana penyerapan/penarikan dana antara KPPN dengan Satker agar dituangkan dalam
Kertas Kerja Reviu dan Analisis Ringkas Reviu.

Reviu atas rencana capaian output


3 1. KPPN dan Satker melakukan reviu realisasi capaian output sesuai dengan rencana pencairan dana berdasarkan kategori
output Satker setiap awal Triwulan, menggunakan data yang disediakan pada tool ME Budget Execution, untuk menilai
kesesuaian rencana penyerapan/penarikan dana dengan rencana capaian output Satker
2. Meminta Satker untuk menyusun perbaikan rencana penyerapan/penarikan dana pada Halaman III DIPA akibat
penyesuaian rencana capaian output, untuk Triwulan selanjutnya.
3. Hasil reviu dan perbaikan rencana penyerapan/penarikan dana antara KPPN dengan Satker agar dituangkan dalam Kertas
Kerja Reviu dan Analisis Ringkas Reviu

Pelaksanaan reviu antara KPPN dan Satker dilakukan dalam bentuk pertukaran data melalui media
surat elektronik dan media social (email, WA dan sejenisnya), atau rapat koordinasi, focus group
discussion, one-on-one meeting, dan/atau bimbingan teknis, di KPPN atau di Satker

27
Kertas Kerja Reviu
KERTAS KERJA HASIL REVIU RENCANA PENYERAPAN/PENARIKAN DANA
Bagian Anggaran
Satuan Kerja
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Jumlah
No Jenis Belanja Pagu DIPA Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 Bel. Pegawai
2 Bel. Barang
3 Bel. Modal
4 Bel. Bansos
5 Bel. Lain-Lain
Jumlah

Hari/Tanggal
NO PETUGAS REVIU NAMA JABATAN TTD
1 KPPN
2 SATKER

KERTAS KERJA HASIL REVIU RENCANA REALISASI OUTPUT


Bagian Anggaran
Satuan Kerja
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
No Kategori Output Pagu DIPA Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 Operasional
Pelayanan
2
Publik/Tusi
3 Infrastruktur
Kesejahteraan
4
Rakyat
Jumlah

Hari/Tanggal
NO PETUGAS REVIU NAMA JABATAN TTD
1 KPPN
2 SATKER

28
Analisis Ringkas Reviu

29
Reviu atas perencanaan kegiatan, penyerapan, dan capaian output Satker

Direktorat PA
Evaluasi dan Analisis terhadap:
1. realisasi penyerapan menurut jenis belanja;
2. realisasi anggaran menurut kategori output;
KANTOR 3. rencana penyerapan triwulan berikutnya menurut jenis belanja;
4. rencana penyerapan triwulan berikutnya menurut kategori output.
WILAYAH Laporan
EPA

paling lambat Minggu


Pertama pada bulan paling lambat Minggu
berikutnya Pertama pada bulan
berikutnya

Kertas Kerja Reviu dan


Analisis Ringkas Reviu

KPPN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN


(EPA)
koordinasi

KPPN dan Satker melakukan reviu

SATKER
Kertas Kerja:
1. Rencana Kegiatan;
2. Rencana penyerapan/penarikan dana;
3. rencana capaian output.

30
Berdasarkan Hasil Reviu....

1
Meminta Satker agar mengajukan revisi Halaman III DIPA akibat penyesuaian
rencana penyerapan/penarikan dana dan rencana capaian output, kepada Kanwil
Ditjen Perbendaharaan sesuai dengan mekanisme Revisi DIPA

2
Menyampaikan kertas kerja reviu kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan, paling
lambat Minggu Pertama pada bulan berikutnya, setelah triwulan berkenaan
berakhir.
3
Hasil reviu rencana penarikan dana dan capaian output tingkat KPPN agar
disampaikan kepada Kanwil paling lambat tanggal 10 pada awal bulan, setelah
triwulan periode reviu berakhir

4
Hasil reviu agar digunakan oleh KPPN untuk melakukan monitoring, evaluasi,
analisis, bimbingan teknis dan pendampingan pelaksanaan anggaran kepada
Satker

31
Berdasarkan Hasil Reviu tingkat KPPN .....

1 Meminta agar Satker segera menyampaikan usulan Revisi Halaman III DIPA paling lambat pada minggu
pertama bulan berikutnya setelah akhir triwulan periode reviu

2 Melakukan evaluasi terhadap data realisasi penyerapan dan capaian output triwulan sebelumnya, dan
analisis terhadap rencana penyerapan/penarikan dana dan capaian output triwulan berikutnya, yang
meliputi: a. Evaluasi terhadap realisasi penyerapan menurut jenis belanja;
b. Evaluasi terhadap realisasi anggaran menurut kategori output;
c. Analisis terhadap rencana penyerapan triwulan-triwulan berikutnya menurut jenis belanja;
d. Analisis terhadap rencana penyerapan triwulan-triwulan berikutnya menurut kategori output
3 Melakukan kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran (EPA) melalui focus group discussion (FGD),
bimbingan teknis, forum diskusi, kunjungan/konsultasi, dan kegiatan sejenis dengan mengundang Satker
atau stakeholders terkait.

4 Hasil kegiatan EPA, dituangkan dalam Laporan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran (EPA) Triwulanan.

5 EPA Triwulanan agar disampaikan kepada Direktur Pelaksanaan Anggaran paling lambat pada Minggu ke-3
bulan berikutnya setelah berakhirnya triwulan periode EPA

Dalam pelaksanaan revisi DIPA yang berakibat perubahan pada Halaman III DIPA, Kanwil
Ditjen Perbendaharaan meneliti kesesuaian rencana penyerapan/penarikan dana Satker
menggunakan data pembanding yang disediakan pada tool ME Budget Execution
32
Monitoring Penyelesaian Tagihan

Seluruh tagihan agar diselesaikan paling lambat 17 hari kerja


setelah timbulnya hak tagih kepada negara.

5 HK
5 HK 5 HK
BAST SPP KPPN

2 HK SP2D
5 HK

17 Hari Kerja

33
Monitoring Penyelesaian Tagihan

menyampaikan kepada Satker


bahwa dalam uraian SPM yang diajukan agar
dilengkapi dengan catatan sebagai berikut:
Untuk SPM-UP/GUP/ TUP/PTUP, paling kurang memuat:
1 Nomor dan tanggal SPP

Untuk SPM-LS yang ditujukan kepada penyedia barang/jasa, paling kurang memuat:
2
a. Nomor dan tanggal SPP;
b. Nomor dan tanggal Perjanjian/Kontrak; dan
c. Nomor dan tanggal Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP) atau Berita
Acara Serah Terima BAST);
Untuk SPM-LS yang ditujukan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk
3 keperluan belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan
dinas, paling kurang memuat:

a. Nomor dan tanggal SPP;


b. Nomor dan tanggal Surat Keputusan/Surat Tugas

34
Monitoring Penyelesaian Tagihan

1 Memproses SPM yang diajukan Satker sesuai ketentuan yang berlaku, apabila norma
penyelesaian tagihan masih dalam batas jangka waktu 17 hari kerja

2 Dalam hal jangka waktu penyelesaian tagihan melebihi 17 hari kerja, KPPN meminta
Satker untuk melampirkan Surat Pernyataan SPM melebihi batas waktu, pada saat
pengajuan SPM

3 Melaporkan jumlah surat pernyataan pengajuan SPM Satker yang mengalami


keterlambatan penyelesaian tagihan, kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan setiap
triwulan

4 Dalam rangka monitoring dan evaluasi penyelesaian tagihan, KPPN dapat melakukan
koordinasi dengan Satker terkait permasalahan dalam penyelesaian tagihan

5 Laporan pemberian dispensasi disampaikan kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan


paling lambat Minggu Pertama pada bulan berikutnya setelah triwulan berkenaan
berakhir.

35
Monitoring Penyelesaian Tagihan

KANWIL DJPB

paling lambat Minggu


KPPN menyampaikan Pertama pada bulan
kepada Satker berikutnya setelah
SP2D triwulan berkenaan
berakhir

tagihan diselesaikan paling lambat 17 hari kerja lengkap


setelah timbulnya hak tagih kepada negara laporan

KPPN SPM-UP
Nomor dan tanggal SPP terima rekap
SPM-LS PBJ
Nomor dan tanggal SPP
Uraian
Nomor dan tanggal Perjanjian/Kontrak
Nomor dan tanggal BAPP/BAST SPM • uraian tidak lengkap; atau
SPM-LS Bend • melebihi 17 hari.
Nomor dan tanggal SPP
Nomor dan tanggal SK/ST

KPPN meminta kepada KPA Satker untuk :


1. melengkapi uraian pada SPM; atau
2. melengkapi dengan Surat Pernyataan KPA
keterlambatan tagihan melebihi 17 hari.

SATKER

SPM-UP
SPM-LS PBJ
SPM-LS Bend

36
Monitoring Penyelesaian Tagihan

1
Berdasarkan laporan pemberian dispensasi dari KPPN, Kanwil Ditjen
Perbendaharaan melakukan analisis dan berkoordinasi dengan kantor
wilayah K/L atau Satker bersangkutan terkait permasalahan dalam
penyelesaian tagihan.

2
Hasil analisis atas laporan pemberian dispensasi dan hasil koordinasi
dituangkan dalam Laporan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran.

37
Monitoring Penyampaian Data Kontrak

KPPN Proses Data Proses Data


Kontrak Kontrak

SPM dapat
TERLAMBAT diajukan paling
cepat 5 (lima) hari
kemudian

Lebih dari 5
(lima) hari pengajuan SPM
setelah kontrak
di
SATKER tandatangani
DATA SPM
KONTRAK DATA
KONTRAK
Dispensasi Pendaftaran
Data Kontrak dari
Kepala KPPN Dispensasi Pendaftaran
Data Kontrak dari
Kepala KPPN

38
Monitoring Penyampaian Data Kontrak

1
KPPN melakukan monitoring terhadap pendaftaran data kontrak yang
disampaikan oleh Satker

2
KPPN memastikan data supplier yang didaftarkan oleh Satker telah benar
dengan mengacu pada data yang pernah dilakukan pembayaran untuk
menghindari penolakan pembayaran oleh KPPN.

1 Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan monitoring, evaluasi dan analisis


ketepatan waktu penyampaian data kontrak Satker dalam wilayah kerja masing-
masing.

2 Hasil evaluasi dan analisis menjadi bahan koordinasi dengan Satker dalam
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan dituangkan dalam Laporan Evaluasi
Pelaksanaan Anggaran.

39
Pengendalian Pengelolaan Uang Persediaan (UP) /
Tambahan Uang Persediaan (TUP)

Uang Persediaan
UP
 UP harus diajukan secara rasional dengan mempertimbangkan kebutuhan
operasional Satker dalam 1 (satu) bulan.
 Satker agar segera melakukan revolving UP (penggantian UP) jika
penggunaannya telah mencapai minimal 50%.
 Dalam hal Satker tidak melakukan revolving UP dalam waktu 1 (satu) bulan,
maka KPA harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada KPPN saat
mengajukan SPM-GUP

Tambahan Uang Persediaan


TUP
 Dalam hal terdapat rencana kegiatan Satker yang memerlukan dana lebih besar dari
UP yang dimiliki, maka Satker agar melakukan:
1) Mempercepat frekuensi Penggantian Uang Persediaan (GUP).
2) Mengajukan TUP sesuai norma, yaitu:
a) Pengajuan disertai rincian rencana penggunaan TUP;
b) TUP habis digunakan dalam 1 (satu) bulan;
c) TUP digunakan untuk kebutuhan yang sangat mendesak dan tidak bersifat LS.
3) Mempertanggungjawabkan TUP sesuai dengan rencana penggunaan TUP.
 Dalam hal penggunaan TUP tidak sesuai dengan rencana, maka KPA harus
memberikan penjelasan secara tertulis kepada KPPN saat mengajukan SPM-PTUP.

40
Surat Penjelasan Keterlambatan Revolving UP

41
Surat Penjelasan Ketidaksesuaian Penggunaan Dana TUP

42
Pengendalian Pengelolaan Uang Persediaan (UP) /
Tambahan Uang Persediaan (TUP)

Pengajuan TUP

 KPPN melakukan scan terhadap rincian rencana penggunaan TUP sebagai arsip
untuk dijadikan bahan pengujian SPM-PTUP pada front office KPPN

Pertanggungjawaban TUP
 KPPN meneliti kesesuaian antara penggunaan TUP dengan rencana penggunaan
TUP, dengan ketentuan sebagai berikut:
 pada saat Satker mengajukan SPM-PTUP, petugas front office KPPN
mencocokkan kesesuaian realisasi penggunaan TUP dengan rincian rencana
penggunaan TUP.
 pencocokan tersebut dilakukan dengan membandingkan antara ADK SPM-
PTUP dengan arsip rincian rencana penggunaan TUP.
 dalam hal terdapat ketidaksesuaian dengan rencana penggunaan dana TUP
dan tidak disertai dengan surat penjelasan mengenai ketidaksesuaian
penggunaan pada TUP oleh KPA, KPPN meminta kepada KPA untuk
melengkapi SPM-PTUP dengan surat penjelasan

43
Pengendalian Pengelolaan Uang Persediaan (UP) /
Tambahan Uang Persediaan (TUP)

Reviu Pengelolaan UP/TUP


 melakukan reviu atas pengelolaan UP/TUP pada Satker mitra kerjanya secara
triwulanan, dengan menggunakan data Aplikasi Om-SPAN dan tool ME Budget
Execution, yang meliputi:
1. ketepatan waktu pertanggungjawaban;
2. besaran prosentase revolving UP;
3. pengenaan sanksi pemotongan UP; dan/atau
4. frekuensi pertanggungjawaban UP\
 melakukan rekapitulasi terhadap SPM-PTUP yang tidak sesuai dengan rencana
penggunaan TUP

Tindak Lanjut Hasil Reviu


 Atas hasil reviu pengelolaan UP/TUP dan rekapitulasi terhadap SPM-PTUP yang tidak
sesuai dengan rencana penggunaan TUP, KPPN membuat catatan dalam daftar
 Berdasarkan hasil reviu pengelolaan UP/TUP, KPPN melakukan:
a. Menyampaikan surat teguran kepada satker yang terlambat mengajukan
pertanggungjawaban UP/TUP dengan tembusan kepada Kanwil Ditjen
Perbendaharaan
b. Tidak memberikan TUP lagi kepada Satker yang sudah melakukan perpanjangan
pertanggungjawaban TUP lebih dari 2 kali

44
Catatan Pengelolaan UP

45
Catatan Pengelolaan TUP

46
Pengendalian Pengelolaan Uang Persediaan (UP) /
Tambahan Uang Persediaan (TUP)

&

KPPN dapat memberikan TUP kepada Satker yang sudah


melakukan perpanjangan pertanggungjawaban lebih dari 2 kali,
sepanjang telah mendapat ijin pemberian TUP dari Kanwil
Ditjen Perbendaharaan

Pemberian/penolakan ijin pemberian TUP oleh Kanwil Ditjen


Perbendaharaan dilakukan berdasarkan surat permohonan ijin
pemberian TUP dari KPPN dan jika diperlukan, Kanwil Ditjen
Perbendaharaan dapat melakukan rapat pembahasan dengan
kantor wilayah K/L terkait atau Satker berkenaan

47
Format Surat Permohonan Ijin Pemberian TUP

48
Pengendalian Pengelolaan UP/TUP

penjelasan secara tertulis dari


KPA kepada KPPN
SPM-UP SPM-GUP SPM-GUP

1 bulan

sesuai SP2D

Scan rincian
cek
KPPN penggunaan dana
tidak sesuai

SP2D

SP2D

SATKER SPM-TUP
SPM-PTUP Surat Penjelasan dari KPA
kepada KPPN
Rincian Penggunaan Dana
Digunakan dalam waktu 1 bulan
Mendesak dan tidak bersifat LS
KPPN dapat memberikan TUP kepada Satker yang sudah melakukan
perpanjangan pertanggungjawaban lebih dari 2 (dua) kali, sepanjang telah
mendapat ijin pemberian TUP dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan

49
Indikator kinerja pelaksanaan
anggaran satuan kerja k/L

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN INTEGRITAS  PROFESIONALISME  SINERGI  PELAYANAN  KESEMPURNAAN 50
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja

Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran


Satuan Kerja

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Indikator Kinerja
1. Penyerapan Anggaran

2. Penyelesaian Tagihan

3. Pengelolaan UP

4. Halaman III DIPA

5. Data Kontrak

6. Penyampaian LPJ Bendahara

7. Revisi DIPA

8. Pengembalian/Kesalahan SPM

9. Retur SP2D
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
52
Pembobotan Per Indikator

1. Penyerapan Anggaran

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai


Dihitung berdasarkan
persentase realisasi anggaran Realisasi/pagu 25 (a) ≥40% 100
terhadap pagunya. Target
penyerapan anggaran KL untuk (b) 35%-39,9% 90
Semester I TA 2016 sebesar
40%, sehingga untuk K/L (c) 30%-34,9% 70
dengan tingkat realisasi mulai
dari 40% ke atas diberikan nilai (d) 20%-29,9% 60
maksimal.

(e) <20% 40

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

2. Penyelesaian Tagihan

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai


Dihitung berdasarkan
rasio penyelesaian tagihan
yang tepat waktu dibagi
dengan seluruh SPM LS Sesuai dengan
Non Belanja Pegawai (jml SPM rasio tagihan
(yang tepat waktu dan tepat -
waktu/Total 20 yang
terlambat) yang terdapat disampaikan
dalam set data SPM)*100
tepat waktu

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

3. Pengelolaan UP

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai

Dihitung berdasarkan
jumlah GUP yang tepat (jml GUP
waktu dibagi seluruh yang tepat sesuai dengan rasio
15 -
record GUP yang waktu/total GUP yang tepat waktu
terdapat dalam set GUP)*100
data

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

4. Halaman III DIPA

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai


Dihitung berdasarkan rata- (a) < 25% 100
(∑ gap % 11
rata gap antara realisasi
dengan rencana penarikan realisasi (b) 25% - 34,9% 85
dana (%gap realisasi dengan
terhadap rencana) selama 6 rencana/6) (c) 35% - 49,9% 70
bulan. Angka gap per bulan
yang diambil bernilai (d) ≥ 50% 60
absolut sehingga dalam
penghitungan rata-rata gap
tidak saling meniadakan.

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

5. Data Kontrak

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai

Dihitung berdasarkan
rasio data kontrak yang (jml Kontrak
tepat waktu Tepat Sesuai dengan rasio
Waktu/Total 7 - data kontrak yang tepat
disampaikan terhadap
Kontrak yang waktu
seluruh kontrak yang
disampaikan ke KPPN terdaftar)*100

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

6. Penyampaian LPJ Bendahara

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai

Dihitung berdasarkan
rasio LPJ Bendahara (jml LPJ yang
yang tepat waktu tepat
disampaikan terhadap - Sesuai dengan rasio
waktu/total 7 LPJ yang tepat waktu
seluruh penyampaian penyampaian
LPJ Bendahara yang LPJ)*100
disampaikan ke KPPN

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

7. Revisi DIPA

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai


Dihitung berdasarkan jml revisi/jml 5 (a) <0,25 100
jumlah revisi anggaran Satker
K/L per Satker. Data (b) 0,25 - 0,749 85
revisi DIPA yang
digunakan adalah untuk (c) 0,75 - 1,249 70
data revisi yang bersifat
pergeseran (dalam hal (d) ≥ 1,5 60
pagu tetap).

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

8. Pengembalian Kesalahan SPM

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai


Dihitung berdasarkan (a) <1% 100
rasio pengembalian SPM (SPM 5
terhadap seluruh SPM salah/Total (b) 1%-2,99% 85
yang diterbitkan KL SPM) (dalam
*Jumlah SPM yang persen) (c) 3%-7% 70
diterbitkan KL termasuk
jumlah SPM yang (d) di atas 7% 60
salah/ditolak

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Pembobotan Per Indikator

9. Retur SP2D

Uraian Indikator Rumus Bobot Sub Bobot Nilai


Dihitung dengan Jml (a) <0,1% 100
membandingkan jumlah Retur/jml
5
retur SP2D dengan SP2D terbit (b) 0,1%-0,49% 85
Jumlah SP2D yang terbit.
(c) 0,5%-1,5% 70
(d) >1,5% 60

KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
INTEGRITAS  PROFESIONALISME  SINERGI  PELAYANAN  KESEMPURNAAN

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai