KemenkeuTepercaya
1
1. Pendahuluan
3. Revisi Anggaran
POKOK 4. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran
BAHASAN
5. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
6. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja
Anggaran
7. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi
Kepada K/L
2
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PENDAHULUAN
3
Latar Belakang dan Tujuan
LATAR BELAKANG
No PERATURAN PASAL
1. PP Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penyusunan Rencana Pasal 7 ayat (2), Pasal 8 ayat (7), Pasal 10 ayat (4), Pasal 11 ayat (2),
Kerja dan Anggaran; Pasal 14 ayat (4), Pasal 18 ayat (6), Pasal 19 ayat (5), Pasal 23, Pasal
24 ayat (2), Pasal 25 ayat (7), Pasal 34, Pasal 38, Pasal 40 ayat (6),
Pasal 41 ayat (9), Pasal 42 ayat (2), Pasal 43 ayat (6), Pasal 44 ayat
(2), dan Pasal 47 ayat (4)
2. PP Nomor 19 Tahun 2022 tentang Dekonsentrasi dan
Pasal 22
Tugas Pembantuan;
3. PP Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
APBN sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 50
Pasal 131 ayat (4)
Tahun 2018 tentang Perubahan atas PP Nomor 45 Tahun
2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN;
4. Perpres Nomor 42 Tahun 2020 tentang Pemberian
Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi Kepada Pasal 9
Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
perlu mengatur ketentuan mengenai perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, serta akuntansi dan pelaporan
keuangan.
Sistematika Peraturan Menteri Keuangan
Bab I KETENTUAN UMUM Bab VI TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN
Bab II PENDEKATAN PENYUSUNAN RKA
Bagian I DIPA
Bagian I Pedoman Penyusunan RKA dan Klasifikasi Anggaran
Bagian II Pejabat Perbendaharaan Negara
Bagian II Kaidah Penganggaran Dalam Penyusunan RKA
Bagian III Menteri Keuangan Selaku BUN
Bagian III Standar Biaya
Bagian IV Pejabat Fungsional di Bidang Pengelolaan Keuangan APBN
Bagian V Komitmen
Bab III TATA CARA PENYUSUNAN RKA-K/L
Bagian VI Pengajuan Tagihan Kepada Negara
Bagian I Pra Penyusunan RKA-K/L
Bagian VII Pengujuan dan Penyelesaian Tagihan
Bagian II Penyusunan RKA-K/L Berdasarkan Pagu Anggaran
Bagian VII Pengawasan dan Pengendalian Internal
Bagian III Penelitian dan Reviu RKA-K/L
Bagian IX Tanda Tangan Elektronik
Bagian IV Penelaahan RKA-K/L
Bagian X Tata Cara Pembayaran atas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum
Bagian V Penyesuaian RKA-K/L berdasarkan Alokasi Anggaran
Bagian VI Tata Cara Penyusunan dan Pengesahan DIPA K/L
Bab VII AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Bagian I Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Bab IV TATA CARA PENYUSUNAN RKA-BUN
Bagian II Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN)
Bagian I Indikasi Kebutuhan Dana BUN
Bagian III Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Bagian II Penyusunan RKA-BUN Berdasarkan Pagu Anggaran
Bagian IV Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Bagian III Reviu RKA Satker BUN
Bagian V Reviu dan Pernyataan Tanggung Jawab
Bagian IV Penyusunan RKA-BUN
Bagian V Penelaahan RKA-BUN
Bab VIII PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN SERTA EVALUASI KINERJA
Bagian VI Penyesuaian RKA-BUN
ANGGARAN
Bagian VII Koordinator PPA BUN
Bagian I Pengendalian dan Pemantauan
Bagian VIII Tata Cara Penyusunan dan Pengesahan DIPA BUN
Bagian II Evaluasi Kinerja Anggaran
Bagian IX Penggunaan dan Pengalokasian BA BUN pada TA Berjalan
Bagian III Data dan Informasi
Bab V REVISI ANGGARAN
Bab IX PEMBERIAN PENGHARGAAN DAN/ATAU PENGENAAN SANKSI
Bagian I Kewenangan Revisi Anggaran
KEPADA K/L
Bagian II Tema Revisi Anggaran
Bab X KETENTUAN LAIN-LAIN
Bagian III Pergeseran Anggaran pada BA BUN
Bab XI KETENTUAN PENUTUP
Bagian IV Mekanisme Revisi Anggaran
Bagian V Batas Akhir Penerimaan Usulan dan Penyampaian Pengesahan Revisi Terdiri dari 11 Bab, 261 Pasal 6
Anggaran
Pokok-Pokok Perubahan PMK
7
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PERENCANAAN
ANGGARAN K/L
DAN BUN
8
Substansi Penyempurnaan pada
Perencanaan Anggaran K/L dan BUN
Prinsip Efisiensi Prinsip Efektivitas Prinsip Prioritas Prinsip Transparansi Prinsip Akuntabilitas
Memastikan Memperhatikan Sesuai dengan ketentuan Menyediakan informasi yang Memastikan alokasi
pengalokasian anggaran ketepatan dan relevansi yang diatur dalam dibutuhkan dalam proses anggaran yang dituangkan
antara Keluaran yang Peraturan Menteri penyusunan anggaran kepada dalam RKA memenuhi
untuk menghasilkan
Perencanaan pihak yang terkait sesuai semua ketentuan
Keluaran yang dihasilkan dengan
Pembangunan
direncanakan dengan sasaran Program dan dengan kewenangannya dan peraturan perundang-
Nasional/Kepala Badan
mengacu pada ketentuan sasaran strategis. menyediakan ringkasan undangan dan dapat
Perencanaan
terkait Standar Biaya. Pembangunan Nasional. informasi bagi publik sesuai dipertanggungjawabkan
dengan ketentuan peraturan sesuai kewenangannya
perundang-undangan.
3. Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran
1. Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran dapat dilakukan oleh Hasil penajaman digunakan oleh
Menteri Keuangan setelah penyusunan Renja K/L berdasarkan
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai
kebutuhan.
acuan dalam penyusunan RKA-K/L
2. Ketentuan mengenai penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran
dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN setelah
dan digunakan oleh PPA BUN sebagai
penyesuaian Indikasi Kebutuhan Dana BUN berdasarkan kebutuhan. acuan dalam penyusunan RKA-BUN.
Penguatan relevansi antara Program, Perbaikan/penyempurnaan rumusan Penambahan usulan Program, Kegiatan,
Kegiatan, dan Keluaran dengan sasaran indikator Kinerja pada level Program, dan/atau Keluaran baru sesuai dengan
strategis dan sasaran Program; Kegiatan, dan Keluaran perkembangan penelaahan anggaran.
4. Sinkronisasi antara Belanja Pemerintah Pusat dan TKD
Sinkronisasi terhadap belanja Pemerintah Pusat dan TKD dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga paling
sedikit dengan TKD yang penggunaannya telah ditentukan (DAK Fisik)
Belanja Kementerian/Lembaga yang disinkronisasi dengan belanja TKD:
Ketentuan Lain:
1. Dalam hal penugasan, belanja Pemerintah Pusat dapat dialokasikan untuk mendanai urusan Pemerintah
Daerah untuk penuntasan target pembangunan daerah.
2. Sinkronisasi belanja Kementerian/Lembaga dengan TKD lainnya yang ditentukan penggunaannya untuk
bidang tertentu dilakukan di level Program.
3. Sinkronisasi belanja Kementerian/Lembaga dengan TKD lainnya yang ditentukan penggunaannya dilakukan
dengan memprioritaskan alokasi belanja Kementerian/Lembaga untuk mendukung bidang-bidang yang
didanai dari TKD lainnya yang ditentukan penggunaannya
5. Pengalokasian Anggaran untuk Pelaksanaan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan
Dekonsentrasi kepada GWPP Tugas Pembantuan
1. Pembinaan dan pengawasan umum dan teknis Alokasi atas penugasan sebagian Urusan Pemerintahan
terhadap: konkuren yang menjadi kewenangannya kepada daerah
• Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota berdasarkan asas
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota; dan Tugas Pembantuan.
• Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh Ketentuan Pelaksanaan Tugas Pembantuan
daerah kabupaten/kota; dan 1. lebih efektif dan efisien dilaksanakan oleh daerah
2. Pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP sesuai provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota;
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. daerah memiliki perangkat daerah yang lingkup tugas
dan fungsinya sama dengan Urusan Pemerintahan yang
Ketentuan Pelaksanaan Dekonsentrasi kepada GWPP ditugaspembantuankan;
1. lebih efektif dan efisien dilaksanakan oleh GWPP 3. daerah provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota memiliki
2. daerah memiliki pelaksana yang lingkup tugas dan sarana dan prasarana serta personel untuk
fungsinya sama dengan Urusan Pemerintahan yang menyelenggarakan Tugas Pembantuan;
didekonsentrasikan 4. tidak memerlukan biaya pendamping dari daerah;
3. daerah memiliki sarana dan prasarana serta personel 5. memperhatikan karakteristik daerah;
untuk menyelenggarakan Dekonsentrasi 6. bukan merupakan pembinaan dan pengawasan; dan
4. tidak memerlukan biaya pendamping dari daerah. 7. bukan untuk Urusan Pemerintahan konkuren yang
menjadi kewenangan daerah.
5. Pengalokasian Anggaran untuk Pelaksanaan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan
Ketentuan Lain-Lain:
Barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan merupakan BMN dan dikelola
serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan BMN. BMN digunakan
sebagai penunjang penyelenggaraan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan.
Untuk mendukung pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada Pengalokasian anggaran untuk pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP
GWPP dan Tugas Pembantuan, Kementerian/Lembaga dan Tugas Pembantuan tidak dapat dilakukan dalam hal pelaksanaan
harus memperhitungkan kebutuhan anggaran di dalam kegiatan sejenis pada tahun anggaran sebelumnya, organisasi perangkat
RKA-K/L/DIPA untuk memenuhi: daerah penerima dana dimaksud:
1. biaya operasional dan pemeliharaan atas barang 1. tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan yang telah
hasil pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan ditetapkan
Tugas Pembantuan yang belum dihibahkan; 2. tidak menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai dengan
2. honorarium pejabat pengelola keuangan dana ketentuan peraturan perundang-undangan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan/atau dana Tugas 3. melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Itjen
Pembantuan; dan K/L yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya
3. biaya lainnya dalam rangka pencapaian target 4. tidak bersedia menerima hibah terhadap barang milik negara yang
pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi Kepada GWPP disetujui untuk diterima.
dan/atau Tugas Pembantuan.
PNBP pada pelaksanaan dana Dekonsentrasi Kepada GWPP dan/atau dana Tugas Pembantuan, wajib disetorkan ke
rekening kas umum negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai PNBP.
6. Pemenuhan Alokasi Dasar dan Pembatasan Alokasi
untuk Belanja Tertentu
kebutuhan penyediaan dana kebutuhan dana kebutuhan anggaran untuk penyediaan penyediaan dana
anggaran untuk untuk pendamping untuk Kegiatan atau Keluaran dana untuk untuk program
biaya operasional pelaksanaan kegiatan yang berlanjut, penyelesaian penyelesaian prioritas
Satker yang pelayanan publik anggarannya pekerjaan tahun Tunggakan nasional/kegiatan
mendasar bersumber dari sebelumnya, dan prioritas/proyek
pinjaman dan/atau penyelesaian kewajiban prioritas/major
Hibah kepada pihak ketiga project
Penyederhanaan
RANCANGAN RKA-K/L REVIU RKA-K/L
Dokumen ARG
Penambahan ketentuan guna Penyempurnaan proses Reviu RKAKL 1. Tidak lagi
menampung proses awal berupa: dilakukan dengan mempertimbangkan menggunakan GBS
1. RKA K/L sudah dimulai disusun prinsip risiko yang dinilai berdasarkan tetapi diintegrasikan
sejak fase pagu indikatif secara bottom beberapa kriteria: dengan TOR
up, yang kemudian akan disandingkan 1. Termasuk PN, MP, proyek strategis 2. Tidak lagi disusun per
dengan rancangan Renja secara top lainnya satker, melainkan di
down 2. Belanja modal dengan nilai material level unit eselon 1
2. RKA K/L pada fase ini pada dan berisiko tinggi
dasarnya untuk memanfaatkan proses 3. tusi baru organisasi
“prepopulated RKAKL” yang disusun 4. Potensi temuan pemeriksaan
berdasarkan KPJM yang sudah 5. Rekomendasi khusus oleh Sekjen
ditetapkan c.q Rocan
8. Syarat Pembentukan Satuan Kerja Baru
SEMULA MENJADI
(Berdasarkan PMK No 187/PMK.02/2019 tentang Klasifikasi Anggaran)
Syarat Pembentukan Satuan Kerja Baru
Syarat Administratif
a. merupakan bagian dari struktur organisasi K/L yang ditetapkan
1. Surat usulan permintaan menjadi Satker baru dari Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris a.n. Menteri/Pimpinan Lembaga; melalui surat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
2. Surat Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang Penetapan
dan Reformasi Birokrasi terkait kelembagaan;
Satker dan/atau Struktur Organisasi dan Tata Kerja; dan b. diberikan penugasan dan tanggung jawab untuk mengelola Kegiatan
3. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan dan alokasi Kegiatan;
Reformasi Birokrasi terkait kelembagaan, dalam hal yang diajukan c. memiliki unit yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan,
merupakan Satker struktural pengawasan, pelaporan, dan akuntansi, yang ditetapkan dalam
Syarat Substantif struktur organisasi dan tata kerja; dan
1. Diberikan penugasan dan tanggung jawab untuk mengelola Kegiatan dan
alokasi Kegiatan; d. memenuhi ketentuan karakteristik dan lokasi Satker sebagai berikut:
2. Harus/wajib memiliki unit-unit yang lengkap sebagai suatu entitas (unit 1. lokasi Satker yang bersangkutan berada pada
yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
provinsi/kabupaten/kota yang berbeda dengan unit eselon I/
pelaporan, dan akuntansi);
3. Merupakan bagian dari struktur organisasi Kementerian/Lembaga
setara dalam hal karakteristik tugas/ kegiatan yang ditangani
dan/atau melaksanakan tugas-fungsi Kementerian/Lembaga; bersifat sama dengan unit eselon I/ setara; atau
4. Karakteristik tugas/Kegiatan yang ditangani bersifat kompleks/spesifik dan 2. lokasi Satker yang bersangkutan dapat berada pada
berbeda dengan kantor induknya; provinsi/kabupaten/kota yang sama dengan unit eselon 1/setara
5. Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna Anggaran/KPA eselon I dalam hal karakteristik tugas/ kegiatan yang ditangani bersifat
Satker yang bersangkutan; dan spesifik dan berbeda dengan unit eselon I/ setara.
6. Lokasi Satker yang bersangkutan berada pada provinsi/kabupaten/kota
*) mekanisme pengajuan usulan pembentukan Satker baru tercantum
yang berbeda dengan kantor induknya.
pada Lampiran I
9. Penguatan Norma Standar Biaya
No PMK tentang Pedoman SB, SSB, dan Indeksasi dalam PMK tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Penyusunan RKA-K/L serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
1. Definisi SB, SBM, SBK dan SSB Penajaman definisi
2. Standar biaya: SBM dan SBK Standar Biaya: SBM, SBK, dan SSB
3. Fungsi SBM: batas tertinggi atau estimasi Sifat SBM: batas tertinggi atau dapat dilampaui
4. Belum ada jenis SBM yang diatur SBM meliputi:
a. satuan biaya honorarium;
b. satuan biaya fasilitas;
c. satuan biaya perjalanan dinas;
d. satuan biaya pemeliharaan;
e. satuan biaya barang dan jasa; dan
f. satuan biaya bantuan.
5. Belum ada ketentuan yang menginformasikan kelompok SBM disusun dengan menggunakan pendekatan:
satuan biaya dalam SBM a. job evaluation point factor;
b. replacement cost;
c. benchmarking;
d. overtime payment;
e. survei; dan/atau
f. pendekatan lainnya sesuai kebutuhan.
6. Penggunaan SBML dikecualikan terhadap satuan biaya yang Penggunaan satuan biaya yang tidak diatur dalam SBM, dikecualikan terhadap
menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi pejabat negara, satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi pejabat negara,
pegawai negeri, dan non pegawai negeri yang dipekerjakan anggota POLRI/TNI, ASN dan non ASN yang dipekerjakan dalam rangka
dalam rangka melaksanakan tugas rutin K/L melaksanakan tugas rutin K/L
9. Penguatan Norma Standar Biaya
No PMK tentang Pedoman SB, SSB, dan PMK tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Indeksasi dalam Penyusunan RKA-K/L serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
7. Tidak ada kriteria khusus atas SBML yang Satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas yang dapat diusulkan menjadi SBML,
menambah penghasilan dan/atau fasilitas antara lain untuk:
a. honorarium bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN atas pelaksanaan tugas tertentu yang
membutuhkan upaya yang lebih besar;
b. honorarium bagi non ASN yang ditugaskan atas amanat Undang-undang/Peraturan
Pemerintah/Peraturan Presiden dan yang hak keuangannya belum diatur; dan/atau
c. fasilitas tambahan bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN, dan non ASN, yang
diamanatkan dalam Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan Presiden.
8. Satuan biaya bagi satker BLU berupa: Penggunaan standar biaya yang dapat ditetapkan oleh pimpinan BLU, dikecualikan untuk satuan biaya
a. Satuan biaya yang menambah penghasilan berupa:
dan/atau fasilitas di luar komponen a. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas di luar komponen remunerasi bagi
remunerasi bagi dewan pengawas, pejabat dewan pengawas, pejabat pengelola, dan pegawai Satker badan layanan umum;
pengelola, dan pegawai satker BLU; dan b. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi ASN yang melaksanakan tugas
b. Satuan biaya perjadin DN & LN, tambahan pada satker BLU; dan
mengacu pada ketentuan SBM. c. satuan biaya perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri.
9. SBK berfungsi sebagai batas tertinggi dan SBK bersifat batas tertinggi
estimasi
10. Perubahan besaran SBK, mengikuti prosedur Dalam hal K/L membutuhkan besaran biaya yang melebihi besaran SBK yang telah ditetapkan Menteri
revisi anggaran Keuangan, harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran.
Perubahan besaran yang telah mendapat persetujuan Menkeu c.q. DJA, dapat ditindaklanjuti oleh K/L
dengan mengacu ketentuan revisi anggaran.
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
REVISI
ANGGARAN
24
Ketentuan Baru Tata Cara Revisi Anggaran K/L dan BUN
1. Pemenuhan Belanja Operasional, termasuk penyelesaian pagu minus Belanja Pegawai Operasional DJA/Dit. PA/ KANWIL
5. Ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis Sistem Aplikasi Dit. PA/ KANWIL
27
Penyempurnaan Ketentuan Tata Cara Revisi
Anggaran K/L dan BA BUN
MEKANISME PERGESERAN ANGGARAN ANTAR SUBBAGIAN DALAM BA
BUN, MELALUI:
✓ SPP BA BUN, dalam hal sumber alokasi pergeseran berasal dari alokasi
01 yang belum disahkan dalam DIPA BUN tahun berkenaan.
✓ Surat Menteri Keuangan, ketika sumber alokasi pergeseran berasal dari
alokasi yang sudah disahkan dalam DIPA BUN tahun berkenaan.
29
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PELAKSANAAN
ANGGARAN
30
Pelaksanaan
Anggaran Simplifikasi Modernisasi Penyempurnaan Pengaturan
Proses Pembayaran Proses Pembayaran Pejabat Perbendaharaan
Simplifikasi proses dan Penggunaan dokumen Mendukung penerapan Jafung
mekanisme pembayaran elektronik, tanda tangan Pengelola APBN serta
menjadi lebih ringkas elektronik tersertifikasi, penyempurnaan pengaturan,
dan tidak rigid namun pengujian pembayaran antara lain : penunjukan plt KPA,
tetap akuntabel. secara elektronik, dan pengangkatan Pejabat
penyampaian dokumen Perbendaharaan, dan
secara sistem. pembinaan kompetensi Pejabat
Perbendaharaan
AKUNTANSI DAN
PELAPORAN
KEUANGAN
32
Prinsip Pengaturan Materi Akuntansi dan Pelaporan
dalam PMK
Materi akuntansi dan pelaporan yang diatur dalam PMK dapat dilihat dari beberapa sisi:
1 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup akuntansi dan pelaporan mencakup seluruh transaksi pengelolaan Keuangan Negara.
2 PROSES
Mulai dari perolehan dokumen sumber, pencatatan transaksi, analisis dan telaah laporan LK, penyusunan dan penyampaian LK, reviu, audit, dan
lain sebagainya
3 KESERAGAMAN
Karakteristik transaksi antar Bagian Anggaran dan Sistem Akuntansi yang berbeda-beda menyebabkan pengaturan yang berbeda-beda sehingga tidak
dapat disamakan
33
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (SAPP) merupakan rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen
lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pada Pemerintah Pusat
PENGENDALIAN
DAN PEMANTAUAN
SERTA EVALUASI
KINERJA
ANGGARAN
35
Sinergi Peran DJA dan DJPB dalam
Meningkatkan Kualitas Belanja
Hasil penilaian kinerja perencanaan anggaran (bobot 50%) dan penilaian kinerja pelaksanaan anggaran (bobot 50%)
menjadi dasar dalam pemberian penghargaan dan/atau pengenaan sanksi
Single Data Source Pelaporan Capaian
Output di SAKTI
Entry data
Capaian Output
SATKER
Capaian
Data Output
Keuangan
Data
Keuangan
Peningkatan
kualitas belanja
SAKTI sebagai Single Data Source, berupa data capaian output yang dientry oleh satker melalui modul komitmen
serta data keuangan dari aplikasi SPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PEMBERIAN
PENGHARGAAN
DAN/ATAU
PENGENAAN
SANKSI
KEPADA K/L
39
Skema Kebijakan Pemberian Penghargaan
& Pengenaan Sanksi
Rekap