Anda di halaman 1dari 41

PERATURAN MENTERI KEUANGAN

KemenkeuTepercaya

NOMOR 62 TAHUN 2023


TENTANG PERENCANAAN ANGGARAN,
PELAKSANAAN ANGGARAN,
SERTA AKUNTANSI DAN
PELAPORAN KEUANGAN
Jakarta, 12 Juli 2023

1
1. Pendahuluan

2. Perencanaan Anggaran K/L dan BUN

3. Revisi Anggaran
POKOK 4. Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran
BAHASAN
5. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
6. Pengendalian dan Pemantauan serta Evaluasi Kinerja
Anggaran
7. Pemberian Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi
Kepada K/L

2
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

PENDAHULUAN

3
Latar Belakang dan Tujuan
LATAR BELAKANG

Perlunya sinergi atas pengaturan substansi MAKSUD DAN TUJUAN


terkait perencanaan, pelaksanaan anggaran,
hingga pertanggungjawaban anggaran 1. Terciptanya tata kelola pelaksanaan
anggaran yang lebih baik (menghilangkan
tumpang tindih antar PMK).
Perlunya penyesuaian pengaturan ketentuan Materi
teknis, sebagai tindak lanjut ditetapkannya PP
2. Menciptakan belanja negara yang lebih
Muatan Baru efektif dan efisien (kualitas perencanaan
Nomor 6 tahun 2023 tentang Penyusunan RKA
dan belanja negara).
Kebutuhan untuk penyempurnaan regulasi agar Mengubah 3. Modernisasi pelaksanaan anggaran dengan
proses bisnis sesuai dengan dinamika belanja Materi tetap menjaga good governance/
pemerintah dan perkembangan teknologi Muatan akuntabilitas.
informasi 4. Tercapainya target output dan outcome
Mencabut melalui monev yang terintegrasi.
peraturan
Kebutuhan simplifikasi tata kelola keuangan
untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas
dalam perencanaan, pelaksanaan, akuntansi
dan pelaporan keuangan
4
Dasar Hukum
Untuk melaksanakan ketentuan:

No PERATURAN PASAL
1. PP Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penyusunan Rencana Pasal 7 ayat (2), Pasal 8 ayat (7), Pasal 10 ayat (4), Pasal 11 ayat (2),
Kerja dan Anggaran; Pasal 14 ayat (4), Pasal 18 ayat (6), Pasal 19 ayat (5), Pasal 23, Pasal
24 ayat (2), Pasal 25 ayat (7), Pasal 34, Pasal 38, Pasal 40 ayat (6),
Pasal 41 ayat (9), Pasal 42 ayat (2), Pasal 43 ayat (6), Pasal 44 ayat
(2), dan Pasal 47 ayat (4)
2. PP Nomor 19 Tahun 2022 tentang Dekonsentrasi dan
Pasal 22
Tugas Pembantuan;
3. PP Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
APBN sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 50
Pasal 131 ayat (4)
Tahun 2018 tentang Perubahan atas PP Nomor 45 Tahun
2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN;
4. Perpres Nomor 42 Tahun 2020 tentang Pemberian
Penghargaan dan/atau Pengenaan Sanksi Kepada Pasal 9
Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

perlu mengatur ketentuan mengenai perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, serta akuntansi dan pelaporan
keuangan.
Sistematika Peraturan Menteri Keuangan
Bab I KETENTUAN UMUM Bab VI TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN
Bab II PENDEKATAN PENYUSUNAN RKA
Bagian I DIPA
Bagian I Pedoman Penyusunan RKA dan Klasifikasi Anggaran
Bagian II Pejabat Perbendaharaan Negara
Bagian II Kaidah Penganggaran Dalam Penyusunan RKA
Bagian III Menteri Keuangan Selaku BUN
Bagian III Standar Biaya
Bagian IV Pejabat Fungsional di Bidang Pengelolaan Keuangan APBN
Bagian V Komitmen
Bab III TATA CARA PENYUSUNAN RKA-K/L
Bagian VI Pengajuan Tagihan Kepada Negara
Bagian I Pra Penyusunan RKA-K/L
Bagian VII Pengujuan dan Penyelesaian Tagihan
Bagian II Penyusunan RKA-K/L Berdasarkan Pagu Anggaran
Bagian VII Pengawasan dan Pengendalian Internal
Bagian III Penelitian dan Reviu RKA-K/L
Bagian IX Tanda Tangan Elektronik
Bagian IV Penelaahan RKA-K/L
Bagian X Tata Cara Pembayaran atas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum
Bagian V Penyesuaian RKA-K/L berdasarkan Alokasi Anggaran
Bagian VI Tata Cara Penyusunan dan Pengesahan DIPA K/L
Bab VII AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Bagian I Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Bab IV TATA CARA PENYUSUNAN RKA-BUN
Bagian II Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN)
Bagian I Indikasi Kebutuhan Dana BUN
Bagian III Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Bagian II Penyusunan RKA-BUN Berdasarkan Pagu Anggaran
Bagian IV Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Bagian III Reviu RKA Satker BUN
Bagian V Reviu dan Pernyataan Tanggung Jawab
Bagian IV Penyusunan RKA-BUN
Bagian V Penelaahan RKA-BUN
Bab VIII PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN SERTA EVALUASI KINERJA
Bagian VI Penyesuaian RKA-BUN
ANGGARAN
Bagian VII Koordinator PPA BUN
Bagian I Pengendalian dan Pemantauan
Bagian VIII Tata Cara Penyusunan dan Pengesahan DIPA BUN
Bagian II Evaluasi Kinerja Anggaran
Bagian IX Penggunaan dan Pengalokasian BA BUN pada TA Berjalan
Bagian III Data dan Informasi
Bab V REVISI ANGGARAN
Bab IX PEMBERIAN PENGHARGAAN DAN/ATAU PENGENAAN SANKSI
Bagian I Kewenangan Revisi Anggaran
KEPADA K/L
Bagian II Tema Revisi Anggaran
Bab X KETENTUAN LAIN-LAIN
Bagian III Pergeseran Anggaran pada BA BUN
Bab XI KETENTUAN PENUTUP
Bagian IV Mekanisme Revisi Anggaran
Bagian V Batas Akhir Penerimaan Usulan dan Penyampaian Pengesahan Revisi Terdiri dari 11 Bab, 261 Pasal 6
Anggaran
Pokok-Pokok Perubahan PMK

7
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

PERENCANAAN
ANGGARAN K/L
DAN BUN

8
Substansi Penyempurnaan pada
Perencanaan Anggaran K/L dan BUN

Penyempurnaan Pencantuman Prinsip Penajaman Program, Sinkronisasi Belanja Pengaturan


Kaidah Penganggaran Belanja Berkualitas Kegiatan, Keluaran setelah Pemerintah Pusat Dekonsentrasi dan
proses penyusunan Renja dan TKD Tugas Pembantuan

Pemenuhan Alokasi Dasar Penyederhanaan Proses Syarat Penguatan Norma


dan Pembatasan Alokasi untuk Peningkatan Pembentukan Standar Biaya
untuk Belanja Tertentu Kualitas RKA-K/L Satuan Kerja Baru
1. Penyempurnaan Kaidah Penganggaran
Penyusunan RKA memperhatikan kaidah penganggaran yang meliputi:
1. Prinsip Belanja Berkualitas 10. Pengalokasian anggaran untuk
2. Pemenuhan alokasi dasar pelaksanaan:
3. Pembatasan alokasi untuk belanja tertentu a. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan
4. Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang didanai
b. Bantuan Pemerintah
dari sumber dana tertentu
5. Penandaan anggaran (budget tagging) c. Bantuan sosial
6. Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran d. Kontrak tahun jamak
7. Sinkronisasi antara belanja pemerintah pusat dan e. Kerjasama Pemerintah dan badan usaha
transfer ke daerah melalui pembayaran ketersediaan
8. Kebijakan penganggaran yang ditetapkan pada tahun layanan/Availabity Payment (KPBU-AP)
berkenaan
11. Standar biaya
9. Pengalokasian anggaran yang akan diserahkan menjadi
penyertaan modal negara pada Badan Usaha Milik
Negara;
2. Pencantuman Prinsip Belanja Berkualitas

Prinsip Efisiensi Prinsip Efektivitas Prinsip Prioritas Prinsip Transparansi Prinsip Akuntabilitas
Memastikan Memperhatikan Sesuai dengan ketentuan Menyediakan informasi yang Memastikan alokasi
pengalokasian anggaran ketepatan dan relevansi yang diatur dalam dibutuhkan dalam proses anggaran yang dituangkan
antara Keluaran yang Peraturan Menteri penyusunan anggaran kepada dalam RKA memenuhi
untuk menghasilkan
Perencanaan pihak yang terkait sesuai semua ketentuan
Keluaran yang dihasilkan dengan
Pembangunan
direncanakan dengan sasaran Program dan dengan kewenangannya dan peraturan perundang-
Nasional/Kepala Badan
mengacu pada ketentuan sasaran strategis. menyediakan ringkasan undangan dan dapat
Perencanaan
terkait Standar Biaya. Pembangunan Nasional. informasi bagi publik sesuai dipertanggungjawabkan
dengan ketentuan peraturan sesuai kewenangannya
perundang-undangan.
3. Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran
1. Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran dapat dilakukan oleh Hasil penajaman digunakan oleh
Menteri Keuangan setelah penyusunan Renja K/L berdasarkan
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai
kebutuhan.
acuan dalam penyusunan RKA-K/L
2. Ketentuan mengenai penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran
dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN setelah
dan digunakan oleh PPA BUN sebagai
penyesuaian Indikasi Kebutuhan Dana BUN berdasarkan kebutuhan. acuan dalam penyusunan RKA-BUN.

Penajaman Program, Kegiatan, dan Keluaran dapat berupa:

Penguatan relevansi antara Program, Perbaikan/penyempurnaan rumusan Penambahan usulan Program, Kegiatan,
Kegiatan, dan Keluaran dengan sasaran indikator Kinerja pada level Program, dan/atau Keluaran baru sesuai dengan
strategis dan sasaran Program; Kegiatan, dan Keluaran perkembangan penelaahan anggaran.
4. Sinkronisasi antara Belanja Pemerintah Pusat dan TKD
Sinkronisasi terhadap belanja Pemerintah Pusat dan TKD dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga paling
sedikit dengan TKD yang penggunaannya telah ditentukan (DAK Fisik)
Belanja Kementerian/Lembaga yang disinkronisasi dengan belanja TKD:

Satker pusat/ Satker vertikal/ Satker Satker Tugas Belanja Bantuan


kantor pusat kantor daerah Dekonsentrasi Pembantuan Pemerintah.
Sinkronisasi dapat dilakukan di level:
• Program
• Kegiatan
• Keluaran
• Lokus (Lokasi administrasi dan Lokasi Khusus)
4. Sinkronisasi antara Belanja Pemerintah Pusat dan TKD
Sinkronisasi Belanja K/L • mendukung pembangunan/pengadaan sarana dan
DAK Fisik
dengan DAK dilakukan prasarana layanan publik daerah di lokasi yang didanai
dengan memprioritaskan oleh DAK Fisik.
alokasi belanja • mendukung operasionalisasi layanan publik daerah di
DAK NonFisik
Kementerian/Lembaga untuk: lokasi yang didanai oleh DAK Nonfisik.

Ketentuan Lain:
1. Dalam hal penugasan, belanja Pemerintah Pusat dapat dialokasikan untuk mendanai urusan Pemerintah
Daerah untuk penuntasan target pembangunan daerah.
2. Sinkronisasi belanja Kementerian/Lembaga dengan TKD lainnya yang ditentukan penggunaannya untuk
bidang tertentu dilakukan di level Program.
3. Sinkronisasi belanja Kementerian/Lembaga dengan TKD lainnya yang ditentukan penggunaannya dilakukan
dengan memprioritaskan alokasi belanja Kementerian/Lembaga untuk mendukung bidang-bidang yang
didanai dari TKD lainnya yang ditentukan penggunaannya
5. Pengalokasian Anggaran untuk Pelaksanaan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan
Dekonsentrasi kepada GWPP Tugas Pembantuan

1. Pembinaan dan pengawasan umum dan teknis Alokasi atas penugasan sebagian Urusan Pemerintahan
terhadap: konkuren yang menjadi kewenangannya kepada daerah
• Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota berdasarkan asas
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota; dan Tugas Pembantuan.
• Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh Ketentuan Pelaksanaan Tugas Pembantuan
daerah kabupaten/kota; dan 1. lebih efektif dan efisien dilaksanakan oleh daerah
2. Pelaksanaan tugas dan wewenang GWPP sesuai provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota;
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. daerah memiliki perangkat daerah yang lingkup tugas
dan fungsinya sama dengan Urusan Pemerintahan yang
Ketentuan Pelaksanaan Dekonsentrasi kepada GWPP ditugaspembantuankan;
1. lebih efektif dan efisien dilaksanakan oleh GWPP 3. daerah provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota memiliki
2. daerah memiliki pelaksana yang lingkup tugas dan sarana dan prasarana serta personel untuk
fungsinya sama dengan Urusan Pemerintahan yang menyelenggarakan Tugas Pembantuan;
didekonsentrasikan 4. tidak memerlukan biaya pendamping dari daerah;
3. daerah memiliki sarana dan prasarana serta personel 5. memperhatikan karakteristik daerah;
untuk menyelenggarakan Dekonsentrasi 6. bukan merupakan pembinaan dan pengawasan; dan
4. tidak memerlukan biaya pendamping dari daerah. 7. bukan untuk Urusan Pemerintahan konkuren yang
menjadi kewenangan daerah.
5. Pengalokasian Anggaran untuk Pelaksanaan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan

Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

memberitahukan indikasi melakukan koordinasi menetapkan Peraturan Menyampaikan Peraturan


program dan kegiatan penyusunan RKA Satker Menteri/ Pimpinan Menteri/Lembaga kepada
yang akan sebagai bagian penyusunan Lembaga daerah penerima dana
didekonsentrasikan/ RKA-K/L Dekonsentrasi/ Tugas
ditugaskan untuk tahun Pembantuan, dengan
anggaran berikutnya tembusan kepada
kepada GWPP atau Menkeu, Mendagri, dan
Gubernur/Bupati/Walikota Menteri PPN
selaku kepala daerah
5. Pengalokasian Anggaran untuk Pelaksanaan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan

Ketentuan Lain-Lain:
Barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan merupakan BMN dan dikelola
serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan BMN. BMN digunakan
sebagai penunjang penyelenggaraan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan Tugas Pembantuan.
Untuk mendukung pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada Pengalokasian anggaran untuk pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP
GWPP dan Tugas Pembantuan, Kementerian/Lembaga dan Tugas Pembantuan tidak dapat dilakukan dalam hal pelaksanaan
harus memperhitungkan kebutuhan anggaran di dalam kegiatan sejenis pada tahun anggaran sebelumnya, organisasi perangkat
RKA-K/L/DIPA untuk memenuhi: daerah penerima dana dimaksud:
1. biaya operasional dan pemeliharaan atas barang 1. tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan yang telah
hasil pelaksanaan Dekonsentrasi Kepada GWPP dan ditetapkan
Tugas Pembantuan yang belum dihibahkan; 2. tidak menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai dengan
2. honorarium pejabat pengelola keuangan dana ketentuan peraturan perundang-undangan
Dekonsentrasi Kepada GWPP dan/atau dana Tugas 3. melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Itjen
Pembantuan; dan K/L yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya
3. biaya lainnya dalam rangka pencapaian target 4. tidak bersedia menerima hibah terhadap barang milik negara yang
pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi Kepada GWPP disetujui untuk diterima.
dan/atau Tugas Pembantuan.

PNBP pada pelaksanaan dana Dekonsentrasi Kepada GWPP dan/atau dana Tugas Pembantuan, wajib disetorkan ke
rekening kas umum negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai PNBP.
6. Pemenuhan Alokasi Dasar dan Pembatasan Alokasi
untuk Belanja Tertentu

Pemenuhan Alokasi Dasar

kebutuhan penyediaan dana kebutuhan dana kebutuhan anggaran untuk penyediaan penyediaan dana
anggaran untuk untuk pendamping untuk Kegiatan atau Keluaran dana untuk untuk program
biaya operasional pelaksanaan kegiatan yang berlanjut, penyelesaian penyelesaian prioritas
Satker yang pelayanan publik anggarannya pekerjaan tahun Tunggakan nasional/kegiatan
mendasar bersumber dari sebelumnya, dan prioritas/proyek
pinjaman dan/atau penyelesaian kewajiban prioritas/major
Hibah kepada pihak ketiga project

Pembatasan Alokasi Belanja Tertentu


1. Pembatasan proporsi pagu akun tertentu dan proporsi komponen utama/pendukung sesuai kebijakan
Menteri Keuangan
2. Pembatasan Kegiatan Tertentu
6. Pemenuhan Alokasi Dasar dan Pembatasan Alokasi
untuk Belanja Tertentu

2. Pembatasan Kegiatan Tertentu

Penyelenggaraan rapat/rapat Pembangunan gedung baru yang


dinas/seminar/pertemuan/ sifatnya tidak langsung menunjang
lokakarya dan sejenisnya pelaksanaan tugas dan fungsi Satker Pengadaan Kendaraan Bermotor
• dibatasi pada hal-hal yang sangat • Contohnya mess, wisma, rumah dinas/rumah jabatan, kecuali:
penting dan dilakukan sesederhana gedung pertemuan • kendaraan fungsional (Ambulans, Cell
mungkin. • gedung yang bersifat pelayanan umum (khususnya Wagon, Kendaraan untuk petugas
• diupayakan diselenggarakan secara dalam bidang pendidikan, kesehatan, penegakan lapangan)
daring. hukum, ilmu pengetahuan) dikecualikan • kendaraan untuk satker baru (sesuai
ketetapan/persetujuan
MenpanRB/peraturan perundangan,
• penggantian kendaraan (tidak dapat
dimanfaatkan lagi atau yang
Penggunaan Produk Impor memerlukan biaya pemeliharaan yang
Asuransi BMN Tertentu
tinggi)
• mengoptimalkan penggunakan produksi Dalam rangka mengamankan BMN khususnya di daerah • kendaraan roda 4 atau 6 untuk antar
dalam negeri rawan bencana, dapat dilakukan pengasuransian BMN jemput pegawai
• membatasi penggunaan produk impor. sesuai dengan kondisi keuangan negara
7. Penyederhanaan Proses untuk Peningkatan Kualitas
RKA-K/L

Penyederhanaan
RANCANGAN RKA-K/L REVIU RKA-K/L
Dokumen ARG
Penambahan ketentuan guna Penyempurnaan proses Reviu RKAKL 1. Tidak lagi
menampung proses awal berupa: dilakukan dengan mempertimbangkan menggunakan GBS
1. RKA K/L sudah dimulai disusun prinsip risiko yang dinilai berdasarkan tetapi diintegrasikan
sejak fase pagu indikatif secara bottom beberapa kriteria: dengan TOR
up, yang kemudian akan disandingkan 1. Termasuk PN, MP, proyek strategis 2. Tidak lagi disusun per
dengan rancangan Renja secara top lainnya satker, melainkan di
down 2. Belanja modal dengan nilai material level unit eselon 1
2. RKA K/L pada fase ini pada dan berisiko tinggi
dasarnya untuk memanfaatkan proses 3. tusi baru organisasi
“prepopulated RKAKL” yang disusun 4. Potensi temuan pemeriksaan
berdasarkan KPJM yang sudah 5. Rekomendasi khusus oleh Sekjen
ditetapkan c.q Rocan
8. Syarat Pembentukan Satuan Kerja Baru
SEMULA MENJADI
(Berdasarkan PMK No 187/PMK.02/2019 tentang Klasifikasi Anggaran)
Syarat Pembentukan Satuan Kerja Baru
Syarat Administratif
a. merupakan bagian dari struktur organisasi K/L yang ditetapkan
1. Surat usulan permintaan menjadi Satker baru dari Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris a.n. Menteri/Pimpinan Lembaga; melalui surat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
2. Surat Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang Penetapan
dan Reformasi Birokrasi terkait kelembagaan;
Satker dan/atau Struktur Organisasi dan Tata Kerja; dan b. diberikan penugasan dan tanggung jawab untuk mengelola Kegiatan
3. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan dan alokasi Kegiatan;
Reformasi Birokrasi terkait kelembagaan, dalam hal yang diajukan c. memiliki unit yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan,
merupakan Satker struktural pengawasan, pelaporan, dan akuntansi, yang ditetapkan dalam
Syarat Substantif struktur organisasi dan tata kerja; dan
1. Diberikan penugasan dan tanggung jawab untuk mengelola Kegiatan dan
alokasi Kegiatan; d. memenuhi ketentuan karakteristik dan lokasi Satker sebagai berikut:
2. Harus/wajib memiliki unit-unit yang lengkap sebagai suatu entitas (unit 1. lokasi Satker yang bersangkutan berada pada
yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
provinsi/kabupaten/kota yang berbeda dengan unit eselon I/
pelaporan, dan akuntansi);
3. Merupakan bagian dari struktur organisasi Kementerian/Lembaga
setara dalam hal karakteristik tugas/ kegiatan yang ditangani
dan/atau melaksanakan tugas-fungsi Kementerian/Lembaga; bersifat sama dengan unit eselon I/ setara; atau
4. Karakteristik tugas/Kegiatan yang ditangani bersifat kompleks/spesifik dan 2. lokasi Satker yang bersangkutan dapat berada pada
berbeda dengan kantor induknya; provinsi/kabupaten/kota yang sama dengan unit eselon 1/setara
5. Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna Anggaran/KPA eselon I dalam hal karakteristik tugas/ kegiatan yang ditangani bersifat
Satker yang bersangkutan; dan spesifik dan berbeda dengan unit eselon I/ setara.
6. Lokasi Satker yang bersangkutan berada pada provinsi/kabupaten/kota
*) mekanisme pengajuan usulan pembentukan Satker baru tercantum
yang berbeda dengan kantor induknya.
pada Lampiran I
9. Penguatan Norma Standar Biaya
No PMK tentang Pedoman SB, SSB, dan Indeksasi dalam PMK tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Penyusunan RKA-K/L serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
1. Definisi SB, SBM, SBK dan SSB Penajaman definisi
2. Standar biaya: SBM dan SBK Standar Biaya: SBM, SBK, dan SSB
3. Fungsi SBM: batas tertinggi atau estimasi Sifat SBM: batas tertinggi atau dapat dilampaui
4. Belum ada jenis SBM yang diatur SBM meliputi:
a. satuan biaya honorarium;
b. satuan biaya fasilitas;
c. satuan biaya perjalanan dinas;
d. satuan biaya pemeliharaan;
e. satuan biaya barang dan jasa; dan
f. satuan biaya bantuan.
5. Belum ada ketentuan yang menginformasikan kelompok SBM disusun dengan menggunakan pendekatan:
satuan biaya dalam SBM a. job evaluation point factor;
b. replacement cost;
c. benchmarking;
d. overtime payment;
e. survei; dan/atau
f. pendekatan lainnya sesuai kebutuhan.
6. Penggunaan SBML dikecualikan terhadap satuan biaya yang Penggunaan satuan biaya yang tidak diatur dalam SBM, dikecualikan terhadap
menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi pejabat negara, satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi pejabat negara,
pegawai negeri, dan non pegawai negeri yang dipekerjakan anggota POLRI/TNI, ASN dan non ASN yang dipekerjakan dalam rangka
dalam rangka melaksanakan tugas rutin K/L melaksanakan tugas rutin K/L
9. Penguatan Norma Standar Biaya
No PMK tentang Pedoman SB, SSB, dan PMK tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Indeksasi dalam Penyusunan RKA-K/L serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
7. Tidak ada kriteria khusus atas SBML yang Satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas yang dapat diusulkan menjadi SBML,
menambah penghasilan dan/atau fasilitas antara lain untuk:
a. honorarium bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN atas pelaksanaan tugas tertentu yang
membutuhkan upaya yang lebih besar;
b. honorarium bagi non ASN yang ditugaskan atas amanat Undang-undang/Peraturan
Pemerintah/Peraturan Presiden dan yang hak keuangannya belum diatur; dan/atau
c. fasilitas tambahan bagi pejabat negara, anggota TNI/POLRI, ASN, dan non ASN, yang
diamanatkan dalam Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Peraturan Presiden.
8. Satuan biaya bagi satker BLU berupa: Penggunaan standar biaya yang dapat ditetapkan oleh pimpinan BLU, dikecualikan untuk satuan biaya
a. Satuan biaya yang menambah penghasilan berupa:
dan/atau fasilitas di luar komponen a. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas di luar komponen remunerasi bagi
remunerasi bagi dewan pengawas, pejabat dewan pengawas, pejabat pengelola, dan pegawai Satker badan layanan umum;
pengelola, dan pegawai satker BLU; dan b. satuan biaya yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas bagi ASN yang melaksanakan tugas
b. Satuan biaya perjadin DN & LN, tambahan pada satker BLU; dan
mengacu pada ketentuan SBM. c. satuan biaya perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri.
9. SBK berfungsi sebagai batas tertinggi dan SBK bersifat batas tertinggi
estimasi
10. Perubahan besaran SBK, mengikuti prosedur Dalam hal K/L membutuhkan besaran biaya yang melebihi besaran SBK yang telah ditetapkan Menteri
revisi anggaran Keuangan, harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran.
Perubahan besaran yang telah mendapat persetujuan Menkeu c.q. DJA, dapat ditindaklanjuti oleh K/L
dengan mengacu ketentuan revisi anggaran.
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

REVISI
ANGGARAN

24
Ketentuan Baru Tata Cara Revisi Anggaran K/L dan BUN

1. PNBP Otorita Ibu Kota Nusantara


Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari perhitungan PNBP tahun anggaran sebelumnya yang belum digunakan pada
Otorita Ibu Kota Nusantara, bersifat menambah alokasi anggaran sumber dana PNBP tahun anggaran berjalan.

2. Sisa Klaim Asuransi BMN TA Sebelumnya


Sisa klaim asuransi BMN tahun anggaran sebelumnya, Kementerian/Lembaga dapat memanfaatkan sisa klaim asuransi BMN
tersebut pada tahun berjalan setelah mendapatkan konfirmasi dari Direktorat PNBP KL atau Direktorat PNBP SDA dan KND.

3. Pemenuhan Kebutuhan Kurang Bayar Pada Belanja Subsidi


Masukan baru hasil rekomendasi BPK atas Pelaksanaan Subsidi Pupuk, yaitu : Pemerintah agar memanfaatkan proyeksi atas
alokasi subsidi yang tidak terserap pada tahun berjalan untuk digunakan sebagai pemenuhan kurang bayar subsidi.

4. SBSN Otorita Ibu Kota Nusantara


Mengakomodasi pengaturan terkait pengalokasian belanja K/L atau Otorita Ibu Kota Nusantara untuk pendanaan proyek/kegiatan APBN yang
bersumber dari penerbitan SBSN dalam hal untuk proyek/kegiatan baru di tahun anggaran berjalan, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1)
PP Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Anggaran dalam rangka Persiapan, Pembangunan, dan Pemindahan Ibu Kota
Negara serta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara.

5. Mekanisme Revisi Anggaran antar K/L


Pergeseran anggaran antar K/L diperlukan dalam rangka mengakomodir kebijakan penyesuaian belanja yang dilakukan untuk
merespons amanat UU tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Ketentuan Baru Tata Cara Revisi Anggaran K/L dan BUN

6. Penyesuaian Belanja Negara & Kebijakan


Pemerintah Lainnya Automatic adjustment dilakukan dengan::
a. meminta Kementerian/Lembaga melakukan
✓ Kebijakan Penyesuaian Belanja Negara merupakan kebijakan
pemerintah yang diatur dalam Undang-undang mengenai APBN pencadangan anggaran dalam jumlah tertentu dan
tahun anggaran berkenaan, berupa: menyampaikan usulan pencadangan kepada Menteri
a. Automatic Adjustment; Keuangan.
b. pergeseran anggaran berupa realokasi blokir anggaran dari b. Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal
BA K/L ke BA BUN Belanja Lainnya; Anggaran melakukan pemblokiran DIPA
c. pemotongan anggaran Belanja Negara; atau Kementerian/Lembaga secara otomatis melalui
d. penyesuaian pagu. sistem informasi.
✓ Kebijakan Pemerintah lainnya adalah kebijakan penganggaran
sebagai tindak lanjut antara lain dari ❑ Dalam hal K/L tidak menyampaikan usulan, Menteri
a. kebijakan hasil pengendalian dan pemantauan yang Keuangan c.q DJA melakukan pemblokiran DIPA
dilakukan oleh Menteri Keuangan terhadap belanja K/L secara otomatis melalui sistem.
Kementerian/Lembaga dan belanja BA BUN; ❑ Pemblokiran DIPA secara mandiri dapat dilakukan
b. peraturan perundang-perundangan; dan/atau pada saat DIPA ditetapkan atau pada saat tahun
c. direktif Presiden. anggaran berjalan dan dengan mempertimbangkan
Kebijakan Pemerintah lainnya dilakukan melalui: hasil pengendalian dan pemantauan.
• pencadangan atau pemblokiran anggaran; dan/atau
• pergeseran anggaran
26
Ketentuan Baru Tata Cara Revisi Anggaran K/L dan BUN

7. Pelimpahan Kewenangan Revisi ke K/L


Dalam rangka menyederhanakan proses bisnis serta memberikan kewenangan yang lebih besar ke KL namun tetap
berpedoman pada ketentuan yang berlaku. Jenis revisi yang dialihkan kewenangannya yaitu:
KEWENANGAN
JENIS REVISI
SEMULA MENJADI

1. Pemenuhan Belanja Operasional, termasuk penyelesaian pagu minus Belanja Pegawai Operasional DJA/Dit. PA/ KANWIL

2. Pemenuhan Kebutuhan Selisih Kurs Dit. PA/ KANWIL

3. Pemanfaatan Sisa Anggaran Kontraktual dan/atau Swakelola Dit. PA/ KANWIL

4. Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) RO Prioritas Nasional Dit. PA/Kanwil

5. Ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis Sistem Aplikasi Dit. PA/ KANWIL

6. Ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi KANWIL


K/L
7. Ralat cara penarikan pinjaman/hibah luar negeri dan/atau pinjaman/hibah dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman,
KANWIL
pinjaman yang diterushibahkan, dan/atau Penerusan Hibah
8. Ralat cara penarikan SBSN KANWIL
9. Ralat nomor register pembiayaan kegiatan/proyek SBSN KANWIL
10. Ralat nomor register pinjaman dan/atau hibah luar negeri KANWIL
11. Pergeseran anggaran atas pelampauan SBKU dan SBKK yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q DJA DJA

Dit. PA/ KANWIL


12. Penyelesaian Tunggakan
DJA DJPB

27
Penyempurnaan Ketentuan Tata Cara Revisi
Anggaran K/L dan BA BUN
MEKANISME PERGESERAN ANGGARAN ANTAR SUBBAGIAN DALAM BA
BUN, MELALUI:
✓ SPP BA BUN, dalam hal sumber alokasi pergeseran berasal dari alokasi
01 yang belum disahkan dalam DIPA BUN tahun berkenaan.
✓ Surat Menteri Keuangan, ketika sumber alokasi pergeseran berasal dari
alokasi yang sudah disahkan dalam DIPA BUN tahun berkenaan.

PENGEMBALIAN ANGGARAN KE BA BUN PENGELOLAAN


BELANJA LAINNYA YANG BERASAL DARI SP SABA
02 Menambahkan pengaturan Ketentuan dan mekanisme
revisinya.

KETENTUAN TERKAIT INKRACHT (pada lampiran)


03 Menyesuaikan dengan draft pengganti PMK 80/PMK.01/2015
tentang Pelaksanaan Putusan Hukum

KETENTUAN BATAS WAKTU PENYERAHAN DOKUMEN PENDUKUNG DALAM


04 MEKANISME REVISI ANGGARAN DI DJA
Memberikan kepastian dan ketepatan waktu penyelesaian proses revisi anggaran
Bentuk Penyederhanaan Revisi BA Tujuan Penyederhaan SP SABA
05 BUN ke BA K/L Penyederhanaan proses bisnis dari sisi
administrasi dan aplikasi sehingga
Penyempurnaan 1. Mewajibkan adanya cost sharing agar
norma waktu penyelesaian usulan
Substansi Revisi : K/L dapat melakukan efisiensi/
tambahan anggaran BA BUN dapat
optimalisasi anggaran pada DIPA nya
Simplifikasi terlebih dahulu.
dicapai dengan lebih efisien.
Mekanisme Revisi
2. Pengajuan revisi anggaran untuk
BA BUN ke BA K/L tambahan dari BA BUN dan revisi DIPA Manfaat
K/L dilakukan secara bersamaan dalam • Kementerian/Lembaga (K/L) tidak perlu
satu proses. melakukan usulan revisi berkali-kali
3. Menyediakan otomasi revisi DIPA K/L untuk penambahan anggaran dari BUN,
pada saat mendapat tambahan anggaran serta revisi DIPA K/L tersebut.
• Mempercepat proses bisnis revisi
dari BA BUN, sehingga K/L tidak perlu
tambahan anggaran dari BA BUN ke BA
mengajukan kembali.
K/L.

29
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

PELAKSANAAN
ANGGARAN

30
Pelaksanaan
Anggaran Simplifikasi Modernisasi Penyempurnaan Pengaturan
Proses Pembayaran Proses Pembayaran Pejabat Perbendaharaan
Simplifikasi proses dan Penggunaan dokumen Mendukung penerapan Jafung
mekanisme pembayaran elektronik, tanda tangan Pengelola APBN serta
menjadi lebih ringkas elektronik tersertifikasi, penyempurnaan pengaturan,
dan tidak rigid namun pengujian pembayaran antara lain : penunjukan plt KPA,
tetap akuntabel. secara elektronik, dan pengangkatan Pejabat
penyampaian dokumen Perbendaharaan, dan
secara sistem. pembinaan kompetensi Pejabat
Perbendaharaan

Substansi Pelaksanaan Anggaran ini merupakan pemindahan dari PMK Nomor


210/PMK.05/2022 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN
dengan tidak ada perubahan secara substansi.
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

AKUNTANSI DAN
PELAPORAN
KEUANGAN

32
Prinsip Pengaturan Materi Akuntansi dan Pelaporan
dalam PMK
Materi akuntansi dan pelaporan yang diatur dalam PMK dapat dilihat dari beberapa sisi:

1 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup akuntansi dan pelaporan mencakup seluruh transaksi pengelolaan Keuangan Negara.

2 PROSES
Mulai dari perolehan dokumen sumber, pencatatan transaksi, analisis dan telaah laporan LK, penyusunan dan penyampaian LK, reviu, audit, dan
lain sebagainya

3 KESERAGAMAN
Karakteristik transaksi antar Bagian Anggaran dan Sistem Akuntansi yang berbeda-beda menyebabkan pengaturan yang berbeda-beda sehingga tidak
dapat disamakan

Pengaturan secara umum Merujuk pada Pengaturan Teknis


Pengaturan ini tidak mengurangi
Materi akuntansi dan pelaporan hanya diatur Untuk kebutuhan pedoman pencatatan dan pemerintah untuk terus menjaga dan
pelaporan bagi entitas akuntansi dan entitas meningkatkan transparansi dan
secara umum, namun tetap dapat
pelaporan harus merujuk pada peraturan dan akuntabilitas pengelolaan Keuangan
menggambarkan proses dan alur akuntansi dan
ketentuan teknis masing-masing Negara
pelaporan di lingkungan pemerintah pusat.

33
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (SAPP) merupakan rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen
lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pada Pemerintah Pusat

1 Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan
Berpedoman pada PMK
Kebijakan Akuntansi terkait Sistem Akuntansi
1 Laporan Keuangan
Kementerian/ Instansi
Lembaga Kementerian/Lembaga &
Laporan Kinerja

Sistem Akuntansi dan


Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat (SAPP)
3 Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat &
2 Sistem Akuntansi Bendahara Umum Laporan Kinerja
Negara (SABUN)

Berpedoman pada PMK


terkait Sistem 2
Laporan Keuangan
Akuntansi BUN Bendahara Umum Negara
Bendahara Umum
Negara
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

PENGENDALIAN
DAN PEMANTAUAN
SERTA EVALUASI
KINERJA
ANGGARAN

35
Sinergi Peran DJA dan DJPB dalam
Meningkatkan Kualitas Belanja

Penggabungan Menghilangkan Penguatan Sinergi


Regulasi Irisan Penilaian dan Peran

Penyempurnaan ketentuan 1. Penyerapan anggaran dan 1. DJA fokus pada aspek


yang sebelumnya diatur dalam: konsistensi RPD menjadi perencanaan anggaran
1. PMK 22/PMK.02/2021 fokus pemantauan di DJPB 2. DJPB fokus pada aspek
tentang EKA K/L (Penilaian Kinerja pelaksanaan anggaran
Pelaksanaan
2. PMK 204/PMK.02/2021 3. Hasil monev DJA dan
Anggaran/IKPA)
tentang EKA BUN DJPB dipertukarkan dan
2. DJA (Penilaian Kinerja ditindaklanjuti guna
3. PMK 195/PMK.05/2018
Perencanaan peningkatan kualitas
tentang Monev PA K/L
Anggaran/EKA) fokus pada belanja
efektivitas dan efisiensi
Pokok Pengaturan
I. Pengendalian & Pemantauan Evaluasi Kinerja
Penggunaan Penggunaan
• Memastikan pelaksanaan Program dan Kegiatan sesuai dengan yang direncanakan; • Penyusunan, sasaran, dan prioritas pembangunan tahun yg direncanakan
• Bahan pertimbangan penyesuaian kebijakan tahun berjalan;
• Penyusunan reviu angka dasar
• Pengendalian belanja negara; dan
• Peningkatan efisiensi dan efektivitas anggaran. • Penyusunan alokasi anggaran tahun berikutnya
• Pemberian penghargaan/sanksi
Dilakukan terhadap: Dilakukan terhadap:
1. Perencanaan Anggaran (DJA) 1. Perencanaan Anggaran (DJA)
a. Kualitas informasi kinerja a. Evaluasi Tematik
Apakah output yang dihasilkan telah relevan dalam mendukung outcome; Evaluasi dilakukan sesuai kebutuhan dan kebijakan untuk tujuan tertentu.
b. Kepatuhan terhadap regulasi perencanaan anggaran, yaitu: b. Penilaian Kinerja Perencanaan Anggaran, meliputi:
• Standar Biaya
• Budget tagging • Efisiensi (input vs output)
• Pembatasan alokasi belanja tertentu
• Hasil sinkronisasi belanja pusat-daerah • Efektivitas (output vs outcome)
• Pengalokasian sumber dana tertentu
• Kebijakan Penganggaran tahun berkenaan
2. Pelaksanaan Anggaran (DJPB) 2. Pelaksanaan Anggaran (DJPB)
a. Kualitas pelaksanaan anggaran, yaitu: a. Reviu/Telaah, meliputi:
• Kesiapan pelaksanaan • Reviu belanja pemerintah • Telaah makro belanja pemerintah
• Capaian output
• Perkembangan realisasi • Kendala b. Penilaian Kinerja Pelaksanaan Anggaran, meliputi:
b. Kepatuhan terhadap regulasi pelaksanaan anggaran • Kualitas perencanaan pelaksanaan anggaran
Pengelolaan keuangan yang dilaksanakan secara tertib dan taat sesuai ketentuan • Kualitas implementasi pelaksanaan anggaran
• Kualitas hasil pelaksanaan Anggaran

Hasil penilaian kinerja perencanaan anggaran (bobot 50%) dan penilaian kinerja pelaksanaan anggaran (bobot 50%)
menjadi dasar dalam pemberian penghargaan dan/atau pengenaan sanksi
Single Data Source Pelaporan Capaian
Output di SAKTI
Entry data
Capaian Output

SATKER

Capaian
Data Output

Keuangan
Data
Keuangan
Peningkatan
kualitas belanja

SAKTI sebagai Single Data Source, berupa data capaian output yang dientry oleh satker melalui modul komitmen
serta data keuangan dari aplikasi SPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

PEMBERIAN
PENGHARGAAN
DAN/ATAU
PENGENAAN
SANKSI
KEPADA K/L

39
Skema Kebijakan Pemberian Penghargaan
& Pengenaan Sanksi

Rekap

Nilai Kinerja Anggaran (NKA) = • Untuk meningkatkan efisiensi dan


Perencanaan Anggaran (50%) + Pelaksanaan efektivitas anggaran, K/L selaku pengguna
Anggaran(50%) anggaran dapat diberikan penghargaan
atau dikenai sanksi.
Passing Grade • Sebelumnya, pemberian penghargaan dan
pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan
K/L yang memperoleh NKA > 90 dan bagi K/L yang memiliki
penilaian 3 variabel, yaitu EKA-SMART,
tusi PPB memperoleh nilai Sangat Baik lolos menjadi IKPA, dan PPB.
kandidat K/L yang akan diberi insentif Pada skema baru, variabel penilaian
bertambah menjadi Nilai Kinerja
Insentif Anggaran (aspek perencanaan &
pelaksanaan), Kinerja Percepatan
1. 3 K/L dengan kinerja pengelolaan PNBP terbaik Pelaksanaan Berusaha (PPB), Kinerja
2. 3 K/L dengan nilai Sinkronisasi Belanja K/L dan TKD Pengelolaan PNBP, Sinkronisasi Belanja
terbaik Pusat & TKD, serta Penggunaan Produk
3. 3 K/L dengan Proporsi Penggunaan PDN terbesar Dalam Negeri (PDN).
TERIMAKASIH
Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan
Call Center 14090 ext 2
E-mail: sapa.anggaran@kemenkeu.go.id
Chat Whatsapp 08118300931
https://sapa-anggaran.kemenkeu.go.id/
41

Anda mungkin juga menyukai