TENTANG PERENCANAAN
ANGGARAN,
PELAKSANAAN
ANGGARAN, SERTA
AKUNTANSI DAN
PELAPORAN KEUANGAN
Jakarta, 13 Juli 2023
1
1. Pendahuluan
3. Revisi Anggaran
POKOK 4. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
BAHASAN Pelaksanaan
Anggaran
5. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
6. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi
Kinerja
Anggaran
2
KEMENTERIAN
KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PENDAHULUAN
3
Latar Belakang dan Tujuan
LATAR BELAKANG
7
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PERENCANAAN
ANGGARAN
K/L DAN BUN
8
Substansi Penyempurnaan pada
Perencanaan Anggaran K/L dan
BUN
Prinsip Efisiensi Prinsip Efektivitas Prinsip Prioritas Prinsip Transparansi Prinsip Akuntabilitas
Memperhatikan Sesuai dengan Menyediakan informasi Memastikan alokasi
Memastikan
pengalokasian ketepatan dan ketentuan yang diatur yang dibutuhkan dalam anggaran yang
relevansi antara dalam Peraturan proses penyusunan dituangkan dalam RKA
anggaran untuk
Menteri Perencanaan anggaran kepada pihak memenuhi semua
menghasilkan Keluaran yang
Pembangunan yang terkait sesuai dengan
Keluaran yang dihasilkan dengan ketentuan
Nasional/Kepala Badan
direncanakan dengan sasaran Program kewenangannya dan peraturan perundang-
Perencanaan
mengacu pada dan sasaran Pembangunan menyediakan ringkasan undangan dan dapat
ketentuan terkait strategis. Nasional. informasi bagi publik sesuai
Standar Biaya. dengan ketentuan dipertanggungjawab
peraturan perundang- kan sesuai
undangan. kewenangannya
3. Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran
1. Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran dapat dilakukan oleh Hasil penajaman digunakan oleh
Menteri Keuangan setelah penyusunan Renja K/L berdasarkan
Menteri/Pimpinan Lembaga
kebutuhan.
sebagai
2. Ketentuan mengenai penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran
acuan dalam penyusunan RKA-
dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN setelah
K/L
penyesuaian Indikasi Kebutuhan Dana BUN berdasarkan kebutuhan.
dan digunakan oleh PPA BUN
Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran dapat berupa: sebagai
acuan dalam penyusunan RKA-
BUN.
1. Pembinaan dan pengawasan umum tekni Alokasi atas penugasan sebagian Urusan Pemerintahan
dan terhadap: s konkuren yang menjadi kewenangannya kepada daerah
• Penyelenggaraan Urusan yan provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota berdasarkan asas
Pemerintahan g Tugas Pembantuan.
menjadi kewenangan daerah Ketentuan Pelaksanaan Tugas Pembantuan
kabupaten/kota; dan 1. lebih efektif dan efisien dilaksanakan oleh
• Tugas Pembantuan yang daerah
dilaksanakan oleh daerah kabupaten/kota; provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota;
dan 2. daerah memiliki perangkat daerah yang lingkup tugas
2. Pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP dan fungsinya sama dengan Urusan Pemerintahan yang
sesuai ditugaspembantuankan;
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. daerah provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota
memiliki sarana dan prasarana serta personel untuk
Ketentuan Pelaksanaan Dekonsentrasi kepada GWPP menyelenggarakan Tugas Pembantuan;
4. tidak memerlukan biaya pendamping dari daerah;
3. lebih efektif dan efisien dilaksanakan oleh GWPP
5. memperhatikan karakteristik daerah;
4. daerah memiliki pelaksana yang lingkup tugas dan
6. bukan merupakan pembinaan dan pengawasan; dan
fungsinya sama dengan Urusan Pemerintahan yang
7. bukan untuk Urusan Pemerintahan konkuren yang
didekonsentrasikan
5. Pengalokasian Anggaran untuk Pelaksanaan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan
Ketentuan Lain-
Lain:yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan merupakan BMN dan
Barang
dikelola serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan BMN. BMN
digunakan sebagai penunjang penyelenggaraan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan.
Untuk mendukung pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada Pengalokasian anggaran untuk pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP
GWPP dan Tugas Pembantuan, Kementerian/Lembaga dan Tugas Pembantuan tidak dapat dilakukan dalam hal pelaksanaan
harus memperhitungkan kebutuhan anggaran di dalam kegiatan sejenis pada tahun anggaran sebelumnya, organisasi perangkat
RKA-K/L/DIPA untuk memenuhi: daerah penerima dana dimaksud:
1. biaya operasional dan pemeliharaan atas barang 1. tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan yang
hasil pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan telah ditetapkan
Tugas Pembantuan yang belum dihibahkan; 2. tidak menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai dengan
2. honorarium pejabat pengelola keuangan dana ketentuan peraturan perundang-undangan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan/atau dana Tugas 3. melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP,
Pembantuan; dan Itjen K/L yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional
3. biaya lainnya dalam rangka pencapaian target lainnya
pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi Kepada GWPP 4. tidak bersedia menerima hibah terhadap barang milik negara
dan/atau Tugas Pembantuan. yang
disetujui untuk diterima.
PNBP pada pelaksanaan dana Dekonsentrasi Kepada GWPP dan/atau dana Tugas Pembantuan, wajib disetorkan ke
rekening kas umum negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai PNBP.
6. Pemenuhan Alokasi Dasar dan Pembatasan Alokasi
untuk Belanja Tertentu
Pemenuhan Alokasi
Dasar
1. Pembatasan proporsi pagu akun tertentu dan proporsi komponen utama/pendukung sesuai kebijakan
Menteri Keuangan
2. Pembatasan Kegiatan Tertentu
6. Pemenuhan Alokasi Dasar dan Pembatasan Alokasi
untuk Belanja Tertentu
2. Pembatasan Kegiatan
Tertentu
Penyederhana
RANCANGAN RKA-K/L REVIU RKA-K/L an
Penambahan ketentuan guna Penyempurnaan proses Reviu RKAKL Dokumen
1. Tidak
menampung proses awal berupa: dilakukan dengan mempertimbangkan ARGlagi
1.RKA K/L sudah dimulai disusun prinsip risiko yang dinilai berdasarkan menggunakan GBS
sejak fase pagu indikatif secara beberapa kriteria: tetapi diintegrasikan
bottom up, yang kemudian akan 1. Termasuk PN, MP, proyek dengan TOR
disandingkan dengan rancangan Renja strategis 2. Tidak lagi disusun
secara top down lainnya per satker,
2.RKA K/L pada fase ini pada 2. Belanja modal dengan nilai melainkan di level
dasarnya untuk memanfaatkan proses material dan berisiko tinggi unit eselon 1
“prepopulated RKAKL” yang disusun 3. tusi baru organisasi
berdasarkan KPJM yang sudah 4. Potensi temuan pemeriksaan
ditetapkan 5. Rekomendasi khusus oleh
Sekjen
8. Syarat Pembentukan Satuan Kerja Baru
SEMULA MENJA
DI
(Berdasarkan PMK No 187/PMK.02/2019 tentang Klasifikasi
Syarat Pembentukan Satuan Kerja Baru
Anggaran) Syarat Administratif
a. merupakan bagian dari struktur organisasi K/L yang ditetapkan
1. Surat usulan permintaan menjadi Satker baru dari Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris a.n. Menteri/Pimpinan melalui surat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Lembaga; dan Reformasi Birokrasi terkait kelembagaan;
2. Surat Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang Penetapan b.diberikan penugasan dan tanggung jawab untuk mengelola Kegiatan
Satker dan/atau Struktur Organisasi dan Tata Kerja; dan dan alokasi Kegiatan;
3. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan c. memiliki unit yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan,
Reformasi Birokrasi terkait kelembagaan, dalam hal yang diajukan pengawasan, pelaporan, dan akuntansi, yang ditetapkan dalam
merupakan Satker struktural
struktur organisasi dan tata kerja; dan
Syarat Substantif
4. Diberikan penugasan dan tanggung jawab untuk mengelola Kegiatan dan d.memenuhi ketentuan karakteristik dan lokasi Satker sebagai
alokasi Kegiatan; berikut:
5. Harus/wajib memiliki unit-unit yang lengkap sebagai suatu entitas (unit
1. lokasi Satker yang bersangkutan berada pada
yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pelaporan, dan akuntansi); provinsi/kabupaten/kota yang berbeda dengan unit eselon I/
6. Merupakan bagian dari struktur organisasi setara dalam hal karakteristik tugas/ kegiatan yang ditangani
Kementerian/Lembaga bersifat sama dengan unit eselon I/ setara; atau
dan/atau melaksanakan tugas-fungsi Kementerian/Lembaga; 2. lokasi Satker yang bersangkutan dapat berada
4. Karakteristik tugas/Kegiatan yang ditangani bersifat kompleks/spesifik pada
dan berbeda dengan kantor induknya; provinsi/kabupaten/kota yang sama dengan unit eselon 1/setara
5. Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna Anggaran/KPA eselon
I Satker yang bersangkutan; dan *)dalam hal karakteristik
mekanisme tugas/pembentukan
pengajuan usulan kegiatan yang ditangani
Satker bersifat
baru tercantum
spesifik dan berbeda dengan unit eselon
pada Lampiran I I/ setara.
6. Lokasi Satker yang bersangkutan berada pada
9. Penguatan Norma Standar Biaya
No PMK tentang Pedoman SB, SSB, dan Indeksasi dalam PMK tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Penyusunan RKA-K/L serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
1. Definisi SB, SBM, SBK dan SSB Penajaman definisi
2. Standar biaya: SBM dan SBK Standar Biaya: SBM, SBK, dan SSB
3. Fungsi SBM: batas tertinggi atau estimasi Sifat SBM: batas tertinggi atau dapat dilampaui
4. Belum ada jenis SBM yang diatur SBM meliputi:
a. satuan biaya honorarium;
b. satuan biaya fasilitas;
c. satuan biaya perjalanan dinas;
d. satuan biaya pemeliharaan;
e. satuan biaya barang dan jasa; dan
f. satuan biaya bantuan.
5. Belum ada ketentuan yang menginformasikan SBM disusun dengan menggunakan pendekatan:
kelompok satuan biaya dalam SBM a. job evaluation point factor;
b. replacement cost;
c. benchmarking;
d. overtime payment;
e. survei; dan/atau
f. pendekatan lainnya sesuai kebutuhan.
6. Penggunaan SBML dikecualikan terhadap satuan biaya yang Penggunaan satuan biaya yang tidak diatur dalam SBM, dikecualikan terhadap
menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi pejabat satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi pejabat negara,
negara, pegawai negeri, dan non pegawai negeri yang anggota POLRI/TNI, ASN dan non ASN yang dipekerjakan dalam rangka
dipekerjakan dalam rangka melaksanakan tugas rutin melaksanakan tugas rutin K/L
9. Penguatan Norma Standar Biaya
No PMK tentang Pedoman SB, SSB, PMK tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan
dan Indeksasi dalam Anggaran, serta Akuntansi dan Pelaporan
Penyusunan RKA-K/L Keuangan
7. Tidak ada kriteria khusus atas SBML Satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas yang dapat diusulkan menjadi
yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas SBML, antara lain untuk:
a. honorarium bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN atas pelaksanaan tugas tertentu
yang membutuhkan upaya yang lebih besar;
b. honorarium bagi non ASN yang ditugaskan atas amanat
Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan Presiden dan yang hak
keuangannya belum diatur; dan/atau
c. fasilitas tambahan bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN, dan non ASN,
yang diamanatkan dalam Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan
Presiden.
8. Satuan biaya bagi satker BLU berupa: Penggunaan standar biaya yang dapat ditetapkan oleh pimpinan BLU, dikecualikan untuk satuan
a. Satuan biaya yang menambah biaya berupa:
penghasilan dan/atau fasilitas di luar a. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas di luar komponen remunerasi
komponen remunerasi bagi dewan bagi dewan pengawas, pejabat pengelola, dan pegawai Satker badan layanan umum;
pengawas, pejabat pengelola, dan b. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi ASN yang melaksanakan
pegawai satker BLU; dan tugas tambahan pada satker BLU; dan
b. Satuan biaya perjadin DN & c. satuan biaya perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri.
LN, mengacu pada
ketentuan SBM.
9. SBK berfungsi sebagai batas tertinggi SBK bersifat batas tertinggi
dan estimasi
10. Perubahan besaran SBK, mengikuti Dalam hal K/L membutuhkan besaran biaya yang melebihi besaran SBK yang telah ditetapkan
prosedur revisi anggaran Menteri Keuangan, harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
REVISI
ANGGARAN
24
Ketentuan Baru Tata Cara Revisi Anggaran K/L dan BUN
1. Pemenuhan Belanja Operasional, termasuk penyelesaian pagu minus Belanja Pegawai Operasional DJA/Dit. PA/ KANWIL
5. Ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis Sistem Aplikasi Dit. PA/ KANWIL
6. Ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi KANWIL K/L
7. Ralat cara penarikan pinjaman/hibah luar negeri dan/atau pinjaman/hibah dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman,
KANWIL
pinjaman yang diterushibahkan, dan/atau Penerusan Hibah
27
Penyempurnaan Ketentuan Tata Cara Revisi
Anggaran K/L dan BA BUN
MEKANISME PERGESERAN ANGGARAN ANTAR SUBBAGIAN DALAM
BA BUN, MELALUI:
SPP BA BUN, dalam hal sumber alokasi pergeseran berasal dari
01 alokasi
yang belum disahkan dalam DIPA BUN tahun berkenaan.
Surat Menteri Keuangan, ketika sumber alokasi pergeseran berasal
dari alokasi yang sudah disahkan dalam DIPA BUN tahun berkenaan.
PENGEMBALIAN ANGGARAN KE BA BUN
29
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN
30
Pelaksanaa
n Simplifikasi Modernisasi Penyempurnaan
Proses Proses Pengaturan Pejabat
Anggara Perbendaharaan
Pembayaran Pembayaran
Penggunaan
n Pengelola APBN
Simplifikasi proses dan dokumen
elektronik, tanda Mendukung penerapan Jafung
mekanisme pembayaran tangan
elektronik tersertifikasi, serta
penyempurnaan
menjadi lebih ringkas pengujian pengaturan,
antara lain : penunjukan plt
dan tidak rigid namun pembayaran
secara elektronik, KPA,
pengangkatan
tetap akuntabel. dan
penyampaian Pejabat
Perbendaharaan,
dokumen secara sistem. dan
pembinaan kompetensi
Pejabat Perbendaharaan
AKUNTANSI DAN
PELAPORAN
KEUANGAN
32
Prinsip Pengaturan Materi Akuntansi dan
Pelaporan dalam PMK
Materi akuntansi dan pelaporan yang diatur dalam PMK dapat dilihat dari beberapa
sisi:
1 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup akuntansi dan pelaporan mencakup seluruh transaksi pengelolaan Keuangan
Negara.
2 PROSES
Mulai dari perolehan dokumen sumber, pencatatan transaksi, analisis dan telaah laporan LK, penyusunan dan penyampaian LK, reviu, audit,
dan
lain sebagainya
3 KESERAGAMAN
Karakteristik transaksi antar Bagian Anggaran dan Sistem Akuntansi yang berbeda-beda menyebabkan pengaturan yang berbeda-beda sehingga
tidak
dapat disamakan
33
Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (SAPP) merupakan rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen
lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pada Pemerintah Pusat
Berpedoman pada
PMK terkait Sistem 2
Laporan Keuangan
Akuntansi BUN Bendahara Umum
Bendahara
Umum Negara
Negara
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PENGENDALIAN
DAN PEMANTAUAN
SERTA EVALUASI
KINERJA
ANGGARAN
35
Sinergi Peran DJA dan DJPB dalam
Meningkatkan Kualitas
Belanja
Hasil penilaian kinerja perencanaan anggaran (bobot 50%) dan penilaian kinerja pelaksanaan anggaran (bobot 50%)
menjadi dasar dalam pemberian penghargaan dan/atau pengenaan sanksi
Single Data Source Pelaporan Capaian
Output di SAKTI
Entry data
Capaian
Output
SATKER
Capaia
Dat n
a
Output
Keuanga
n Dat
a
Keuangan
Peningkatan
kualitas
belanja
SAKTI sebagai Single Data Source, berupa data capaian output yang dientry oleh satker melalui modul komitmen
serta data keuangan dari aplikasi SPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PEMBERIAN
PENGHARGAAN
DAN/ATAU
PENGENAAN
SANKSI
KEPADA K/L
39
Kebijakan Pemberian Penghargaan &
Pengenaan Sanksi
• K/L yang memperoleh NKA > 90 dan bagi K/L yang memiliki tusi PPB memperoleh nilai Sangat
Baik
lolos menjadi kandidat K/L yang akan diberi insentif
• K/L yang memperoleh NKA < 60 dan/atau kontribusi terhadap sasaran/kebijakan tertentu
yang diprioritaskan pemerintah dalam kategori kurang dan sangat kurang dikenai sanksi
Insentif